Bab 1-4 & Dapus.docx

  • Uploaded by: Ramayana
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 1-4 & Dapus.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,823
  • Pages: 24
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil tembakau terbesar keenam setelah Cina, Brazil, India, USA dan Malawi, dengan jumlah produksi sebesar 136 ribu ton atau sekitar 1,91% dari total produksi tembakau dunia. Meskipun demikian Indonesia masih mengimpor 40% dalam hal tembakau Hasil produksi tembakau di Indonesia mencapai kisaran 180-190 ribu ton per tahun. Namun jumlah ini belum mencukupi kebutuhan nasional yang mencapai 330 ribu ton per tahun. Sehingga sudah dipastikan bahwa kebutuhan Indonesia akan tembakau begitu tinggi. Dengan adanya hal ini juga memicu peningkatan penanaman tembakau diberbagai wilayah untuk memenuhi akan kebutuhan tembakau. Kabupaten Jember merupakan salah satu daerah penghasil tembakau terbesar di Indonesia. Pada tahun 2011, terdapat 24.616 petani tembakau di Kabupaten Jember yang tersebar di 24 kecamatan. Sedangkan luas lahan tembakau mencapai 10.009 hektar dan produksi tembakau sebesar 6.130 ton. Selain itu, Kabupaten Jember merupakan salah satu daerah yang mempunyai curah hujan tinggi yaitu berkisar antara 1.969 mm sampai 3.394 mm dengan kelembapan berkisar antara 62-91% (BPS Kabupaten Jember, 2012). Selain itu Jember juga merupakan daerah penghasil utama tembakau di Indonesia yang masuk kelas internasional. Daerah Jember yang cocok dengan tanaman tembakau ini juga menjadi lahan pencarian nafkah yang begitu menjanjikan bagi setiap warganya. Hal ini dikarenakan harga dari tembakau sendiri yang lebbih menguntungkan dari pada hasil pertanian lainnya. Sehingga sudah dapat dipastikan bahwa mayoritas penduduknya adalah petani tembakau. Namun seperti pekerjaan lain yang memiliki resiko terhadap kesehatan, petani tembakau juga sendiri beresiko terhadap penyakit yaitu Green Tobacco Sickness (GTS). Pennyakit ini dikarenakan paparan pestisida dan absorbsi nikotin daun tembakau basah melalui

kulit yang disebut Green Tobacco Sickness (GTS) (TCSCIAKMI dalam Rokhmah, 2013). Green Tobacco Sickness (GTS) adalah penyakit yang dapat disebabkan oleh penyerapan nikotin melalui kulit saat pekerja memanen daun tembakau yang basah. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran akan penggunaan alat pelindung diri. Pengetahuan tentang penyakit ini juga belum terlalu berkembang di masyarakat meskipun jumlah penderitanya sudah banyak. Penelitian-penelitian tentang penyakit ini juga relatiif belum terlalu banyak. Namun berdasarkan ciri-ciri yang ditunjukkan tentang beberapa diagnosa tentang penyakit ini dan perawatannya. Sehingga dapat dilakukaan perawatan bagi penderita yang telah terjangkit penyakit ini. 1.2 Epidemiologi Penyakit green tobacco sickness ini tergolong penyakit baru ditemukan. Penyakit terjadi karena kurangnya kesadaran akan alat pelindung diri bagi petani tembakau. Sehingga penyebaran penyakit ini pun juga belum bisa dipastikan karena kebanyakan petani tembakau sering meremehkan dpenyakit ini. Dari literatur yang kami ambil tidak ada penjelasan tentang berapa banyak ataupun seberapa luas penyakit ini menyerang masyarakat. Namun dapat dipastikan penyakit ini hanya beresiko bagi petani tembakau yang tanpa alat pelindung diri saja saat memanen tembakau. Insidensi GTS di beberapa negara di dunia telah diteliti dan menunjukkan tingkat insidensi yang cukup tinggi. Studi prospektif Oliveira, et.al (2013) di Brazil menyebutkan 107 dari 130 sampel kelompok kasus menunjukkan gejala-gejala GTS meliputi pusing, sakit kepala, lemas, mual dan muntah. Menurut penelitian tersebut GTS mempunyai kecenderungan yang lebih tinggi terjadi pada kelompok laki-laki, bukan perokok dan bekerja di lahan tembakau saat panen. Penelitian Arcury, et.al, (2008) di negara bagian Carolina, Amerika Serikat, menyebutkan 18,4% dari 304 petani tembakau positif terkena GTS dengan adanya gejala gatal-gatal dan adanya

