BAB. I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Anak tidak memisahkan antara dan bekerja. Bagi anak bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja, kesenangannya, dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan suatu kebutuhan seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih, danlain-lain. Anak memerlukan berbagai variasi mainan untuk kesehatan fisik, mental dan perkembangan emosinya. Melalui bermain anak tidak hanya menstiluasi anak tidak hanya menstimulasi perkembangan otot-ototnya, tetapi lebih dari itu. Anak tidak sekedar melompat, melempar atau berlari. Tetapi mereka bermain dengan menggunakan seluruh emosinya, perasaannya dan pikirannya. Kesenangan merupakan salah satu elemen pokok dalam bermain. Anak akan bermain selama aktivitas tersebut mengiburnya. Pada saat mereka bosan, mereka akan berhenti bermain. Bermain bukan berarti membuang-buang waktu, juga bukan berarti membuat si anak menjadi sibuk sementara orang tuanya mengerjakan pekerjaannya sendiri. Tetapi anak akan menemukan kekuatan dan kelemahannya sendiri, minatnya, cara menyelesaikan tugas-tugas dalam bermain, dan lain-lain. Bermain adalah unsure yang penting untuk perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan social. Anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa Pengertian Konsep Bemain ? 2. Apa Fungsi Bermain ? 3. Apa Tujuan bermain ? 4. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi bermain ? 5. Apa Klasifikasi Bermain ? 6. Bagaimana karakteristik bermain sesuai tahapan perkembangan ? 7. Apa saja factor yang mempengarui aktifitas bermain ? 8. Bagaimana pedoman untuk keamanan Bermain ?
1
9. Bagaimana terapi bermain pada anak Dihospitalisasi ? 10. Apa saja prinsip-prinsip permainan pada anak di rumah sakit ? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui Pengertian Konsep Bemain 2. Untuk mengetahui Fungsi Bermain 3. Untuk mengetahui Tujuan Bermain 4. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi bermain 5. Untuk mengetahui Klasifikasi Bermain 6. Untuk mengetahui karakteristik bermain sesuai tahapan perkembangan 7. Untuk mengetahui factor yang mempengarui aktifitas bermain 8. Untuk mengetahui pedoman untuk keamanan Bermain 9. Untuk mengetahui terapi bermain pada anak Dihospitalisasi 10. Untuk mengetahui prinsip-prinsip permainan pada anak di rumah sakit
2
BAB. II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Konsep Bermain Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara suka rela untuk memperoleh kesenangan dan bermain merupakan cermin kemampuan fisik, intelektual, emosional dan social (Depdikbud, 1983).Oleh karena itu bermain merupakan media belajar bagi anak. Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadarinya .(Miller dan Keong, 1983). Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dgn keinginanya sendiri dan memperoleh kesenangan.(Foster, 1989). Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat paling penting untuk menatalaksanakan stres karena hospitalisasimenimbulkan krisis dalam kehidupan anak, dan karena situasi tersebut sering disertai stress berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling efektif menurunkan stres pada anak dan penting untuk mensejahterakan mental dan emosional anak (Champbel&Glaser, 1995 dikutip oleh Supartini, 2004). Bermain dapat dijadikan sebagai suatu terapi karena berfokus pada kebutuhan anak untuk mengekspresikan diri mereka melalui penggunaan mainan dalam aktivitas bermain dan dapat juga digunakan untuk membantu anak mengerti tentang penyakitnya (Mc. Guiness, 2001)
3
2.2 Fungsi Bermain Fungsi bermain bagi anak : 1. Perkembangan Sensori Motorik : yaitu membantu perkembangan gerak dengan memainkan suatu obyek, misalnya : meraih pensil. 2. Perkembangan Kognitif : yaitu membantu mengenai benda disekitar misalnya : logo, balok (bongkar pasang mainan). 3. perkembangan social : yaitu anak belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari peran dalam kelompok misalnya : dapat diperolah dari orang tua, guru, orang lain disekitar bermain, maka anak akan bertingkah laku sesuai/diterima oleh teman, anak akan menyesuaikan diri dengan aturan-aturan, jujur terhadap orang lain. 4. Perkembangan kreatifitas : Kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkan ke dlm bentuk objek dan atau kegiatan yang dilakukannya. 5. Perkembangan moral : Anak mempelajari nilai benar dan salah dari ling, terutama dari ortu dan guru.Anak akan mendapatkan kesempatan utk menerapkan nilai-nilai sehingga dapat diterima di ling dan dpt menyesuaikan diri dgn aturan yg ada dikelompoknya.Anak belajar bertanggung jawab atas segala tindakan yg akan dilakukan. 6. Terapi : bermain akan memeberi kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang tidak enak misalnya, marah, depresi, benci, takut. 7. Sebagai alat komunikasi : bermain merupakan komunikasi terutama pada anak yang belum menyatakan perasaan secara verbal, misalnya : melukis, menggambar, bermain peran. 2.3 Tujuan Bermain Selain fungsi bermain bagi anak, bermain juga mempunyai tujuan antara lain : 1. Dapat melanjut pertumbuhan dan perkembangan yang normal. 2. Dapat mengekspresikan keinginan, perasaan dan fantasi melalui permainan 3. Dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman berain yang tepat. 4. Dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat di rumah sakit dan mendapatkan kesenangan.
