BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap sel tubuh memerlukan energi untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang esensial bagi kelangsungan hidup sel itu sendiri serta menjalankan fungsi spesifiknya dalam rangka mempertahankan homeostasis. Semua energi yang pada dasarnya berasal dari makanan akan di ubah menjadi panas. Homeostasis dipertahankan oleh mekanisme fisiologis yang mengontrol fungsi tubuh dan memantau organ tubuh. Untuk sebagian besar mekanisme ini dikontrol oleh sistem saraf dan endokrin dan tidak mencakup perilaku sadar. Tubuh membuat penyesuaian dalam frekuensi jantung, frekuensi pernapasan, tekanan darah, suhu tubuh, keseimbangan cairan dan elektrolit, sekresi hormon dan tingkat kesadaran yang semuanya ditujukan untuk mempertahankan adaptasi. Pada modul 5 di blok 3 ini kami membahas tentang homeostasis kardiovaskuler serta regulasi temperatur/suhu.
1.2 Tujuan 1. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme pertukaran panas. 2. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme respon tubuh terhadap suhu 3. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme keseimbangan tubuh ketika terpajan panas atau dingin. 4. Mahasiswa mampu memahami sumber panas internal (metabolisme).
1
BAB II ISI 2.1 Skenario Antara Ina, Ana, dan Sauna Ina dan Ana mendapatkan hadiah mencoba sauna yang baru dibuka di kotanya. Walaupun ragu-ragu tetapi rasa penasaran membuat mereka mau mencobanya. Saat masuk ke ruang sauna mereka merasakan temperature panas dan kelembabannya tinggi. Menurut petugas sauna, temperatur di dalam ruangan sekitar 400 C dan kelembabannya 80%. Setelah lima menit di dalam ruangan tersebut, mereka mulai merasa kepanasan, kulit kemerahan dan berkeringat. Setelah sepuluh menit, mereka merasa tidak taha lagi dan buru-buru keluar dari ruang sauna. Ina
: Waah, lega bisa keluar. Panas sekali ya, An? Keringatku sampai bercucuran.
Ana
: Iya, coba pegang dahiku. Sepertinya temperatur tubuhku meningkat. Apa kita demam setelah sauna ya?
Ina
: masa disebut demam? Aku kurang yakin. Seandainya kita bawa termometer, kita bisa mengukur juga apakah suhu bagian dalam tubuh juga meningkat atau hanya suhu di permukaan kulit.
Ana
: kalau kita berlama-lama dirungan sauna itu, kira-kira lebih bagus kah?
Ina
: mungkin berbahaya ya? Yang jelas 10 menit saja sudah cukup buatku. Eh.. tuhkita dipersilahkan mandi air dingin disitu.
Ana
: Sippp.........
2
STEP 1 1. Temperature
:
derajat
tingkat
panas
atau
dingin
dengan
menggunakan skala khusus dan menentukan keseimbangan termal tubuh. 2. Kelembapan
:
Konsentrasi uap air yang ada di dalam udara.
3. Termoeter
: Alat untuk mengukur suhu, biasanya diukur pada oral, rektum, aksila, dan timfani.
4. Demam
: peningkatan suhu tubuh di atas normal yaitu lebih dari 37,5o C.
5. Keringat
: air yang dikeluarkan dari kelenjar keringat pada mamalia. Mengandung NaCl dan asam laktat, dihasilkan oleh glandula sudorifera dan pH sekitar 4,5-7,5.
STEP 2 1. Mengapa setelah lima menit Ina dan Ana merasa kepananasan, kulit kemerahan dan berkeringat? 2. Jika berlama-lama di sauna apakah bermasalah? 3. Apakah suhunya naik dipermukaan kulit saja atau didalam tubuh juga? 4. Bagaimana mekanisme tubuh saat terpapar suhu tinggi? 5. Mengapa mereka disuruh untuk mandi air dingin setelah dari sauna? 6. Apa yang dimaksud dengan kelembapan 80%?
