Attachment.docx

  • Uploaded by: intan juita
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Attachment.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,679
  • Pages: 40
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Perawat Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) 1. Pengertian Perkesmas Perawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas) atau COMMUNITY Health Nursing (CHN) yang lebih dikenal di Indonesia sebagai Public Health Nursing (PHN). Menurut Kepmenkes No. 279 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan UKKM PKM, Perkesmas adalah pelayanan keperawatan profesional yang merupakan perpaduan antara Ilmu Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Masyarakat yang ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi (Riasmini, 2017, p.8). Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat dengan mengikutsertakan tim kesehatan lain dan masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan yang lebih tinggi dari individu, keluarga dan kelompok (Nugraheni, 2018, p.174). Perawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas) merupakan suatu bentuk program

puskesmas

yang

mengarahkan

pemberian

pelayanan

keperawatan yang ditujukan kepada individu maupun keluarga dengan rumah sebagai tempat pemberi pelayanan dan perawat sebagai pelaksana pelayanan (Suardana, 2013).

12

13

2. Tujuan Perkesmas Menurut Riasmini (2017, p.8) Tujuan perkesmas adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan secara optimal. Pelayanan keperawatan diberikan secara langsung kepada seluruh lapisan masyarakat dalam rentang sehat-sakit dengan

mempertimbangkan

seberapa

rumit

masalah

kesehatan

masyarakat mempengaruhi individu, keluarga, dan kelompok maupun masyarakat. 3. Sasaran Perkesmas Sasaran perawatan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga, kelompok, Komunitas atau masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan

akibat

faktor

ketidaktahuan,

ketidakmauan

dan

ketidakmampuan dalam menyelesaikan masalah kesehatannya (Riasmini, 2017, p.9). Ketidaktahuan merupakan suatu kondisi saat masyarakat tidak memiliki pengetahuan dan informasi yang cukup mengenai masalah kesehatan dan cara penanganannya. Ketidakmauan berhubungan dengan tidak adanya kesadaran atau sikap yang positif dari masyarakat mengenai tindakan atau aktivitas yang mendukung kesehatan. Ketidakmampuan terjadi saat masyarakat telah memiliki pengetahuan dan kesadaran namun belum mampu melakukan tindakan atau aktivitas yang mendukung kesehatan akibat kurangnya dukungan sarana (Riasmini, 2017, p.9).

14

Menurut Riasmini (2017, p.10), Prioritas sasaran pelayanan keperawatan komunitas adalah komunitas yang mempunyai masalalah kesehatan : a. Daerah yang belum kontak dengan sarana pelayanan (Puskesmas dan jaringannya) b. Daerah yang sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan tetapi memerlukan tindak lanjut keperawatan di rumah. Menurut Riasmini (2017, p.10) Sistem klien sebagai sasaran Perkesmas terdiri dari : a. Sasaran individu. Individu meliputi balita gizi buruk, ibu hamil resiko tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular dan tidak menular antara lain TB paru, Kusta, Malaria, Demam Berdarah, Diare, ISPA atau Pneumonia dan penderita penyakit degeneratif. b. Sasaran keluarga Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk resiko (at risk); rentan terhadap masalah kesehatan (vunerable group) atau resiko tinggi (high risk group), dengan prioritas : 1) Keluarga miskin belum kontak dengan sarana pelayanan kesehatan (Puskesmas dan jaringannya) dan belum mempunyai kartu sehat. 2) Keluarga miskin sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan mempunyai masalah kesehatan terkait dengan

15

pertumbuhan dan perkembangan balita, kesehatan reproduksi, penyakit menular. 3) Keluarga tidak termasuk miskin yang mempunyai masalah kesehatan prioritas serta belum memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan. c. Sasaran Kelompok Menurut Riasmini (2017, p.11) Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang rentan terhadap timbulnya masalah kesehatan baik yang terikat maupun tidak terikat dalam suatu insitusi. 1) Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu insitusi antara lain posyandu, kelompok balita, kelompok ibu hamil, kelompok usia lanjut, kelompok penderita penyakit tertentu, kelompok pekerja informal. 2) Kelompok masyarakat khusus terikat dalam suatu institusi antara lain sekolah, pesantren, panti asuhan, panti usia lanjut, rumah tahanan (rutan), lembaga pemasyarakatan (lapas). d. Sasaran Masyarakat Menurut Riasmini (2017, p.11) Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan atau mempunyai resiko tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan, diprioritaskan kepada: 1) Masyarakat disuatu wilayah (RT, RW Kelurahan atau Desa) yang

mempunyai

jumlah

bayi

meninggal

lebih

tinggi

dibandingkan dengan daerah lain, jumlah penderita penyakit

16

tertentu lebih tinggi dibandingkan daerah lain, cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah lain. 2) Masyarakat di daerah endemik penyakit menular (malaria, diare, demam berdarah dll) 3) Masyarakat di lokasi/ barak pengungsian, akibat bencana atau akibat lainnya. 4) Masyarakat di daerah dengan kondisi geografi sulit antara lain daerah terpencil atau daerah perbatasan. 5) Masyarakat didaerah pemukiman baru dengan transportaasi sulit daerah transmigrasi. Menurut

Riasmini

(2017,

p.12),

Sasaran

keperawatan

kesehatan masyarakat adalah seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga, kelompok beresiko tinggi termasuk kelompok/ masyarakat penduduk di daerah kumuh, terisolasi, berkonflik, dan daerah yang tidak terjangkau pelayanan kesehatan Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat dapat diberikan secara langsung pada semua tatanan pelayanan kesehatan , yaitu : a) Di dalam unit pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, dll) yang mempunyai pelayanan rawat jalan dan rawat nginap. b)

Di rumah. Perawat “home care” memberikan pelayanan secara langsung pada keluarga di rumah yang menderita penyakit akut maupun kronis. Peran home care dapat meningkatkan fungsi