4
2.4 Faktor- factor yang Mempengaruhi Bermain 1. Tahap Perkembangan : setiap tahap perkembangan memunyai potensi/keterbatasan. 2. Status kesehatan : anak yang sakit makan kemampuan kognitif atau psikomotornya terganggu. 3. Jenis Kelamin : sangat dipengarhi oleh usia terutama perminan yang digunakan. 4. Lingkungan : lokasi, kultur, negara. 5. Alat Permainan Yang cocok : alat permainan yang sesuai tahap perkembangan maka anak akan menggunakan dan merasa senang 2.5 Klasifikasi Bermain 1. Menurut Isi a. Social
Play”:belajar
memberi
respon,
misalnya
orang
dewasa
berbicara/memanjakan anak, maka anak akan merasa senang dengan respon mengeluarkan suara tersenyum. b. Sense Of Pleasure Play” : dengan bermain akan memperoleh kesenangan dsri suatu objek disekelilingnya, misalnya : bermain pasir, air. c. Skill Play” dengan bermain anak dapat memperoleh ketrampilan sehingga anak akan memperoleh berulang-ulang. d. Dramatik Play atau Role Play” dengan bermain anak akan dapat melakukan peran, misalnya : sebagai perawat, dokter, guru, ibu, ayah dan anak akan membuat fantasi dari permainan tersebut. 2. Menurut Karakterisitik Sosial : a. Solitery Play” bermain sendiri walaupun ada orang lain didekatnya(1–3 ). b. Paralel Play”, bermain sejenis , anak bermain dalam suatu kelompok, masingmasing mempunyai mainan yang sama, tetapi tidak ada interaksi diantara mereka : tidak tergantung (interaksi tetapi belum bersosialisasi) Todler, Preschool. c. Associative Play” bermain dalam kelompok. Anak bermain dalam suatu aktivitas yang sama tetapi belum terorganisasi. Tidak ada pembagian tugas, mereka bermain sesuai keinginannya. d. Cooperative” pelayanan bermain dalam kelompok. Permainan terorganisir, terencana, ada tujuan, ada aturan-aturan misalnya : main kartu, balap sepeda. e. Unlocker play” (pengamat). Anak melihat anak bermain hal ini sduah merupakan bermain, menurunkan stress. 5
2.6 Karakteristik Bermain Sesuai Dengan Tahapan Perkembanagan a. Bayi Tumbuh kembang saat bayi sangat pesat, maka berikan mainan yang berbeda. Yang menonjol pada waktu bayi yaitu affective play dan sense of pleasure play. b. Umur 1 bulan
visual : lihat dari jarak jauh, gantungkan benda yang terang/menyolok.
Auditory : Bicara dengan bayi, menyanyi, musik, radio, detik jam.
Tactile : dipeluk, digendong.
Kinetik : diayun, kereta untuk jalan-jalan.
c. 2 – 3 bulan
Visual : beri objek warna terang, bawa bayi ke ruangan berbeda, letakan bayi agar dapat memandang sekitar.
Auditory : biacara dengan bayi, beri mainan yang berbunyi, ikut sertakan dalam pertemuan keluarga
Tactile : membelai waktu memandikan, sisir rambut dengan lembut, gosok dengan lotion atau dengan bedak.
Kinetik : jalan-jalan dengan kereta, gerakan berenang.
d. 4 – 6 bulan
visual : beri cermin, bawa nonton TV, beri mainan dengan warna terang.
Auditory : ajak bicara, ulangi suara-suara yang dibuatnya, panggil namanya, remas kertas dekat telinganya, letakan mainan berbunyi dekat telinganya.