STEP 3 BRAINSTORMING
3
1. Hal yang membuat Ani dan Ina merasa kepanasan ketika berada di ruang sauna karena suhu di dalam ruang sauna lebih tinggi dibanding suhu dalam tubuh. Panas selalu mengalir mengikuti penurunan gradien konsentrasinya, yaitu menuruni gradien suhu dari bagian yang lebih hangat ke yang lebih dingin, sehingga suhu yang ada dalam ruangan mengalir ke tubuh secara radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi; Berkeringat yang terjadi pada Ani dan Ina merupakan mekanisme upaya tubuh untuk melakukan keseimbangan, berkeringat merupakan proses pengeluaran panas secara evaporasi dan dalam keadaan ini berkeringat merupakan satu-satunya cara pengeluaran panas dari tubuh karena tubuh telah memperoleh panas secara radiasi, konveksi dan konduksi; kemerahan terjadi karena ketika tubuh terpapar panas, hipotalamus akan memberikan respon untuk memvasodilatasikan pembuluh darah sehingga efek yang terjadi adalah aliran darah semakin cepat dan akan terlihat dipermukaan. 2. Terpapar suhu tinggi terlalu lama tidak baik dan akan berakibat buruk bagi tubuh. Karena peningkatan suhu mempercepat reaksi kimia dan metabolisme dalam tubuh, hal yang akan terjadi ketika tubuh terpapar suhu tinggi terlalu lama akan menyebabkan malfungsi sel serta denaturasi protein yang irreversibel; selain itu akan menyebabkan penurunan kinerja otot jantung. Pada dasarnya memang peningkatan suhu akan memperluas membran permeabel dan mempermudah kerja jantung, namun apabila tubuh terpapar suhu tinggi terlalu lama akan menyebabkan penurunan kerja jantung; suhu lingkungan yang tinggi juga akan meningkatkan asupan panas yang akan berpengaruh pada peningkatan suhu tinggi, apabila tubuh terpapar suhu tinggi terlalu lama dan menyebakan suhu inti meningkat, akan menyebabkan kejangkejang apabila sudah mencapai 41oC. 3. Terdapat dua jenis suhu yang ada dalam tubuh yaitu suhu kulit dan suhu inti. Kedua suhu ini berbeda namun keduanya saling berkaitan satu sama lain. Suhu inti dapat naik dan turun sesuai suhu yang ada di lingkungan eksternal. Sedangkan suhu kulit merupakan suhu yang penting merujuk pada 4
kemampuan kulit melepaskan panas ke lingkungan. Sehingga, ketika suhu inti naik, maka tubuh akan melakukan pengeluaran panas dan ditandai dengan peningkatan suhu kulit. 4. Ketika tubuh terpanjan oleh suhu tinggi dari lingkungan eksternal, maka hal itu akan di respon oleh termoreseptor perifer. Termoreseptor perifer merupakan pemantau suhu kulit dan menyampaikan seluruh keadaan suhu yang ada dipermukaan ke hipotalamus. Kemudian hipotalamus akan memvasodilatasikan pembuluh darah dan dilatasi kulit sehingga terjadilah pengeluaran panas. 5. Menggunakan benda-benda dengan suhu rendah (seperti halnya mandi air dingin setelah keluar dari ruangan sauna) merupakan salah satu upaya untuk menormalkan
suhu
tubuh
atau
upaya
pengeluaran
panas.
Dengan
mengontakkan langsung antara tubuh dengan air dingin maka panas akan keluar dari tubuh secara konduksi dan konveksi. Setelah terjadi pengeluaran panas maka suhu tubuh akan kembali normal. 6. Kelembapan merupakan presentase uap H2O yang sebenarnya di udara dibandingkan dengan jumlah terbanyak yang ada dapat ditampungnya. Kelembapan 80% berartri bahwa udara mengandung 80% uap air yang mampu ditampungnya. Ketika ruangan di atur dengan kelembapan tersebut maka akan kemampuan udara untuk menerima tambahan kelembapan dari kulit ketika berkeringat (pengeluaran panas) akan semakin berkurang. Kelembapan 45% merupakan presentase kelembapan yang nyaman. Ketika kelembapan menurun, maka tubuh akan merasakan suhu lebih rendah dari yang aslinya. Sebaliknya, ketika kelembapan meningkat maka tubuh akan merasakan suhu lebih tinggi dari pada aslinya.
