Attachment.docx

  • Uploaded by: Safira Assyifa
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Attachment.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,899
  • Pages: 17
MAKALAH KEPERAWATAN DASAR MERAWAT KATETER URINE

Oleh 1. Ahmad Arbain 2. I Gusti Ayu Putu Candra Wulandari 3. Nurunniswati

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MATARAM TINGKAT 1 A / SEMESTER II TAHUN 2019

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dari mata kuliah Keperawatan Dasar dengan judul “Merawat Kateter Urine”. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen Keperawatan Dasar ,Ibu Ridawati Sulaeman, S.Kep.,Ns, MM yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Mataram, Maret 2019

Penyusun

1

DAFTAR ISI Cover Kata Pengantar.............................................................................................................i Daftar Isi......................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1 1.1. Latar Belakang....................................................................................................1 1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................1 1.3. Tujuan Penulisan.................................................................................................2 1.4. Manfaat Penulisan...............................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN 2.1. Anatomi Sistem Perkemihan.................................................................................3 2.2. Definisi Kateter.....................................................................................................6 2.3. Jenis-Jenis Kateter...............................................................................................10 2.4. Prosedur Perawatan Kateter.................................................................................12 BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan..........................................................................................................15 3.2. Saran....................................................................................................................15 DAFTAR PUSTAKA Lampiran

2

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang. Kateter urin merupakan suatu tindakan dengan memasukkan selang ke dalam kandung kemih yang bertujuan untuk membantu mengeluarkan urin. Pemasangan kateter urin dapat menjadi tindakan yang menyelamatkan jiwa, khususnya bila traktus urinarius tersumbat atau pasien tidak mampu melakukan urinasi. Tindakan pemasangan kateter juga dilakukan pada pasien dengan indikasi lain, yaitu: untuk menentukan jumlah urin sisa dalam kandung kemih setelah pasien buang air kecil, untuk memintas suatu obstruksi yang menyumbat aliran urin, untuk menghasilkan drainase pascaoperatif pada kandung kemih, daerah vagina atau prostat, atau menyediakan cara-cara untuk memantau pengeluaran urin setiap jam pada pasien yang sakit berat (Smelzter, 2001). Pemenuhan kebutuhan eliminasi terdiri dari kebutuhan eliminasi alvi (berhubungan dengan defekasi) dan kebutuhan eliminasi urine (berhubungan dengan

berkemih)

dalam

memenuhi

kebutuhan

eliminasi

sangat

diperlukan pengawasan terhadap masalah yang berhubungan dengan gangguan kebutuhan eliminasi, seperti obstipasi, inkontinersia, retensi, urine, dan aktivitas sehari-hari. Untuk memenuhi kebutuhan eliminasi, ada beberapa prosedur keperawatan yang dapat dilakukan. 1.2.

Rumusan Masalah. Sesuai dengan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang di peroleh adalah sebagai berikut : a) Jelaskanlah anatomi sistem perkemihan ? b) Jelaskan apakah yang dimaksud dengan kateter ? c) Jelaskanlah jenis-jenis kateter urine? d) Jelaskanlah prosedur perawatan kateter urine ?

1.3.

Tujuan Penulisan. Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan yang di peroleh adalah sebagai berikut : a) Untuk mengetahui anatomi sistem perkemihan.

1

b) Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan kateter. c) Untuk mengetahui jenis-jenis kateter urine. d) Untuk mengetahui prosedur perawatan kateter urine. 1.4.

Manfaat Penulisan. Sesuai dengan latar belakang di atas, maka manfaat penulisan yang di peroleh adalah sebagai berikut : a) Mengetahui anatomi sistem perkemihan. b) Mengetahui definisi kateter. c) Mengetahui jenis-jenis kateter urine. d) Mengetahui prosedur perawatan kateter urine.