Tactile : beri mainan berbagai tekstur lembut, kasar, bermain air, masukan ke dalam bak mandi.
Kinetik : Bantu telungkup, sokong waktu duduk, tunjukan bangunan-bangunan agak jauh, bermain bola, Beri mainan yang dapat ditarik/didorong
e. Mainan yang dianjurkan pada bayi umur 6 –12 bulan Blockles dengan warna terang dan menyolok, bola besar, mainan yang dapat didorong/ditarik, boneka berbunyi, balon. f. Toddler (2-3 tahun) : mulai berjalan, memanjat, lari; dapat memainkan sepatu dengan tangannya; senang melempar, mendorong, mengambil sesuatu; perhatiannya sangat singkat; mulai mengerti memiliki “milikku’; toddler selalu bertengkar memperebutkan mainan.
6
g. Preschool ( 3 – 6 tahun ) : anak sangat aktif dan imaginative, mulai terbentuk perkembangan moral, dapat melompat. Karakterisitik bermain preschool adalah : peralatan rumah tangga, sepeda roda tiga, lilin, boneka, buku-buku dengan kata-kata simple, alat olah raga, kapal terbang,mobil truk. h. Usia ( 6 – 12 tahun ) :
Bermain dengan kelompok, dapat belajar dengan aturan-aturan kelompok.
Belajar mandiri, kooperative bersaing, menerima orang lain dan tingkah laku yang diterima.
Bermain tidak hanya untuk meningkatkan kemampuan fisik, intelektual, fantasi, tetapi anak mulai membentuk club serta persatuan dalam tim.
Karakteristik “cooperative play”, mechanical serta Mother Roles : keduanya senang membaca.
Mainan untuk usia sekolah : usia 6 – 8 tahun adalah kartu, boneka, alat-alat untuk melukis, alat-alat olah raga, buku-buku, sepeda; mainan usia 8 –12 tahun adalah : buku, mengumpulkan perangko, main kartu, olah raga : berenang, sepeda, sepatu roda, pingpong.
i. Adolescense a. Anak lebih dekat dengan kelompok luar. b. Permainan : sepak bola, badminton, buku, basket, mendengar musik. c. Dalam memilih permainan, orang tua harus dilibatkan sehingga anak merasa seperti dirumah sendiri dan dapat bermain dengan kelompok, anak mudah mengekspresikan perasaan, diskusi. 2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aktifitas Bermain 1. Tahap perkembangan anak Perawat harus mengetahui dan memberikan jenis permainan yang tepatuntuk setiap tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak. 2. Status kesehatan anak Perawat harus mengetahui kondisi ana pada saat sakit dan jeli memilihkan permainan yg dapat dilakukan anak sesuai dgn prisnsip bermain pd anak yg sedang dirawat di RS.
7
3. Jenis kelamin Dalam melakukan aktifitas bermain tidak membedaskan jenis kelamin laki-laki atau perempuan. Ada pendapat yangdiyakini bahwa permainan adalah salah satu alat mengenal identitas dirinya. 4. Lingkungan yang mendukung Lingkungan cukup luas untuk bermain memungkinkan anak mempunyai cukup ruang untuk bermain. 5. Alat dan jenis permainan yg cocok Pilih alat bermain sesuai dengan tahapan tukem anak. Alat permaianan tidak selalu harus dibeli ditoko dan harus mahal
2.8 Pedoman Untuk Keamanan Bermain Menurut Soetjiningsih (1995), agar anak-anak dapat bermain dengan maksimal, maka diperlukan hal-hal seperti: 1. Ekstra energi Untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit kecil kemungkinan untuk melakukan permainan. 2. Waktu Anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga stimulus yang diberikan dapat optimal. 3. Alat permainan Untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak. 4. Ruang untuk bermain Bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, halaman, bahkan di tempat tidur. 5. Pengetahuan cara bermain Dengan mengetahui cara bermain maka anak akan lebih terarah dan pengetahuan anak akan lebih berkembang dalam menggunakan alat permainan tersebut. 6. Teman bermain Teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak dan membantu anak dalam menghadapi perbedaan. Bila permainan dilakukan bersama dengan orangtua, maka hubungan orangtua dan anak menjadi lebih akrab.
