Praktikum ekologi perairan, Semester Genap (6), 1-5 , Pendidikan Biologi FKIP Univerrsitas Riau, Pekanbaru.
PENGAMATAN FAKTOR FISIKA-KIMIA DAN ANALISIS KUALITAS PERAIRAN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS RIAU BERDASARKAN BIOINDIKATOR BIOTA HEWAN AKUATIK Zunnur Rahmi Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru 28293 Email:
[email protected] ABSTRAK Praktikum di laksanakan pada tanggal 10 Maret 2019 di lingkungan akuatik disekitar kampus Universitas Riau dan identifikasi sampel pada tanggal 15 maret 2019 di Laboratorium Pendidikan Biologi Universitas Riau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor fisika-kimia dan biologi (benthos, nekton, plankton, peryphiton, neusthon) yang mempengaruhi kualitas air pada danau yang berada di kawasan Universitas Riau. Penelitian ini menggunakan pendekatan purpossive sampling, metode survei, dan teknik sampling secara random. Parameter yang di ukur yaitu faktor fisika-kimia meliputi : suhu, DO, Kecerahan, TSS, dan faktor biologi meliputi : daftar jenis untuk nekton dan neuston, dan indeks kemerataan untuk benthos, plankton dan periphyton. Alat yang digunakan yaitu secchi disk, pH meter, DO meter, Eckman grab, plankton net, ember, botol koleksi, botol aqua 1500 ml, plastik sampel, cawan petri, mikroskop, gelas objek, cover glass, pipet tetes, saringan dan alat tulis. Bahan yang digunakan yaitu larutan lugol, formalin dan alkohol. Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Indeks Keanekaragaman (H’) dan Kemerataan di perairan danau dan waduk Universitas Riau tergolong rendah dan tidak merata. Keywords : Benthos, bioindikator, faktor fisika-kimia, plankton, peryphiton
PENDAHULUAN Di ekosistem perairan terdapat berbagai jenis biota akuatik. Organisme akuatik adalah kelompok makhluk hidup yang hidup di perairan. Organisme akuatik dapat digolongkan menurut bentuk kehidupan atau kebiasaan hidupnya yaitu : Plankton, organisme yang melayang-layang didalam air dan gerakannya kurang lebih tergantung pada arus. Beberapa organisme zooplankton ada yang menunjukkan gerakan berenang yang aktif yang mampu mempertahankan posisi vertical. Benthos, organisme yang melekat atau sedang beristirahat pada dasar perairan atau yang hidup di dalam sedimen di dasar perairan. Periphyton, organisme baik hewan atau tumbuhan yang melekat didalam air atau permukaan lain yang ada diatas dasar perairan. Nekton, organisme yang mampu berenang serta dapat menentukan arah sesuai dengan kehendak, dengan demikian dapat menghindari diri dari penangkapan atau memburu bangsa. Neuston, organisme yang berenang atau sedang beristirahat di permukaan air (Suwondo, 2018). Bioindikator atau indikator ekologis merupakan suatu kelompok organisme yang hidup dan rentan terhadap perubahan lingkungan sebagai akibat dari aktivitas manusia dan kerusakan secara alami (Sumenge dalam Nangin, et al., 2015). Dalam penilaian kualitas suatu perairan, pengukuran keanekaragaman jenis organisme sering lebih baik daripada pengukuran bahan-bahan organik secara langsung. Benthos lebih sering dipakai untuk menduga ketidakseimbangan lingkungan fisik, kimia dan biologi perairan. Perairan yang tercemar akan mempengaruhi kelangsungan hidup organisme karena benthos merupakan biota air yang mudah terpengaruh oleh adanya bahan pencemar, baik kimia maupun fisik (Odum dalam Efirianti, 2016). Hal ini disebabkan oleh kesensitifitasannya terhadap bahan kimia serta habitatnya yang melekat pada substrat, yang tidak
Praktikum ekologi perairan, Semester Genap (6), 1-5 , Pendidikan Biologi FKIP Univerrsitas Riau, Pekanbaru.