luka di kulit. Sedangkan faktor yang berhubungan dengan terjadinya GTS antara lain kelompok umur, lama bertani tembakau dan kegiatan yang dilakukan di lahan tembakau. Penelitian GTS di Indonesia masih belum banyak dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Suprapto (2005) pada petani tembakau di Kabupaten Temanggung menyebutkan bahwa tingkat insidensi GTS mencapai 63,7% dengan gejala yang ditemukan adalah pusing, sakit kepala serta kelelahan. Sedangkan faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya GTS antara lain pengalaman kerja, letak daun yang dipetik, serta penggunaan alat pelindung.

BAB 2 KONSEP DASAR PENYAKIT

2.1 Pengertian/Definisi Green Tobacco Sickness (GTS) adalah penyakit yang dapat disebabkan oleh penyerapan nikotin melalui kulit saat pekerja memanen daun tembakau yang basah. Hal ini ditandai dengan gejala, antara lain, sakit kepala, mual, muntah dan fluktuasi tekanan darah dan denyut jantung. Penyakit tembakau hijau Green Tobacco Sickness (GTS) adalah jenis keracunan nikotin yang disebabkan saat nikotin diserap melalui kulit dari daun tembakau basah. Ini adalah risiko nyata bagi petani dan pekerjanya jika mereka memanen tembakau saat basah. Green Tobacco Sickness (GTS) adalah penyakit yang diakibatkan oleh paparan nikotin dari penanganan daun tembakau yang disebabkan oleh keracunan nikotin (OSHA & NIOSH, 2015). Green tobacco sickness (GTS) adalah penyakit yang dapat disebabkan oleh penyerapan nikotin melalui kulit ketika petani bekerja dilahan tembakau yang basah tanpa memakai alat pelindung diri. Oleh karena itu, petani tembakau beresiko terkena penyakit Green Tobacco Sickness (GTS) yang berhubungan dengan paparan pestisida dan absorbsi nikotin dari daun tembakau. 2.2 Penyebab/Etiologi Green tobacco sickness (GTS) merupakan penyakit yang disebabkan karena keracunan nikotin. Sebab dari keracunan tersebut yaitu karena ketika seseorang memetik tembakau tanpa menggunakan alat pelindung diri (APD) maka secara otomatis kulit akan bersentuhan langsung dengan tembakau. Resiko keracunan nikotin menjadi meningkat ketika tembakau yang terpajan dalam keadaan basah atau berkeringat sehingga zat nikotin akan mudah meresap atau menempel ke kulit dan masuk kedalam aliran darah. Selain zat nikotin, Green tobacco sickness (GTS) juga disebabkan karena adanya kandungan pestisida organofosfat insektisida pada

