1. 2. 3. 4.
TEORI AKUNTANSI KELAS G NAMA ANGGOTA KELOMPOK: Elda Arin Ardena (2016310295) Siti Nadifah (2016310311) Alfiananda Dwi O.N. (2016310416) Farid Ilman Dani (2016310446)
BAB 1 PENGERTIAN TEORI AKUNTANSI
Standar akuntansi memberi pedoman perlakuan akuntansi terhadap suatu kejadian. Pedoman tersebut terefleksi dalam pendefinisian, pengukuran, penilaian, pengakuan, dan pengungkapan elemen-elemen atau pos-pos laporan keuangan. Praktik akuntansi dipengaruhi oleh factor lingkungan (social, ekonomik, dan politis) tempat akuntansi dijalankan. Di balik praktik akuntansi sebenarnya terdapat seperangkat gagasan-gagasan yang melandasi praktik tersebut berupa asumsi-asumsi dasar, konsep-konsep, penjelasan, deskripsi, dan penalaran yang keseluruhannya membentuk bidang pengetahuan teori akuntansi. Teori akuntansi menjelaskan mengapa praktik akuntansi berjalan seperti yang diamati sekarang. teori akuntansi membahas perlakuan-perlakuan dan model-model alternative yang dapat menjadi jawaban atas masalah-masalah yang dihadapi dalam praktik. A.
ARTI PENTING TEORI AKUNTANSI Praktik akuntansi bersifat dinamik dan selalu menghadapi masalah-masalah
praktis dan profesional. Teori akuntansi merupakan unsur yang penting dalam mengembangkan dan memajukan praktik akuntansi. Teori akuntansi menjadi landasan untuk memecahkan masalah-masalah akuntansi secara bernalar yang secara etis dan ilmiah dapat dipertanggungjawabkan. Pemecahan masalah akuntansi dengan taktik cerdik atas dasar pengalaman saja dapat disamakan dengan pemecahan masalah dengan coba-coba atau coba dan ralat (trial and error). Praktik akuntansi yang baik dan maju tidak akan dapat dicapai tanpa suatu teori baik yang melandasinya. Teori merupakan unsur yang penting dalam mengembangkan dan memajukan praktik akuntansi. Kemajuan profesi dan pengetahuan akuntansi hanya dapat dicapai dengan kerja sama yang harmonis antara praktisi dan akademisi (pendidik).
B.
PENGEMBANGAN AKUNTANSI Akuntansi dipandang dari dua sisi pengertian yaitu sebagai pengetahuan profesi
(keahlian) yang dipraktikan di dunia nyata dan sebagai suatu disiplin pengetahuan yang diajarkan di perguruan tinggi. Akuntansi sebagai serangkaian prosedur, metoda, dan teknik tanpa memperhatikan teori di balik praktiknya apabila dari segi profesi. Akuntansi dipandang sebagai pelaksanaan dan penerapan standar untuk menyusun seperangkat laporan keuangan. Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) memberikan pedoman yang lebih luas daripada standar akuntansi karena tidak semua perlakuan akuntansi secara eksplisit diatur dalam standar akuntansi. Pada akademisi, akuntansi sebagai dua bidang kajian yaitu bidang praktik dan teori. Bidang praktik berkepentingan dengan masalah bagaimana praktik dijalanakan sesuai dengan PABU dan bidang teori berkepentingan dengan penjelasan, deskripsi, dan argumen yang dianggap melandasi praktik akuntansi yang semuanya dicakup dalam suatu pengetahuan yang disebut teori akuntansi. Teori akuntansi memusatkan perhatian pada aspek mengapa (why to account the way it is or the way it should be). C.
