BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pentingnya peran pelabuhan dalam system transportasi menghruskan setiap pelabuhan memiliki suatu kerangka dasar rencana pengembangan dan pembangunan pelabuhan. Kerangka dasar tersebut tertuang dalam suatu rencana pengembangan keruangan yang kemudian dijabarkan dalam suatu tahapan pelaksanaan pembangunan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Hal ini diperlukan untuk menjamin kepastian usahan dan pelaksanaan pembangunan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang dan untuk menjamin kepastian usaha dan pelaksanaan pembangunan pelabuhan yang terencana, terpadu, efesien dan berkesinambungan .
B. Maksud dan Tujuan Kegiatan pembangunanpelabuhan/terminal khusus CPO PT. Graha Inti Jaya akan memberikan keuntungan-keuntungan baik di bidang ekonomi, sosial, budaya maupun alih teknologi. Maksud dan tujuan dari pelaksanaan rencana kegiatan ini adalah : (1)
Mendukung pembangunan perekonomian daerah dan nasional serta meningkatkan pemasukan devisa negara.
(2)
Menambah pendapatan asli daerah dari nilai pajak.
(3)
Memberikan kontribusi kepada peningkatan penggunaan produk kelapa sawit.
(4)
Meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya yang bertempat tinggal di sekitar lokasi proyek, baik secara langsung sebagai tenaga kerja, maupun
1|Pendahuluan
secara tidak langsung melalui sektor informal seperti memenuhi kebutuhan perusahaan. (5)
Mendukung pengembangan sarana dan prasarana umum khususnya di sekitar lokasi proyek.
(6)
Pemrakarsa akan memperoleh keuntungan hasil usaha, berperan serta dalam pembangunan di bidang kelapa sawit.
C. Ruang Lingkup dan Metode Studi Pekerjaan
penyusunan
kelengkapan
studi
kelayakan
pembangunan
pelabuhan/terminal khusus CPO di daerah penyelidikan meliputi pekerjaan, sebagai berikut :
BAB I
Pendahuluan
BAB II
Tinjauan Kebijakan
BAB III
Keadaan Umum
BAB IV
Pengolahan CPO
BAB V
Pengangkutan
BAB VI
Kingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
BAB VII
Pertimbangan Dibangunnya Pelabuhan/Terminal Khusus CPO
BAB VIII
Aspek Kelayakan Teknis Lokasi Pelabuhan/Terminal Khusus CPO
BAB IX
Aspek Keselamatan dan Keamanan Pelayaran
BAB X
Investasi dan Analisis Kelayakan Ekonomi
BAB XI
Penutup
Metode studi yang melakukan kajian kelayakan ekonomi yang bertujuan untuk menghitung jenis kebutuhan investasi (capital cost), menghitung biaya operasi
2|Pendahuluan
(operating cost), dan biaya lainnya (corporate tax, royaltyand others) serta menilai kelayakan pembangunan pelabuhan/terminal khusus CPO secara ekonomis untuk berbagi alternatif pola kerja yang telah ditentukan antara lain dengan analisis finansial yang meliputi sumber pembiayaan proyek dengan menggunakan dana sendiri
dan
atau
pinjam
bank,
perhitungan
analisis
ekonomi
dengan
menggunakan konsep aliran kas diskonto (discounted cash flow analysis), untuk alternatif pekerjaan operasional pelabuhan/terminal khusus dikerjakan sendiri yang mencakup, perhitungan jenis, jadwal dan kebutuhan investasi (capital cost) perhitungan biaya operasi (operating cost), perhitungan biaya lain lain (other
cost), perhitungan aliran kas diskonto sebelum dan sesudah pajak.