17

keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mempunyai resiko tinggi masalah kesehatan. c) Di sekolah Perawat sekolah dapat melakukan perawatan sesaat (day care) diberbagai institusi pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan tinggi, guru dan karyawan). Perawat sekolah melaksanakan program screening kesehatan, mempertahankan kesehatan, dan pendidikan kesehatan d) Di tempat kerja/industri Perawat dapat melakukan kegiatan perawatan langsung dengan

kasus

kesakitan/kecelakaan

minimal

di

tempat

kerja/kantor, home industri/ industri, pabrik dll. Melakukan pendidikan kesehatan untuk keamanan dan keselamatan kerja, nutrisi seimbang, penurunan stress, olah raga dan penanganan perokok serta pengawasan makanan. e) Di barak-barak penampungan Perawat memberikan tindakan perawatan langsung terhadap kasus akut, penyakit kronis, dan kecacatan fisik ganda, dan mental. f) Kegiatan Puskesmas keliling Pelayanan keperawatan dalam puskesmas keliling diberikan kepada individu, kelompok masyarakat di pedesan, kelompok terlantar. Pelayanan keperawatan yang dilakukan adalah pengobatan sederhana, screening kesehatan, perawatan kasus

18

penyakit akut dan kronis, pengelolaan dan rujukan kasus penyakit. g) Di Panti atau kelompok khusus lain, seperti panti asuhan anak, panti wreda, dan panti sosial lainya serta rumah tahanan (rutan) atau lembaga pemasyarakatan (Lapas). Pelayanan dan asuhan keperawatan ditujukan pada kelompok risiko terjadi masalah kesehatan. Contohnya penyakit kulit pada lansia di panti, kebersihan diri, serta deficit perawatan diri. h) Pelayanan keperawatan wisata sepert pelayanan keperawatan di pantai. 4. Lingkup Pelayanan Lingkup pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat meliputi upaya kesehatan perorangan (UKP) maupun upaya kesehatan masyarakat (UKM). Pelayanan kesehatan

yang diberikan lebih

difokuskan pada promotif dan preventif tanpa mengabaikan kuratif rehabilitatif. Upaya preventif meliputi pencegahan tingkat pertama (primary prevention), pencegahan tingkat kedua (secondary prevention), maupun pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) (Depkes, 2006) 5. Strategi penyelenggaraan Penyelenggaraan

Keperawatan

Kesehatan

Masyarakat

di

Puskesmas, dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki oleh Puskesmas. Strategi yang ditetapkan adalah (1) Perkesmas sebagai bagian integral upaya kesehatan Puskesmas baik

19

upaya kesehatan wajib maupun pengembangan, (2) Perkesmas sebagai upaya kesehatan pengembangan (Depkes, 2006) a

Perkesmas sebagai bagian integral upaya kesehatan wajib maupun pengembangan Upaya Perkesmas dilaksanakan secara terpadu baik dalam upaya kesehatan perorangan maupun kesehatan masyarakat dalam 6 (enam) upaya kesehatan wajib Puskesmas (Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, KIA/KB, P2M, Gizi dan Pengobatan) maupun upaya pengembangan yang wajib dilaksanakan di daerah tertentu. Keterpaduan tersebut dalam sasaran, kegiatan, tenaga, biaya atau sumber daya lainnya. Dengan terintegrasinya upaya Perkesmas ke dalam upaya kesehatan wajib maupun pengembangan, diharapkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat lebih bermutu karena diberikan secara utuh (holistik), komprehensif, terpadu, dan berkesinambungan. Sasaran prioritas Perkesmas adalah sasaran yang sesuai kesepakatan daerah dan ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Fokus utama pada keluarga rawan kesehatan yaitu keluarga miskin/rentan (vulnerable group) dan keluarga yang termasuk risiko tinggi (high risk group). Keterpaduan Perkesmas dengan upaya kesehatan Puskesma sekaligus bertujuan mendukung pencapaian

target pembangunan

kesehatan Kabupaten/Kota yang diukur berdasarkan indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) (Depkes, 2006).

20

Skema 2.1 Keterpaduan Keperawatan Kesehatan Masyarakat Dalam Upaya Kesehatan Puskesmas

Sumber : Depkes, 2006

b

Keperawatan

kesehatan

masyarakat

sebagai

upaya

kesehatan

pengembangan Puskesmas Bila di wilayah kerja Puskesmas, terdapat masalah kesehatan yang spesifik dan memerlukan asuhan keperawatan secara terprogram, maka

Perkesmas

pengembangan.

dapat

Upaya

dilaksanakan Perkesmas,

sebagai

dimulai

upaya dengan

kesehatan melakukan

pengkajian terhadap masyarakat yang mempunyai masalah spesifik (misalnya tingginya Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Ibu, penderita TB Paru, DBD, Malaria, dll) untuk dapat dirumuskan masalah keperawatannya

dan

penyebabnya, sehingga

dapat

direncanakan

intervensi yang akan dilakukan baik terhadap masyarakat, kelompok khusus, keluarga maupun individu di daerah tersebut (Depkes, 2006).

21

6. Pokok Kegiatan Kegiatan Keperawatan Kesehatan Masyarakat, meliputi kegiatan di dalam maupun di luar gedung Puskesmas baik upaya kesehatan perorangan (UKP) dan atau upaya kesehatan masyarakat (UKM). Menurut Riasmini (2017, p.14), pokok kegiatan perkermas yaitu : a

Kegiatan dalam gedung Puskesmas Merupakan kegiatan keperawatan kesehatan masyarakat yang dilakukan di ruang rawat jalan dan ruang rawat inap, yang meliputi : 1) Penemuan kasus baru pada pasien rawat jalan. 2) Pemberian asuhan keperawatan dengan menggunakan berbagai terapi modalias keperawatan, dan terapi komplementer. 3) Penyuluhan / pendidikan kesehatan. 4) Pemantauan keteraturan berobat. 5) Pelayanan konseling keperawatan. 6) Pemberian intervensi yang merupakan tugas limpah sesuai pelimpahan kewenangan yang diberikan atau prosedur yang telah ditetapkan. 7) Menciptakan lingkungan terapeutik dalam pelayanan kesehatan di gedung

Puskesmas

(kenyamanan,

keamanan,

komunikasi

terapeutik). 8) Rujukan kasus / masalah kesehatan kepada tenaga kesehatan lain di Puskesmas. 9) Dokumentasi keperawatan.