tembakau sehingga dapat menimbulkan gejala seperti mual, muntah, sakit kepala, dan pusing bagi petani yang telah terpapar. Gejala lain yang muncul adalah air liur yang berlebihan, air mata berlebihan dan sakit pada otot (Arcury, et al. 2008). Proses menempelnya zat nikotin terhadap kulit para petani tembakau yaitu ketika para buruh sedang memanen tembakau. ketika panen daun tembakau para petani biasa menarik lalu memutar daun tembakau supaya bisa lepas dari tanaman dan mengumpulkan daun tembakau dengan keadaan bentuk yang masih berupa daun utuh serta meletakkannya di tangan. Hal tersebut dapat menyebabkan lecet pada kulit para pekerja sehigga meningkatkan resiko terjadinya penyakit green tobacco sickness. Hal lain yang terjadi yaitu proses panen tembakau biasanya dilakukan pada pagi hari oleh petani dengan alasan untuk menghindari terik panas matahari, sedangkan ketika pagi hari keadaan tembakau dalam keadaan basah karena embun dan green tobacco sickness dapat terjadi terutama ketika dalam keadaan tembakau yang masih basah dan langsung menyentuh kulit yang menyebabkan penyerapan nikotin dengan mudah terhadap kulit. 2.3 Patofisiologi Menurut Centers for Desease Control (CDC) (2015), mekanisme terjadinya penyakit green tobacco sickness diawali dengan paparan nikotin ketika petani menyentuh atau memegang daun tembakau yang basah secara langsung tanpa menggunakan sarung tangan. Daun tembakau yang basah dapat disebabkan karena air hujan maupun air embun. Para petani atau pekerja tembakau memiliki kebiasaan dengan memetik daun tembakau tanpa menggunakan APD seperti sarung tangan, sehingga kulit akan mudah terpapar oleh zat nikotin dari daun tembakau tersebut. Daun tembakau yang mengandung zat nikotin tersebut akan mudah diserap oleh kulit ketika dalam kondisi basah atau berkeringat. Dari kulit zat nikotin akan didistribusikan ke seluruh tubuh termasuk ke otak sehingga menimbulkan gejala seperti mual dan muntah.

Green Tobacco Sickness (GTS) hanya sering terjadi pada petani atau buruh tembakau saja, karena penyakit ini terjadi karena adanya kontak langsung antara pekerja dengan daun tembakau terutama tembakau yang basah. Hal tersebut menyebabkan pekerja terpapar langsung dengan zat nikotin yang terkandung didalamnya. Hal lain yang memepengaruhi yaitu kurangnya pengetahuan dan kesadaran terhadap penggunaan alat pelindung diri seperti sarung tangan ketika akan memanen daun tembakau sehingga kemungkinan dapat meminimalisir terinfeksinya kulit terhadap zat nikotin yang terkandung di dalam rokok apabila menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan. 2.4 Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinis) Zat nikotin yang masuk kedalam kulit manusia dapat menyebar keseluruh tubuh sehingga dapat menimbulkan dampak atau penyakit yang sering disebut dengan Green Tobacco Sickness (GTS). Penyakit ini disebabkan masuknya zat nikotin kedalam tubuh akan didistribusikan keseluruh tubuh termasuk otak. Didalam otak zat nikotin akan menyerang langsung pada zona kemoreseptor trigger di medulla oblongata sehingga dapat menyebabkan reflex muntah terhadap orang yang terpapar. Gejala lain yang muncul pada petani atau buruh tembakau yaitu adanya mual, sesak nafas, peningkatan keringat, kelelahan, sulit tidur, peningkatan air liur, dan semua badan terasa sakit (Balu, et al. 2013). Selain itu, pekerja atau petani tembakau dengan penyakit Green Tobacco Sickness (GTS) dapat terjadi ruam dan gatal pada kulit yang disebabkan karena adanya campuran pestisida yang terkandung dalam daun tembakau. Tanda dan gejala penyakit Green Tobacco Sickness (GTS) dapat terjadi setelah 10 jam pekerja terpapar dengan daun tembakau yang basah larut dalam nikotin yang diserap melalui kulit pekerja. Tanda dan gejala akan menimbulkan keparahan apabila tidak ada penanganan setelah dua sampai empat hari. Gejala yang dilaporkan mual, muntah, lemah, pusing, kram perut, keringat berlebih, sakit kepala, dan terkadang fluktuasi tekanan darah atau detak jantung. Ini cenderung berumur pendek dan

bervariasi dalam intensitas dan ketekunan sesuai dengan masing-masing individu dan tingkat keterpaparan. Gejala serupa bisa muncul pada kasus stres dan juga dalam kejadian tidak mungkin terpapar Agen Perlindungan Tanaman, terkadang menyulitkan dokter untuk mendiagnosa Green Tobacco Sickness (GTS). 2.5 Prosedur Diagnostik 2.6 Penatalaksanaan Medis

