1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Belajar merupakan kunci dalam pembentukan tingkah laku manusia yang kita lakukan atau kita pikirkan. Karena dengan belajar melakukan sesuatu dengan baik dan benar serta mempunyai landasan ilmu yang pasti untuk ketercapaian untuk masa depan yang baik tentunya. Belajar sangat memegang peranan penting dalam semua aspek kehidupan manusia. Menurut Morgan (dalam Johar dkk, 2006:18) ”Belajar dapat didefinisikan sebagai setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman, siswa belajar karena berinteraksi dengan lingkungan dalam rangka mengubah tingkah laku”. Melalui belajar siswa akan memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, atau nilai-nilai. Berdasarkan pendapat di atas belajar sangat diperlukan oleh anak dan perlu ditumbuhkan secara benar dan terus agar semangat dan minat tersebut tidak terhenti dan terus secara berkesinambungan untuk menuntut ilmu. Dorongan tersebut tumbuh jika anak secara sadar telah berusaha secara aktif belajar tanpa memperoleh dorongan dari luar. Jika dorongan tersebut belum tampak tumbuh maka dorongan tersebut perlu ditumbuhkan dengan tepat. Dorongan tersebut bisa datangnya dari orang tua atau guru ataupun berbagai media pembelajaran yang memicu tingkat kreativitas anak untuk belajar. Salah satu pelajaran yang diajarkan ditingkat sekolah dasar adalah belajar materi operasi penjumlahan bilangan bulat. Untuk mempelajari matematika di lingkungan sekolah dasar matematika masih dianggap paling sulit. Hal ini banyaknya siswa yang tidak senang terhadap mata pelajaran matematika. Menurut wali kelas V SD Lamtamot Aceh Besar.
1
2
Akibat rendahnya nilai matematika nilai yang diperoleh anak dibawah KKM. Sehingga banyak
siswa yang tidak lulus karena nilai matematikanya rendah dan
tidak dapat mencapai Kriterial Ketuntasan Minimal (KKM). Pembelajaran di sekolah dasar masih banyak yang menggunakan cara-cara konvensional. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah. Guru sering kali berceramah panjang lebar menjelaskan materi yang diajarkan. Guru sering kali memaksakan kepada siswa untuk mendengarkan ceramah yang diberikan. Akibat guru yang demikian, maka banyak siswa yang hanya duduk dengan posisi tangan diatas meja atau hanya tangan berada di bawah meja. Hal ini terjadi karena siswa ingin mendengarkan ceramah, dan agar siswa tidak berbicara. Selama proses belajar berlangsung siswa membaca buku materi, isi buku dengan mendengarkan penjelasan dasar dari guru dan mengisi soal latihan. Guru hanya menggunakan penjelasan seadanya untuk menjelaskan materi operasi penjumlahan bilangan bulat walau sebenarnya ada metode lain yang bisa dipahamkan lewat teman sekelasnya yang mungkin bisa lebih mudah dimengerti oleh beberapa siswa lain. Kemampuan siswa dalam menangkap pemahaman materi cukup beragam, sehingga satu model penyelesaian yang ditawarkan guru belum tentu akan mudah dipahami oleh seluruh siswa. Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa rendah, nilai rata-rata siswa dalam pembelajaran matematika pada semester lalu adalah 62. Menurut guru wali kelas V SD Lamtamot Aceh Besar, angka ini tidak mencukupi digolongkan dalam kategori ketuntasan kriteria minimal (KKM) karena nilai KKM di SD Lamtamot Aceh Besar adalah ≥ 70. Guru merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan siswa dalam belajar geometri. Untuk itu seorang guru dituntut untuk mempunyai kemampuan dan keterampilan dalam menyusun program pengajaran, materi atau bahan pelajaran dituntut untuk dapat mengaktifkan belajar siswa agar hasil belajar lebih meningkat. Salah satu
3
materi yang dipelajari adalah operasi penjumlahan usaha yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran siswa adalah memilih pendekatan pembelajaran yang tepat yaitu pendekatan matematika realistik. Menurut Soejadi (2002:50) Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) adalah suatu pendekatan yang digunakan agar proses pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. Pembelajaran dimulai dari masalah-masalah yang nyata (realistik), kemudian siswa diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalah itu dengan caranya sendiri, dan secara berlahan-lahan guru membimbing siswa untuk memecahkan masalah secara matematis. Pendekatan pembelajaran realistik, siswa tidak mudah lupa dengan pengetahuan yang diperoleh karena mereka sendiri yang membangunnya, suasana dalam proses pembelajaran juga akan lebih menyenangkan karena menggunakan realitas kehidupan, kemudian siswa merasa semakin dihargai karena setiap jawaban siswa ada nilainya. Dengan terbiasanya siswa menghadapi persoalan-persoalan yang sesuai dengan apa yang dia jumpai dalam kehidupannya maka diharapkan siswa akan berhasil di dunia kerja. Jadi, dengan pendekatan ini pola pikir matematika pada diri siswa yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari akan terbentuk. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Operasi Hitung Penjumlahan Bilangan Bulat Melalui Pendekatan Matematika Realistik di Kelas V SD Lamtamot Aceh Besar”.
1.2 Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, adapun rumus masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.
4
1. Bagaimana aktivitas siswa mempelajari materi operasi hitung penjumlahan bilangan bulat melalui pendekatan matematika realistik di kelas V SD Lamtamot Aceh Besar? 2. Bagaimana aktivitas guru dalam mengajarkan materi operasi hitung penjumlahan bilangan bulat melalui pendekatan matematika realistik terhadap siswa di kelas V SD Lamtamot Aceh Besar? 3. Bagaimana tingkat ketuntasan hasil belajar siswa pada materi operasi hitung penjumlahan bilangan bulat melalui pendekatan matematika realistik di kelas V SD Lamtamot Aceh Besar?