D. Landasan Hukum Adapun landasan hukum penyusunan laporan studi kelayakan ini adalah:
Undang-Undang Republik Indonesia : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (kegiatan pembangunan pelabuhan/terminal
khusus CPO menggunakan lahan relatif luas, salah satu kegiatan yang ditelaah adalah pengadaan dan pembebasan lahan). 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (kegiatan ini menyerap tenaga kerja cukup banyak,
keselamatan tenaga kerja perlu dilindungi antara lain dengan mengacu pada undang-undang ini). 3. Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor
5
tahun
1984 tentang
Perindustrian (kegiatan pabrik kelapa sawit merupakan salah satu kegiatan
bidang industri, sehingga perlu dipayungi dengan undang-undang ini). 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (kegiatanperkebunan
dan PKS ini melakukan perubahan penutupan lahan dari vegetasi alamiah
3|Pendahuluan
menjadi vegetasi budidaya yang sejenis yaitu kelapa sawit, sehingga perlu mengacu kepada undang-undang ini) . 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) (tenaga kerja perlu dilindungi antara lain
dengan mengacu kepada undang-undang ini). 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya (di dalam proyek ini terdapat kegiatan
mobilisasi peralatan dan material dan pengangkutan TBS dan CPO, sehingga undang-undang ini sangat relevan). 7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (dalam proyek ini, aspek kesehatan perlu mendapat perhatian
selayaknya, tidak hanya kesehatan tenaga kerja juga kesehatan masyarakat sekitar, sehingga undang-undang ini perlu pula diacu). 8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan Konvensi Internasional Mengenai Keanekaragaman Hayati (karena menggunakan sumberdaya lahan, tentu proyek ini berkaitan dengan
aspek keanekaragaman hayati, sehingga undang-undang ini perlu pula diacu). 9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup (tentu undang-undang ini
sangat relevan dengan proyek). 10. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (mengingat proyek ini berkaitan dengan pembangunan bangunan sarana
prasarana penunjang maka Undang-undang ini perlu dipakai sebagai acuan) 11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (kegiatan ini menyerap tenaga kerja cukup banyak, karena
itu masalah ketenagakerjaan perlu mengacu kepada undang-undang ini).
4|Pendahuluan
12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (proyek ini dalam kegiatannya antara lain menggunakan sumber
daya air, sehingga sangat terkait dengan undang-undang ini) 13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (undang-undang ini sangat relevan dengan proyek). 14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (undang-undang ini relevan karena tapak proyek dan sekitarnya
merupakan lahan basah yang memiliki sumber daya perikanan). 15. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (di dalam pelaksanaan proyek, tentunya sangat
berkaitan dengan pemerintah daerah setempat, sehingga undang-undang ini menjadi relevan untuk diacu). 16. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (di
dalam proyek ini terdapat kegiatan mobilisasi peralatan dan material dan pengangkutan TBS dan CPO, sehingga undang-undang ini menjadi relevan). 17. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007
tentang
Penanaman Modal (proyek perkebunan dan PKS ini merupakan salah satu
bentuk penanaman modal). 18. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (kegiatan proyek ini sangat terkait dengan aspek tata ruang).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 1970 tentang Perencanaan Hutan (peraturanini menjadi relevan jika di dalam tapak proyek dan sekitarnya
terdapat kawasan hutan). 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air (proyek ini dalam kegiatannya menggunakan sumber daya air,
sehingga sangat terkait dengan peraturan ini).
5|Pendahuluan
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 1985 tentang Jalan (di dalam proyek ini terdapat kegiatan mobilisasi peralatan dan material
dan pengangkutan TBS dan CPO, sehingga peraturan ini menjadi relevan). 4. Peraturan
Pemerintah
Nomor
17
tahun
1986
tentang
Kewenangan
Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (kegiatan pabrik kelapa
sawit merupakan salah satu kegiatan industri, sehingga perlu dipayungi dengan peraturan ini). 5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1990 Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan dalam Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan kepada Dati I dan Dati II (di dalam proyek ini terdapat kegiatan mobilisasi
peralatan dan material dan pengangkutan TBS dan CPO, sehingga peraturan ini sangat relevan). 6. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1991 tentang Rawa (Wilayah studi
merupakan lahan basah (ekosistem rawa), sehingga PP ini sangat relevan untuk diacu). 7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (proyek ini dalam kegiatannya menggunakan sumber daya air/sungai,
sehingga sangat terkait dengan peraturan ini). 8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (di dalam proyek ini terdapat kegiatan
mobilisasi peralatan dan material dan pengangkutan TBS dan CPO, sehingga peraturan ini sangat relevan). 9. Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 1994 tentang Perburuan Satwa Liar (dalam proyekini terjadi perubahan penutupan lahan dari vegetasi alamiah
menjadi vegetasi budidaya yang sejenis yaitu kelapa sawit, sehingga ikut mempengaruhi kehidupan satwa liar).