mampu bergerak secara cepat, sehingga bila suatu lingkungan tercemar maka akan berdampak kepada kelimpahan dan keanekaragamannya. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam dan sebagainya), dan parameter biologi (keberadaan plankton, bentos, bakteri, dan sebagainya) (Effendi dalam Irwan, et al., 2017). A. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan pada tanggal 10 Maret 2019 di Danau Universitas Riau dan Laboratorium Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UR. Penelitian ini menggunakan pendekatan purposive sampling dengan metode survei dan teknik sampling secara random. Parameter yang di amati adalah faktor fisikakimia meliputi suhu, DO, kecerahan, TSS dan faktor biologi dengan cara menghitung, kepadatan/kelimpahan, indeks keanekaragaman jenis, dominasi jenis dan indeks kemerataan untuk planton, benthos, dan periphyton, sedangkan nekton dan neusthon hanya daftar jenis. Alat yang digunakan yaitu secchi disk, pH meter, DO meter, eckman grab, plankton net, ember, botol koleksi, plastik sampel, cawan petri, mikroskop, gelas objek, cover glass, pipet tetes, saringan dan alat tulis. Bahan yang digunakan yaitu larutan lugol, formalin dan alkohol. B. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Faktor fisika-kimia Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil kondisi fisikakimia pada masing-masing waduk tempat penelitian. Hasil yang diperoleh dapat dilihat dalam tabel dibawah ini. Tabel 1. Hasil Pengukuran Faktor Fisika-Kimia Air Danau Universitas Riau Stasiun Pengamatan Parameter I II III IV Suhu (oC) 23,4 30,1 30,5 29,5 DO (mg/L) 4,1 3,8 4,7 8,4 Kecerahan (cm) 49 30 67 39 TSS (mg/L) 0,04 0,04 0,046 0,026
Tabel 1 menunjukkan bahwa suhu danau Universitas Riau yang paling rendah adalah statiun I yaitu 23,4 termasuk kategori kurang baik, sedangkan statiun II, III, dan IV sudah termasuk kategori suhu yang baik untuk pertumbuhan fitoplankton dinyatakan Asih (2014) bahwa suhu optimum perairan untuk pertumbuhan fitoplankton berkisar antar 250C sampai 320C. DO pada stasiun 1, 2 dan 3 berkisar antara 3,8 – 4,7 mgr/l yang artinya tergolong tercemar rendah sedangkan stasiun 4 tergolong tidak tercemar yaitu 8,4 mgr/l. Berdasarkan kandungan oksigen terlarut, maka pengelompokan kualitas perairan air laut dapat dibagi menjadi empat macam yaitu tidak tercemar (> 6,5 mgr/l ), tercemar ringan (4,5 – 6,5 mgr/l), tercemar sedang (2,0 – 4,4 mgr/l) dan tercemar berat (< 2,0 mgr/l) (Odum dalam Efirianti, 2016). Derajat kecerahan paling rendah adalah pada stasiun II yakni 30 cm sedangkan yang paling tinggi adalah pada stasiun IV, rendahnya kecerahan menunjukkan bahwa banyak zat tersuspensi dalam perairan tersebut. Tingginya nilai kecerahan mengindikasikan tingginya kandungan oksigen terlarut di dalam perairan tersebut. Hal itu terjadi karena kecerahan yang tinggi memberi peluang yang tinggi juga kepada fitoplankton untuk melakukan fotosintesis dan menghasilkan oksigen di dalam perairan. Sehingga kualitas perairan tersebut
Praktikum ekologi perairan, Semester Genap (6), 1-5 , Pendidikan Biologi FKIP Univerrsitas Riau, Pekanbaru.
dapat dikatagorikan masih dalam keadaan yang baik. Sedangkan perairan yang memiliki kecerahan yang rendah mengindikasikan kualitas perairan tersebut rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nybakken (1988) dimana makin tinggi kecerahan, maka intensitas cahaya yang masuk ke dalam perairan akan semakin besar (Efirianti, 2016). Nilai TSS yang paling rendah adalah stasiun IV yaitu 0,026, sedangkan nilai TSS yang paling tinggi adalah stasiun III yaitu 0,046. b. Faktor Biologi 1. Komposisi jenis Berdasarkan penelitian yang dilakukan berikut komposisi nekton dan neuston yang ada disekitar waduk Universitas Riau. Tabel 2. Komposisi jenis Nekton waduk Sekitar Universtas Riau No 1 2 3 4 5 6 7 8
Stasiun
Nama Spesies
I √ √ √ √ √ -
Caridea sp Pangasius sp Hemibagrus nemurus Oreochromis niloticus Cyprinus carpio Channa striata Paneus monodon Rana sp
II √ √ √ √ -
III √ -
IV √ √ √ √
Berdasarkan tabel diatas Oreocromis niloticus yang ditemui hampir di setiap stasiun. Sedangkan spesies yang ditemui tidak disetiap stasiun adalah spesies Rana sp dan Caridea sp. Tabel 3. Komposisi jenis Neuston waduk Sekitar Universtas Riau No 1 2 3 4 5 6 7
Stasiun
Nama Spesies
I √ √ √ √ √ √
Anisoptera sp Caelifera sp Argyroneta aquatica Nymphaea sp Litopeneus vannamei Paneus monodon Kryptopterus lains
II √ √ √ √ √
III √ √ √ √ -
IV √ -
Berdasarkan tabel diatas Anisoptera sp yang ditemui di setiap stasiun. 2. Keanekaragaman jenis (H’) Keanekaragaman Jenis (H’) benthos, plankton dan perphyton di kawasan waduk Universitas Riau dapat dilihat pada gambar 1.