1.3 Tujuan Penelitian Sehubungan dengan latar belakang di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui aktivitas siswa dalam mempelajari materi operasi hitung penjumlahan bilangan bulat melalui pendekatan matematika realistik siswa kelas V SD Lamtamot Aceh Besar. 2. Untuk mengetahui aktivitas guru dalam mengajarkan materi operasi hitung penjumlahan bilangan bulat dengan pendekatan matematika realistik. 3. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar yang dicapai siswa melalui pendekatan matematika realistik pada materi operasi hitung penjumlahan bilangan bulat siswa kelas V SD Lamtamot Aceh Besar.
1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini mengemukakan sebagai berikut. 1. Sebagai bahan masukan untuk guru matematika dalam hal menerapkan strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matematika realistik yang dapat
5
mencapai ketuntasan belajar materi operasi hitung penjumlahan bilangan bulat tingkat siswa sekolah dasar. 2. Bagi siswa agar lebih dapat menguasai dan menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan operasi hitung penjumlahan bilangan bulat, baik di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari. 3. Sebagai pedoman bagi instansi terkait dalam mengambil langkah-langkah apa saja yang akan dilakukan untuk kemajuan pendidikan dan pengajaran ke arah yang lebih baik dimasa yang akan datang.
1.5 Kerangka Berfikir Kerangka berpikir merupakan alur penalaran yang sesuai dengan tema dan masalah penelitian, serta didasarkan pada kajian teoritis. Berdasarkan masalah di atas, maka perlu adanya suatu pendekatan pembelajaran yang cocok sehingga dapat meningkatkan pembelajaran Matematika tentang materi operasi penjumlahan bilangan bulat pada siswa kelas V SD Lamtamot Aceh Besar. Penerapan pendekatan matematikar realistik dapat menjadi alternatif bagi guru dalam memberikan materi pelajaran kepada siswa. Hal ini dikarenakan, pendekatan Realistik merupakan suatu pendekatan yang menggunakan dunia nyata atau dunia yang mudah dipahami oleh siswa yang berkaitan dengan materi pembelajaran Matematika, serta memerlukan adanya keaktifan, kerja sama yang disertai dengan mengaitkan pengalaman dan imaginasi siswa dalam menciptakan pemahaman konsep agar pembelajaran menjadi bermakna. Jika penerapan pendekatan matematika realistik dilaksanakan dengan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan pembelajaran matematika materi operasi hitung penjumlahan bilangan bulat pada siswa kelas V SD Lamtamot Aceh Besar tahun ajaran 2018/2019.
6
Berikut merupakan bagan kerangka berpikir penerapan pendekatan matematika realistik dalam peningkatan pembelajaran matematika materi operasi hitung penjumlahan bilangan bulat pada siswa kelas V SD Lamtamot Aceh Besar tahun ajaran 2018/2019.
1) Guru belum menerapkan pendekatan pembelajaran yang relevan dengan materi pembelajaran. 2) belum menggunakan masalah yang ada di sekitar siswa. 3) belum memanfaatkan benda-benda yang ada di lingkungan siswa
Kondisi Awal
Tindakan
Guru menerapkan pendekatan Matematika realistik melalui empat langkah.
Pembelajaran matematika tentang operasi hitung penjumlahan pada siswa kelas V SD Lamtamot Aceh Besar meningkat
Kondisi Akhir
1) Siswa cepat bosan dan kurang memperhatikan penjelasan guru 2) Hasil belajar matematika rendah yaitu nilai rata-rata ulangan tengah semester yaitu 62 dari KKM≥ 70
1) Siswa lebih aktif dalam pembelajaran 2) Siswa terlatih bekerjasama 3) Menumbuhkan tanggung jawab 4) Meningkatkan hasil belajar siswa.
Gambar 1.1 Skema Kerangka Berpikir 1.6 Definisi Istilah Istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian pendekatan realistik pada materi operasi penjumlahan bilangan bulat di kelas V SD Lamtamot Aceh Besar ini sebagai berikut : 1. Belajar: Sugihartono, dkk (2012:107) “Belajar adalah proses memperoleh pengetahuan melalui
informasi
dengan
melihat
suatu
struktur
secara
keseluruhan
menyederhanakan struktur pengetahuan tersebut agar lebih mudah dipahami”.
lalu
7 2. Hasil belajar: Sudjana (2012:56) “hasil belajar adalah mencerminkan tujuan pada tingkat tertentu yang berhasil dicapai oleh anak didik (siswa) yang dinyatakan dengan angka atau huruf. 3. Pendekatan Realistik: Soejadi (2002:49) mengemukakan bahwa: “Pendekatan Matematika Realistik pada dasarnya adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk memper-lancar
proses pembelajaran matematika
sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan matematika secara lebih baik daripada masa lalu”. 4. Operasi hitung bilangan bulat: Soenarjo (2008:79) “meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian”. 1.7 Organisasi Laporan Penelitian Organisasi laporan penelitian adalah keteraturan suatu penulisan karya ilmiah. Adapun organisasi laporan penelitian studi ini, dapat dijelaskan sebagai berikut. Bab pertama, merupakan pendahuluan yang berisikan
latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat. Bab kedua adalah landasan teoritis yang terdiri dari pengertian belajar, Pengertian hasil belajar, penerapan pendekatan matematika realistik, prisip-prisip dan karakteristik pembelajaran realistik, materi operasi penjumlahan bilangan bulat, langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik pada materi operasi penjumlahan bilangan bulat. Bab ketiga adalah pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data yang berisikan analisis data hasil observasi dan analisis tes hasil belajar siswa. Bab keempat adalah tentang laporan hasil penelitian mulai dari uraian seputar penelitian hingga pembahasannya secara lengkap. Bab kelima adalah kesimpulan dan saran-saran yang sesuai dengan judul penelitian.