6|Pendahuluan
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman (peraturan ini relevan sekali dengan kegiatan proyek
yang merupakan perkebunan (budidaya) kelapa sawit). 11. Peraturan Pemerintah nomor 13 tahun 1995 tentang Izin Usaha Industri (kegiatan pabrik kelapa sawit merupakan salah satu kegiatan industri,
sehingga perlu dipayungi dengan peraturan ini). 12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang (kegiatan proyek ini sangat terkait dengan
aspek tata ruang, termasuk partisipasi masyarakat). 13. Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (kegiatan proyek ini sangat terkait dengan
aspek tata ruang, terutama jika di tapak proyek dan sekitarnya terdapat kawasan lindung). 14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 tentang Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang Disempurnakan dengan Nomor 85 tahun 1999 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (peraturan
ini menjadi relevan jika dalam proyek ini dipergunakan B3). 15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (jelas peraturan ini sangat relevan dengan proyek ini yang
memayungi terhadap aspek lingkungan). 16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara (dalam proyek ini terdapat potensi dampak
penurunan kualitas udara, antara lain dari kegiatan mobilisasi peralatan dan material, pengangkutan TBS dan CPO, juga dari kegiatan pengolahan kelapa sawit di PKS, sehingga peraturan ini menjadi relevan untuk diacu). 17. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom
7|Pendahuluan
(Pelaksanaan proyek ini, tentu sangat berkaitan dengan pemerintah daerah /
provinsi setempat sebagai daerah otonom, sehingga peraturan ini perlu diacu). 18. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa (kriteria kerusakan
tanah yang terdapat dalam peraturan ini dapat dijadikan acuan sebagai kriteria/tolok ukur dalam pengelolaan lingkungan, khususnya pengelolaan tanah dan lahan). 19. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan atau Lahan (di dalam pelaksanaan
proyek terdapat kegiatan pembukaan lahan, sehingga peraturan ini dapat diacu). 20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air ( salah satu
potensi dampak dari proyek ini adalah penurunan kualitas air, sehingga peraturan ini relevan untuk diacu). 21. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan (peraturanini menjadi relevan jika di dalam
tapak proyek dan sekitarnya terdapat kawasan hutan). 22. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah (kegiatan proyek ini sangat terkait dengan aspek tata
ruang, termasuk mengenai penatagunaan tanah). 23. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Peraturan Pemerintah ini diacu karena merupakan pelaksanaan Undang-
undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung)
8|Pendahuluan
24. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal (proyek ini merupakan
salah satu bentuk penanaman modal). 25. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal (proyek ini merupakan salah satu bentuk penanaman
modal). Keputusan/ Peraturan Presiden Republik Indonesia: 1. Keputusan Presiden Nomor 48 Tahun 1991 tentang Pengesahan Convention on Wetlands of International Importance Especially As Waterfowl Habitat (Keppres ini perlu diacu mengingat wilayah studi merupakan areal lahan/
ekosistem lahan basah) 2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul karena Hubungan Kerja (dalam proyek ini, aspek
kesehatan perlu mendapat perhatian selayaknya, terutama berkaitan dengan penyakit yang timbul karena hubungan kerja, sehingga Keppres ini perlu pula diacu). 3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 1994 tentang Tata Cara Pinjam Pakai Kawasan Hutan (Keppresini menjadi relevan jika di dalam
tapak proyek dan sekitarnya terdapat kawasan hutan). 4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 117 Tahun 1999 jo Nomor 97 Tahun 1993 tentang Tata Cara Penanaman Modal (proyek ini merupakan
salah satu bentuk penanaman modal). 5. Keputusan Presiden Nomor 119 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Presiden Nomor 97 Tahun 1993 tentang Tata Cara Penanaman Modal (proyek ini merupakan salah satu bentuk penanaman modal).