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

3.2 Riwayat Kesehatan 1. Keluhan utama : mual-muntah 2. Riwayat penyakit sekarang : klien merasakan mual-muntah dan sakit kepala hebat sekitar 5 hari sebelum MRS di RSD x. Keluarga klien mengatakan bahwa pasien mengeluh panas dingin dan detak jantung yang dirasakan berdebar-debar. Keluarga juga mengatakan bahwa pasien susah untuk makan dan tidur di malam hari ataupun malam hari. keluarga pasien mengatakan bahwa pasien mengalami hal ini sejak musim panen tembakau. Ketika ditanya apakah pasien menggunakan alat pelindung, keluarga menjawab pasien adalah orang miskin dan tidak mampu membeli alat pelindung yang diharuskan, jadi passion menggunakan pelindung seadanya. 3. Riwayat kesehatan terdahulu : a. Penyakit yang pernah dialami : pasien memiliki riwayat hipertensi sejak beberapa tahun yang lalu. Pasien belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya. b. Alergi (obat, makanan, plester, dll) : pasien tidak memiliki riwayat alergi. c. Imunisasi : pasien mengatakan pernah mendapat imunisasi, namun lupa jenis imunisasi apa

yang didapatkan karna jangka waku yang sudah

lama. d. Kebiasaan : Klien merupakan seorang petani yang sering berkunjung ke sawah dan ladangnya setiap pagi atau sore. pasien memiliki kebiasaan merokok. Dapat menghabiskan 2-3 pack dalam sehari

e. Obat-obat yang digunakan : pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan yang berjangka panjang, ketika sakit pasien memilih untuk beristirahat. 4. Riwayat penyakit keluarga : klien mengatakan bahwa ibu klien mempunyai penyakit hipertensi. 5. Genogram:

Keterangan :

: laki-laki : perempuan : meninggal dunia : garis pernikahan : garis keturunan : klien : tinggal serumah

3.3 Pengkajian : Pola Gordon, NANDA 1. Persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan Sebelum MRS : pasien sangat menjaga kesehatannya, sebelumnya pasien belum pernah dirawat dirumah sakit. Pasien memiliki penyakit hipertensi namun pasien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan. Sesudah MRS : pasien mengeluh mual-mutah dan nyeri perut akibat sering memuntahkan makanan yang diteima. Mobilisasi ditempat tidur masih dapat dilakukan secara mandiri. 2. Nutrisi - metabolik a. Antropometri : BB: 60 kg dan TB: 168 cm Interpretasi : Indeks Massa Tubuh (IMT) klien adalah sebagai berikut : IMT= BB/TB2 = 60/(1,68)2= 21. Hal ini menunjukkan bahwa IMT klien normal. b. Kebutuhan nutrisi Energi total: 1837,5 kkal Protein: 68,9 gr Lemak: 20,41 gr Karbohidrat: 298,59 gr c. Clinical Sign : Anemis (+), sclera ikterik (-), bibir dan mukosa kering, rambut tidak rontok dan berwarna hitam Interpretasi : terjadi penurunan nilai Hb pada pasien d. Diet Pattern (intake makanan dan cairan): No 1.

Pola Nutrisi Frekuensi makan

2 3

Porsi makan Varian makanan

Sebelum MRS 3 kali/hari yaitu pagi, siang dan malam, tapi dengan waktu yang tidak teratur. 1 piring/makan Nasi putih, sayur,tempe, tahu, daging

Setelah MRS 3 kali/ hari, jam menyesuaikan dengan pembagian makanan dari RS 1 piring masih ada sisa Sesuai diit makanan yang diberikan di rumah sakit (nasi, sayur-sayuran, daging, telur, dan lainnya)

4 5

Nafsu makan Cairan

6

Lain-lain

Baik Minum 3-4 gelas air putih /hari (600-800 ml), klien kurang membiasakan diri untuk mengkonsusmsi air sesuai dengan kebutuhan tubuh -

Buruk Air mineral ±700 ml, ditambah cairan infus, D5 & RL ∑1500 ml/hari.

