Bab 1 Lia

  • Uploaded by: aditiya
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 1 Lia as PDF for free.

More details

  • Words: 1,442
  • Pages: 6
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan suatu masalah kardiovaskular yang utama karena menyebabkan angka perawatan rumah sakit dan angka kematian yang tinggi. Banyak kemajuan yang telah dicapai melalui penelitian dan oleh karenanya diperlukan pedoman tatalaksana sebagai rangkuman penelitian yang ada (PERKI, 2015). Sebagian besar SKA adalah manifestasi akut dari plak ateroma pembuluh darah koroner yang koyak atau pecah. Hal ini berkaitan dengan perubahan komposisi plak dan penipisan tudung fibrus yang menutupi plak tersebut. Berkurangnya aliran darah koroner menyebabkan iskemia miokardium. Pasokan oksigen yang berhenti selama kurang-lebih 20 menit menyebabkan miokardium mengalami nekrosis (infark miokard) yang sering kali SKA di klasifikasikan sebagai STEMI, Non STEMI dan Angina Pektoralis un stabel. (PERKI, 2015). Berdasarkan laporan World Health Statistic 2012, tercatat 17,8 juta orang meninggal di dunia akibat penyakit jantung dan diperkirakan angka ini akan meningkat terus hingga 2030 menjadi 23,4 juta kematian di dunia. Penyakit kardiovaskuler saat ini menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di Indonesia. Berdasarkanhasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012, prosentase penderita IMA dengan usia di bawah 40 tahun adalah 2-8 % dari seluruh penderita dan sekitar 10 % pada pen derita dengan usia di bawah 46 tahun. Sensus kesehatan nasional tahun 2010 menunjukkan bahwa kematian karena penyakit kardiovaskular termasuk IMAadalah sebesar 26,4%. Care Fatality Rate (CFR) tertinggi terjadi pada IMA (13,49%) dan kemudian diikuti gagal jantung (13,42%) dan penyakit jantung lainnya (13,37%) (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013). Di unit perawatan intensif, pasien IMA pada umumnya akan mengalami gangguan tidur. Penyebab gangguan tidur itu dikarenakan oleh nyeri, sesak nafas, lingkungan unit perawatan intensif, stress psikologis dan efek dari berbagai obat dan perawatan yang diberikan pada pasien kritis tersebut. (Sulistiyowati. 2015). Tidur yang tidak adekuat dan kualitas tidur buruk dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan fisiologi dan psikologi. Dampak fisiologi meliputi penurunan aktivitas sehari-hari, rasa capai, lemah, koordinasi neuromuskular buruk, proses penyembuhan lambat, daya tahan tubuh menurun, dan ketidakstabilan tanda vital (Briones et al., 1996; Dawson, & Lack, 2000). Sedangkan dampak psikologi meliputi depresi, cemas, tidak