22

b

Kegiatan di luar gedung Puskesmas Perawat melakukan kunjungan ke keluarga / kelompok / masyarakat untuk melakukan asuhan keperawatan di individu / keluarga / kelompok / masyarakat. Asuhan keperawatan individu dalam konteks keluarga dan asuhan keperawatan keluarga, akan dijelaskan terpisah di bagian lain. Asuhan keperawatan komunitas pada kelompok khusus dan masyarakat binaan, yaitu : a) Asuhan keperawatan kelompok khusus Merupakan asuhan keperawatan pada kelompok masyarakat rawan kesehatan yang memerlukan perhatian khusus, baik dalam suatu institusi maupun non institusi. Kegiatan meliputi : a) Identifikasi faktor resiko terjadinya masalah kesehatan di kelompok. b) Pemberian asuhan keperawatan langsung pada penghuni yang memerlukan

keperawatan

dengan

menerapkan

terapi

keperawatan dan terapi komplementer. c) Pendidikan / penyuluhan kesehatan sesuai kebutuhan. d) Pembentukan,

bimbingan

dan

memantau

kader-kader

kesehatan sesuai jenis kelompoknya dan memberikan motivasi kepada kader. e) Pendokumentasian keperawatan. b) Asuhan keperawatan masyarakat di daerah binaan Merupakan asuhan keperawatan yang ditujukan pada masyarakat yang berisiko, rentan atau mempunyai resiko tinggi

23

terhadap timbulnya masalah kesehatan. Kegiatannya antara lain meliputi kegiatan kunjungan ke daerah binaan untuk : a) Identifikasi masalah kesehatan yang terjadi di suatu daerah dengan masalah spesifik. b) Pemberian asuhan keperawatan di suatu daerah sesuai dengan hasil identifikasi. c) Peningkatan partisipasi masyarakat melalui kegiatan motivasi masyarakat untuk membentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat. d) Pendidikan / penyuluhan kesehatan masyarakat. e) Pemberian

advokasi

masyarakat

untuk

mendapatkan

pelayanan keperawatan yang optimal. f)

Pembentukan kelompok swabantu.

g) Pembentukan, pengembangan dan pemantauan kader-kader kesehatan di masyarakat dan meningkatkan motivasinya. h) Pelaksanaan dan monitoring kegiatan PHBS. i)

Peningkatan jejaring kerja melalui kemitraan.

j)

Pendokumentasian keperawatan.

7. Indikator Keberhasilan Menurut Depkes (2006), Untuk mengukur keberhasilan upaya Keperawatan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas, digunakan indicator yang meliputi indikator masukan (input), indikator proses, indikator luaran (output) dan indikator dampak.

24

a. Indikator Masukan (Input) Indikator masukan, meliputi : 1) Jumlah perawat Puskesmas sudah mendapat pelatihan teknis Perkesmas serta penatalaksanaan program prioritas. 2) Jumlah Kit untuk pelaksanaan Perkesmas ( PHN Kit) minimal 1 kit untuk setiap desa. 3) Tersedia sarana transporasi (R-2) untuk kunjungan ke keluarga/ kelompok/masyarakat. 4) Tersedia dana operasional untuk pembinaan/asuhan keperawatan 5) Tersedia Standar/Pedoman/SOP pelaksanaan kegiatan Perkesmas 6) Tersedia dukungan administrasi (Buku Register, Family Folder, Formulir Askep, Formulir Laporan, dll) 7) Tersedianya ruangan khusus untuk asuhan keperawatan di Puskesmas b. Indikator Proses Indikator proses, meliputi : 1) Ada Rencana Usulan Kegiatan Perkesmas terintegrasi dengan Rencana Kegiatan Puskesmas. 2) Ada Rencana Pelaksanaan Kegiatan Perkesmas (POA). 3) Ada Rencana Asuhan Keperawatan setiap klien (individu, keluarga, kelompok, masyarakat). 4) Adanya dukungan dan ada kegiatan bimbingan yang dilakukan Kepala Puskesmas.

25

5) Ada kegiatan bimbingan teknis Perkesmas oleh Perawat Penyelia dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ke Puskesmas. 6) Ada kegiatan koordinasi dengan lintas program terkait petugas kesehatan lain. 7) Ada laporan tertulis hasil pemantauan dan penilaian dan rencana tindak lanjut. 8) Ada rencana peningkatan pendidikan/pelatihan perawat secara berkelanjutan. c. Indikator luaran (output) Indikator luaran, meliputi : 1) % suspek/kasus perioritas puskesmas (contoh.TB paru) yang ditemukan secara dini. 2) % pasien kasus yang mendapat pelayanan tindak lanjut keperawatan di rumah. 3) % keluarga miskin dengan masalah kesehatan yang dibina. 4) % kelompok khusus dibina (panti, rutan lapas/rumah tahanan dan lembaga pemasyarakatan, dll). 5) % pasien rawat inap Puskesmas di lakukan asuhan keperawatan. 6) % desa/daerah yang dibina. Besarnya % setiap Puskesmas ditetapkan oleh masing-masing Kabupaten/Kota. Indikator luaran ini merupakan indikator antara, untuk mendukung tercapainya Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kabupaten/Kota.

26

d. Indikator dampak Indikator dampak yaitu ”keluarga mandiri dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya”, yang dinilai dengan tingkat kemandirian keluarga. Kemandirian keluarga berorientasi pada lima fungsi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya yaitu : 1) Mampu mengenal masalah kesehatannya. 2) Mampu

mengambil

keputusan

tepat

untuk

mengatasi

kesehatannya. 3) Mampu melakukan tindakan keperawatan untuk anggota keluarga yang memerlukan bantuan keperawatan. 4) Mampu memodifikasi lingkungan sehingga menunjang upaya peningkatan kesehatan. 5) Mampu memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan yang ada.