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Anatomi Sistem Perkemihan

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih) (Speakman, 2008). A) Susunan sistem perkemihan terdiri dari: 1) Dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin. Ginjal terletak pada dinding posterior di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra torakalis ke-12 sampai vertebra lumbalis

2

ke-3. Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dextra yang besar. Fungsi ginjal adalah memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun, mempertahankan suasana keseimbangan cairan, mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak. 2) Dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih). Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria. Panjangnya ±25-34 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis. Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih. 3) Satu vesika urinaria ( kandung kemih ) tempat urin dikumpulkan. Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah pir (kendi). Letaknya di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang 4)

dan mengempis seperti balon karet. Satu uretra urin dikeluarkan dari vesika urinaria. Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi menyalurkan air kemih ke luar. Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari a) Uretra pars prostatika b) Uretra pars membranosa c) Uretra pars spongiosa. Uretra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm. sphincter uretra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan uretra disini hanya sebagai saluran ekskresi.

B) Urine. Sifat fisis air kemih, terdiri dari: 1) Jumlah ekskresi dalam 24 jam ±1.500 cc tergantung dari pemasukan (intake) cairan dan faktor lainnya. 2) Warna bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh. 3) Warna kuning tergantung dari kepekatan, diet, obat-obatan dan sebagainya. 3

4) Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak. 5) Berat jenis 1,015-1,020. 6) Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung daripada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein member reaksi asam). Komposisi air kemih, terdiri dari: 1) Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air. 2) Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak dan kreatinin. 3) Elektrolit natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat. 4) Pigmen (bilirubin dan urobilin). 5) Toksin. 6) Hormon C) Proses pembentukan urine: 1) Proses filtrasi, di glomerulus. Terjadi penyerapan darah yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal. Cairan yang disaring disebut filtrat glomerulus. 2) Proses reabsorbsi Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida fosfat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal.

Sedangkan

pada

tubulus

distal

terjadi

kembali

penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis 3) Proses sekresi Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar (Rodrigues, 2008).

4

2.2. Definisi Kateter

Kateter adalah sebuah selang atau pipa yang biasanya terbuat dari bahan plastic, karet, silicon ataupun metal yang fungsinya untuk memasukkan atau mengeluarkan cairan. Katerisasi urine adalah suatu tindakan memasukkan pipa ke dalam kandung kemih melalui uretra untuk mengeluarkan air seni atau urine. Tindakan katerisasi urine ini dilakukan untuk membantu pasien yang tidak mampu berkemih secara mandiri dikamar kecil, sehingga harus memenuhi kebutuhan berkemih dengan dilakukan pemasangan katerisasi urine. Perawatan kateter adalah suatu tindakan keperawatan dalam memelihara kateter dengan antiseptik untuk membersihkan ujung uretra dan selang kateter bagian luar serta mempertahankan kepatenan posisi kateter. A) Jenis kateter dalam medis. 1) Kateter plastik untuk digunakan sementara karena mudah rusak dan tidak fleksibel. Biasanya digunakan ketika seseorang hanya mengalami sakit yang tidak kronis. 2) Kateter lateks digunakan untuk pemakaian jangka waktu kurang dari 3 minggu. 3) Kateter silikon murni, untuk penggunaan jangka waktu lama 2-3 bulan karena bahan lebih lentur pada saluran uretra alat kelamin. 4) Kateter logam digunakan untuk pemakaian sementara, biasanya pada pengosongan kandung kemih pada ibu yang melahirkan. B) Seseorang perlu menggunakan kateter apabila : 1) Tidak dapat buang air kecil sendiri 2) Tidak bisa mengendalikan frekuensi buang air kecilnya atau aliran 3) 4) 5) 6) 7) 8)

urinnya. Memiliki masalah kesehatan kemih. Dirawat inap untuk operasi. Sedang dalam koma. Dibius dalam jangka waktu lama. Memiliki retensi kemih akut atau kronis Tidak diperbolehkan untuk banyak bergerak, misalnya akibat cedera atau setelah operasi. 5

9) Frekuensi dan volume produksi dan aliran keluarnya urin perlu dimonitor, misalnya pada pasien penyakit ginjal. 10) Pernah didiagnosis dengan kondisi medis yang perlu pemasangan kateter.

Beberapa

contohnya

meliputi

cedera

saraf

tulang

belakang, multiple sclerosis dan demensia.