5
STEP 4 MIND MAP
STEP 5 LEARNING OBJECTIVE 1. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme pertukaran suhu. 2. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme respon tubuh terhadap suhu (hipotalamus, reseptor, messenger, efektor, dan set point) 3. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme keseimbangan tubuh. 4. Mahasiswa mampu menjelaskan sumber panas internal (metabolisme). STEP 6 BELAJAR MANDIRI Pada tahap belajar mandiri ini, kami akan mencari dan menelaah referensi untuk mendapatkan penjelasan mengenai Learning Objective yang telah dicapai. Proses belajar mandiri di wajibkan terhadap setiap individu kelompok. STEP 7 SINTESIS 1. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme pertukaran panas (pengeluaran panas). A. Radiasi 6
Radiasi adalah emisi energy panas dari permukaan tubuh yang hangat dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau gelombang panas yang berjalan melalui ruang.Saat energy pancaran mengenai suatu benda dan di serap, energy gerakan gelombang dipindahkan menjadi panas di dalam benda tersebut. Perpindahan netto panas melalui radiasi selalu dari benda yang lebih panas ke benda yang lebih dingin. Tubuh memperoleh penambahan panas melalui radiasi benda-benda yang lebih hangat dibandingkan kulit, misalnya matahari, radiator, atau nyala kayu bakar. Sebaliknya tubuh mengalami pengurangan panas melalui radiasi ke benda-benda di lingkungan yang permukaannya lebih dingin daripada permukaan kulit misalnya dinding bangunan. B. Konduksi Konduksi adalah perpindahan panas antara benda-benda yang berbeda suhunya yang berkontak langsung satu sama lain. Sewaktu molekul-molekul dengan panas yang berbeda bersentuhan satu sama lain, molekul yang lebih panas akan bergerak lebih cepat sehingga memacu molekul yang lebih dingin untuk bergerak lebih cepat. Hal ini menyebabkan molekul yang lebih dingin menjadi lebih hangat. Selama proses ini molekul yang lebih hangat akan kehilangan sebagian energy panasnya sewaktu melambat dan menjadi lebih dingin, sehingga suhu kedua benda akan sama. Contohnya sewaktu Anda mengenggam bola salju, panas berpindah melalui konduksi dari tangan Anda ke bola salju sehingga tangan Anda menjadi dingin. C. Konveksi Konveksi mengacu pada perpindahan energy panas melalui arus udara (atau H2O). ketika tubuh kehilangan panas melalui konduksi ke udara sekeliling yang lebih dingin, uadara yang berkontak langsung dengan tubuh akan menjadi lebih hangat. Karena udara hangat lebih ringan daripada udara dingin maka ia akan bergerak ke atas sementara uadara yang lebih dingin bergerak ke kulit. Misalnya kipas angin, gerakan paksa udara menyapu udara yang dihangatkan oleh konduksi dan secara lebih cepat menggantikannya dengan udara yang lebih 7
dingin. Dengan demikian, angin yang dihasilkan oleh kipas
membuat kita
merasa lebih dingin pada hari-hari panas.