9|Pendahuluan
6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Penanaman Modal Melalui Sistem Pelayanan Satu Atap (proyek ini merupakan salah satu bentuk penanaman modal). 7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum(proyek ini terkait dengan proses pengadaan dan pembebasan lahan,
sehingga Perpres ini relevan untuk dijadikan acuan). Keputusan / Peraturan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup / Menteri Negara Lingkungan Hidup : 1.
Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor Kep-03/MENKLH/6/1987
tentang
Prosedur
Penanggulangan
Kasus
Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup (berbagai kemungkinan
penurunan kualitas lingkungan akibat kegiatan proyek perlu diantisipasi dan ditanggulangi, antara lain dengan mengacu kepada KepmenKLH ini). 2.
Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor Kep-02/MENKLH/I/1988
tentang
Pedoman
Penetapan
Baku
Mutu
Lingkungan (baku mutu lingkungan diperlukan sebagai standard untuk
mengetahui apakah telah terjadi penurunan kualitas lingkungan atau tidak). 3.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep-13/MENKLH/3/ 1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak (proyek ini
berpotensi menimbulkan dampak penurunan kualitas udara, terutama dari kegiatan operasional pelabuhan/terminal khusus CPO sebagai sumber polutan udara tidak bergerak, sehingga KepmenLH ini menjadi relevan untuk diacu sebagai baku mutu). 4.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-51/MENLH/10/ 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair untuk Kegiatan Industri (proyek ini
berpotensi menimbulkan dampak penurunan kualitas air, terutama dari
10 | P e n d a h u l u a n
kegiatan operasional pelabuhan/terminal khusus CPO, sehingga KepmenLH ini menjadi relevan untuk diacu sebagai baku mutu). 5.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep-48/MENKLH/II/ 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan (proyek ini berpotensi menimbulkan
dampak peningkatan kebisingan, terutama dari kegiatan mobilisasi peralatan dan material, pengangkutan TBS dan CPO, juga dari kegiatan pengolahan kelapa sawit di PKS, sehingga KepmenLH ini menjadi relevan untuk diacu sebagai baku mutu). 6.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2003 tentang Pedoman Teknis Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah Indutri Minyak Sawit pada Tanah Perkebunan Kelapa Sawit (salah satu potensi
dampak dari proyek ini adalah penurunan kualitas air, sehingga KepmenLH ini relevan untuk diacu terutama untuk mengelola / memanfaatkan air limbahnya). 7.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun 2003 tentang Syarat dan Tata Cara Perizinan Pemanfaatan Air Limbah Industri Minyak Sawit pada Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit (salah satu potensi
dampak dari proyek ini adalah penurunan kualitas air, sehingga KepmenLH ini relevan untuk diacu terutama untuk mengelola / memanfaatkan air limbahnya). 8.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 37 Tahun 2003 tentang Metode Analisis Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan (berkaitan denganpotensi dampak penurunan kualitas air
dari proyek ini, maka KepmenLH ini relevan untuk diacu terutama untuk pelaksanaan sampling dan analisis parameter kualitas air). Keputusan / Peraturan Menteri Pertanian : 1. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 66/Kpts/Um/1979 tentang Kriteria Satwa yang Dilindungi Menurut Ordonansi Perlindungan Binatang Liar yang
11 | P e n d a h u l u a n
Dilindungi (karena menggunakan sumberdaya lahan, tentu proyek ini