PERAN RISET AKUNTANSI Teori akuntansi dikembangkan agar pengetahuan akuntansi menjadi sejajar
dengan pengetahuan ilmiah yang lain. Teori akuntansi di sini akan berisi hipotesishipotesis tentang variabel-variabel yang berkaitan dengan pelaku ekonomi
dan
perilaku pasar modal yang diteorikan. Terdapat tiga aspek penting yang saling berkaitan yang melandasi pengembangan akuntansi, yaitu riset, pendidikan, dan praktik. Riset merupakan bagian penting dalam pengajaran akuntansi yang tidak hanya mencakup penelitian empiris (positif) tetapi juga meliputi penelitian analitis dalam bentuk artikel atau makalah akademik (normatif). Praktik akuntansi akan mengalami perkembangan yang pesat dan memuaskan apabila terjadi interaksi antara ketiga aspek tersebut. D.
PENGERTIAN AKUNTANSI Pengertian
teori
akuntansi
sangat
bergantung
pada
pengertian
atau
pendefinisian akuntansi sebagai suatu bidang pengetahuan. Artinya, kedudukan akuntansi dalam tatanan pengetahuan juga akan menentukan pengertian dan lingkup teori akuntansi. Akuntansi didefinisi sebagai seperangkat pengetahuan karena wilayah 2
materi dan kegiatan cukup luas dan dalam serta telah membentuk kesatuan pengetahuan yang terdokumentasi secara sistematis dalam bentuk literatur akuntansi. Akuntansi sebagai kegiatan penyediaan jasa (service activity) mengisyaratkan bahwa akuntansi yang akhirnya harus diterapkan untuk merancang dan menyediakan jasa berupa informasi keuangan harus bermanfaat untuk kepentingan sosial dan ekonomik negara tempat akuntansi diterapkan (to be useful in making economic decisions). Sebagai seperangkat pengetahuan, akuntansi didefinisikan sebagai seperangkat pengetahuan yang mempelajari perekayasaan penyediaan jasa berupa informasi keuangan kuantitatif unit-unit organisasi dalam suatu lingkungan negara tertentu dan cara penyampaian (pelaporan) informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan ekonomik. Kebijakan pemerintah yang secara langsung mempengaruhi perilaku pengambil keputusan ekonomik jelas merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan dalam alokasi sumber daya ekonomik. Pengendalian secara otomatis dapat dicapai melalui standar akuntansi yang merupakan cara tertentu sebagai hasil akhir dari proses perekayasaan. E.
SENI, SAINS, DAN TEKNOLOGI Pada awal perkembangannya, akuntansi dapat dikatakan sebagai seni karena
orang yang akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan akuntansi harus terjun langsung dalam dunia praktik dan mengerjakan magang pada praktisi. Penyebutan akuntansi sebagai seni sebenarnya dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa dalam praktiknya akuntansi melibatkan banyak pertimbangan nilai yang menuntut keahlian dan pengalaman untuk memilih perlakuan yang terbaik. Jadi, kalau akuntansi dikatakan sebagai seni maka yang dimaksud adalah cara menerapkannya bukan sifatnya sebagai seperangkat pengetahuan. Akuntansi dikatakan sebagai sains jika terdapat kriteria penting untuk menguji validitas pernyataan-pernyataan sebagai seperangkat pengetahuan. Kriteria tersebut adalah koherensi, korespondensi, keterujian, dan keuniversalan. Koherensi menuntut bahwa
seperangkat
pernyataan-pernyataan
bersifat
logis
dari
asumsi
yang