Klien mual saat memakan makanan yang diberikan sehingga menurut klien makanan yang masuk terasa berbeda rasanya.

3. Eliminasi Sebelum MRS : klien mengatakan BAK 5 kali sehari sebanyak kurang lebih 1 gelas kecil 100ml, dan rutin BAB 1 kali sehari. Sesudah MRS : ketika di RS pasien mengatakan BAB 3 kali sehari, encer dan berlendir campur darah. 4. Aktifitas – latihan Sebelum MRS : klien sehari-hari sebagai petani dan membantu istri untuk mengurus anak. Klien bergerak aktif sebelum sakit. Sesudah MRS : pasien banyak melakukan aktifitas diatas tempat tidur, aktifitas seperti halnya berpindah dan toileting, pasien dibantu dengan keluarga. 5. Istirahat - tidur No. Pola tidur/istirahat 1 Durasi 



Saat sebelum sakit

Saat sakit di rumah sakit

Tidur siang: jarang  tidur siang, jika tidur siang ± 1 jam Tidur malam : ± 9 jam/hari. Tidur mulai pukul 21.00 – 05.00 WIB

Klien mengeluhkan pusing dan lemas sehingga tirah baring selama perawatan di rumah sakit

2

Gangguan tidur

Tidak ada gangguan Keluarga mengatakan klien tidur, tidur nyenyak. sering terbangun malam hari karena kepalanya yang terkadang sakit atau perutnya yang sakit

3

Keadaan bangun tidur Lain-lain

Lebih segar

4



-

lemas -

Interpretasi : klien mengalami gangguan pola tidur di malam hari namun di siang hari klien sering tertidur. 6. Persepsi - kognitif a. Fungsi Kognitif dan Memori 1) Fungsi Kognitif: Klien dapat diajak komunikasi, akan tetapi terkadang tidak keselarasan antara pertanyaan dan jawaban 2) Fungsi Memori: Klien terlihat bingung saat ditanya mengenai usia istri serta terlihat bingung untuk ditanya terkait dengan waktu. b. Fungsi dan keadaan indera : 1)

Penglihatan: klien mampu melihat dengan baik, tidak ada masalah penglihatan

2)

Pendengaran: Klien berespon terhadap verbal

3)

Perabaan: Klien berespon terhadap sentuhan

4)

Penghidung/penciuman: klien mampu membedakan bau

5)

Pengecap: klien mampu membedakan rasa

Interpretasi: Klien mengalami sedikit masalah dengan pola kognitif 7. Konsep diri - persepsi diri Pasien tinggal bersama istri dan kedua anaknya. 8. Hubungan - peran Peran klien sebagai suami dan ayah bagi anaknya mengalami gangguan.

Interpretasi : klien mengalami gangguan peran saat sakit, hubungan klien dengan keluarga baik. 9. Reproduksi - seksualitas Klien dan keluarga mengatakan cemas terhadap kondisi yang dialami klien, konsidi klien yang mengalami kesusahan dalam memberikan asupan dank lien yang mual muntah. Hal tersebut membuat keluarga merasa cemas. Interpretasi : manajemen dan koping stress klien maladaptif karena keluarga dan klien mengganggap kondisi yang dialaminya merupakan hal yang buruk dan tidak diinginkan. 10. Toleransi terhadap stress - mekanisme koping 11. Keyakinan – nilai Klien mengatakan ia hanya bisa pasrah kepada Tuhan dan keluarga klien juga yakin klien akan diberikan kesembuhan karena telah berusaha berobat di rumah sakit. Interpretasi : sistem nilai dan keyakinan klien dan keluarga baik, walaupun kurang menerima kondisi yang dialami oleh klien saat ini. 3.4 Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan umum : pasien tampak pucat dan lemah, nyeri pada perut sebab mual dan muntah yang diderita a. Tanda - tanda vital 1) Suhu Tubuh : 38,6˚ C 2) Respirasi : 22 x/menit 3) Nadi : 90 x/menit 4) TB / BB : 168 cm/60 kg 5) Tensi : 160/90 mmHg