B. Puskesmas 1.

Pengertian Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan Kabupaten/Kota

yang

bertanggung

jawab

menyelenggarakan

pembangunan kesehatan disuatu wilayah kerja (Swarjana 2016, p.188). Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang langsung memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terinegrasi kepada masyarakat dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok ( Triwibowo, 2015, p. 230).

27

Terkait dengan definisi ini ada beberapa poin penting yang perlu dijelaskan, diantaranya (Swarjana 2016, p.188) : a. Unit pelaksana teknis. Sebagai Kabupaten/Kota

unit

pelaksana

(UPTD),

teknis

puskesmas

dinas

berperan

kesehatan

melaksanakan

sebagian dari tugas teknis operasional dinas kabupaten/kota, dan merupakan unit pemberi layanan kesehatan pertama yan menjadi ujung tombak pembangunan kesehatan masyarakat di Indonesia. b. Pembangunan kesehatan. Upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi semua orang demi terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal. c. Penanggung jawab penyelenggaraan. Puskesmas bertanggung jawab dalam penyelenggaraan sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh puskesmas. d. Wilayah kerja Secara nasional standar wilayah puskesmas adalah satu kecamataan. Namun ada juga kecamatan yang mempunyai lebih dari satu puskesmas. Secara operasional puskesmas bertanggung jawab kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

28

2. Visi Puskesmas Visi dari puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat dalam rangka mewujudkan indonesia sehat. Indikator dari kecamatan sehat meliputi lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan derajat kesehatan penduduk kecamatan (Swarjana 2016, p.188). 3. Misi Puskesmas Untuk mencapai visi, maka misi yang harus dilaksanakan meliputi : (Swarjana 2016) a. Menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan diwilayah kerjanya. b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat diwilayah kerjanya. c. Memelihara

dan

meningkatkan

mutu,

pemerataan,

dan

keterjangkauan pelayan kesehatan yang diselenggarakan. d. Memelihara serta meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya. 4. Fungsi Puskesmas Ada beberapa fungsi harus dilaksanakan oleh puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan kepeda masyarakat. Fungsi tersebut mencakup : (Swarjana 2016) a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan. Puskesmas

senantiasa

berupaya

menggerakan

daan

memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektoral diwilayah

29

kerjanya,

sehingga

pembangunan

yang

dilaksanakan

tetap

berwawasan kesehatan. Selain itu puskesmas juga memantau dan melaporkan dampak kesehatan yang muncul akibat pembangunan yang diselenggarakan di wilayah kerjanya. b. Pusat pemberdayaan masyarakat. Puskesmas berupaya agar individu, keluarga, kelompok dan masyarakat memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk melayani diri sendiri dan hidup sehat termasuk dalam pembiayaan kesehatan oleh dan untuk mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat tetap memperhatikan situasi, kondisi dan sosial budaya masyarakat setempat. c. Pusat pelayanan kesehatan di strata pertama. Pelayanan kesehatan yang disediakan dipuskesmas meliputi pelayanan

kesehatan

perorangan

dan

pelayanan

kesehatan

masyarakat. Pelayanan kesehatan perorangan bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan menyembuhkan dan memulihkan seseorang ke kondisi semula tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan. Sedangkaan pelayanan kesehatan masyarakat bersifat public goods dengan tujuan memelihara dan meningkatkan

kesehatan

serta

mencegah

penyakit

mengabaikan penyembuhan dan pemulihan kesehatan.

tanpa

30

5.

Tujuan Puskesmas Tujuan

puskesmas

adalah

mendukung

tercapainya

tujuan

pembanguanan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

dalam

mewujudkan

“Indonesia

Sehat

2015”

(Triwibowo, 2015, p. 232). 6. Kedudukan Puskesmas Menurut Triwibowo (2015, p. 243), Kedudukan puskesmas adalah : a. Sistem kesehatan. Puskesmas dijadikan sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama dan bertanggung jawab melaksanakan upaya perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. b. Sistem kesehatan kabupaten/kota Bertanggung

jawab

melaksanakan

sebagian

tugas

pembangunan kesehatan kabupaten/kota diwilayah kerjanya. c. Sistem kesehatan daerah Puskesmas merupakan unit struktural pemerintah daerah kabupaten/kota bidang kesehatan ditingkat kecamatan. d. Antarsarana pelayanan kesehatan strata pertama Puskesmas sebagai pembina berbagai macam pelayanan kesehatan strata pertama dieilayah kerjanya, misalnya praktik dokter, bidan, poliklinik, balai kesehatan masyarakat atau yang lainnya.

31

Disamping itu juga terdapat upaya kesehatan bersumber masyarakat seperti posyandu, polindes, pos obat desa dan pos upaya kesehatan kerja (UKK) (Swarjana 2016,p.191). 7. Upaya Kesehatan Puskesmas Dalam rangka mencapai visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas,

puskesmas

mempunyai

tanggung

jawab

dalam

menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Pelayanan tersebut merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang dikelompokan menjadi dua (Kepmenkes 2004 dalam Swarjana 2016, p.195) a. Upaya kesehatan wajib. Upaya ini ditetapkan berdasarkan komitmen nasional regional dan global serta memiliki daya tingkat yang tinggi dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat. Upaya ini wajib dilaksanakan oleh seluruh puskesmas yang ada di Indonesia yang mencakup : upaya promosi kesehatan, upaya kesehatan lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, upaya perbaikan gizi, upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan upaya pengobatan (Swarjana 2016, p.196) b. Upaya kesehatan pengembangan. Upaya ini ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ada dimasyarakat dan disesuaikan dengaan kemampuan puskesmas. Misalnya : upaya kesehatan sekolah, upaya kesehatan olahraga, upaya perawatan kesehatan masyarakat, upaya kesehatan

32

kerja, upaya kesehatan gigi dan mulut, upaya kesehatan jiwa, upaya kesehatan mata, upaya kesehatan usia lanjut, dan upaya pembinaan pengobatan tradisional (Swarjana 2016, p.196).