Konduksi dan Konveksi Panas yang Berdiam di Air. Air memilki panas khusus beberapa ribu kali lebih besar daripada udara, sehingga setiap unit bagian air yang berdekatan ke kulit dapat mengabsorpsi jumlah panas yang lebih besar daripada udara. Demikian juga konduktivitas panas di dalam air lebih besar dibandingkan dengan di udara. Akibatnya tidak mungkin bagi tubuh untuk memanaskan satu lapisan tipis air yang berdekatan dengan tubuh untuk membentuk suatu zona penyekat seperti yang terjadi pada udara. Oleh karena itu kecepatan kehilangan panas ke air biasanya beberapa kali lebih besar daripada kecepatan kehilangan panas di udara. D. Evaporasi Ketika udara menguap dari permukaan kulit, panas yang diperlukan untuk mengubah air dari keadaan cair menjadi gas diserap dari kulit, sehingga tubuh menjadi lebih dingin. Selama suhu kulit lebih tinggi dari suhu lingkungan, panas dapat hilang melalui radiasi dan konduksi. Tetapi sebaliknya ketika suhu lingkungan menjadi lebih tinggi dari suhu kulit, tubuh akan memeproleh panas dari radiasi dan konveksi. Dalam keadaan seperti ini satu-satunya cara agar tubuh dapat melepaskan panas yaitu dengan evaporasi.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme respon tubuh terhadap suhu. A. Reseptor Walaupun sinyal yang ditimbulkan oleh respetor suhu dari hipotalamus sangat kuat dalam mengatur suhu tubuh, reseptor suhu pada bagian lain dari tubuh juga mempunyai peranan penting dalam pengaturan suhu. Hal ini terjadi pada reseptor suhu di kulit dan beberapa jaringan khusus dalam tubuh. 8
a)
Termoreseptor perifer : Termoreseptor perifar memantau suhu kulit diseluruh tubuh dan
menyalukan informasi tentang perubahan suhu permukaan ke hipotalamus - Reseptor terhadap panas : Korpuskula Ruffini - Reseptor terhadap dingin: Korpuskula Krause b)
Termoreseptor Sentral: Termoreseptor sentral memantau suhu inti yang terdapat di
hipotalamus itu sendiri, susunan saraf pusat, organ dalam abdomen, medulla spinalis, dan di atau sekitar vena vena besar . B. Hipotalamus Hipotalamus berfungsi sebagai thermostat tubuh. Hipotalamus berperan sebagai pusat integrasi termogulasi tubuh, menerima informasi aferen tentang suhu tubuh di berbagai bagian tubuh dan memicu penyesuaian yang sangat kompleks dan terkoordinasi dalam mekanisme penerimaan panas dan pembuangan panas sesuai kebutuhan untuk mengoreksi setiap penyimpanan suhu inti dai pasokan tubuh. Hipotalamus dapat berespons terhadap perubahan suhu darah sekecil 〖0,01〗^oC. derajat responsitivitas hipotalamus terhadap penyimpangan suhu tubuh disesuaikan secara tepat sehingga
panas
yang
dihasilkan
atau
dikeluarkan
cukup
untuk
mempertahankan suhu tetap normal. Regio Posterior: diaktifkan oleh dingin dan kemudian memicu refleksrefleks yang memerantai produksi dan penghematan panas.
9
Regio Anterior: diaktifkan oleh panas, memicu refleks-refleks yang memerantai pengeluaran panas. C. Pembawa pesan ( Messanger) Saraf Otonom: Pada saat proses berkeringat, setelah menerima impuls, maka rangsangan akan di teruskan ke medula spinalis melalui jaras otonom. Saraf Simpatis: Saraf simpatis berperan juga pada saat proses berkeringat. Setelah rangsangan sampai ke medulla spinalis, maka diteruskan melalui jaras simpatis ke kulit di seluruh tubuh. Cepat lambatnya rangsangan simpatis juga mempengaruhi proses reabsorbsi atau pemodifikasian secret primer dari yang dihasilkan oleh sel epitel pada gulungan glandula sudorifera. Selain itu, saraf simpatis
berpengaruh