8
BAB II LANDASAN TEORITIS
2.1 Pengertian Belajar Belajar pada hakikatnya adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya sendiri, baik dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan baru, dalam bentuk sikap dan nilai yang positif. Menurut Skinner dalam M. Sobry Sutikno (2009:3) “mengartikan belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif”. Sugihartono, dkk (2012:107) “Belajar adalah proses memperoleh pengetahuan melalui informasi dengan melihat suatu struktur secara keseluruhan lalu menyederhanakan struktur pengetahuan tersebut agar lebih mudah dipahami”. Winkel (2005:59), mendefinisikan “belajar merupakan suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perbuatan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap”.
Sardiman (2015:20) mengatakan bahwa “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”. Sedangkan menurut Syifudin (2014:8) yang menyatakan “belajar merupakan suatu proses kegiatan secara berkelanjutan dalam rangka perubahan tingkah laku peserta didik secara konstruktif yang mencangkup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk mencapai perkembangan yang optimal
8
9
Menurut M. Sobry Sutikno (2009:8) prinsip belajar ialah petunjuk atau cara yang perlu diikuti untuk melakukan kegiatan belajar. Siswa akan berhasil dalam belajarnya jika memperhatikan prisip-prinsip belajar. Prinsip belajar akan menjadi pedoman bagi siswa dalam belajar. Ada delapan prinsip belajar menurut M. Sobry Sutikno (2009:8) . 1. Belajar perlu memiliki pengalaman dasar. Pada dasarnya, seseorang akan mudah belajar sesuatu jika sebelumnya memilki pengalaman yang akan mempermudahnya dalam memperoleh pengalaman baru. 2. Belajar harus bertujuan, jelas, dan terarah. Adanya tujuan-tujuan akan dapat membantu dalam menuntun guna tercapainya tujuan. 3. Belajar memerlukan situasi yang problematis. Situasi yang problematis ini akan membangkit motivasi belajar. Siswa akan termotivasi untuk memecahkan problematis tersebut. Semakin sukar problem yang dihadapi, senakin keras usaha berfikir untuk memcahkannya 4. Belajar harus memiliki tekad dan kemauan yang keras serta tidak mudah putus asa. 5. Belajar memerlukan bimbingan, arahan, serta dorongan. Ini akan mempermudah dalam hal penerimaan serta pemahaman akan sesuatu materi. Seseorang yang mengalami kelemahan dalam belajar akan banyak mendatangkan hasil yang membangun jika diberi bimbingan, arahan serta dorongan yang baik. 6. Belajar memerlukan latihan. Memperbanyak latihan dapat membantu memperkuat daya ingat. 7. Belajar memerlukan metode yang tepat. Metode belajar yang tepat memungkinkan siswa belajar lebih efektif dan efisien. Metode yang dipakai dalam belajar dapat disesuaikan dengan materi pelajaran yang kita pelajari juga, sesuai dengan siswa (Orang belajar) yaitu metode yang membuat dia cepat paham. 8. Belajar membutuhkan waktu dan tempat yang tepat. Karena faktor waktu dan tempat merupakan factor yang sangat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar. Menurut Dimiyati dan Mujiono, (2006:41) Prinsip-prinsip belajar ada tujuh sebagai berikut. 1) Perhatian dan motivasi. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhan. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktifitas seseorang. 2) Keaktifan. Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpan saja tanpa mengadakan transformasi. 3) Keterlibatan langsung. Pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. John Dewey berpendapat “learning by doing” belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung.
10
4) Pengulangan. Berdasarkan teori psikologi daya, yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamati, mengingat, mengkhayal, merasakan, berfikir dan sebagainya. Daya-daya tersebut akan berkembang apabila ada pergaulan. 5) Tantangan. Agar anak timbul motiv yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar harus menantang. 6) Balikan dan penguatan menurut Thordike, siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Karena hasil yang baik akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. 7) Perbedaan individual. Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip belajar adalah perubahan tingkah laku, dorongan atau motivasi, proses atau aktivitas, pengalaman, pengulangan, umpan balik, perbedaan individu. Dengan demikian belajar merubah tingkah laku manusia.
2.2. Hasil Belajar Menurut Sudjana (2012:56) “hasil belajar adalah mencerminkan tujuan pada tingkat tertentu yang berhasil dicapai oleh anak didik (siswa) yang dinyatakan dengan angka atau huruf. Hasil belajar yang dimaksudkan tidak lain adalah nilai kemampuan siswa setelah evaluasi diberikan sebagai perwujudan dari upaya yang telah dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung”. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dalam diri siswa itu sendiri dan faktor dari luar siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari dalam diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain seperti, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan lainlain.