berkaitan dengan aspek keanekaragaman hayati, termasuk dampak terhadap satwa liar, sehingga Kepmen ini perlu pula diacu). 2. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 837/Kpts/Um/11/1980 tentang Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan Lindung (kegiatan proyek ini sangat terkait
dengan aspek tata ruang, sehingga kriteria dan tata cara penetapan hutan lindung juga perlu diacu). 3. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 421/1970, 327/1972, 66/1973, 35/1975, 90/1977, 537/1977, 327/1978, 742/1978, 247/1979, 757/1979, 576/1980, 716/1980, 12/1987 tentang Jenis Satwa yang Dilindungi oleh Undang Undang (karena menggunakan sumberdaya lahan, tentu proyek ini berkaitan dengan
aspek keanekaragaman hayati, termasuk dampak terhadap satwa liar, sehingga Kepmen-kepmen ini perlu pula diacu, terutama sebagai kriteria untuk keperluan analisis dampak lingkungan dalam studi ini). 4. Keputusan Menteri Pertanian Nomor KB.310/452/MENTAN/XII/95 tentang Standardisasi Pengolahan Limbah PKS dan Aplikasi untuk Lahan (Land
Application) sebagai Sumber Air dan Pupuk (salah satu potensi dampak dari proyek ini adalah penurunan kualitas lingkungan (air, tanah, udara), sehingga KepmenLH ini relevan untuk diacu sebagai standardisasi pengelolaan / pemanfaatan limbahnya). 5. Keputusan
Menteri
Pertanian
Nomor
57/Kpts/OT.210/2/97
tentang
Perubahan Keputusan Menteri Pertanian No. 25/Kpts/OT.210/1/95 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Rencana Usaha atau Kegiatan Lingkup Pertanian (studi AMDAL ini adalah
AMDAL sektor perkebunan yang sangat dekat dengan sektor pertanian, sehingga Kepmen ini relevan juga untuk dijadikan sebagai salah satu acuan). 6. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 818 tahun 1998 tentang Laporan Pemantauan Limbah Cair Kegiatan/Usaha dan atau Industri Pertanian (salah
12 | P e n d a h u l u a n
satu potensi dampak dari proyek ini adalah penurunan kualitas air, sehingga KepmenLH ini relevan untuk diacu). 7. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 33/Permentan/OT.140/7/2006 tentang Pengembangan
Perkebunan
Melalui
Program
Revitalisasi
Perkebunan
(Permentan ini sangatrelevan dengan proyek yang dilaksanakan). 8. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 07 Tahun 2007 tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pestisida (di dalam pelaksanaan proyek, terjadi penggunaan
pestisida / herbisida, sehingga peraturan ini menjadi relevan). 9. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 26/Permentan/OT.140/2/2007 tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan (Permentan ini sangatrelevan dengan
proyek yang dilaksanakan). Keputusan / Peraturan Menteri Kehutanan dan Perkebunan 1. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 54/Kpts/Um/2/1982 tentang Jenisjenis Pohon dalam Kawasan Hutan yang Dilindungi (Kepmenini merupakan
acuan/kriteria jenis-jenis pohon yang dilindungi, terutama jika di tapak proyek dan sekitarnya terdapat kawasan hutan). 2. Keputusan
Menteri
Penambahan
Kehutanan
Lampiran
Nomor
Keputusan
261/Kpts-VI/1990
Menteri
Pertanian
tentang Nomor
54/Kpts/Um/2/1982 tentang Jenis-jenis Pohon Dalam Kawasan Hutan yang Dilindungi (Kepmenini merupakan acuan/kriteria jenis-jenis pohon yang
dilindungi, terutama jika di tapak proyek dan sekitarnya terdapat kawasan hutan). 3. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 301/Kpts-II/1991 tentang Inventarisasi Satwa yang Dilindungi Undang-Undang dan/atau Bagian-bagiannya yang dipelihara oleh Perorangan (terkait dengan upaya pelestarian satwa,
Kepmenhut ini tentu sangat relevan) 4. Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 58/Kpts-II/1996 tentang Perubahan SK Menteri Pertanian No. 54/Kpts-Um/2/1972 jo. SK