mendasarinya. Korespondensi menentukan apakah konklusi yang diturunkan dari teori yang melandasinya didukung oleh fakta empiris di dunia nyata. Keterujian menghendaki terdapatnya metode yang cukup meyakinkan untuk menguji teori. Keuniversalan menentukan apakah pernyataan-pernyataan (teori) mampu untuk 3
menjelaskan semua fakta yang berkaitan dengan fenomena yang dibahas. Proses evaluasi untuk menentukan apakah kriteria tersebut dipenuhi disebut dengan proses validasi. Proses validasi ini juga melibatkan pertimbangan, tetapi dalam sains pertimbangan tersebut dikendalikan oleh metode atau kaidah ilmiah. Bila akuntansi dipandang sebagai sains, akuntansi akan banyak membahas gejala akuntansi seperti mengapa perusahaan memilih metoda akuntansi tertentu, faktor-faktor apa yang mendorong manajemen memanipulasi laba, dan apakah partisipasi salam penyusunan anggaran mempengaruhi kinerja manajer divisi. Tujuan akuntansi adalah menghasikan atau menemukan prinsip-prinsip umum (general priciples) untuk menjustifikasi kebijakan dalam rangka mencapai tujuan tertentu (tujuan pelaporan keuangan) bukan untuk mendapatkan kebenaran penjelasan (teori). Akuntansi dikatakan sebagai teknologi karena jika dilihat dari karakteristik akuntansi, sebenarnya seperangkat pengetahuan akuntansi seperti teknologi yang harus dikembangkan sesuai dengan sifat teknologi tersebut agar lebih bermanfaat dan mempunyai pengaruh nyata dalam kehidupan sosial tertentu. Karena akuntansi masuk dalam bidang pengetahuan teknologi, akuntansi dapat didefinisi sebagai “rekayasa informasi dan pengendalian keuangan.” Sebagai teknologi, akuntansi dapat memanfaatkan teori-teori dan pengetahuan yang dikembangkan dalam disiplin ilmu yang lain untuk mencapai tujuan tertentu tanpa harus mengembangkan teori itu sendiri. Akuntansi dirancang untuk memperlancar kegiatan ekonomik dan oleh karenanya akuntansi berfungsi sebagai teknologi untuk kepentingan (kebijakan) politik. Akuntansi harus resnposif terhadap kebutuhan masyarakat dan juga harus merefleksi kondisi sosial, politis, hukum, budaya, dan ekonomik tempat akuntansi beroperasi atau diterapkan. F.
PEREKAYASAAN LAPORAN KEUANGAN Perekayasaan adalah proses terencana dan sistematis yang melibatkan
pemikiran, penalaran, dan pertimbangan untuk memilih dan menentukan teori, pengetahuan yang tersedia, konsep, metode, teknik, serta pendekatan untuk menghasilkan suatu produk (konkret atau konseptual). Perekayasaan akuntansi mengikuti proses yang sama, baik pada tingkat makro maupun mikro. Akuntansi dalam perekayasaan ini adalah akuntansi dalam arti luas yaitu sebagai suatu sistem pelaporan keuangan umum yang melibatkan kebijakan umum akuntansi dalam suatu wilayah tertentu. Pelaporan keuangan adalah struktur dan proses 4
tentang bagaimana informasi keuangan untuk semua unit usaha dan pemerintahan harus disediakan dan dilaporkan dalam suatu negara untuk tujuan pengambilan keputusan ekonomik.
Dalam
perekayasaan
pelaporan
keuangan,
akuntansi
memanfaatkan
pengetahuan dan sains dari berbagai disiplin ilmu. Tujuan akuntansi akan menjadi kekuatan pengarah dalam merekayasa akuntansi karena tujuan tersebut akan digunakan untuk mengevaluasi kebermanfaatan dan keefektifan produk yang dihasilkan. Pada tingkat makro, produk perekayasaan akuntansi adalah semacam konstitusi yang disebut rerangka konseptual. G.