11
Hasil belajar siswa dapat diukur dengan menggunakan alat evaluasi yang biasanya disebut tes hasil belajar. Dalam hal ini, Hudoyo (2000: 139) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah “tingkat keberhasilan atau penguasan seorang siswa terhadap bidang studi Matematika setelah menempuh proses belajar mengajar yang terlihat, pada nilai yang diperoleh dari tes hasil belajar”. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ”Hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa yang telah mengikuti proses mengajar”. Hasil pada dasarnya merupakan sesuatu yang diperoleh dari suatu aktivitas, sedangkan belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan perubahan pada individu, yakni perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya maupun aspek sikapnya. Hasil belajar merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan tingkat keberhasilan yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan usaha tertentu. Dalam hal ini hasil belajar yang dicapai siswa dalam bidang studi tertentu setelah mengikuti proses belajar mengajar. 2.3 Pengertian Pendekatan Matematika Realistik Menurut Soejadi (2002:34) Pendekatan Matematika Realistik merupakan suatu pendekatan pembelajaran dalam pendidikan matematika yang pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan Belanda sejak tahun 70-an oleh Institute Freudenthal. Pendekatan Matematika Realistik dalam pembelajaran materi operasi penjumlahan bilangan bulat merupakan suatu pendekatan di yang bertujuan memotivasi siswa untuk memahami konsep matematika dengan mengaitkan konsep tersebut dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, permasalahan yang digunakan dalam pembelajaran dengan Pendekatan Matematika Realistik harus mempunyai keterkaitan dengan situasi nyata yang mudah dipahami dan dibayangkan oleh siswa. Sesuatu yang dibayangkan tersebut digunakan sebagai starting point (titik tolak atau titik awal) dalam pemahaman konsep-konsep matematika.
12 Soejadi (2002:49) mengemukakan bahwa: “Pendekatan Matematika Realistik pada dasarnya adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk memperlancar
proses pembelajaran matematika sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan
matematika secara lebih baik daripada masa lalu”. Zulkardi (2003:14) mengatakan ”Pendekatan Matematika Realistik adalah pendekatan dalam pendidikan matematika yang berdasarkan ide bahwa matematika adalah aktivitas manusia dan matematika harus dihubungkan secara nyata dalam konteks kehidupan sehari-hari siswa sebagai suatu sumber pengembangan sekaligus sebagai aplikasi melalui proses matematisasi baik horizontal maupun vertikal”.
2.4 Prinsip-Prinsip dan Karakteristik Pendekatan Matematika Realistik Gravemeijer (dalam Muhammad Saleh, 2003: 24) mengemukakan bahwa ada tiga prinsip dasar dalam mendesain pendekatan matematika realistik, yaitu: 1. Penemuan kembali secara terbimbing dan proses matematisasi secara progressif (guided reinvension and progesive mathematizing). Berdasarkan prinsip reinvension (penemuan kembali), para siswa diberi kesempatan yang sama untuk membangun dan menemukan kembali ide-ide dan konsep-konsep matematika. Pembelajaran dimulai dengan masalah yang realistik bagi siswa, dan kemudian siswa dibimbing untuk menemukan sifat-sifat, definisi, teorema, dan lain sebagainya. Pembelajaran dikatakan progressif karena terdapat dua langkah matematisasi, yakni matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal, yang berawal dari masalah konteks yang berakhir pada matematika formal. 2. Fenomena yang bersifat mendidik (didactical phenomenology). Menurut prinsip ini, siswa dibimbing secara didaktik dan efisien dari suatu level berfikir ke level berikutnya melalui matematisasi. 3. Mengembangkan sendiri model-model (self-devoleped models). Model yang dikembangkan sendiri oleh siswa berperan menjembatani perbedaan antara pengetahuan informal dan matematika formal. Dalam penerapannya, ketiga prinsip PMR berkembang menjadi karakteristik pembelajaran matematika realistik. Menurut Gravemeijer dan De Lange (dalam Johar Rahmah, 2009:4) terdapat lima karakteristik dalam pendekatan matematika realistik.
13
1. Menggunakan konteks (the use of contex) Pembelajaran diawali dengan menggunakan masalah kontekstual, tidak dimulai dengan sistem formal. Konteks adalah lingkungan keseharian siswa yang nyata. Nyata dalam matematika tidak selalu diartikan konkret, dapat juga diartikan dengan sesuatu yang dapat dipahami siswa lewat membayangkan. Jadi, masalah nyata diangkat sebagai topik pembelajaran harus merupakan masalah yang ‘dikenal’ siswa. 2. Menggunakan model (the use models, bridging by vertical instrumens) Istilah model berkaitan dengan model situasi dan model matematika yang dikembangkan sendiri oleh siswa sebagai jembatan antara level pemahaman yang satu ke level pemahaman yang lain dengan menggunakan instrumeninstrumem vertikal seperti model-model, skema-skema, diagram-diagram, simbol-simbol, dan sebagainya. Jadi, model dapat berupa model dari situasi nyata dan model untuk arah formal. 3. Menggunakan kontribusi siswa (student contribution) Kontribusi yang besar pada proses belajar mengajar diharapkan datang dari siswa, artinya semua pikiran (kontruksi dan produksi) siswa diperhatikan. Kontribusi dapat berupa “aneka jawab” atau “aneka cara” 4. Interaktivitas (interactivity) Proses belajar mengajar akan berjalan dengan baik jika terjadi interaksi antara siswa-siswa, siswa-guru, guru-lingkungan, sedemikian sehingga setiap siswa mendapatkan manfaat positif dari interaksi tersebut. 5. Terintegrasi dengan topik lainnya (interwinment) Matematika merupakan ilmu yang terstruktur, oleh karena itu keterkaitan dan keterintegrasian antar topik harus dieksplorasi untuk mendukung terjadinya proses belajar mengajar yang lebih bermakna, sehingga memunculkan pemahaman secara serentak. Hal ini memungkinkan terjadinya penghematan waktu. Kelima karakteristik belajar (dan mengajar) menurut filosofi ’realistik’ di atas inilah yang menjiwai setiap aktivitas pembelajaran matematika. Dalam falsafah realistik, dunia nyata digunakan sebagai titik pangkal permulaan dalam pengembangan konsep-konsep dan gagasan matematika. Menurut Treffers dan Goffree (dalam MKPBM, 2001:129) bahwa masalah kontekstual dalam kurikulum realistik, berguna untuk mengisi sejumlah fungsi: 1. Pembentukan konsep: dalam fase pertama pembelajaran, para siswa diperkenankan untuk masuk ke dalam matematika secara alamiah dan termotivasi. 2. Pembentukan model: masalah-masalah kontekstual memasuk fondasi siswa untuk belajar operasi, prosedur, notasi, aturan, dan mereka mengerjakan ini dalam kaitannya dengan model-model lain yang kegunaannya sebagai pendorong penting dalam berfikir.