konsentrasi, koping tidak efektif. Perawat bertanggung jawab untuk memfasilitasi dan meningkatkan kualitas tidur mereka selama perawatan dengan memberikan rasa nyaman dan mengeliminasi faktor-faktor gangguan tidur (Miller, 1995; Roy, 1999). Penderita SKA membutuhkan pemantauan kondisi jantung yang ketat sehingga mengharuskan pasien untuk dirawat di rumah sakit dengan tujuan observasi, perawatan, dan terapi terhadap penyakit ataupun penyulit yang dapat mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa. Hospitalisasi, terutama di ruang perawatan intensif (ICU) memiliki dampak positif dan negatif bagi pasien. Dampak positif yang dirasakan oleh pasien adalah rasa aman dan dilindungi, sedangkan dampak negatif antara lain rasa takut, kecemasan, gangguan kognitif, cemas dan gangguan tidur(Pusparini, 2014). Hospitalisasi di ruang rawat intensif menyebabkan terjadinya stres psikologis pada pasien akibat progresifitas penyakit yang tidak menentu, banyaknya proses medikasi dan tindakan perawatan yang diterima oleh pasien, dan lingkungan ruang perawatan intensif yang meliputi suara dari alat alat bantuan hidup, suara alarm, dan percakapan antara tenaga kesehatan sehingga pasien mengalami gangguan tidur (Weinhouse., & Schwab. 2005) Kualitas tidur merupakan respon emosional terhadap penilaian individu yang subyektif, yang dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus penyebabnya (Dalami, 2009) Di dalam standar asuhan keperawatan pasien IMA, bahwa pengaturan sudut posisi tidur belum spesifik dijelaskan. Intervensi keperawatan yang tercantum, ternyata masih banyak terdapat perbedaan pendapat dalam hal memberikan intervensi sudut posisi tidur pada pasien IMA. Dimana ada yang menyatakan bahwa pasien dengan nyeri dan sesak nafas yang penting diberikan posisi tidur dengan duduk miring senyaman pasien, ada mengatakan posisi tidur yang biasa diberikan adalah posisi semifowler (Sulistiyowati. 2015). Sesuai penelitian Sulistiyowati (2015) diperoleh nilai p- value 0,023 yang berarti pengaturan sudut posisi tidur 30°dapat menghasilkan kualitas tidur yang baik, sehingga bisa dipertimbangkan sebagai salah satu intervensi untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur pasien. Terapi lain yang disinyalir mampu meningkatkan kualitas tidur yaitu Terapi nature sounds. Terapi nature sounds merupakan salah satu terapi komplementer berupa teknik intervensi relaksasi nonfarmakologis dengan menggunakan suara yang memiliki karakteristik membuat nyaman, menimbulkan perasaan tenang, dan rileks. Nature sounds merupakan suara yang tidak asing bagi setiap manusia dan selalu didengar dalam kehidupan sehari-hari. Manusia mempunyai daya tarik bawaan dengan alam sehingga

interaksinya dengan alam memiliki efek terapeutik terhadap manusia itu sendiri (Chiang, L. 2007). Sejalan dengan penelitian Yulia, Eka (2016) Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan rata-rata kualitas tidur (29,18±13,47, p value 0,000) dan tingkat kebisingan (19,69±16,68, p value 0,001) sebelum dan setelah pemberian terapi nature sounds. Yang berarti pemberian terapi Nature sound berpengaruh terhadap kualitas tidur penderita SKA. Pasien SKA di ketahui mempunyai gangguan tidur sehingga perlunya tindakan mandiri perawat dalam meningkatkan kualitas tidur salah satunya yaitu pemberian posisi 30 0 dan terapi mendengarkan natural sound. B. Rumusan Masalah Pemberian pemberian posisi 300 dan terapi mendengarkan natural sound. Samasama efektif dalam meningkatkan kualitas tidur pasien dengan SKA. Maka peneliti tertarik untuk meneliti adakah pengaruh pemberian pemberian posisi 30 0 dan terapi mendengarkan natural sound terhadap kualitas tidur pasien dengan SKA? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh pemberian pemberian posisi 300 dan terapi mendengarkan natural sound terhadap kualitas tidur pasien dengan SKA 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui karakteristik responden b. Untuk mengetahui perbedaan kualitas tidur sebelum dan sesudah pemberian pemberian posisi 300 dan terapi mendengarkan natural sound c. Untuk mengetahui pengaruh pemberian pemberian posisi 300 dan terapi mendengarkan natural sound terhadap kualitas tidur pasien dengan SKA D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat praktis dalam keperawatan yaitu: 1. Bagi Perawat Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah informasi yang dapat digunakan sebagai tindakan keperawatan mandiri dalam menangani gangguan tidur pada pasien SKA 2. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber bacaan ilmiah dan menjadi panduan praktik klinik mengenai tindakan pada pasien gangguan tidur 3. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan, wawasan serta pengalaman peneliti tentang pemberian pemberian posisi 30 0 dan terapi mendengarkan natural sound terhadap kualitas tidur pasien dengan SKA 4. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi data dasar dan referensi untuk peneliti selanjutnya. Selain itu penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan perbandingan untuk pengembangan ilmu pengetahuan di masa mendatang. E. Originalitas Penelitian Sepengetahuan penulis belum ada beberapa peneliti yang meneliti tentang pemberian pemberian posisi 30

