BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Diagnosis komunitas adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk menentukan suatu masalah di masyarakat dengan cara pengumpulan data di masyarakat. Menurut World Health Organization (WHO), diagnosis komunitas meliputi penjelasan kuantitatif dan kualitatif tentang kondisi kesehatan pada suatu komunitas beserta faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatannya.1 Diagnosis komunitas mengidentifikasi masalah kemudian mengarah kepada suatu intervensi perbaikan sehingga menghasilkan suatu kerja yang nyata. Diagnosis komunitas membutuhkan kolaborasi multi sektor, dukungan proaktif dari komunitas, transparansi data, serta intervensi berbasis bukti. Empat proses diagnosis komunitas terdiri dari inisiasi, pengumpulan data dan analisis, diagnosis serta penyebarluasan.2 Diabetes mellitus merupakan salah satu dari penyakit yang sering ditemukan pada komunitas. Penyakit ini merupakan suatu sindroma metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin atau keduaduanya. Diabetes melitus terjadi di seluruh dunia dan angka kejadian tertinggi berasal dari negara-negara berkembang termasuk Indonesia.3,4 Data dari International Diabetes Federation (IDF) tahun 2015 menunjukkan sebanyak 415 juta orang dewasa di dunia menderita diabetes mellitus. Jumlah ini menunjukkan adanya peningkatan 4 kali lipat dibandingkan tahun 1980.5 Persentase orang dewasa dengan diabetes adalah 8,5% (1 diantara 11 orang dewasa menyandang diabetes). Tahun 2012, diabetes merupakan penyebab kematian ke 8 pada kedua jenis kelamin dan penyebab kematian kelima pada perempuan. Tahun 2014 terdapat 96 juta orang dewasa dengan diabetes mellitus di 11 negara Asia Tenggara dan setengahnya tidak terdiagnosis. Prevalensi diabetes di antara orang dewasa di wilayah Asia Tenggara meningkat dari 4,1% di tahun 1980an menjadi 8,6% di tahun 2014. Dilaporkan sekitar 1 juta orang dewasa di wilayah Asia Tenggara meninggal akibat konsekuensi dari gula darah yang tinggi. Termasuk di dalamnya kematian langsung dari diabetes mellitus seperti koma diabetikum maupun kematian karena komplikasi seperti gagal ginjal dan gagal jantung.6 Data IDF pada tahun 2016, Indonesia menempati peringkat ke 7 di dunia dengan penderita diabetes tertinggi dengan jumlah sebesar 10,2 juta jiwa. Menurut 1
Sample Registration System (SRS) 2014, Indonesia menduduki peringkat ketiga kematian akibat diabetes mellitus dengan komplikasi dan peringkat kedua kematian akibat diabetes mellitus. Penderita diabetes di Indonesia tahun 2007 berjumlah 23.655.000 dan mengalami peningkatan menjadi 28.388.000 di tahun 2013 serta masih terdapat 2/3 penduduk yang tidak mengetahui jika dirinya diabetes.5 Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2014, provinsi Banten merupakan provinsi dengan angka kejadian diabetes yang tinggi yaitu sekitar 104.962 orang.7 Data dari Riskesdas tahun 2014 terdapat 2.445 orang yang menderita diabetes di Kabupaten Tangerang. Puskesmas Legok yang berada di wilayah kabupaten Tangerang dimana memiliki 5 desa sebagai wilayah kerja juga menghadapi masalah diabetes mellitus. Berdasarkan data Puskesmas Legok, diabetes mellitus merupakan penyakit urutan ke 2 dari 10 penyakit terbanyak dan urutan ke 2 tertinggi berdasarkan kasus penyakit yang tidak menular. Tahun 2017 terdapat 540 orang yang menderita diabetes dan mengalami peningkatan menjadi 636 orang pada tahun 2018 di wilayah kerja Puskesmas Legok.
Judul diabetes mellitus dipilih dikarenakan
tingginya angka diabetes mellitus di wilayah kerja Legok.
1.2
Tujuan
1.2.1Tujuan Umum Diturunkannya angka morbiditas diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Legok, Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. 1.2.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya lokasi yang memiliki masalah utama diabetes mellitus yang harus segera diselesaikan di wilayah kerja Puskesmas Legok, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten periode Februari 2019 sampai April 2019. 2. Diketahuinya masalah-masalah yang menyebabkan tingginya jumlah kasus diabetes mellitus di lokasi yang bermasalah atau memiliki angka kejadian yang tinggi. 3. Diketahuinya intervensi sebagai alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan dalam jangka pendek dan memiliki daya ungkit yang besar dalam menunjang tujuan jangka menengah dan jangka panjang yang diharapkan. 4. Diketahuinya hasil dari intervensi yang dilakukan.
Daftar Pustaka 1. Budiningsih S, Prihartono J, Kekalih A. Buku keterampilan klinis ilmu kedokteran komunitas. Jakarta: Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FK UI; 2014.
2.Centers for Disease Control and Prevention. community health assessments & health improvement plans [Internet]. 2018 Jul. [cited 2019 Februari 27]. Diunduh dari: https://www.cdc.gov/publichealthgateway/cha/plan.html 3. Suyono S. Diabetes mellitus di Indonesia. Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setyohadi B, Syam AF, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II. 4 ed. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
4. PERKENI. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PERKENI; 2015.
5. International Diabetes Federation. IDF diabetes atlas sixth edition. [Internet]. 2016 [cited 2019 Mar 1]. Available from: www.idf.org/diabetesatlas
6. World Health Organization. Diabetes fakta dan angka. [Internet]. 2016 [cited 2019 March 1]. Available from : http://www.searo.who.int/indonesia/topics/8whd2016-diabetes-facts-and-numbers-indonesian.pdf.