TEORI AKUNTANSI SEBAGAI SAINS Teori diartikan sebagai sesuatu yang tidak operasional atau sesuatu bersifat
abstrak atau sesuatu yang ideal sebagai lawan dari sesuatu yang nyata dan dikerjakan dalam dunia nyata. Teori akuntansi adalah sekumpulan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku dan harus dianut dalam lingkungan tertentu. Oleh karena itu, mempelajari teori akuntansi sering disalahartikan sebagai mempelajari standar akuntansi dan cara penerapannya. Teori akan berisi pernyataan-pernyataan asumsi dan hipotesis. Agar teori menjadi kuat, hipotesis harus diuji secara ilmiah dan didukung oleh bukti yang nyata. Sebagai sains, kegiatan penjelajahan dan riset akuntansi lebih diarahkan untuk menguji secara ilmiah teori-teori tersebut yang diajukan sebagai penjelasan fenomena akuntansi, alam, atau sosial. Tujuan teori adalah menjelaskan dan memprediksi. Menjelaskan berarti menganalisis dan memberi alasan mengapa fenomena atau fakta yang sedang terjadi sedangkan memprediksi berarti memberi keyakinan jika asumsi-asumsi yang diteorikan dipenuh, kemungkinan besar suatu fenomena atau fakta tertentu akan 5
terjadi. Bila hal ini diterapkan untuk akuntansi, teori akuntansi sering dimaksudkan sebagai sains yang berdiri sendiri yang menjadi sumber pengetahuan dan praktik akuntansi. Teori akuntansi akan merupakan seperangkat hipotesis-hipotesis yang bersifat deskriptif sebagai hasil penelitian dengan menggunakan metode ilmiah tertentu. Oleh karena itu, teori akuntansi berisi keseluruhan analisis dan komponennya yang menjadi sumber acuan untuk menjelaskan dan memprediksi gejala-gejala atau peristiwa dalam akuntansi. Karena teori akuntansi disetarakan dengan sains, apa yang dibahas dan dihasilkan harus memenuhi kriteria sains yaitu bebas nilai (tidak untuk mencapai tujuan sosial atau ekonomik tertentu), koheren, universal, dan dapat diuji/diverifikasi secara empiris. Kebutuhan untuk memenuhi kriteria ini menjadikan arah teori akuntansi bergeser dari menghasilkan prinsip dan praktik akuntansi baru yang lebih baik menuju ke menguji validitas penjelasan suatu fenomena atau fakta akuntansi. Pergeseran arah ini ditentang oleh banyak pihak karena dengan pendekatan semacam ini tidak akan menghasilkan jawaban berupa teknik atau prinsip baru untuk memecahkan masalah akuntansi. H.
TEORI AKUNTANSI SEBAGAI PENALARAN LOGIS Teori dapat pula diartikan sebagai suatu penalaran logis yang melandasi praktik
dalam kehidupan nyata. Teori berusaha untuk memberikan pembenaran terhadap praktik agar praktik mempunyai kekuatan untuk dapat dipertahankan atau dipertanggungjawabkan kelayakannya. Penalaran logis berisi asumsi, dasar pikiran, konsep, dan argumen yang saling berkaitan dan yang membentuk suatu rerangka pikir yang logis. Hasil proses penalaran logis dapat dituangkan dalam bentuk dokumen yang berisi prinsip-prinsip umum yang menjadi landasan umum untuk menentukan tindakan yang terbaik dalam mencapai tujuan. Teori akuntansi membahas proses pemikiran atau penalaran untuk menjelaskan kelayakan prinsip atau praktik akuntansi tertentu yang sudah berjalan atau untuk memberi landasan konseptual dalam penentuan standar atau praktik akuntansi yang baru. Proses penalaran logis untuk akuntansi diwujudkan dalam bentuk perekayasaan pelaporan keuangan. Perekayasaan akuntansi menghasilkan suatu rerangka konseptual. Fungsi rerangka konseptual adalah untuk mengevaluasi atau membenarkan dan untuk mempengaruhi atau mengembangkan praktik akuntansi. Penalaran logis dapat 6
digunakan untuk menilai apakah praktik yang sekarang berjalan telah mendukung atau menjamin tercapainya tujuan pelaporan yang dicanangkan dalam rerangka konseptual. Meskipun menggunakan metode yang sama, penalaran logis harus dibedakan dengan penalaran ilmiah. Teori akuntansi sebagai sains juga memerlukan penalaran logis tetapi penalaran ilmiah tersebut bersifat universal dan objektif dan tidak dipengaruhi oleh tujuan-tujuan dan kebijakan khusus yang berlaku dalam suatu lingkungan. Penalaran logis dalam akuntansi justru digunakan untuk membenarkan praktik atau perlakuan tertentu dengan maksud untuk “memaksakan” praktik atau perlakuan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Penalaran logis dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan praktik baru jika memang tujuan tertentu hanya dapat dicapai dengan menciptakan praktik yang baru. Praktik yang baru dapat dikembangkan dengan penerbitan standar baru oleh badan yang berwenang. Dengan standar tersebut, diharapkan praktik di masa mendatang akan menjadi terarah dan konsisten menuju ke pencapaian tujuan pelaporan keuangan yang diharapkan. Dalam penalaran ini, tujuan merupakan komponen paling penting untuk ditentukan karena tujuan yang berbeda akan menghasilkan struktur yang berbeda pula. Jika penalaran ini dapat disebut sebagai teori umum akuntansi, maka penalaran semacam ini akan membentuk suatu yang biasa disebut teori akuntansi normatif. I.