b. Kepala Inspeksi : rambut hitam panjang tersebar merata, kulit kepala bersih, tidak terlihat lesi di area kepala dan leher, tidak terlihat benjolan pada kepala dan leher. Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada kepala, wajah dan leher, tidak teraba massa abnormal pada kepala, wajah dan leher, tidak ada pembesaran vena jugularis. c. Mata Inspeksi : mata tampak bersih, tidak tampak adanya luka atau lesi Palpasi : konjungtiva berwarna merah muda, pupil isokor miosis, tidak terdapat nyeri tekan d. Telinga Inspeksi : telinga kiri dan kanan simetris, tidak ada luka aau lesi Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan e. Hidung Inspeksi : hidung simetris, tidak ada luka atau lesi Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan atau benjolan f. Mulut Inspeksi : Mulut simeris, tidak terdapat adanya kelainan pada mulut g. Leher Inspeksi : tidak terdapat adanya benjolan atau luka Palpasi : tidak terdapa nyeri tekan, tidak erdapa adanya pembesaran pada kelenjar limfe h. Dada (Jantung) Inspeksi : dada terlihat simetris, tidak ada lesi, tidak terlihat denyutan pada area dada. Palpasi : tidak ada nyeri tekan, iktus kordis teraba pada perpotongan anatara ICS 4 kiri dan midklavikula kiri, tidak teraba pembesaran jantung.

Perkusi : suara redup Auskultasi : terdengar BJ 1 dan 2 tunggal, irama reguler. i. Paru-paru Inspeksi : dada terlihat bersih, tidak ada lesi, bentuk dada normal, tidak terlihat adanya retraksi dada, pola nafas normal. Palpasi : Tidak teraba massa abnormal, tidak ada nyeri tekan, vokal fremitus teraba sama pada bagian dada kanan dan kiri, Perkusi : suara perkusi sonor pada kedua lapang paru Auskultasi : tidak terdengar bunyi wheezing ataupun ronkhi pada kedua lapang paru. j. Abdomen Inspeksi : tidak ada pembesaran abdomen, tidak terdapat adanya luka Auskultasi : terdapat tambahan bising usus 20x/menit Palpasi : nyeri tekan pada perut bagian ulu hati/ kuadran atas epigasrium Palpasi : suara timpani k. Urogenital: l. Ekstremitas: Inspeksi : tidak terlihat deformitas pada ekstremitas atas dan bawah, terlihat ada edema pada kedua ektremitas bawah. Klien terpasang infus di tangan kiri. Palpasi : pitting edema 0, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa yang abnormal. m. Kulit dan kuku: Inspeksi : turgor kulit kering,tidak tardapat luka atau lesi, kuku tampak bersih. CRT kurang dari 3 detik. 2. Keadaan lokal : pasien mengeluh mual muntah dan nyeri pada perut, BAB 3 kali sehari, pasien tidak mampu melakukan mobilisasi ditempat tidur secara mandiri dan diluar tempat dengan bantuan keluarga.

3.5 Analisa Data dan Masalah

No

1

\

Hari/ Tanggal/ Jam Senin , 12 november 2017

Data Penunjang

Kemungkinan Etiologi

Masalah

DO :  Klien merupakan seorang petani tembakau yang setiap hari berkunjung ke sawah.  Pasien mengeluh mual muntah, sakit kepala dan nyeri perut akibat sering memuntahkan makanan yang diterima

Resiko keracunan

Resiko keracunan

DS :  Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien mengalami mual muntah dan sakit kepala sejak musim panen tembakau. Ketika ditanya apakah pasien menggunakan alat pelindung, keluarga menjawab pasien adalah orang miskin dan tidak mampu membeli alat pelindung yang diharuskan, jadi passion menggunakan pelindung seadanya.

kurangnya pengetahuan tentang pencegahan keracunan

tidak menggunakan alat pelindung lengkap

2

3.