8
2.9 Terapi Bermain Pada Anak Yang Dihospitalisasi Setiap anak meskipun sedang dalam perawatan tetap membutuhkan aktivitas bermain. Bermain dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk menyelesaikan tugas perkembangan secara normal dan membangun koping terhadap stres, ketakutan, kecemasan, frustasi dan marah terhadap penyakit dari hospitalisasi (Mott, 1999). Bermain juga menyediakan kebebasan untuk mengekspresikan emosi dan memberikan perlindungan anak terhadap stres, sebab bermain membantu anak menanggulangi pengalaman yang tidak menyenangkan, pengobatan dan prosedur invasif. Dengan demikian diharapkan respon anak terhadap hospitalisasi berupa perilaku agresif, regresi dapat berkurang sehingga anak lebih kooperatif dalam menjalani perawatan di rumah sakit. Perawatan anak dirumah sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan stress, baik bagi anak maupun orang tua. Beberapa bukti ilmiah, menunjukkan bahwa lingkungan rumah sakit itu sendiri merupakan penyebab stress bagi anak dan orang tuanya, baik lingkungan fisik rumah sakit seperti bangunan/ruang rawat, alat-alat, bau yang khas, pakaian putih petugas kesehatan maupun lingkungan social, seperti sesama pasien anak, ataupun interaksi dan sikap petugas kesehatan itu sendiri. Perasaan, seperti takut, cemas, tegang, nyeri dan perasaan yang tidak menyenangkan lainnya, sering kali dialami anak Untuk itu, anak memerlukan media yang dapat mengekspresikan perasaan tersebut dan mampu bekerja sama dengan petugas kesehatan selama dalam perawatan.media yang paling efektif adalah melalui kegiatan permainan. Permainan yang teraupetik didasari oleh pandangan bahwa bermain bagi anak merupakan aktivitas yang sehat dan diperlukan untuk kelangsungan tumbuh kembang anak dan memungkinkan untuk dapat menggali dan mengekspresikan perasaan dan pikiran anak, mengalihkan parasaan nyeri, dan relaksasi. Dengan demikian, kegiatan bermain harus menjadi bagian integral dan pelayanan kesehatan anak dirumah sakit (Brennan, 1994). Aktivitas bermain yang dilakukan perawat pada anak di rumah sakit akan memberikan keuntungan sebagai berikut : 1. Meningkatkan hubungan antara klien (anak keluaarga) dan perawat karena dengan melaksanakan kegiatan bermain, perawat mempunyai kesempatan untuk membina hubungan yang baik dan menyenangkan dengan anak dan keluarganya. Bermain merupakan alat komunikasi yang elektif antara perawat dank klien. 2. Perawatan dirumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri. Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak. 9
3. Permainan pada anak dirumah sakit tidak hanya akan memberikan rasa senang pada anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih, tegang, dan nyeri. Pada beberapa anak yang belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikiran secara verbal dan/ atau pada anak yang kurang dapat mengekspresikannya, permainan menggambar, mewarnai, atau melukis akan membantunya mengekspresikan perasaan tersebut. 4. Permainan yang terupetik akan dapat meningkatkan kemampuan anak untuk mempunyai tingkah laku yang positif. 5. Permainan yang memberikan kesempatan pada beberapa anak untuk berkompetisi secara sehat, akan dapat menurunkan ketegangan pada anak dan keluarganya. 2.10
Prinsip – prinsip permainan pada anak di rumah sakit : 1. Permainan Tidak boleh bertentangan dengan terapi dan perawatan yang sedang dijalankan pada anak. Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih permainan yang dapat dilakukan ditempat tidur dan anak tidak boleh diajak bermain dengan kelompoknya ditempat bermain khusus yang ada diruang rawat. 2. Misalnya, sambil tiduran anak dapat dibacakan buku cerita atau diberikan buku komik anak-anak, mobil-mobilan yang tidak pakai remote control, robot-robotan, dan permainan lain yang dapat dimainkan anak dan orang tuanya sambil tiduran. 3. Tidak membutuhkan energy yang banyak, singkat dan sederhana. Pilih jenis permainan yang tidak melelahkan anak, menggunakan alat permainan yang ada pada anak dan/atau yang tersedia diruangan. Kalaupun akan membuat suatu alat permainan, pilih yang sederhana, supaya tidak melelahkan anak (misalnya, menggambar / mewarnai, bermain boneka dan membaca buku cerita). 4. Harus mempertimbangkan keamanan anak. Pilih alat permainan yang aman untuk anak, tidak tajam, tidak merangsang anak untuk berlari – lari dan bergerak secara berlebihan. 5.