13 | P e n d a h u l u a n
Menhut No. 261/Kpts-IV/1990 tentang Jenis-jenis Pohon yang Dilindungi di dalam Kawasan Hutan yang Dilindungi (Kepmenini merupakan acuan /
kriteria jenis-jenis pohon yang dilindungi, terutama jika di tapak proyek dan sekitarnya terdapat kawasan hutan). 5. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 464/Kpts-II/1995 tentang Hutan Lindung (proyek ini sangat terkait dengan aspek tata ruang, termasuk
mengenai kawasan hutan lindung, sehingga Kepmen ini menjadi relevan untuk diacu). 6. Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 107/Kpts-II/1999 jo Nomor 645/ Kpts-II/1999 tentang Perizinan Usaha Perkebunan (Kepmenini
relevan dengan proyek). 7. Peraturan
Menteri
Kehutanan
Nomor
P.55/Menhut-II/2006
tentang
Penatausahaan Hasil Hutan yang Berasal dari Hutan Negara (pemanfaatan
kayu yang berada di areal eks kawasan hutan harus jelas (IPK). Perizinannya terkait dengan pungutan PSDH-DR. Hal ini sesuai dengan Permenhut ini). Keputusan Menteri Perhubungan: 1. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.60 Tahun 1993 tentang Marka Jalan (di dalam proyek ini terdapat kegiatan penggunaan jalan / transportasi
yaitu mobilisasi peralatan dan material dan pengangkutan TBS dan CPO, sehingga Kepmen ini relevan). 2. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.61 Tahun 1993 tentang Ramburambu Lalu Lintas di Jalan (di dalam proyek ini terdapat kegiatan penggunaan
jalan/transportasi yaitu mobilisasi peralatan dan material dan pengangkutan TBS dan CPO, sehingga Kepmen ini relevan). 3. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.62 Tahun 1993 tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (di dalam proyek ini terdapat kegiatan
penggunaan jalan/transportasi yaitu mobilisasi peralatan dan material dan pengangkutan TBS dan CPO, sehingga Kepmen ini relevan).
14 | P e n d a h u l u a n
Peraturan dan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum : 1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45 Tahun 1990 tentang Pengendalian Mutu Air pada
Sumber Air (PermenPU ini relevan dengan
kondisi tapak proyek yang merupakan lahan basah yang dialiri oleh berbagai sungai sebagai sumber air). 2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 48 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Atas Air dan atau Sumber Air pada Wilayah Sungai (PermenPU ini
relevan dengan kondisi tapak proyek yang merupakan lahan basah yang dialiri oleh berbagai sungai sebagai sumber air). 3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 49 Tahun 1990 tentang Tata Cara dan Persyaratan Izin Penggunaan Air dan atau Sumber Air (PermenPU ini
relevan dengan kondisi tapak proyek yang merupakan lahan basah yang dialiri oleh berbagai sungai sebagai sumber air). 4. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai dan Daerah Penguasaan Sungai (proyek ini dalam kegiatannya menggunakan sumber daya air yang terdapat
di dalam tapak proyek dan sekitarnya, sehingga sangat terkait dengan peraturan ini). 5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 64 Tahun 1993 tentang Reklamasi Rawa (Wilayah studi merupakan lahan basah (ekosistem rawa), sehingga
Permen-PU ini sangat relevan untuk diacu). 6. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung (Keputusan ini sangat relevan untuk
dipedomani dalam rangka pembangunan gedung di lokasi proyek). Keputusan Menteri Kesehatan : 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air (Kepmen ini merupakan salah satu
15 | P e n d a h u l u a n