C) Ukuran Kateter Urine. Ukuran kateter uretra ditentukan dalam satuan charrière (ch). Charrière adalah ukuran lingkar luar dari kateter dalam milimeter dan setara dengan tiga kali diameter. Jadi kateter 12 ch memiliki diameter 4 mm. Semakin besar ukuran kateter, semakin besar dilatasinya. 12 ch biasanya cocok untuk pria dan wanita. Diameter uretra adalah sekitar 6 mm, ini setara dengan ukuran 16 ch kateter. Hal ini perlu untuk diketahui karena memiliki implikasi untuk kenyamanan pasien. Potensi kateter yang kebesaran meliputi: 1) Rasa sakit dan ketidaknyamanan. 2) Terjadinya ulkus akibat tekanan, yang dapat mengarah ke pembentukan striktur. 3) Penyumbatan saluran paraurethral. 4) Pembentukan abses. 5) Bypassing – kebocoran uretra. Prinsip dasarnya adalah memilih kateter dengan ukuran terkecil yang diperlukan dalam menjaga drainase yang memadai. Jika urine yang dikeluarkan

diperkirakan

bersih/jernih,

kateter

12

ch

harus

dipertimbangkan. Ukuran kateter yang lebih besar mungkin diperlukan jika terdapat puing-puing atau gumpalan di dalam urin.

6

D) Panjang Kateter Urine. Ada tiga panjang kateter yang tersedia saat ini: 1) Panjang kateter untuk perempuan: 23-26 cm. 2) Panjang kateter untuk pediatrik: 30cm. 3) Panjang kateter standar: 40-44 cm. Semakin pendek panjang kateter untuk perempuan semakin baik dan kurang cenderung menyebabkan trauma atau infeksi karena gerakan dari uretra berkurang. Infeksi juga bisa disebabkan oleh kateter yang looping atau kinking. Namun, hati-hati pada wanita obesitas atau pasien di kursi roda, katup inflasi dari kateter yang pendek dapat menyebabkan rasa sakit karena gesekan terhadap bagian dalam paha, dan kateter lebih mungkin untuk tertarik dan mencederai leher kandung kemih; Oleh karena itu, standar panjang kateter harus digunakan. Penting untuk ditekankan bahwa kateter untuk perempuan tidak boleh digunakan untuk kateterisasi laki-laki; Hal ini akan menyebabkan trauma pada uretra karena balon akan diinflasi di uretra. Hal ini dapat menyebabkan hematuria, pembengkakan penis, retensi dan gangguan fungsi ginjal.

E) Desain Ujung Kateter Urine. Ada beberapa jenis dari ujung kateter yang tersedia di samping ujung bulat standar. Setiap ujung dirancang untuk mengatasi masalah tertentu. 1) Ujung kateter Tiemann memiliki ujung melengkung dengan 1-3 lubang drainase untuk memungkinkan drainase yang lebih besar. Kateter ini telah dirancang untuk mengatasi masalah pada pasien hipertrofi prostat.

7

Direkomendasikan bahwa kateter ini hanya boleh dimasukan oleh spesialis urologi. 2) Kateter berujung pluit memiliki lubang lateral pada ujung kateter dan lubang di atas balon untuk menyediakan area drainase yang besar. Desain ini dimaksudkan untuk memfasilitasi drainase puing, misalnya untuk pembekuan darah. 3) Kateter Roberts memiliki lubang di atas dan bawah balon untuk memfasilitasi drainase urin sisa. Ada berbagai macam bahan yang digunakan sebagai bahan pembuat kateter. Kriteria utama dalam memilih bahan yang tepat adalah perkiraan lamanya waktu kateter akan tetap terpasang. Tiga rentang waktu digunakan dalam kriteria ini: 1) Jangka pendek (1-7 hari), misalnya Lateks, PVC (Polyvinyl chloride) dan kateter intermiten. 2) Jangka pendek ke menengah (sampai 28 hari), misalnya PTFE (Polytetrafluroethylene). 3) Jangka menengah ke panjang (6-12 minggu), misalnya hidrogel dan silikon.

A. Ujung kateter urin sederhana. B. Ujung kateter urin berujung pluit. C. Ujung kateter urin Tiemann. D. Ujung kateter urin Malecot (bersayap).