Dilakukan pada kelompok umur yang sama. Apabila permainan dilakukan khusus di kamar bermain secara berkelompok dirumah, permainan harus dilakukan pada kelompok umur yang sama. Misalnya, permainan mewarnai pada kelompok usia prasekolah.
6. Melibatkan orang tua. Orang tua mempunyai
kewajiban untuk
tetap
melangsungkan upaya stimulasi tumbuh kembang pada anak walaupun sedang dirawat dirumah sakit termasuk dalam aktivitas bermain anaknya. Perawat hanya bertindak sebagai fasilitator sehingga apabila permainan diinisiasi oleh perawat 10
orang tua harus terlibat secara aktif dan mendampingi anak dari awal permainan sampai mengevaluasi permainan anak bersama dengan perawat dan orang tua anak lainnya. Pedoman dalam menyusun rancangan program bermain pada anak yang di rawat di rumah sakit : 1. Tujuan bermain Tetapkan tujuan bermain bagi anak sesuai dengan kebutuhannya. Kebutuhan bermain mengacu pada tahapan tumbuh kembang anak, sedangkan tujuan yang ditetapkan harus memperhatikan prinsip bermain bagi anak di rumah sakit, yaitu menekankan pada upaya ekspresi sekaligus relaksasi dan distraksi dari perasaan takut, cemas, sedih, tegang dan nyeri. 2. Proses kegiatan bermain Kegiatan bermain yang dijalankan mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Apabila permainan yang akan dilakukan dalam kelompok, uraikan dengan jelas aktivitas setiap anggota kelompok dalam permainan dan kegiatan orang tua setiap anak. 3. Alat permainan yang diperlukan Gunakan alat permainan yang dimiliki anak atau yang tersedia di ruang rawat. Apabila anak akan diajak bermain melipat kertas, gunakan bahan yang murah dan haga yang terjangkau. 4. Pelaksanaan kegiatan bermain Selama kegiatan bermain, respon anak dan orang tua harus diobservasi dan menjadi catatan penting bagi perawat, bahkan apabila tampak adanya 5. Evaluasi atau penilaian Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh seorang anak bila bermain dilaksanakan di suatu rumah sakit, antara lain : 1. Memfasilitasi situasi yang tidak familiar 2. Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan kontrol 3. Membantu untuk mengurangi stres terhadap perpisahan 4. Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang fungsi dan bagian tubuh 5. Memperbaiki konsep-konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan peralatan dan prosedur medis 11
6. Memberi peralihan dan relaksasi 7. Membantu anak untuk merasa aman dalam lingkungan yang asing 8. Memberikan cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengekspresikan perasaan, 9. Menganjurkan untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap yang positif terhadap orang lain 10. Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat 11. Memberi cara mencapai tujuan-tujuan terapeutik (Wong ,1996).
12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara suka rela untuk memperoleh kesenangan dan bermain merupakan cermin kemampuan fisik, intelektual, emosional dan social.Oleh karena itu bermain merupakan media belajar bagi anak. Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling efektif menurunkan stres pada anak dan penting untuk mensejahterakan mental dan emosional anak (Champbel&Glaser, 1995 dikutip oleh Supartini, 2004). Bermain dapat dijadikan sebagai suatu terapi karena berfokus pada kebutuhan anak untuk mengekspresikan diri mereka melalui penggunaan mainan dalam aktivitas bermain dan dapat juga digunakan untuk membantu anak mengerti tentang penyakitnya (Mc. Guiness, 2001). 3.2 Saran Setelah mempelajari materi di atas diharapkan seluruh mahasiswa memahami tentang definisi bermain, fungsi bermain bagi perkembangan anak, kecenderungan umum yang terjadi pada anak-anak dan terapi bermain pada anak yang dihospitalisasi. Berharap dengan adanya makalah ini kami serta teman – teman semua menjadi lebih paham dan mendapat ilmu dari membaca makalah ini.
13
DAFTAR PUSTAKA
Soetjiningsih,
TUMBUH
KEMBANG
ANAK, BAGIAN
KESEHATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYAHA BALI,
ANAK
Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 1995 Jakarta. Ida Samidah, Materi Kuliah KONSEP BERMAIN (Disampaikan Pada Perkuliahan Ners), PROGRAM
STUDI
ILMU
KEPERAWATAN
FAKULTAS
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2003, 2003 MAKASSAR. Perry, A,G & Potter, P.A. 2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta:EGC. Alimul Hidayat, A.Aziz.2005.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1.Jakarta:salemba medika. Soetjiningsih.2005. Buku Ajar II Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta:Idai
14