PERSPEKTIF TEORI AKUNTANSI Meskipun menganut perlakuan apapun, teori akuntansi akan berisi pernyataan-
pernyataan yang berupa penjelasan atau pembenaran tentang suatu fenomena atau perlakuan akuntansi. Selain perspektif (aspek) taksonomi yang membagi teori akuntansi menjadi penjelasan ilmiah atau justifikasi, teori akuntansi juga sering dikelompokkan atas dasar perspektif lain menurut tujuan atau penekanan pembahasan. 1.
Aspek Sasaran Teori Aspek sasaran ini mendasari perbedaan teori akuntansi menjadi teori akuntansi
positif dan normatif. Klasifikasi ini sebenarnya merupakan konsekuensi logis dari pendefinisian akuntansi sebagai sains atau teknologi. Pandangan sains akan menghasilkan teori akuntansi positif dan pandangan teknologi akan menghasilkan teori akuntansi normatif. Klasifikasi ini terjadi karena sasaran yang berbeda yang ingin dicapai atau dihasilkan oleh teori akuntansi.
7
Penjelasan positif berisi pernyataan tentang suatu peristiwa sesuai dengan fakta yang terjadi atas dasar pengamatan empiris. Penjelasan positif diarahkan untuk memberi jawaban apakah sesuatu pernyataan itu benar atau salah atas dasar kriteria ilmiah. Sedangkan penjelasan normatif berisi pernyataan untuk menilai apakah sesuatu itu baik atau buruk, relevan atau tak relevan dalam kaitannya dengan kebijakan ekonomik atau sosial tertentu. Penjelasan normatif diarahkan untuk mendukung atau menghasilkan kebijakan politik sehingga bersifat pembuat kebijakan.
Atas dasar perbedaan aspek di atas, sasaran teori akuntansi positif adalah menghasilkan penjelasan tentang apa yang terjadi secara objektif tanpa dilandasi oleh pertimbangan nilai. Teori akuntansi positif mengajukan proposisi atau hipotesis bahwa perusahaan pemanufakturan cenderung memilih MPKP sedangkan perusahaan perdagangan cenderung memilih MTKP. Teori akuntansi positif berusaha menentukan apakah hipotesis tersbut benar atau salah dengan menggunakan metoda ilmiah atas dasar pengamatan data yang nyatanya terjadi. Tujuan teori positif adala untuk mendeskripsi, teori akuntansi tidak berkepentingan untuk menilai apakah metoda MPKP lebih baik atau lebih bermanfaat daripada metoda MTKP. Di lain pihak, sasaran teori akuntansi normatif adalah menghasilkan penjelasan mengapa perlakuan akuntansi tertentu lebih baik atau lebih efektif daripada perlakuan akuntansi alternatif karena tujuan akuntansi tertentu harus dicapai. Jadi, perbedaan teori akuntansi positif dan normatif timbul akibat perbedaan sasaran teori dan bidang masalah yang menjadi perhatian masing-masing teori.
2.