14 3. Keterterapan: masalah kontekstual menggunakan ’reality’ sebagai sumber dan domain untuk terapan. 4. Praktek dan latihan dari kemampuan spesifik dalam situasi terapan. Setiap pendekatan pembelajaran tentu memiliki berbagai kelebihan, namun di sisi lain juga mempunyai kekurangan. Demikian pula halnya dengan pembelajaran matematika realistik. Mustaqimah (dalam Asmin, 2006:2) mengemukakan kelebihan pembelajaran matematika realistik adalah sebagai berikut: 1. Siswa tidak mudah lupa dengan pengetahuannya karena siswa membangun sendiri pengetahuannya. 2. Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena menggunakan realitas kehidupan. 3. Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka karena setiap jawaban siswa ada nilainya. 4. Dapat memupuk kerja sama dalam kelompok. 5. Melatih siswa untuk terbiasa berfikir dan mengemukakan pendapat. 6. Memuat pendidikan budi pekerti, misalnya saling kerja sama dan menghormati teman yang berbicara. Selanjutnya
Mustaqimah
(dalam
Asmin,
2006:2)
mengemukakan
bahwa
kekurangan pembelajaran matematika realistik adalah sebagai berikut. 1. Siswa menjadi kesulitan dalam menentukan jawabannya sendiri karena sudah terbiasa diberi informasi terlebih dahulu. 2. Membutuhkan waktu yang sangat lama terutama bagi siswa yang lemah. 3. Siswa yang pandai kadang-kadang tidak sabar untuk menanti temannya yang belum selesai. 4. Membutuhkan alat peraga yang sesuai dengan situasi pembelajaran saat itu. 2.5 Penerapan Pendekatan Matematika Penjumlahan Bilangan Bulat
Realistik
Materi
Operasi
Hitung
Pendidikan matematika realistik diketahui sebagai pendekatan yang telah berhasil di Belanda dan dipelopori oleh Hans Freudenthal sekitar tahun 1991. Dialah yang mulamula memunculkan gagasan bahwa matematika yang baik adalah pendidikan yang membumi (realistik), termasuk pendidikan matematika agar dekat dengan kehidupan sehari-hari.
15
Pengembangan pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik merupakan salah satu usaha meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami matematika. Usahausaha ini dilakukan sehubungan dengan adanya perbedaan antara materi yang dicitacitakan oleh kurikulum tertulis dengan materi yang diajarkan, serta perbedaan antara materi yang diajarkan dengan materi yang dipelajari siswa. Soedjadi (dalam Johar Rahmah, 2009:5) menegaskan bahwa sebenarnya pendekatan matematika realistik merupakan suatu pendekatan yang mengubah urutan sajian bahan ajar sebagai berikut: diajarkan teori/definisi/teorema, memberikan satu atau dua contoh, kemudian menanyakan pertanyaan, kemudian meminta siswa yang pasif untuk menjadi lebih aktif dengan memulai melengkapi latihan-latihan soal dari buku. Dalam soal latihan itu umumnya barulah dihadapi bentuk soal cerita yang terkait dengan terapan matematika atau kehidupan sehari-hari. Tetapi, justru soal cerita itulah yang selalu tidak mudah dipahami siswa atau diselesaikan siswa. Sebaliknya, dalam pendekatan matematika realistik realitas dan lingkungan (yang tertulis dalam bentuk soal cerita) ditempatkan pada fase awal pembelajaran pada materi luas persegi panjang untuk membangun konsepkonsep tertentu yang selanjutnya juga untuk mencapai simbolisasi atau perumusan umum. Jadi, pendidikan matematika realistik yang pembelajarannya bermula dari ”reality” membuat pembelajaran menjadi kompleks. Guru tidak lagi diminta untuk mengajar, tetapi kelas dalam kombinasinya dengan guru akan menentukan dengan cara mana hasil optimal akan didapat. 2.6 Langkah-langkah Pembelajaran Pendekatan Matematika Realistik pada Materi Operasi Hitung Penjumlahan Bilangan Bulat. Pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik yang digunakan pada penelitian ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap operasi penjumlahan bilangan bulat melalui masalah-masalah kontektual (masalah yang
16
dikenal siswa atau masalah nyata) dan dunia nyata digunakan sebagai titik pangkal permulaan pembelajaran materi operasi penjumlahan bilangan bulat. Langkah-langkah pembelajaran materi operasi hitung penjumlahan bilangan bulat dengan pendekatan matematika realistik menurut Mustaqimah (dalam Asmin, 2006:8) dapat dilihat dalam Tabel 2.1. Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Pendekatan Matematika Realistik pada Materi Operasi Hitung Penjumlahan Bilangan Bulat No Langkah-langkah Alur Kegiatan Guru 1. Menggunakan - Guru memberikan masalah masalah yang dikenal kontekstual sesuai dengan siswa (konstektual) materi operasi penjumlahan bilangan bulat yang sedang dipelajari siswa. - Karakteristik PMR yang muncul pada langkah ini adalah menggunakan masalah konstektual yang diangkat sebagai masalah awal dalam pembelajaran. 2.