C. Perawat Puskesmas 1. Pengertian Perawat Puskesmas Adalah pejabat fungsional perawat yang bertugas di puskesmas yang berasal dari lulusan keperawatan. Kegiatan perawat puskesmas mencakup upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat (UKM) yang dilaksanakan baik didalam gedung maupun diluar gedung puskesmas. Tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak penuh diberikan oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pelayanan keperawatan kesehatan kepada masyarakat (Depkes, 2006). 2. Tugas Pokok Perawat Puskesmas Tugas pokok perawat kesehatan masyarakat di puskesmas adalah memberikan pelayanan keperawatan berupa usaha keperawatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat khususnya yang mempunyai masalah

kesehatan

akibat

ketidaktahuan,

ketidakmauan

dan

ketidakmampuan. Perkesmas dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan, serta pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka kemandirian dibidang keperawatan/ kesehatan (Depkes, 2006).

33

3. Tanggung Jawab Perawat Puskesmas Tanggung jawab perawat puskesmas sesuai dengan penyelenggaraan puskesmas. Fungsi puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan memberikan tanggung jawab perawat untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko kesehatan yang timbul dimasyarakat serta melakukan kegiatan promosi kesehatan dan mencegah penyakit berdasarkan faktor resiko yang terindentifikasimenimbulkan masalah kesehatan (Depkes, 2006). 4. Peran Perawat Puskesmas Menurut Ratnawati (2017, p. 2018), Peran dan fungsi minimal dari perawat kesehatan masyarakat di puskesmas yaitu : a. Melakukan fungsi manajerial. b. Melakukan pelayanan asuhan keperawatan. c. Mengkoordinasikan kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat, d. Mengkoordinasikan pembinaan peran serta masyarakat melalui pendekatan PMKD. e. Mengkoordinasikan kegiatan lain, seperti kegiatan lintas sektoral.

34

D. Kompetensi 1.

Pengertian Kompetensi Kompetensi merupakan karakteristik individu yang terlihat dalam bentuk perilaku dan mampu menampilkan kinerja dalam suatu pekerjaan, peran, atau situasi tertentu. Kompetensi mengandung dua hal, yaitu kemampuan individu dalam menampilkan kinerja dan karakteristik personal. Kompetensi mencakup segala kemampuan yang dapat menggambarkan dan menjalankan peran psikososial individu seperti kemampuan komunikasi, menggunakan teknologi informasi, dan sebagainya. Kompetensi inti yang harus dimiliki individu adalah bila dapat memberikan kontribusi untuk masyarakat dan orang lain yang terlihat dari outcome pekerjaannya. Kompetensi inti lainnya dapat dilihat dari kemampuan individu untuk membantu orang lain dalam menyelesaikan masalah sesuai kebutuhannya dan juga berguna tidak hanya bagi sekelompok orang namun juga untuk semua orang (Tafwidhah, 2010) Menurut (Elfiandri, 2011, p.268), komptensi adalah suatu perangkat cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksankan tugas-tugas di bidang tertentu.

2.

Unsur Kompetensi Menurut Tafwidhah (2010), menyatakan sebuah kerangka kerja untuk menjadi landasan kompetensi. Kerangka kerja ini dikategorikan menjadi tiga, yaitu mampu menggunakan sarana prasarana (teknologi,

35

bahasa, dan lain-lain), mampu berinteraksi dengan berbagai kelompok yang heterogen, dan mampu bertindak sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya.

Ketiga

kategori

ini

saling

mempengaruhi

untuk

mengidentifikasi kompetensi yang dimiliki seseorang. Inti dari kompetensi

digambarkan

sebagai

seperangkat

keterampilan,

pengetahuan, dan sikap dalam melakukan pelayanan kesehatan. Kompetensi dibutuhkan agar tercipta suatu keadaan yang kohesif antara perkembangan dan hubungan sosial dengan unsur pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), sikap (attitude), dan nilai (value). Penelitian ini melihat kompetensi individu berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan. a. Pengetahuan Pengetahuan merupakan sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya, yang diperoleh dari pengalaman langsung maapun melalui pengalaman orang lain. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. (Notoatmodjo, 2012, p.10). Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Triwibowo, 2015, p. 36). Aplikasi merupakan tingkatan ketiga domain kognitif yang diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi dapat

36

menggunakan rumus statistik dalam perhitungan hasil penelitian, menggunakan prinsip siklus pemecahan masalah dalam masalah kesehatan yang dijumpai, dan lainnya (Tafwidhah, 2010). Analisis adalah tingkatan domain kognitif yang keempat. Analisis merupakan kemampuan menjabarkan materi ke dalam komponen-komponen. Kemampuan analisis dapat dilihat dengan penggunanaan kata kerja seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan lain-lain. Tingkatan selanjutnya adalah sintesis yang menunjuk pada kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Kata kerja yang dapat digunakan untuk melihat tahap sintesis ini dengan kata dapat menyusun,

dapat

merencanakan,

dapat

menyesuaikan,

dapat

meringkaskan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada (Tafwidhah, 2010). Pada intinya, semua tenaga kesehatan dan perawat profesional yang membutuhkan pengetahuan yang cukup tentang pelayanan kesehatan di masyarakat, untuk memeproleh pengetahuan tersebut diperlukan cukup praktek yang harus di kembangkan di masyarakat ( Amiegheme, 2014). b. Sikap Menurut Tafwidhah (2010) menyatakan bahwa Sikap (attitude) adalah pernyataan evaluatif yang mencerminkan bagaimana seseorang merasakan