Aspek Tataran Semiotika Akuntansi berkepentingan dengan penyediaan dan penyampaian informasi
sebagai sarana komunikasi bisnis sehingga akuntansi dapat disebut sebagai bahasa
8
bisnis. Efek komunikatif menjadi sasaran penyampaian gagasan atau informasi dari pengirim kepada penerima. Dalam ilmu bahasa, sistem komunikasi dan efek komunikatif dipelajari dalam tiga bidang, yaitu semiotika, linguistika, dan logika. Semiotika merupakan bidang yang membahas teori umum tentang tanda-tanda dan simbol-simbol dalam bidang linguistika. Linguistika itu merupakan bidang ilmu bahasa yang membahas fonetik, gramatika, morfologi, dan makna kata atau ungkapan. Logika membahas masalah yang berkaitan dengan validitas penalaran dan penyimpulan. Ketiga bidang ini menjadi teori yang melandasi terciptanya komunikasi yang efektif. Terdapat tiga tataran (level) semiotika yaitu sintaktika, semantika, dan pragmatika. Sintaktika menelaah logika dan kaidah bahasa, yaitu hubungan logis di antara tandatanda atau simbol-simbol bahasa. Semantika menelaah hubungan antara tanda atau simbol dan dunia kenyataan (fakta) yang disimbolkannya. Pragmatika membahas dan menguji apakah komunikasi efektif dengan mempelajari ada tidaknya perubahan perilaku penerima.
Akuntansi keuangan yang dikenal luas dikembangkan atau direkayasa atas dasar premis bahwa investor dan kreditor adalah pihak yang dituju informasi. Efek komunikasi yang ingin dicapai adalah agar pihak yang dituju tersebut bersedia menanam dana ke kegiatan ekonomik yang dibutuhkan masyarakat melalui perusahaan. Pemahaman teori akuntansi dapat dicapai dengan mengidentifikasi teori akuntansi atas dasar tataran semiotika. Tataran semiotika menunjukkan bahwa perekayasa akuntansi berteori pada tiga tataran, yaitu semantik, sintaktik, dan pragmatik dalam rangka menghasilkan suatu struktur pelaporan keuangan dalam
9
negara tertentu. Dengan demikian, teori akuntansi dapat dibedakan atas dasar sasaran bahasan dan pemahaman menjadi teori akuntasi sematik, sintaktik, dan pragmatik.
1)
Teori Akuntansi Semantik Teori akuntansi ini menekankan pembahasan pada masalah penyimbolan dunia
nyata (kegiatan perusahaan) ke dalam tanda-tanda bahasa akuntansi sehingga orang dapat membayangkan kegiatan fisis perusahaan tanpa harus secara langsung menyaksikan kegiatan tersebut. Teori ini berusaha untuk menemukan dan merumuskan makna-makna penting pelaporan keuangan. Oleh karena itu, teori ini banyak membahasan pendefinisian makna elemen (objek), pengidentifikasian atribut atau karakteristik elemen sebagai bahan pendefinisian, dan penentuan jumlah rupiah (pengukuran) sebagai salah satu atribut. Pendefinisian merupakan langkah penting dalam teori semantik karena kesalahan pemaknaan mempunyai implikasi penting dalam pengoperasian akuntansi. Jadi, teori akuntansi semantik berkepentingan dengan pelambangan dan penafsiran objek akuntansi untuk menghasilkan informasi semantik yang bermakna bagi pemakai laporan. Agar komunikasi akuntansi efektif, penyampaian informasi semantik tidak dapat dipisahkan dengan informasi sintaktik.
2)
Teori Akuntansi Sintaktik Teori akuntansi ini adalah teori yang berorientasi untuk membahas masalah-
masalah tentang bagaimana kegiatan-kegiatan perusahaan yang telah disimbolkan secara semantik dalam elemen-elemen keuangan dapat diwujudkan dalam bentuk statement keuangan. Teori sintaktik meliputi hubungan antara unsur-unsur yang membentuk struktur pelaporan keuangan atau struktur akuntansi dalam suatu negara, yaitu manajemen, entitas pelapor (pelaporan), pemakai informasi, sistem akuntansi, dan pedoman penyusunan laporan.