terhadap
hipotalamus
region
posterior
untuk
vasokonstriksi saat mekanisme peningkatan suhu tubuh . Pusat kontrol kardiovaskuler di medulla memiliki control arteriol kulit dan seluruh tubuh melalui penyesuaian aktivitas simpatis ke pembuluh darah dengan tujuan mengatur tekanan darah. D. Efektor Tonus otot rangka Pada salah satu mekanisme pembentukan panas di dalam tubuh, terjadi peningkatan tonus otot rangka pada proses menggigil. Peningkatan tonus otot rangka membuat tubuh melepas panas yang lebih. Pembuluh Darah Pada saat mekanisme pembentukan panas, pembuluh darah mengalami konstriksi sedangkan saat mekanisme melepas panas, pembuluh darah mengalami dilatasi dan aliran darah yang membawa panas meningkat . Kelenjar Keringat 10
Salah satu mekanisme untuk melepaskan panas adalah berkeringat. Keringat di eksresikan oleh sel sel epitel pada kelenjar keringat (glandula sudorifera) dengan rangsangan saraf simpatis. E. Konsep “Set-Point” untuk Pengaturan Suhu Sangat jelas bahwa pada suhu inti tubuh yang kritis, sekitar 37,10C (98,80 F), akan menyebabkan perubahan drastic kecepatan kehilangan panas dan pembentukan panas. Pada suhu diatas nilai ini, kecepatan kehilangan panas lebih besar dari kecepatan pembentukan panas, sehingga suhu tubuh turun dan mendekati nilai 37,10C. Pada suhu tubuh di bawah nilai ini, kecepatan pembentukan panas lebih besar dari kecepatan kehilangan panas, sehingga suhu tubuh kini meningkat dan sekali lagi mendekati nilai 37,1oC. Nilai suhu tubuh kritis ini disebut “set-point” pada mekanisme pengaturan suhu. Yaitu, semua mekanisme pengaturan suhu secara terus menerus berupaya yang mengembalikan suhu tubuh kembali ke nilai set-point. Efek dari suhu kulit yang berbeda-beda terhadap set-point untuk berkeringat, memperlihatkan bahwa set-point tersebut meningkat apabila suhu kulit menurun. Set point hipotalamus meningkat dari 36,70C bila suhu kulit lebih tinggi dari 33oC, dan set-point menjadi 37,4oC ketika suhu kulit turun menjadi 29oC. Oleh karena itu, bila suhu kulit tinggi, pengeluaran keringat akan dimulai pada suhu hipotalamus yang lebih rendah daripada ketika suhu kulit sedang rendah. Kita dapat lebih mudah memahami nilai dari system seperti ini, karena penting diperhatikan bahwa pengeluaran keringat akan dihambat ketika suhu kulit rendah, jika tidak, efek gabungan dari rendahnya suhu kulit dan pengeluaran keringat dapat menyebabkan kehilangan panas tubuh yang lebih banyak. Efek yang serupa terjadi saat menggigil, yaitu bila kulit menjadi dingin, keadaan tersebut mendorong pusat hipotalamus menuju ambang menggigil bahkan saat suhu hipotalamus sendiri masih cukup panas dibanding normal. Sekali lagi, kita dapat mengerti nilai dari sistem pengaturan, karena 11
suhu kulit yang dingin akan segera menyebabkan suhu tubuh menjadi sangat menurun kecuali pembentukan panas ditingkatkan. Jadi, suhu kulit yang dingin sebenarnya “mengantisipasi” turunnya suhu tubuh internal dan mencegah agar keadaan tersebut tidak terjadi.
3. Mahasiswa mampu memahami mekanisme keseimbangan tubuh ketika terpajan panas dan dingin. Mekanisme keseimbangan tubuh ketika tubuh terpajan panas Sistem pengatur suhu menggunakan tiga mekanisme penting untuk menurunkan panas tubuh ketika suhu tubuh menjadi sangat tinggi 1. Vasodilatasi pembuluh darah kulit. Pada hampir semua area di dalam tubuh, pembuluh darah kulit berdilatasi dengan kuat. Hal ini disebabkan oleh
hambatan
pusat
simpatis
menyebabkan vasokonstriksi.