8

E. Ujung kateter urin de Pezzer (jamur). F. Ujung kateter urin Foley 2.3. Jenis Kateter Urine A) Kateter Polyvinyl chloride (PVC) Kateter yang terbuat dari PVC atau plastik yang cukup kaku. Kateter jenis ini memiliki lumen lebar, yang memungkinkan tingkat aliran yang cepat, tetapi akibat kekakuannya, jenis ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan pasien. Kateter jenis ini digunakan terutama untuk kateterisasi intermiten atau pasca-operasi, dan direkomendasikan untuk penggunaan jangka pendek. B) Kateter Karet (Lateks) Lateks adalah bentuk karet yang dimurnikan dan merupakan bahan kateter paling lembut. Kateter jenis ini memiliki permukaan halus, dengan kecenderungan

untuk memungkinkan pembentukan

kerak. Lateks

menyerap air dan akibatnya kateter dapat membengkak, sehingga mengurangi diameter lumen internal dan meningkatkan diameter eksternal. Telah terbukti menyebabkan iritasi uretra dan karenanya hanya dipertimbangkan

ketika

kateterisasi

cenderung

jangka

pendek.

Hipersensitivitas terhadap lateks telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir dan kateter lateks telah menjadi penyebab kasus anafilaksis. Pasien harus ditanya apakah pernah memiliki reaksi negatif terhadap produk karet sebelum kateter yang mengandung lateks digunakan. C) Kateter Teflon (Polytetrafluoroethylene: PTFE) atau Pelapis Silikon Elastomer Lapisan teflon atau pelapis silikon elastomer diterapkan pada kateter lateks untuk membuat bahan lateks tidak berpengaruh (inert) dan mengurangi iritasi uretra. Kateter teflon direkomendasikan digunakan untuk jangka pendek dan kateter berlapis silikon elastomer digunakan untuk kateterisasi jangka panjang. D) Kateter Silikon Silikon adalah bahan inert yang cenderung kurang menyebabkan iritasi uretra. Kateter silikon tidak dilapisi, oleh karena itu memiliki lumen yang lebih luas. Lumen kateter ini berbentuk bulan sabit atau huruf-D, yang dapat menyebabkan pembentukan kerak. Karena silikon memungkinkan

9

terjadinya difusi gas, balon dapat mengalami pengempisan (deflasi) dan memungkinkan kateter terlepas sebelum waktunya. Kateter ini lebih nyaman karena lebih kaku daripada jenis lateks. Kateter silikon cocok untuk pasien dengan alergi lateks dan direkomendasikan untuk penggunaan jangka panjang. E) Kateter Pelapis Hidrogel Kateter terbuat dari lateks yang dikemas dalam lapisan polimer hidrofilik yang biasanya digunakan untuk kateterisasi jangka panjang. Lapisan polimer dapat ditoleransi oleh mukosa uretra, menyebabkan hanya sedikit iritasi. Kateter dengan pelapis hidrogel ini menjadi lebih halus ketika direhidrasi, mengurangi gesekan dengan uretra. Jenis ini juga inert dan dilaporkan tahan terhadap kolonisasi bakteri dan kerak dan direkomendasikan untuk penggunaan jangka panjang. F) Kateter Selaras (Conformable) Kateter selaras dirancang agar sesuai dengan bentuk uretra perempuan, dan memungkinkan pengisian kandung kemih parsial. Gerakan alami dari uretra terhadap kateter (yang dapat kolaps) ini dimaksudkan untuk mencegah obstruksi. Jenis ini terbuat dari lateks dan memiliki lapisan silikon elastomer. Kateter selaras 3 cm lebih panjang dari kateter konvensional untuk perempuan. G) Kateter dari Bahan lainnya Penelitian jenis baru untuk bahan kateter terus berlangsung, terutama dalam mencegah pembentukan biofilm (koloni bakteri yang berkembang dan mengganggu permukaan kateter dan kantong urin) dan dapat mengurangi kasus infeksi saluran kemih . Kateter yang dilapisi dengan perak telah terbukti dapat mencegah infeksi saluran kemih. Namun, penelitian yang menunjukan efek ini masih dalam skala kecil dan muncul sejumlah pertanyaan mengenai efektifitas jangka panjang dan toksisitas perak. Argyria adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh pengendapan perak lokal atau sistemik dalam tubuh, dan dapat menimbulkan mual, sembelit dan kehilangan penglihatan malam. 2.4. Prosedur Perawatan Kateter Urine A) Definisi. Perawatan kateter adalah suatau tindakan keperawatan dalam memelihara kateter dengan antiseptic untuk membersihkan ujung uretra 10