3)
Teori Akuntansi Pragmatik Teori akuntansi ini memusatkan perhatiannya pada pengaruh informasi
terhadap perubahan perilaku pemakai laporan. Dengan kata lain, teori ini membahas reaksi pihak yang dituju oleh informasi akuntansi. Informasi akuntansi dikatakan bermanfaat apabila informasi tersebut benar-benar digunakan dalam pengambilan 10
keputusan oleh pemakai yang dituju. Kebermanfaatan informasi akan menentukan keefektifan pencapaian tujuan pelaporan keuangan. Teori pragmatik membahas berbagai hal dan masalah yang berkaitan dengan pengujian kebermanfaatan informasi baik dalam konteks pelaporan keuangan eksternal maupun manajerial. Teori pragmatik akan banyak berisi pengujian-pengujian teori tentang hubungan antara variabel akuntansi dengan variabel perubahan atau perbedaan perilaku pemakai. Karena teori pragmatik pada umumnya adalah perilaku manusia dalam kaitannya dengan informasi, teori ini sering diklasifikasi sebagai akuntansi keperilakuan. Pembidangan teori atas dasar tataran atau level semiotika sebenarnya tidak dimaksudkan untuk memisahkan pembahasan teori secara kaku dan tegas tetapi lebih untuk menggambarkan perbedaan orientasi. Bila dikaitkan dengan pembidangan positif-normatif, teori sintaktik dan semantik pada umumnya bersifat normatif sedangkan teori pragmatik lebih bersifat positif.
3.
Aspek Pendekatan Penalaran Penalaran adalah proses berpikir logis dan sistematis untuk membentuk dan
mengevaluasi suatu keyakinan terhadap suatu pernyataan atau penjelasan. Peranan logika sangat penting dalam penalaran. Teori yang disusun dengan penalaran yang baik akan mempunyai validitas yang tinggi. Penalaran mempunyai peran penting dalam rangka menerima atau menolak kebenaran (validitas) suatu teori. Proses penyimpulan yang menghasilkan pernyataan atau penjelasan sebagai teori dapat bersifat deduktif maupun induktif.
1)
Penalaran Deduktif Penalaran deduktif adalah proses penyimpulan yang berawal dari suatu
pernyataan umum yang disepakati (disebut premis) ke pernyataan khusus sebagai simpulan (konklusi). Pernyataan umum dapat saja memuat nilai-nilai etika, moral, ideologi, keyakinan, atau budaya. Pernyataan umum yang disepakati dan menjadi basis penalaran dapat berasal dari teori, prinsip, konsep, doktrin, atau norma yang dianggap benar, baik, atau relevan dalam kaitannya dengan tujuan penyimpulan dan situasi khusus yang dibahas. Penalaran deduktif dalam akuntansi digunakan untuk memberi penjelasan dan dukungan terhadap kelayakan suatu pernyataan akuntansi. 11
2)
Penalaran Induktif Penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Penalaran ini
berawal dari suatu pernyataan khusus dan berakhir dengan pernyataan umum yang merupakan generalisasi dari keadaan khusus tersebut. Hubungan antara premis dan konklusi dalam penalaran ini tidak langsung dan tidak sekuat hubungan dalam penalaran deduktif. Dalam penalaran induktif, kebenaran premis tidak selalu menjamin kebenaran konklusi yang bersifat generalisasi. Kebenaran konklusi hanya dapat dijamin dengan tingkat keyakinan tertentu. Penalaran induktif dalam akuntansi pada umumnya digunakan untuk menghasilkan pernyataan umum yang menjadi penjelasan (teori) terhadap gejala akuntansi tertentu. Hipotesis merupakan generalisasi yang dituju oleh penelitian akuntansi. Bila bukti empiris (atas dasar pengamatan terhadap sampel) konsisten dengan atau mendukung generalisasi tersebut, maka dapat dikatakan bahwa generalisasi tersebut menjadi teori yang valid dan mempunyai daya prediksi yang tinggi. Bila dikaitkan dengan perspektif teori yang lain, teori akuntansi normatif biasanya berbasis penalaran deduktif sedangkan teori akuntansi positif berbasis penalaran induktif. Secara umum dapat dikatakan bahwa teori akuntansi sebagai penalaran logis bersifat normatif, sintaktik, semantik, dan deduktif. Teori akuntansi sebagai sains bersifat positif, pragmatik, dan induktif. J.