Menyelesaikan masalah yang dikenal siswa (konstektual)
3.
Membandingkan dan mendiskusikan jawaban dari masalah kontekstual
- guru mengamati dan mengontrol aktivitas siswa. - Pada langkah ini karakteristik PMR yang muncul adalah menggunakan instrumen vertikal seperti model, skema, diagram dan simbol. - Guru memberikan waktu dan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban teman sekelompoknya - Karakteristik PMR yang muncul pada langkah ini adalah penggunaan konstribusi siswa dan terdapat interaksi siswa yang satu dengan siswa yang lain
Kegiatan Siswa - meminta siswa untuk memahami masalah operasi penjumlahan bilangan bulat - Jika terdapat hal-hal yang kurang dipahami oleh siswa, guru menjelaskan atau memberikan petunjuk seperlunya terhadap bagian-bagian yang belum dipahami siswa. - Siswa secara berkelompok, diminta untuk menyelesaikan masalah kontektual pada LKS secara mandiri, sehingga memungkinkan adanya perbedaan penyelesaian. - Untuk selanjutnya dibandingkan dan diskusikan pada diskusi kelas.
17
4.
Menyimpulkan
- Guru mengarahkan siswa untuk mengambil kesimpulan dari hasil diskusi kelas sehingga diperoleh suatu rumusan konsep atau prinsip (Karakteristik PMR V).
2.7 Materi Operasi Hitung Penjumlahan Bilangan Bulat Operasi hitung penjumlahan bilangan bulat meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Di kelas 4, kita telah mempelajari penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Kedua jenis operasi hitung itu akan kita pelajari lebih lanjut. Kita juga akan mempelajari perkalian dan pembagian bilangan bulat. 2.7.1. Operasi Penjumlahan
Sumber : Soenarjo, R. (2008:11)
18
2.7.2. Operasi Pengurangan Pengurangan adalah lawan pengerjaan penjumlahan.
Perhatikan! Mengurangi suatu bilangan sama dengan menjumlah bilangan itu dengan lawan bilangan pengurangnya. 12 – 7 = 12 + (-7) -8 – 5 = -8 + (-5) -10 – (-4) = -10 + 4 2.7.3. Operasi Perkalian Jawab perkalian di bawah ini di luar kepala.
Bagaimana perkalian bilangan bulat? Untuk mengetahuinya, perhatikan contoh berikut.
19
Sumber : Soenarjo, R. (2008:11) 2.7.4. Operasi Pembagian Pembagian adalah kebalikan pengerjaan perkalian
Sumber : Soenarjo, R. (2008:11) BAB III
20 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Ekawarna (2013:5) “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan”. Sedangkan menurut Kunandar (2008) “PTK merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya”. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Rubiyanto (2013:105) “penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati”. Proses pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan realitas kehidupan dan benda-benda konkrit. Selain menggunakan benda konkrit persoalan yang diberikan kepada siswa adalah persoalan yang telah dikenal siswa. Melalui realitas kehidupan siswa dibimbing untuk menemukan cara penyelesaian pada materi operasi penjumlahan bilangan bulat yang sesuai dengan kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang diberlakukan di SD Lamtamot Aceh Besar. 3.2 Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil tempat di SD Lamtamot Aceh Besar, belum pernah ada yang meneliti tentang penggunaan pendekatan matematika realistik pada materi operasi hitung penjumlahan bilangan bulat, serta tingkat kemampuan siswanya heterogen. Pelaksanaan penelitian telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2018. 20
21 3.3 Subjek Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas V SD Lamtamot Aceh Besar Tahun Pelajaran 2018/2019 sebanyak 30 siswa, yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.
3.4 Prosedur Penelitian Penelitian tindakan ini merupakan penelitian tindakan partisipan, karena orang yang melakukan tindakan harus juga terlibat dalam proses penelitian dari awal sampai terakhir melaporkan penelitiannya. Penelitian tindakan kelas ini direncanakan akan dilakukan dengan dua siklus (siklus 1 dan siklus 2). Setiap siklus melalui 4 tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Setiap pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran yang disajikan pada gambar 3.1 berikut ini.