dan selang kateter bagian luar serta mempertahankan kepatenan posisi kateter. B) Tujuan. 1) Menjaga kebersihan saluran kencing 2) Memperetahankan kepatenan (fiksasi) kateter 3) Mencegah terjadinya infeksi 4) Mengendalikan infeksi C) Indikasi. 1) Pada klien yang baru dirawat 2) Secara rutin pada klien yang di rawat 3) Sewaktu waktu sesuai kebutuhan klien D) Tahap Pre Interaksi. 1) Cuci tangan. 2) Persiapan alat. a) Sarung tangan steril b) Pengalas c) Bengkok d) Lidiwaten steril e) Kapas steril f) Kasa steril g) Antiseptic (betadin) h) Aquadest/ air hangat i) Korentang j) Plester k) Gunting l) Pinset E) Tahap Orientasi. 1) Berikan salam, panggil pasien dengan namanya 2) Memperkenalkan nama perawat 3) Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau keluarga 4) Menjelaskan tentang kerahasiaan F) Tahap Kerja. 1) Untuk pasien laki-laki. a) Siapkan alat dan bahan b) Beritahu klien tujuan tindakan yang akan dilakukan c) Pasang tirai, gorden yang ada d) Cuci tangan e) Oles kapas alcohol pada plester dan buka dengan pinset f) Buka balutan pada kateter g) Pakai sarung tangan steril h) Perhatikan kebersihan dan tanda – tanda infeksi dari ujung penis serta kateter i) Oles ujung uretra dan kateter dengan lidiwaten + betadine dengan arah menjauhi uretra j) Balut ujung penis dan kateter dengan

kasa steril kemudian

plester

11

k) Posisikan kateter ke arah perut dan plester l) Rapikan klien dan berikan posisi yang nyaman bagi pasien m)Kembalikan alat ketempatnya n) Catat dan dokumentasikan tiap tindakan o) Cuci tangan p) Dokumetasikan tindakan 2) Untuk pasien wanita. a) Memasang sampiran / mnejaga privacy b) Memasang perlak pengalas c) Menyiapkan pasien dengan posisi dorsal recumbent dan melepaskan pakaian bawah pasien d) Memakai sarung tangan e) Membersihkan genetalia dengan air hangat f) Memastikan posisi kateter terpasang dengan benar (menarik dengan hati – hati, kateter tetap tertahan) g) Memberi desinfektan dengan lidi kapas pada ujung pemasangan h) i) j) k)

kateter Mengambil pengalas Melepaskan sarung tangan Merapikan pasien Dokumentasikan

G) Tahap Terminasi. 1) Evaluasi respon dan kondisi 2) Simpulkan hasil kegiatan 3) Cuci tangan H) Tahap Dokumentasi. Catat hasil tindakan di dalam catatan keperawatan

12

BAB III PENUTUP 3.1.

Kesimpulan. Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Kateter adalah sebuah selang atau pipa yang biasanya terbuat dari bahan plastic, karet, silicon ataupun metal yang fungsinya untuk memasukkan atau mengeluarkan cairan. Kateter urin merupakan suatu tindakan dengan memasukkan selang ke dalam kandung kemih yang bertujuan untuk membantu mengeluarkan urin. Perawatan kateter adalah suatu tindakan keperawatan dalam memelihara kateter dengan antiseptik untuk membersihkan ujung uretra dan selang kateter bagian luar serta mempertahankan kepatenan posisi kateter.

3.2.

Saran. 1) Bagi siswa/i diharapkan untuk menambah wawasan dengan banyak membaca buku dan terus mencari informasi tetang prosedur perawatan kateter. 2) Bagi para tenaga kesehatan diharapkan untuk melakukan prosedur perawatan pasien sesuai dengan aturan yang berlaku.

13

DAFTAR PUSTAKA

http://ekolutionn.blogspot.com/2015/10/contoh-makalah-tentang-kateter.html https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/pemasangan-kateter-urine/ https://dokudok.com/ketrampilan-klinis/mengenal-jenis-kateter-urin/

More Documents from "Safira Assyifa"