BAB 2 PEMBAHASAN 2.1. Definisi Uji T Test Merupakan uji hipotesis komperatif untuk mengetahui apakah sebuah sampel mempunyai perbedaan nyata dengan sampel yang lain. Beberapa pengujian yang digunakan adalah independent sample T test, paired sampel T test, dan one sample T test (Sugiyono, 2010; Enterpriser, 2014). Uji T Test digunakan untuk menguji ada atau tidaknya perbedaan antara 2 variabel. Data boleh terdiri atas 2 pengukuran dengan subjek yang sama/satu pengukuran dengan beberapa subjek (Maulid, 2010). 2.2. Syarat Uji T Test
Data berdistribusi normal
Sampel diambil secara random (acak)
Skala data interval atau rasio
Sebaran data homogen
Kedua kelompok data adalah dependen (saling berhubungan/berpasangan) (Syadrajat T, 2018; Montolalu dan Langi, 2018)
4
2.3. Prosedur Uji Normalitas
(Gambar 2.1 Variabel View pada uji normalitas) a) Buka File SPSS untuk melakukan uji Normalitas b) Lihat Variabel View, Bacalah keterangan variabel yang ada c) Lihat Data View
(Gambar 2.2 Data View pada uji normalitas) d) Lakukan pilihan pada Analyze, Descripstive Statistics, Explore.
5
(Gambar 2.3 Uji Normalitas) e) Pada tampilan seperti gambar diatas,
masukkan variabel pretest dan
postest ke dalam Dependent List f) Pilih Both pada Display g) Biarkan kotak statistics sesuai default SPSS. Pilihan akan memberikan output deskripsi variabel
(Gambar 2.4 Explore Plots pada Uji Normalitas) h) Aktifkan kotak Plots, aktifkan Factor levels together pada Box plot, aktifkan Histogram pada Descriptive dan Normality plots with test i) Proses telah selesai, klik continue dan klik OK (Syadrajat T, 2018)
6
2.4. Prosedur Uji Paired T Test a. Setelah melakukan uji normalitas dan hasilnya kedua data terdistribusi normal, klik Analyze > Compare Means > Paired-Samples T Test
(Gambar 2.5 Langkah-Langkah Uji Paired T Test) b. Pada jendela Paired-Samples T Test, masukkan variable pretest dan postest ke dalam Paired Variables. Kemudian klik Options untuk menentukan tingkat kepercayaan interval yakni 95%. Setelah itu klik Continue dan OK
7
(Gambar 2.6 Memasukkan Variabel pada Uji Paired T Test) c. Bila data berditribusi normal, gunakan uji analisis T berpasangan. Bila data tidak berdistribusi normal, lakukan transformasi dan bila sebaran selisih data tidak normal gunakan uji analisis Wilcoxon (Dahlan, 2014). 2.5. Uji Alternatif Data yang telah didapatkan akan dilakukan uji normalitas terlebih dahulu. Apabila data berditribusi normal, gunakan uji analisis T berpasangan namun apabila data tidak berdistribusi normal, lakukan transformasi dan bila sebaran selisih data tidak normal gunakan uji analisis Wilcoxon (Dahlan, 2014). Langkah-langkah uji analisis Wilcoxon sebagai berikut: a. Klik Analyze → Non Parametris Test → 2 Related Samples
8
(Gambar 2.7 Langkah-Langkah Uji Wilcoxon) b. Masukkan data Pretest & Postest kedalam kotak Test Pair List → Aktifkan uji Wilcoxon
(Gambar 2.8 Memasukkan Variable pada Uji Wilcoxon) b. Klik OK.
9
2.6. Interpretasi Hasil Uji Paired T Test
(Gambar 2.9 Hasil data setelah dilakukan Uji Paired T Test) -
Bagian pertama: paired samples statistik menunjukkan rata-rata sebelum dan sesudah
-
Bagian kedua: Paired Samples correlation Jika sig <0,05 menunjukkan bahwa korelasi antara dua rata-rata sebelum dan sesudah adalah kuat dan signifikan.
-
Bagian ketiga: Hasil uji hipotesis Paired Samples Test Jika sig <0,05 Ha diterima Jika sig >0,05 H0 diterima
-
Kesimpulan : hasil sig < 0.05 yang artinya terdapat perbedaan bermakna pada data pretest dan posttest (Maulid, 2010). 10
2.7. Penggunaan Rumus Slovin Rumus Slovin digunakan untuk menghitung jumlah sampel apabila populasi terlalu besar sedangkan dibutuhkan sampel dengan jumlah yang sedikit tapi dapat mewakili populasi (Sugiyono, 2010).
(Gambar 2.10 Rumus Slovin)
11