baku mutu dalam penelaahan/analisis kualitas air, khususnya untuk air minum). 2. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 472 tahun 1996 tentang Pengamanan Bahan Berbahaya bagi Kesehatan (dalam proyek ini, aspek kesehatan perlu
mendapat perhatian selayaknya, tidak hanya kesehatan tenaga kerja juga kesehatan masyarakat, sehingga Kepmen ini perlu pula diacu). 3. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 261/MENKES/SK/II/1998 tentang Persyaratan
Kesehatan
Lingkungan
Kerja
(Kepmen
ini
merupakan
acuan/kriteria dalam penelaahan/analisis kesehatan lingkungan kerja). 4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 829 Tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan
Perumahan
(Kepmen
ini merupakan acuan/kriteria dalam
penelaahan/analisis kesehatan lingkungan pemukiman tenaga kerja) 5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876/MMenkes/SK/VIII/2001 tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (Kepmen ini
merupakan acuan dalam analisis kesehatan lingkungan). Keputusan Menteri Negara Penggerak Dana Investasi / Kepala BKPM : 1. Keputusan Kepala BKPM Nomor 57/SK/2004 jo no. 70/SK/2004 tentang Pedoman dan Tata Cara Penanaman Modal Dalam Rangka PMA dan PMDN (proyek perkebunan dan PKS ini merupakan salah satu bentuk penanaman
modal). 2. Keputusan Kepala BKPM Nomor 61/SK/2004 jo no. 71/SK/2004 tentang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal (proyek perkebunan dan PKS
ini merupakan salah satu bentuk penanaman modal). 3. Keputusan Kepala BKPM Nomor 174/SK/2005 tentang Perubahan Ketiga Atas Keputusan Kepala BKPM Nomor 76/SK/2004 tentang Penerbitan Izin Usaha/Izin Usaha Tetap bagi Perusahaan yang Didirikan dalam rangka PMDN dan PMA yang Telah Beroperasi/Berproduksi (proyek perkebunan dan PKS ini
merupakan salah satu bentuk penanaman modal).
16 | P e n d a h u l u a n
Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional : 1. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 1993 tentang Tata Cara Memperoleh Izin Lokasi dan Hak Atas Tanah Bagi Perusahaan dalam rangka Penanaman Modal, jo Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 1999 tentang Izin Lokasi (kegiatan pelabuhan/terminal khusus CPO menggunakan
lahan relatif luas, salah satu kegiatan yang ditelaah adalah pengadaan dan pembebasan lahan). Peraturan Menteri Keuangan : 1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 117/PMK.06/2006 tentang Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan (Permenkeu ini
relevan dengan kegiatan proyek yang bergerak di bidangperkebunan). Keputusan Direktur Jenderal Perkebunan: 1. Keputusan Direktur Jenderal Perkebunan Nomor 38/KB.110/SK/DJ.BUN /05.95 tentang
Pembukaan Lahan Tanpa Pembakaran untuk Pengembangan
Perkebunan (Keputusan ini merupakan acuan/kriteria dalam kegiatan
pembukaan lahan tanpa pembakaran dalam proyek ini).
E. Sistematika Laporan Studi Kelayakan Pelaksana Studi Penyusunan laporan studi kelayakan pembangunan terminal khusus CPO PT. Graha Inti Jaya dilaksanakan oleh Tim Pemrakarsa. Nama Perusahaan
: PT. Graha Inti Jaya
Direktur
: Johannes Simorangkir
Kantor Pusat
: KemayoranTower Jl. Landasan Pacu Barat Blok.BB10 Kav.2, 5th Floor Kota Baru Bandar Kemayoran Jakarta Pusat–10610
Telp
17 | P e n d a h u l u a n
: (021) 6570 3998
Fax
: (021) 6570 2777
Kantor Perwakilan
: Jl. Pilau Raya No. 03, RT 15/RW 04, Kuala Kapuas, Kecamatan Selat, Kalimantan Tengah 73514
Lokasi
: Desa Manusup, Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah
Total waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan penyusunan studi kelayakan pelabuhan/terminal khusus crude palm oil ini adalah selama 2 (dua) bulan, yaitu pada Bulan Desember 2018 - Januari 2019.
18 | P e n d a h u l u a n