sesuatu

baik

yang

menguntungkan

atau

tidak

menguntungkan mengenai obyek, orang, atau peristiwa. Sikap yang

37

berkaitan dengan pekerjaan membuka jalan evaluasi positif atau negatif mengenai aspek dari lingkungan kerja. Kebanyakan riset dalam perilaku individu mempedulikan tiga sikap yang berkaitan dengan kepuasan kerja, keterlibatan kerja, dan komitmen organisasi. Menurut Triwibowo (2015, p. 37), sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Tafwidhah (2010), Kepuasan kerja merujuk pada sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya. Tingkat kepuasan kerja yang tinggi menunjukkan sikap yang positif terhadap pekerjaan, begitu pula sebaliknya. Faktor-faktor yang yang mendorong kepuasan kerja adalah kerja yang secara mental menantang, ganjaran yang pantas, kondisi kerja yang mendukung, dan rekan sekerja yang mendukung.. Keterlibatan kerja mengukur derajat sejauh mana seseorang memihak secara psikologis pada pekerjaannya, berpartisipasi aktif di dalamnya, dan menganggap kinerejanya penting bagi harga diri. Tingkat keterlibatan kerja yang tinggi berkaitan dengan rendahnya kemangkiran dalam pekerjaan. Komitmen pada organisasi didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mengetahui sejauh mana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuannya dan berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi itu. Hubungan negatif tampak pada komitmen organisasi dan kemangkiran karyawan, artinya semakin tinggi komitmen karyawan pada organisasi maka ssemakin rendah kemangkiran karyawan.

38

c. Keterampilan Menurut Tafwidhah (2010) Keterampilan (skill) didefinisikan sebagai hasil kombinasi faktor-faktor yaitu kompeten, keahlian, dan kinerja prima yang terlihat dari aktivitas fisik dan mental. Terdapat tiga tingkatan untuk memperoleh keterampilan yang baik, yaitu fase kognitif, fase asosiasi, dan fase bertindak. Fase kognitif adalah pemahaman suatu materi sehingga diketahui tindakan yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut. Fase asosiasi melihat bagaimana hubungan dengan bagian lainnya dalam menentukan tindakan yang tepat serta mempertimbangkan keadaan untuk mengurangi gangguan yang datang dari luar. Terakhir, fase bertindak dengan mengambil langkah yang tepat. Tiga keterampilan yang harus dimiliki untuk memperoleh kinerja yang baik. Pertama adalah keterampilan dasar meliputi keterampilan membaca, menulis, berhitung, mendengar, dan berbicara. Kedua, keterampilan berfikir berupa kreatifitas, membuat keputusan, menyelesaikan masalah, melihat masalah atau keadaan, mengetahui apa yang harus dilakukan, dan mampu mempertimbangkan keadaan yang dihadapinya. Terakhir yaitu kualitas personal, seperti tanggung jawab, harga diri, kemampuan bersosialisasi, manajemen diri, integritas, dan kejujuran. Keterampilan agar individu memiliki kemampuan dalam bekerja. Keterampilan tersebut adalah kemampuan memahami masalah, kemampuan bekerja pada berbagai situasi, kemampuan mencari jalan

39

keluar dari masalah yang dihadapi, kemampuan menyelesaikan masalah berdasarkan informasi yang ada, kemampuan memberi nilai lebih pada hasil pekerjaan, kemampuan membangun hubungan kerjasama, dan kemampuan berkomunikasi untuk mengembangkan ide-ide yang dimiliki. 3.

Kompetensi Dalam Keperawatan a. Pengertian Kompetensi Perawat Kompetensi sangat penting dalam keperawatan dan diperlukan standar sebagai penentuan kompetensi yang diharapkan dari seorang perawat. Kompetensi dalam keperawatan harus mengandung unsur kemampuan melayani dengan aman dan nyaman, melindungi masyarakat, dan menjaga kredibilitas perawat. Kompetensi yang spesifik diidentifikasi dengan peran yang ada atau pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang ditunjukkan dengan kinerjanya sesuai kriteria atau standar tertentu. Hasil yang dicapai pada perawat yang kompeten diperlihatkan dengan adanya kualitas dari sikap, motif, wawasan perawat, kemampuan menginterpretasikan, kemampuan menerima sesuatu yang baru, kematangan fikiran, dan penilaian diri (Tafwidhah, 2010).

Standar diartikan sebagai ukuran atau patokan yang disepakati, kemampuan

sedangkan seseorang

kompetensi yang

dapat

dapat

diartikan

terobservasi

sebagai

mencakup

pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas dengan standar kinerja (performance) yang ditetapkan. Standar kompetensi perawat Indonesia setara dengan

40

standar internasional.

Dengan demikian perawat

Indonesia

mendapat pengakuan yang sama dengan perawat dari negara lain. Menurut (Elfindri, 2011, p.270), Kompetensi utama sarjana keperawatan antara lain : 1) Mampu berkomunikasi secara efektif. 2) Mampu menerapkan aspek etik dan legal dalam praktik keperawatan. 3) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan professional di klinik dan komunitas. 4) Mampu mengaplikasikan kepemimpinan dan manajemen keperawatan. 5) Mampu menjalin hubungan interpersonal. 6) Mampu melakukan penelitian sederhana. 7) Mampu

mengembangkan

profesionalisme

secara

terus-

menerus atau belajar sepanjang hayat. Menurut (Elfindri, 2011, p.272), unit kompetensi sarjana keperawatan adalah : 1) Mampu melakukan komunikasi yang efektif dalam memberi asuhan. 2) Mampu menerapkan pengetahuan, kerangka etik dan legal dalam

system

kesehatan

yang

keperawatan. 3) Mampu membuat keputusan etik.

berhubungan

dengan

41

4) Mampu menggunaan teknologi dan informasi kesehatan secara efektif. 5) Mampu

menggunakan

prinsip

peningkatan

kualitas

berkesinambungan dalam praktik. 6) Mampu mempertahankan lingkungan yang aman secara konsisten melalui penggunaan strategi manajemen kualitas dan manajemen resiko. 7) Mampu mewujudkan lingkungan bekerja yang aman. 8) Mampu merancang dan melaksanakan proses penelitian sederhana

serta

memanfaatkan

hasil

penelitian

dalam

meningkatkan kualitas keperawatan. 9) Mampu mengembangkan pola piker kritis, logis dan etis dalam mengembangkan asuhan keperawatan. 10) Mampu mengembangkan potensi diri untuk mempertahankan kompetensi. b. Kompetensi perawat puskesmas menurut Depkes