Gambar 3.1 Siklus Rancangan Penelitian Tindakan (Action Research). (Arikunto, 2010:137) 1. Perencanaan Siklus I
22 a. Perencanaan 1) Menyiapkan rencana Pembelajaran 2) Menyiapkan materi pembelajaran 3) Menyiapkan lembar observasi 4) Menemui guru kelas di sekolah lokasi penelitian 5) Membuat lembar catatan lapangan untuk siswa 6) Membuat alat peraga b. Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I terdiri dari 1 kali pertemuan. Pertemuan pada siklus I ini berisi materi operasi hitung bilangan bulat. Adapun deskripsi pelaksanaan tindakan siklus I adalah sebagai berikut: 1) Kegiatan Awal Kegiatan dimulai dengan salam dan berdo’a untuk mengawali kegiatan. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru melakukan prsensi siswa. Tahap keterkaitan: guru mengawali pembelajaran dengan melakukan apersepsi yaitu memberikan pertanyaan untuk mengarahkan siswa pada materi yang akan dipelajari. Kemudian guru menyampaikan bahwa tujuan pembelajaran yang ingin dicapai adalah berkaitan dengan operasi hitung penjumlahan bilangan bulat. 2) Kegiatan Inti Kegiatan inti dimulai dengan guru menyajikan masalah konstektual sebagai berikut. Seekor katak mula-mula dititik nol. Katak itu dapat melompat kekiri atau kekanan. sekali melompat jauhnya tiga satuan. jika katak melonjat sekali kekanan, kemudian tiga kali kekiri, maka katak itu sampai dititik? untuk
23 membantu ingatan siswa tentang soal tersebut, guru menuliskannya dipapan tulis. Setelah selesai menulis, guru meminta siswa untuk memperhatikan guru dalam menyelesaikan masalah konstektual tersebut dengan menggunakan media pembelajaran didepan kelas. Untuk menarik perhatian siswa, guru menanyakan bagian-bagian soal seperti nilai satuan pada kancing baju, sebagian besar siswa memperhatikan guru dalam mendemontrasikan media pembelajaran. Guru menjelaskan atau memberikan petunjuk seperlunya terhadap bagian-bagian yang belum dipahami siswa. Kegiatan selanjutnya adalah siswa dibagi menjadi enam kelompok, setiap kelompok terdiri dari lima siswa. Setelah kolompok terbentuk, guru membagikan LKS dan media pembelajaran pada tiap-tiap kelompok dan memberikan pengarahan petunjuk mengerjakan LKS. Selama mengerjakan LKS terlihat ada beberapa siswa yang tidak aktif membantu kelompoknya. Guru mengelilingi setiap kelompok untuk melihat pekerjaan dan membantu kelompok yang mengalami kesulitan. Setelah tiap-tiap kelompok selesai mengerjakan LKS guru memberikan kesemptan kepada setiap kelompok untuk menentukan wakil. Kemudian masingmasing wakil kelompok membacakan atau mempresentasikan hasil kerja kelompoknya secara bergantian. Pembacaan hasil kerja kelompok dilakukan ditempat masing-masing. Selesai melakukan presentasi setiap kelompok mengumpulkan hasil pekrjaannya kemudian dilanjutkan hasil pembahasan dari guru tentang hasil kerja kelompok. Guru memberikan penjelasan tentang cara penyelesaian soal.
24 3) Kegiatan Akhir Tahap kegiatan akhir siswa mengerjakan soal evaluasi secara individual terhadap materi yang telah disampaikan untuk mengetahui daya serap siswa. Soal evaluasi dibagikan kepada siswa, setelah siswa selesai mengerjakan soal evaluasi, siswa dengan bantuan guru membuat kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan motivasi kepada siswa agar lebih rajin belajar. c. Observasi Dilaksanakan pada saat tindakan berlangsung oleh pengamat dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan, untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran matematika yang dilaksanakan baik aktivitas siswa maupun guru. d. Refleksi Mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan selama proses pembelajaran berlangsung. Menjadi bahan catatan untuk perbaikan oleh peneliti pada siklus berikutnya. 2. Perencanaan Siklus II a. Perencanaan 1) Mempelajari hasil refleksi pada siklus tindakan I 2) Menentukan masalah kontekstual 3) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) 4) Menyusun lembar observasi guru dan siswa 5) Menyiapkan LKS dan media pembelajaran 6) Menyusun soal evaluasi.
25 b. Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II terdiri dari 1 kali pertemuan. Pertemuan pada siklus II ini berisi materi operasi hitung bilangan bulat, Adapun deskripsi pelaksanaan tindakan siklus II adalah sebagai berikut: 1) Kegiatan Awal Kegiatan dimulai dengan salam dan berdo’a untuk mewakili kegiatan. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru melakukan presensi siswa. Tahap keterkaitan: guru mengawali pembelajaran dengan melakukan apersepsi yaitu memberikan pertanyaan untuk mengarahkan siswa pada materi yang akan dipalajari. Kemudian guru menyampaikan bahwa tujuan pembelajaran yang ingin dicapai adalah berkaitan dengan operasi hitung penjumlahan bilangan bulat. 2) Kegiatan Inti Kegiatan inti dimulai dengan guru menyajikan masalah kontekstualsebagai berikut. Kemarin suhu udara di kota A adalah 70 C. Hari ini suhu udara dikota A turun 120 C. Berapa suhu udara hari ini? Untuk membantu ingatan siswa tentang soal tersebut, guru menuliskannya dipapan tulis. Setelah selesai menulis, guru meminta siswa untuk memperhatikan guru dalam menyelesaikan masalah kenstektual tersebut dengan menggunakan media pembelajaran didepan kelas. Untuk menarik perhatian siswa, guru menanyakan bagian-bagian soal seperti nilai satuan pada kancing baju, Atau pada batu kerikil, sebagian besar siswa memperhatikan guru dalam mendemontrasikan media pembelajaran. Guru menjelaskan atau memberikan petunjuk seperlunya terhadap bagian-bagian yang belum dipahami siswa.
26 Kegiatan selanjutnya adalah siswa dibagi menjadi 6 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 siswa. Setelah kelompok terbentuk, guru membagikan LKS dan media pembelajaran pada tiap-tiap kelompok dan memberikan pengrahan petunjuk mengerjakan LKS. Selama mengerjakan LKS terlihat ada beberapa siswa yang tidak aktif membantu kelompoknya. Guru mengililingi setiap kelompok untuk melihat pekerjaan dan membantu kelompok yang mengalami kesulitan. Setelah tiap-tiap kelompok selesai mengerjakan LKS guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk menentukan wakil, kemudian masingmasing wakil kelompok membacakan atau mempresentasikan hasil kerja kelompoknya secara bergantian. Pembacaan hasil kerja kelompok dilakukan ditempat masing-masing. Selesai melakukan presentasi setiap kelompok mengumpulkan hasil pekerjaannnya kemudian dilanjutkan pembahasan dari guru tentang hasil kerja kelompok. Guru memberikan penjelasan tentang cara menyelesaikan soal. 3) Kegiatan akhir Untuk mengetahui daya serap setiap siswa tentang materi yang sudah dipelajari maka pada akhir pembelajaran guru memberikan soal evaluasi. Sama seperti pertemuan sebelumnya, soal yang diberikan dikerjakan secara individual. Setelah semua siswa selesai mengerjakan soal evaluasi guru meminta siswa untuk
mengumpulkan
hasil
pekerjaannya.