Senin , 12 november 2017

DO :  Pasien tampak pucat dan lemah, nyeri pada perut sebab mual dan muntah yang diderita  Klien mual saat memakan makanan yang diberikan sehingga menurut klien makanan yang masuk terasa berbeda rasanya  Nafsu makan buruk

DS :  Klien dan keluarga mengatakan cemas terhadap kondisi yang dialami klien, konsidi klien yang mengalami kesusahan dalam memberikan asupan dan klien yang mual muntah. Hal tersebut membuat keluarga merasa cemas Senin , 12 DO : november  Terdapat tambahan 2017 bising usus 20x/menit  Nyeri tekan pada perut bagian ulu hati/ kuadran atas epigasrium  Nafsu makan buruk  Membran mukosa dan bibir kering  Pasien mengeluh mual

Mual

Mual

Ansietas

Hilangnya nafsu makan

Ketidakseimbangan nutrisi

Ketidakmamppuan mengabsorbsi nutrien

Ketidakmampuan memakan makanan

Ketidakseimbangan nutrisi

muntah dan nyeri perut akibat sering memuntahkan makanan yang diterima DS :  Ketika di RS pasien mengatakan BAB 3 kali sehari, encer dan berlendir campur darah.  Keluarga mengatakan bahwa pasien susah untuk makan dan tidur di siang hari ataupun malam hari  Klien dan keluarga mengatakan cemas terhadap kondisi yang dialami klien, konsidi klien yang mengalami kesusahan dalam memberikan asupan dan klien yang mual muntah. Hal tersebut membuat keluarga merasa cemas.

3.6 Pathway

3.7 Diagnosa Keperawatan (NANDA) 1. Resiko Keracunan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang pencegahan keracunan 2. Mual berhubungan dengan ansietas ditandai dengan klien mual saat memakan makanan yang diberikan sehingga menurut klien makanan yang masuk terasa berbeda rasanya, dan klien dan keluarga mengatakan cemas terhadap kondisi yang dialami klien, konsidi klien yang mengalami kesusahan dalam memberikan asupan dan klien yang mual muntah. Hal tersebut membuat keluarga merasa cemas

3. Ketidakseimbangan

nutrisi

berhubungan

dengan

ketidakmampuan

mengabsorbsi makanan ditandai dengan nafsu makan buruk, pasien mengeluh mual muntah dan nyeri perut akibat sering memuntahkan makanan yang diterima, dan keluarga mengatakan bahwa pasien susah untuk makan dan tidur di siang hari ataupun malam hari 3.8 Perencanaan Keperawatan (NOC)

3.9 Intervensi Keperawatan (NIC)

No 1

Hari/ Diagnosa Tanggal/ Keperawatan Jam Senin , 12 Resiko november keracunan 2017

NOC Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam, diharapkan pasien : 1. Memahami keamanan pribadi 2. Mengurangi keparahan gejala yaitu menurunkan nyeri kepala dan nyeri perut menjadi skala 2 atau ringan 3. Memanagemen nyeri secara mandiri

2

3

Senin , 12 Mual november 2017

Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam, diharapkan pasien :

Senin , 12 Ketidakseimba november ngan nutrisi 2017

1. Mengurangi rasa mual 2. Mengontrol mual dan muntah 3. Meningkatkan tingkat kenyamanan Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam, diharapkan pasien : 1. Meningkatkan status nutrisi: asupan makanan dan cairan 2. Meningkatkan nafsu makan