Perawat puskesmas diharapkan mempunyai kualifikasi pendidikan minimal Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) atau lulus D3 Keperawatan, memiliki pengalaman kerja, dan sertifikasi pelatihan klinik keperawatan kesehatan masyarakat. Kompetensi minimal perawat puskesmas yaitu memberikan pelayanan/asuhan keperawatan

terhadap

individu,

keluarga,

kelompok,

atau

masyarakat dengan masalah kesehatan prioritas terkait dengan komitmen global, nasional, maupun daerah seperti malaria,

42

tuberculosis, demam berdarah dengue, HIV/AIDS, dan sebagainya dalam kegiatan tindakan keperawatan langsung (direct care), pengobatan dasar sesuai kewenangan dan tata laksana standar program,

penanggulangan

gawat

darurat

dasar

termasuk

penanggulangan bencana alam, dan pencegahan infeksi (Depkes, 2006). Kompetensi lainnya yang juga harus dimiliki perawat puskesmas yaitu melakukan pendidikan/penyuluhan kesehatan dalam rangka promosi kesehatan untuk pemberdayaan individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat agar hidup secara mandiri, pengamatan penyakit menular dan tidak menular (surveillance) khususnya

mengidentifikasi

faktor

risiko

terjadinya

penyakit/masalah kesehatan, menemukan kasus secara dini, dan melaporkan adanya kejadian luar biasa (KLB). Selain itu perawat juga mapu untuk memberikan motivasi individu, keluarga, kelompok,

dan

masyarakat

dalam

pembentukan

pelayanan

kesehatan yang bersumberdaya masyarakat seperti pos pelayanan terpadu (posyandu), pos obat desa (POD), dan sebagainya, membina pelayanan kesehatan yang bersumber daya masyarakat, melakukan

konseling

keperawatan/kesehatan,

memberikan

pelatihan kader/masyarakat dalam upaya promosi kesehatan, melakukan kerjasama tim dengan tenaga kesehatan lain, monitoring dan evaluasi, dan membuat pendokumentasian kegiatan termasuk pencatatan dan pelaporan sesuai ketentuan (Tafwidhah, 2010).

43

E. Motivasi Kerja 1. Pengertian Motivasi Motif atau motivasi berasal dari kata Latin moreve yang berarti dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berprilaku. Pengertian motivasi tidak terlepas dari kata kebutuhan atau need atau want. Kebutuhan adalah suatu “potensi” dalam diri manusia yang perlu ditanggapi atau direspon (Notoadmodjo, 2012, p. 218). Motivasi adalah interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapinya. Di dalam diri seseorang terdapat “kebutuhan” atau “keinginan” (wants) terdapat objek di luar seseorang tersebut, kemudian bagaimana seseorang tersebut menghungkan antara dengan kebutuhan dengan “situasi di luar” objek tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan yang dimaksud. Oleh sebab itu, motivasi adalah suatu alas an seseorang untuk bertindak dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya (Notoadmodjo, 2012, p. 219). Menurut Nursalam (2014, p.105), Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang.

Hal

ini

termasuk

faktor-faktor

yang

menyebabkan,

menyalurkan, dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu. Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi adalah perasaan atau pikiran yang mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan, terutama dalam berperilaku.

44

2. Unsur Motivasi

Motivasi mempunyai tiga unsur utama yaitu kebutuhan, dorongan, dan

tujuan.

Kebutuhan

terjadi

bila

individu

merasa

ada

ketidakseimbangan antara apa yang mereka miliki dengan apa yang mereka harapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental

yang

berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut merupakan inti daripada motivasi. Pada dasarnya motivasi mempunyai sifat siklus (melingkar), yaitu motivasi timbul, memicu perilaku tertuju kepada tujuan (goal), dan akhirnya setelah tujuan tercapai, motivasi itu berhenti. Tapi itu akan kembali pada keadaan semula apabila ada suatu kebutuhan lagi (Nursalam, 2014, p.106). Pada dasarnya motivasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu (Nursalam, 2014, p. 107) sebagai berikut : a. Motivasi Internal. Motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang. Keperluan dan keinginan yang ada dalam diri seseorang akan menimbulkan motivasi internalnya. Kekuatan ini akan memengaruhi pikirannya yang selanjutnya akan

mengarahkan

perilaku

orang

tersebut.

Motivasi

internal

dikelompokkan menjadi dua, yaitu : 1) Fisiologis, yang merupakan motivasi alamiah seperti rasa lapar, haus, dan lain-lain. 2) Psikologis, yang dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori dasar.

45

a) Kasih

sayang,

motivasi

untuk

menciptakan

kehangatan,

keharmonisan, kepuasan batin/emosi dalam berhubungan dengan orang lain. b) Mempertahankan

diri,

untuk

melindungi

kepribadian,

menghindari luka fisik dan psikologis, menghindari dari rasa malu

dan

ditertawakan

orang,

serta

kehilangan

muka,

mempertahankan gengsi dan mendapatkan kebanggaan diri. c) Memperkuat diri, mengembangkan kepribadian, berprestasi, mendapatkan pengakuan dari orang lain, memuaskan diri dengan penguasaannya terhadap orang lain. b. Motivasi Eksternal. Motivasi internal.Motivasi

eksternal eksternal

tidak

dapat

adalah

dilepaskan

motivasi

yang

dari

motivasi

timbul

dari

luar/lingkungan. Misalnya: motivasi eksternal dalam belajar antara lain berupa penghargaan, pujian, hukuman, atau celaan yang diberikan oleh guru, teman atau keluarga. 3.

Motivasi dan Perilaku Kerja Keberhasilan suatu institusi atau organisasi ditentukan oleh dua faktor utama yaitu sumber daya manusia, karyawan atau tenaga kerja , sarana dan prasarana pendukung atau fasilitas kerja. Dari kedua faktor utama tersebut sumber daya manusia atau karyawan lebih penting dari pada sarana dan prasarana pendukung (Notoadmodjo, 2012, p. 228).