VERIFIKASI TEORI AKUNTANSI Verifikasi teori merupakan prosedur untuk menentukan apakah suatu teori valid
atau tidak. Pendekatan untuk mengevaluasi validitas teori bergantung pada sasaran dan tataran teori yang diverifikasi. Validitas dapat dinilai dengan menentukan apakah asumsi-asumsi yang digunakan masuk akal. Teori akuntansi normatif dievaluasi validitasnya atas dasar penalaran logis yang melandasi teori yang diajukan. Teori normatif bersifat tidak bebas nilai, maka penerimaan asumsi oleh pihak yang terlibat dalam penurunan prinsip (konklusi) juga menjadi bagian dari kriteria validitas teori. Namun, kriteria ini sering bersifat subjektif. Oleh karena itu, penerimaan suatu asumsi juga harus didukung dengan penalaran logis sehingga asumsi tetap masuk akal serta ketidaksetujuan terhadapnya masih tetap dapat dievaluasi dan diukur implikasinya. 12
Teori akuntansi positif dievaluasi validitasnya atas dasar kesesuaian teori dengan fakta yang terjadi. Menentukan fakta melibatkan observasi secara objektif. Pada umumnya, observasi objektif dapat dicapai melalui penelitian dengan metode ilmiah. Oleh karena itu, validitas teori akuntansi positif banyak dilakukan dengan penelitian empiris. Penelitian empiris didasarkan atas pengamatan terbatas (sampel) untuk menguji teori secara statistis. Karena teori akuntansi positif bersifat bebas nilai, maka verifikasi dibatasi pada apa yang nyatanya dipraktikkan tetapi tidak diarahkan untuk menentukan apakah teori tersebut baik atau tidak bila dijadikan basis untuk menentukan kebijakan. Teori akuntansi sintaktik biasanya tidak berkaitan langsung dengan fakta sehingga verifikasi validitasnya mengandalkan penalaran logis semata. Baru setelah teori tersebut dipraktikkan dalam bentuk kebijakan, pengujian secara empiris dapat dilakukan untuk menguji penalaran yang mendasarinya. Teori akuntansi semantik melibatkan penyimbolan fakta sehingga mengandung unsur empiris. Oleh karena itu, validitas teori dapat diverifikasi secara empiris dengan pengamatan. Teori akuntansi pragmatik mempunyai kandungan empiris yang besar karena teori ini banyak memanfaatkan fakta atau data empiris perilaku pasar/individual sebagai reaksi terhadap informasi akuntansi. Verifikasi teori ini dapat dilakukan dengan penelitian empiris yang didasarkan atas asumsi bahwa informasi dianggap bermanfaat bila pemakai berbuat seakan-akan menggunakan informasi tersebut. Karena teori akuntansi semantik, sintaktik, dan pragmatik tidak berdiri sendiri tetapi saling mendukung dan melengkapi, semua pendekatan pengujian biasanya dilakukan untuk memverifikasi suatu teori. Jadi, sedapat-dapatnya teori harus diverifikasi validitasnya atas dasar penalaran logis, bukti empiris, daya prediksi, dan pertimbangan nilai yang telah disepakati.
Referensi: Suwardjono. Teori Akuntansi. Yogyakarta: BPFE
13