Sabagai
penutup
guru
mengingatkkan agar siswa rajin belajar salah satunya belajar matematika. Karena dalam kehidupan sahari-hari tidak lepas dari penggunaan ilmu matematika.
27 c. Observasi Kegiatan ini dilaksanakan oleh satu orang observer yaitu wali kelas V SD Lamtamot Aceh Besar dengan mengamati kegiatan guru ketika mengajar dan siswa ketika mengikuti pembelajaran dengan mengisi lembar observasi yang telah disediakan. Kegiatan guru dan siswa dikatakan dalam kategori baik dan sangat baik apabila memiliki nilai 3 dan 4. d. Refleksi Menganalisis, memahami, menjelaskan dan menyimpulkan hasil observasi. Sebagai bahan pertimbangan didalam merumuskan dan merencanakan tindakan yang lebih efektif pada tahap berikutnya (apakah perlu kembali ke perencanaan/tindakan III atau dilanjutkan kepenulisan laporan I dan II).
3.5 Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data sebagi berikut : a. Observasi Observasi adalah salah satu teknik dalam mengumpulkan data. Yang melakukan kegitan observasi adalah wali kelas V SD Lamtamot Aceh Besar. Observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa dengan menggunakan pendekatan realistik pada materi operasi hitung penjumlahan bilangan bulat. b. Tes Tes adalah Penilaian hasil belajar siswa tentang operasi penjumlahan bilangan bulat. Tes hasil belajar operasi penjumlahan bilangan bulat dilakukan sesudah pembelajaran
28 RPP1 dan RPP2, dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana hasil belajar siswa sesudah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan realistik pada materi operasi penjumlahan bilangan bulat. Tes yang diberikan dalam bentuk uraian dengan jumlah soal RPP1 adalah 10 soal, dan RPP2 adalah 10 soal. Penyusunan butirbutir soal mengacu kepada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum KTSP materi operasi penjumlahan bilangan bulat tingkat SD dan MI.
3.6 Teknik Analisis Data Tahap analisis data merupakan tahap yang penting dalam suatu penelitian, karena pada tahap ini hasil penelitian dapat dirumuskan. Setelah semua data terkumpul maka dideskripsikan dan dianalisis sebagai berikut. a. Analisis Data Hasil Observasi Analisis data hasil observasi digunakan untuk melihat aktivitas guru dan siswa. Datanya dianalisis dengan menggunakan analisis presentase. Skor yang diperoleh masingmasing indikator dijumlahkan dan hasilnya disebut jumlah skor. Selanjutnya dihitung persentase rata-rata dengan cara membagi jumlah skor dengan skor maksimal yang dikalikan 100, yaitu sebagai berikut. Persentase Nilai Rata rata NR
Jumlah Skor 100 % Skor Maksimal
Menurut Mukhlis (dalam Hadi, 2003:71) untuk menentukan taraf keberhasilan tindakan dapat ditentukan dengan kriteria tercantum dalam Tabel 3.1. Tabel 3.1 Analisis Data Hasil Observasi Guru dan Siswa Kriteria Nilai (%) Keterangan 75 < NR ≤ 100 Sangat Baik
29 50 < NR ≤ 75 25 < NR ≤ 50 0 < NR ≤ 25 Keterangan : NR = Nilai Rata-rata
Baik Cukup Kurang
b. Analisis Tes Hasil Belajar Siswa Data dianalisis dengan menggunakan persentase. Perhitungannya dilakukan dengan menghitung jumlah jawaban yang benar pada setiap soal dibagi dengan jumlah murid dan dikalikan dengan 100% yaitu dengan menggunakan rumus : P
Jumlah Siswa Yang Tuntas x 100% Jumlah Siswa
(Mukhlis dalam Hadi, 2003 : 71)
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa berpedoman pada pendapat Suherman (dalam Saleh, 2003: 37) yang tercantum dalam Tabel 3.2. Tabel 3.2 Analisis Tes Hasil Belajar Materi Operasi Penjumlahan Bilangan Bulat dengan Menggunakan Pendekatan Realistik Tingkat Ketuntasan ( % )
Keterangan
90 – 100 75 - 89 55 - 74 40 - 54 0 - 39
Sangat baik Baik Sedang Kurang Sangat kurang
Menurut asumsi Galtom (dalam Saleh, 2003:38) bahwa “skor yang diperoleh dalam satu kelas tertentu biasanya terdiri dari tiga kelompok. yaitu kelompok skor tinggi, skor sedang (rata-rata) dan skor rendah”. c. Indikator Keberhasilan Indikator ketercapaian dalam penelitian ini adalah siswa memperoleh nilai KKM adalah 70 pada materi operasi hitung bilangan bulat. Untuk nilai 70 ini merupakan nilai
30 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SD Lamtamot Aceh Besar untuk pelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Mukhlis (dalam Rozanna, 2008:28), seorang siswa dikatakan tuntas belajar bila memiliki daya serap paling sedikit 70%. Sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal tercapai bila paling sedikit 80%. Dengan demikian bahwa siswa dikatakan tuntas belajar secara individu bila memiliki daya serap 70%. Sedangkan suatu kelas dikatakan tuntas belajar secara klasikal apabila pencapaian nilai 80%.