di
hipotalamus
posterior
yang
Vasodilatasi penuh akan meningkatkan
kecepatan pemindahan panas ke kulit sebanyak delapan kali lipat 2. Berkeringat . ketika tubuh memiliki suhu yang diambang batas normal, maka akan terjadi proses evaporasi untuk mengeluarkan panas. Pada kenaikan 1oC , pengeluaran keringat akan cukup banyak sehingga mampu membuang 10 kali kecepatan pembentukan panas tubuh basal 3. Penurununan pembentukan panas. Mekanisme yang menyebabkan pembentukan panas yang berlebihan, seperti menggigil dan termogenesis kimia, dihambat dengan kuat Berkeringat dan Pengaturannya oleh Sistem Saraf Otonom Rangsangan area preoptik di bagian anterior hipotalamus baik secara listrik atau oleh panas yang berlebihan akan menyebabkan keringat. Impuls saraf dari area yang menyebabkan berkeringat ini dihantarkan melalui jaras otonom
12
ke medulla spinalis dan kemudian melalui jaras simpatis mengalir ke kulit dari seluruh tubuh. Kelenjar
keringat
dipersarafi
oleh
saraf
kolinergik
(serabut
yang
menyekresikan asetilkolin, tetapi berjalan bersama dengan saraf simpatis di serabut adrenergik). Kelenjar ini juga dirangsang di berbagai tempat oleh epinefrin atau norepinefrin yang bersirkulasi dalam darah, walaupun kelenjar itu sendiri tidak memiliki persarafan adrenergik. Hal ini penting selama melakukan olahraga, saat hormon ini disekresikan oleh medulla adrenal dan tubuh perlu melepaskan panas yang berlebihan yang dihasilkan oleh otot yang aktif. Kehilangan Panas Melalui Terengah-engah Fenomena terengah-engah “dihidupkan” oleh pusat pengatur suhu di otak. Yaitu, bila darah terjadi terlalu panas, hipotalamus menimbulkan sinyal neurogenik untuk menurunkan suhu tubuh. Satu dari sinyal ini menyebabkan keadaan terengah-engah. Proses terengah-engah sebenarnya diatur oleh pusat terengah-engah yang berhubungan dengan pusat pernapasan pneumotaksik yang berada di dalam pons. Mekanisme keseimbangan tubuh ketika tubuh terpajan dingin Ketika tubuh terlalu dingin, sistem pengaturan suhu mengadakan prosedur yang tepat berlawanan. Yaitu: 1. Vasokonstriksi kulit di seluruh tubuh. Hal ini disebabkan oleh rangsangan dari pusat simpatis hipotalamus posterior 2. Piloereksi. Piloereksi berarti rambut “berdiri pada akarnya.” Rangsangan simpatis menyebabkan arektor pili yang melekat ke folikel rambut berkontraksi, yang menyebabkan rambut berdiri tegak. Hal ini tidak penting pada manusia, tetapi pada hewan yang lebih rendah, berdirinya rambut memungkinkan hewan tersebut untuk membentuk lapisan tebal 13
“isolator udara” yang bersebalahan dengan kulit, sehingga pemindahan panas ke lingkungan sangat ditekan. 3. Peningkatan termogenesis (pembentukan panas). Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat dengan memicu terjadinya menggigil, rangsangan simpatis untuk pembentukan panas, dan sekresi tiroksin. Mekanisme ketiga cara tersebut dalam meningkatkan panas, membutuhkan penjelasan tambahan, sebagai berikut:
Rangsangan hipotalamus terhadap mengigil Terletak pada bagian dorsomedial dari hipotalamus posterior dekat dinding ventrikel ketiga adalah suatu area yang disebut pusat motorik primer untuk menggigil. Area ini normalnya dihambat oleh sinyal dari pusat panas di area preoptik-hipotalamus anterior tetapi diransang oleh sinyal dingin dari kulit dan medula spinalis. Pusat ini teraktivasi ketika suhu tubuh turun bahkan hanya beberapa derajat di bawah nilai suhu kritis. Pusat ini kemudian meneruskan sinyal yang menyebabkan menggigil melalui traktus bilateral turun ke batang otak, kemudian ke dalam kolumna lateralis medula spinalis, dan akhirnya ke neuron-neuron motorik anterior. Sinyal ini tidak teratur, dan tidak menyebabkan gerakan otot sebenarnya. Sebaliknya, sinyal tersebut menignkatkan tonus otot rangka di seluruh tubuh dengan meningkatkan aktivitas neuron-neuron motorik anterior. Ketika tonus meningkat di atas nilai kritis tertentu, proses mengigil dimulai. Kemungkinan hal tersebut dihasilkan dari osilasi umpan balik mekanisme refleks regangan dari gelondong otot. Selama proses menggigil maksimum, pembentukan panas tubuh dapat meningkat hingga sebesar empat sampai lima kali lipat dari normal. 