Keanekaragaman (H') 2.492.492.62 2.19
3 2 1
1.02 1.1 0.86 0.43
1.83 1.6 1.51 1.03
Stasiun 2 Stasiun 3
0 Benthos
Stasiun 1
Plankton
Periphyton
Stasiun 4
Gambar 1. Penghitungan kemerataan (E’) Benthos, Plankton, dan Periphyton di danau dan waduk Universitas Riau
Berdasarkan hasil pada pratikum keanekaragaman spesies Benthos, plankton dan peryphiton dapat dilihat Indeks keanekaragaman Benthos pada stasiun I dan IV berada pada kriteria rendah yaitu H’<1, sedangkan pada stasiun II dan III
Praktikum ekologi perairan, Semester Genap (6), 1-5 , Pendidikan Biologi FKIP Univerrsitas Riau, Pekanbaru.
berada pada kriteria sedang yaitu 1
3 = tingkat keanekaragaman jenis tinggi. 3. Dominansi (C) Dominansi jenis benthos, plankton dan perphyton di kawasan waduk Universitas Riau dapat dilihat pada gambar 2. 1.2
Dominansi (C)
1
1
Stasiun 1
0.8 0.6
Stasiun 2
0.46 0.31 0.23
0.4 0.2
0.14 0.11 0.1 0.08
0.37 0.24 0.23 0.17
Stasiun 3 Stasiun 4
0 Benthos
Plankton
Periphyton
Gambar 2. Penghitungan dominansi (C) Benthos, Plankton, dan Periphyton di danau dan waduk Universitas Riau
Dominansi jenis (C) pada Benthos, plankton dan periphyton berada dalam kedaaan normal yaitu tidak ada jenis yang mendominasi karena nilai dominansi setiap stasiun berada dalam kisaran 0-0,5. Nilai indeks dominansi simpson berkisar antara 0-1. Jika nilai C mendekati 0 (0-0,5) berarti tidak ada jenis yang mendominasi, dan jika nilai C mendekati 1 (0,5-1) berarti terdapat jenis yang mendominasi suatu perairan (Odum dalam Efirianti, 2016). Pertumbuhan plankton di pengaruhi oleh ketersediaan makanan didalam perairan dan juga pertumbuhan plankton dipengaruhi oleh unsur hara yang terkandung di dalam kolam karena unsur hara ini di manfaatkan oleh fitoplankton untuk mendukung terjadinya proses fotosintesis dan sekaligus unsur hara merupakan makanan utama bagi phytoplankton (Effendi dalam Efirianti, 2016). 4. Kemerataan (E) Kemerataan jenis benthos, plankton dan perphyton di kawasan waduk Universitas Riau dapat dilihat pada gambar 3.
Kemerataan (E') 0.8
0.69 0.68 0.64 0.58
0.6 0.4 0.2
0.63 0.57
0.53
0.39
0.330.31 0.25
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
0.12
Stasiun 4
0 Benthos
Plankton
Periphyton
Gambar 3. Hasil nilai kemerataan (E’) Benthos, Plankton, dan Periphyton di danau dan waduk Universitas Riau
Praktikum ekologi perairan, Semester Genap (6), 1-5 , Pendidikan Biologi FKIP Univerrsitas Riau, Pekanbaru.
Kemerataan pada jenis plankton dan peryphiton pada setiap stasiun juga berada dalam keadaan normal yaitu terdapat jenis spesies pada semua stasiun hampir merata yaitu kisaran 0,39 – 0,68. Jika nilai E mendekati 0, maka penyebaran jumlah individu tiap jenis tidak sama atau tidak merata dan jika nilai E mendekati 1, maka penyebaran individu tiap jenis merata (Efirianti, 2016). KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan dapat di simpulkan bahwa DO pada stasiun 1, 2 dan 3 berkisar antara 3,8 – 4,7 mgr/l yang artinya tergolong tercemar rendah sedangkan stasiun 4 tergolong tidak tercemar yaitu 8,4 mgr/l. Dan hasil pencuplikan hewan plankton, benthos dan peryphiton menunjukkan indeks keanekaragaman berkisar antara rendah dan sedang ini menunjukan kuatlitas air pada waduk universitas Riau tergolong buruk . Semakin rendah indeks keanekaragaman maka tingkat pencemaran akan semakin rendah, sedangkan kualitas air semakin buruk. Rendahnya indeks keanekaragaman plankton, benthos, dan periphyton di perairan membuktikan bhwa peraiaran tersebut telah mengalami penurunan kualitas air. DAFTAR PUSTAKA Asih P. 2014. Produktivitas Primer Fitoplankton Di Perairan Desa Malang Rapat Kabupaten Bintan. Skripsi. FKIP. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Efirianti Rika. 2016. Pengamatan Faktor Fisika-Kimia Dan Analisis Kualitas Perairan Waduk Dilingkungan Universitas Riau Berdasarkan Bioindikator Plankton. Jurnal Online Mahasiswa. Universitas Riau. M. Irwan, Alianto, dan Yuri Toru. 2017. Kondisi Fisik Kimia Air Sungai yang Bermuara di Teluk Sawaibu Kabupaten Manokwari. Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik. 1 (1) : 81-92. Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology. Third Edition. W. B. Sounder Co. Philadelphia Sumenge, V. 2008. Penentuan Kualitas Air Sungai Sendangan Kakas Dengan Bioindikator Keanekaragaman Serangga Air. Skripsi. Universitas Samratulangi, Manado. Suwondo dan Yuslim Fuziah. 2018. Penuntun Pratikum Ekologi Perairan. Laboratorium Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP UR.