0

dan terapi mendengarkan natural sound terhadap kualitas tidur

pasien dengan SKA. Dari hasil studi pustaka sudah ada penelitian yang berkaitan dengan penelitian tersebut yaitu: Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No

1

Nama, Judul Tahun Penelitia n Dwi Su Pengaruh listyowat Sudut Posisi i. 2015 Tidur Terhadap Kualitas Tidur Dan Status Kardiovaskule r Pada Pasien Infa Rk Miokard Akut (Ima) Di Ruang Icvcu Rsud Dr. Moewardi Surakarta

Rancang an Penelitia n Quasi eksperim en

Eka Yulia Pengaruh Quasi Fitri Y. Terapi Nature ekperime 2016 Sounds nt Terhadap Kualitas Tidur Pada Pasien Dengan Sindroma

Hasil

Jumlah responden:1 36

Perbedaan

Pada penelitian sebelumnya hanya Diperoleh hasil p- value diberi perlakuan 0,023 yang berarti pemberian posisi pengaturan sudut posisi tidur 30°dapat Pada penelitian ini menghasilkan kualitas akan diulas pengaruh tidur yang baik, pemberian posisi dan sehingga bisa terapi mendengarkan dipertimbangkan natural sound sebagai salah satu terhadap intervensi untuk peningkatan kualitas memenuhi kebutuhan tidur istirahat dan tidur pasienfaktor lingkungan berkategori buruk 58 resonden (95,1%) Mayoritas pasien hemodialisa memiliki kualitas tidur buruk. Jumlah Responden 13 Pada penelitian sebelumnya hanya Hasil penelitian diberi perlakuan menunjukkan adanya pemberian terapi perbedaan rata-rata natural sound kualitas tidur (29,18±13,47, p value Pada penelitian ini 0,000) dan tingkat akan diulas pengaruh

Koronaria Akut

kebisingan (19,69±16,68, p value 0,001) sebelum dan setelah pemberian terapi nature sounds. Yang berarti pemberian terapi Nature sound berpengaruh terhadap kualitas tidur penderita SKA

pemberian posisi dan terapi mendengarkan natural sound terhadap peningkatan kualitas tidur

DAFTAR PUSTAKA Miller, C.A. (1995). Nursing care of older adults: Theory & practice. Philadelphia: J. B. Lippincott Briones et al. (1996). Sleepiness and health: Relat io nship betwe en sleepines s and general health status. Sleep, 19 (7), 583 – 588 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Survei Kesehatan Nasional Dwi Su listyowati. 2015. Pengaruh Sudut Posisi Tidur Terhadap Kualitas Tidur Dan Status Kardiovaskuler Pada Pasien Infa Rk Miokard Akut (Ima) Di Ruang Icvcu Rsud Dr. Moewardi Surakarta. Jurnal KesMaDaSka - Juli 2015 Dalami,E dkk. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: Trans Info Media. 2009. Eka Yulia Fitri Y. 2016. Pengaruh Terapi Nature Sounds Terhadap Kualitas Tidur Pada Pasien Dengan Sindroma Koronaria Akut Pusparini, Y., Ibrahim, K., & Prawesti, A. (2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pasien di ruang intensif. Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia, 10 (2), 10541065.

Weinhouse., & Schwab. (2005). Sleep in critically ill patient. SLEEP, 29 (5), 2006, diakses dari journalsleep.org pada tanggal 13 MARET 2019 Chiang, L. (2007). The effects of music and nature sounds on cancer pain and anxiety in hospice cancer patients. Dissertation. Frances Payne Bolton School of Nursing. Case Western Reserve University.

Related Documents

Bab 1 Lia
October 2019 15
Lia
November 2019 35
Bab 1 Bu Lia-1.docx
April 2020 20
Lia
December 2019 35
Fami Lia
June 2020 26
Lia Buku.docx
November 2019 29

More Documents from "Aulia areta Rahma"

Bab 1 Lia
October 2019 15
Akuntansi-kas.doc
May 2020 24
Perhitungan (3)
October 2019 12
Prosesor Paralel
May 2020 13
Bab Ii - Sonya
August 2019 18