4. Mahasiswa mampu menjelaskan sumber panas internal (metabolisme) Hukum pertama termodinamika yaitu energi tidak dapat diciptakan tapi energy diubah bentuknya. Energy yang didapatkan dari tubuh berasal dari makanan yang dikonsumsi. Energy kimia yang tersimpan di dalam 14
ikatan-ikatan yang menyatukan atom dalam molekul nutrien dilepaskan ketika terjadi proses penguraian molekul dalam tubuh. Kemudian energy yang didapat digunakan untuk melakukan kerja biologis dan yang tidak digunakan disimpan untuk nantinya digunakan sesuai kebutuhan. Energy dalam molekul nutrient yang tidak digunakan untuk melakukan kerja diubah menjadi energy panas. Selama proses biokimia, hanya 50% yang diubah ke ATP, sisanya diubah menjadi energy panas. Selama ATP dikeluarkan oleh sel, 25%-nya menjadi energy panas. Jadi, pemindahan energy dari molekul nutrient ke ATP mengubah 75% energinya menjadi energy panas. Selain itu, energy yang telah digunakan nantinya akan berubah menjadi energy panas. Contohnya ketika otot berkontraksi, aliran darah yang melewati pembuluh bergesekan dengan dinding pembuluh menimbulkan panas. Peningkatan hormon epinefrin dan nonepinefrin Peningkatan hormon epinerfrin dan nonepinefrin yang bersirkulasi dalam darah dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme seluler dengan cepat. Efek ini disebut termogenesis kimia. Hal tersebut sebagian dihasilkan dari kemampuan norepinefrin dan epinefrin untuk memisahkan fosfolirasi oksidatif yang berarti bahwa kelebihan makanan akan dioksidasi dan dengan cara tersebut akan mmelepaskan energi dalam bentuk panas tanpa menyebabkan pembentukan adhenosin trifosfat. Peningkatan keluaran tiroksin sebagai penyebab peningkatan pembentukan panas jangan panjang. Pendinginan di area preoptik hipotalamus anterior juga meningkatkan pebentukan hormon neurosekretorik thyrotropin releasing hormone oleh hipotalamus. Hormon ini diangkut melalui vena porta hipotalamus ke kelenjar hipofisis anterior, tempat hormon merangsang sekresi thyroid-stimulating 15
hormone. Selanjutnya, thyroid stimulating hormone merangsang peningkatan keluaran tiroksin oleh kelenjar tiroid. Peningkatan tiroksin akan meningkatkan kecepatan metabolisme seluler di seluruh tubuh, yang merupakan mekanisme lain dari termogenesis kimia. Peningkatan metabolisme ini tidak terjadi segera tetapi membutuhkan waktu beberapa minggu pajanan terhadap dingin untuk membuat kelenjar tiroid menjadi hipertrofi dan mencapai tingkat sekresi tiroksin ang baru.
16
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Homeostasis dipertahankan oleh mekanisme fisiologis yang mengontrol fungsi tubuh dan memantau organ tubuh. Untuk sebagian besar mekanisme ini dikontrol oleh sistem saraf dan endokrin dan tidak mencakup perilaku sadar. Tubuh membuat penyesuaian dalam frekuensi jantung, frekuensi pernapasan, tekanan darah, suhu tubuh, keseimbangan cairan dan elektrolit, sekresi hormon dan tingkat kesadaran yang semuanya ditujukan untuk mempertahankan adaptasi. Pada modul 5 di blok 3 ini kami membahas tentang homeostasis kardiovaskuler serta regulasi temperatur/suhu. 3.2 Saran Demikian laporan diskusi dari kelompok 6 mengenai homeostasis kardiovaskuler dan regulasi temperatur. Dengan mengetahui bagaimana mekanisme regulasi temperature diharapkan dapat menjaga dan menghindari hal-hal yang dapat mengganggu kenormalan homeostasis dan regulasi temperature dalam tubuh.
17