NIC

Paraf dan Nama

1. Pemberian obat analgesik 2. Berikan edukasi tentang bahaya tembakau dan pentingnya menggunakan alat pelindung 3. Ajarkan teknik relaksasi

Mey

1. Pemberian obat ondasentron 3x 4mg (IV) 2. Pengurangan kecemasan 3. Terapi relaksasi 4. Monitor mual dan muntah

Mey

1. Pemberian makan 2. Managemen nutrisi 3. Monitor nutrisi

Mey

Ns. Meilynda

Ns. Meilynda

Ns. Meilynda

3.10 Evaluasi Keperawatan (SOAP) Hari/ No Tanggal/ Jam 1 Senin , 12 november 2017

No. Diagnosa Keperawatan 1

Evaluasi Sumatif (SOAP)

Paraf dan Nama

S : pasien dan keluarga mengatakan bahwa ¥ÀÀ akan menggunakan alat pelindung diri yang (Ns. Yurin) lengkap agar tidak terkena racun nikotin pada tembakau saat bekerja yang menyebabkan cairan tubuh yang tidak seimbang O : cairan dalam tubuh sudah seimbang tetapi wajah masih pucat A : Masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi berikutnya

2

Senin , 12 november 2017

2

S : pasien mengatakan bahwa mual yang dialami sudah tidak ada dan nafsu makannya meningkat O : wajah sudah kembali bugar dan suhu tubuhnya kembali normal A : Masalah teratasi P : Hentikan Intervensi

¥ÀÀ (Ns. Yurin)

3

Senin , 12 november 2017

3

S :Keluarga mengatakan bahwa BAB pasien masih encer bercampur lendir dan darah O : hasil pemeriksaan masih sama terdapat tambahan bising usus 20x/menit, nyeri tekan pada perut bagian ulu hati/ kuadran atas epigasrium

¥ÀÀ (Ns. Yurin)

A : Masalah tidak teratasi P :Ulangi Intervensi

BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan Penyakit tembakau hijau (GPT) adalah jenis keracunan nikotin yang disebabkan saat nikotin diserap melalui kulit dari daun tembakau basah. Ini adalah risiko nyata bagi petani dan pekerjanya jika mereka memanen tembakau saat basah. Sebab dari keracunan tersebut yaitu karena ketika seseorang memetik tembakau tanpa menggunakan alat pelindung diri (APD) maka secara otomatis kulit akan bersentuhan langsung dengan tembakau. Resiko keracunan nikotin menjadi meningkat ketika tembakau yang terpajan dalam keadaan basah atau berkeringat sehingga zat nikotin akan mudah meresap atau menempel ke kulit dan masuk kedalam aliran darah. Green tobacco sickness yang disebabkan masuknya zat nikotin kedalam tubuh akan didistribusikan keseluruh tubuh termasuk otak. Gejala yang muncul pada petani atau buruh tembakau yaitu adanya mual, sesak nafas, peningkatan keringat, kelelahan, sulit tidur, peningkatan air liur, dan semua badan terasa sakit. Tanda dan gejala penyakit green tobacco sickness dapat terjadi setelah 10 jam pekerja terpapar dengan daun tembakau yang basah larut dalam nikotin yang diserap melalui kulit pekerja. Tanda dan gejala akan menimbulkan keparahan apabila tidak ada penanganan setelah dua sampai empat hari. 4.2 Saran Setiap petani tembakau yang bekerja di area pertanian tembakau seharusnya lebih memperhatikan dirinya untuk selalu memakai Alat Pelindung Diri (APD) agar terhindar dari penyakit GTS yang disebabkan petani memanen tembakau tidak memakai alat pelindung diri.

DAFTAR PUSTAKA

Related Documents

Bab 14
May 2020 14
Bab 14
July 2020 14
14 - Bab I
July 2020 7
Manper Bab 14.docx
December 2019 20
Bab 14 Pemahaman.pdf
June 2020 21
Pembahasan Bab 14.docx
November 2019 21

More Documents from "Tasya Avelina"