46

Menurut (Notoadmodjo, 2012, p. 229), Motivasi dalam suatu organisasi mempunyai maksud dan tujuan yang sangat luas dalam rangka pengembangan organisasi tersebut, antara lain sebagai berikut : a. Mendorong gairah dan semangat kerja pegawai atau karyawan. b. Meningkatkan kepuasan kerja karyawan, dan akhirnya akan mengkatkan kinerjanya. c. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan. d. Meningkatkan loyalitas dan integritas karyawan. e. Meningkatkan kedisiplinan karyawan. f. Meningkatkan absensi (kehadiran) karyawan.

F. Kepuasan Kerja 1. Pengertian Kepuasan kerja adalah sikap positif dan negatif yang dilakukan individual terhadap pekerjaan mereka. Pekerjaan memerlukan interaksi dengan rekan kerja dan atasan, mengikuti peraturan dan kebijakan organisasi, memenuhi standart kinerja, hidup dengan kondisi kerja yang sering kurang ideal. Kepuasan kerja menunjukkan pada tidak puas pada suatu pekerjaan dan puas pada suatu pekerjaan tersebut (Wibowo, 2013, p.501). 2. Penyebab Kepuasan Kerja Menurut Wibowo (2013, p.504), penyebab kepuasan kerja yaitu : a. Need fulfillment (pemenuhan kebutuhan)

47

Kepuasan kerja ditentukan oleh tingkatan karakteristik pekerjaan memberikan kesempatan pada individu untuk memenuhi kebutuhannya. b. Discrepancies (perbedaan) Kepuasaan kerja merupakan suatu hasil memenuhi harapan. Pemenuhan harapan mencerminkan perbedaan antara apa yang diharapkan dan diperoleh individu dari pekerjaan. c. Value attainment (pencapain nilai) Kepuasan

merupakan

hasil

dari

persepsi

pekerjaan

memberikan pemenuhan nilai kerja individual yang penting. d. Equity (keadilan) Kepuasan merupakan fungsi dari seberapa adil individu diperlakukan di tempat kerja. e. Dispositional/genetic components (komponen genetik) Kepuasan kerja merupakan sifat dari faktor genetic dan menyiratkan perbedaan individu hanya mempunyai arti penting untuk menjelaskan kepuasan kerja. 3. Kolerasi Kepuasan Kerja Menurut Wibowo (2013, p.505), kolerasi kepuasan kerja adalah : a. Motivation (motivasi) Kepuasan dengan supervise juga mempunyai kolerasi signifikan

dengan

motivasi,

manajer

mempertimbangkan dan meningkatkan kepuasan kerja. b. Job involvement (pelibatan kerja)

disarankan

48

Pelibatan kerja menunjukkan kenyataan dimana individu secara pribadi dilibatkan dengan peran kerjanya. c. Organizational citizenship behavior Merupakan perilaku pekerja di luar dari apa yang menjadi tuganya. d. Organizational commitment (komitmen organisasional) Komitmen organisasional mencerminkan tingkatan dimana individu mengidentifikasi dengan organisasi dan mempunyai komitmen terhadap tujuannya.

e. Percerived stress (perasaan stress) Perasaan stress menunjukkan adanya hubungan negatif kuat antara perasaan stress dengan kepuasan kerja. Diharapakan manager berusahan mengurangi dampak negatif stress dengan memperbaiki kepuasan kerja. f. Job performance (prestasi kerja) Kepuasan mempengaruhi prestasi kerja lebih tinggi. Kepuasan kerja disebabkan oleh adanya kinerja atau prestasi kerja sehingga pekerja lebih produktif dan akan mendapatkan kepuasan. g. Gaji Gaji adalah jumlah bayaran yang didapatkan seseorang sebagai akibat dari pelaksanaan kerja (Wolo, 2015). 4. Mengukur Kepuasan Kerja Menurut Wibowo (2013, p.510), mengukur kepuasan kerja adalah :

49

a. Rating scale dan kuesiner Rating scale dan kuesiner merupakan pengukuran kepuasan kepuasan kerja yang paling umum dipakai dengan menggunakan kuesioner. b. Critical incidents Individu akan menjelaskan kejadian yang menghubungkan pekerjaan mereka yang mereka rasakan terutama memuaskan atau tidak memuaskan. c. Interviews Interview merupakan prosedur pengukuran kepuasan kerja dengan melakukan wawancara tatap muka dengan pekerja. 5. Respon terhadap Kepuasan Kerja Menurut Wibowo (2013, p.515), respon terhadap kepuasan kerja adalah: a. Exit Ketidakpuasan ditunjukkan melalui perilaku diarahkan pada meninggalkan organisasi, termasuk mencari posisi baru atau mengundurkan diri. b. Voice Ketidakpuasan ditujukkan melalui usaha secara aktif dan konstruktif untuk memperbaiki keadaan, termasuk menyarankan perbaikan. c. Loyalty

50

Ketidakpuasan ditunjukkan secara pasif, tetapi optimistic dengan menunggu kondisi untuk memperbaiki. d. Neglect Ketidakpuasan

ditunjukkan

tindakan

secara

pasif

membiarkan kondisi semakin buruk, termasuk keterlambatan secara kronis, mengurangi usaha, dan meningkatkan tingkat kesalahan.

51

F. Kerangka Teori Perawat Kesehatan Masyarakat (PERKESMAS) merupakan salah satu upaya kesehatan yang diselenggarakan, dikelola dan dilaksanakan oleh puskesmas secara menyeluruh, terpadu dengan pelayanan kesehatan lainnya serta sektor lain dengan menggunakan proses keperawatan. Skema 2.2 Kerangka Teori Hubungan Kompetensi Perawat, Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja Terhadap Pelaksanaan Kegiatan Perkesmas di Puskesmas Se Kota Bukittinggi Tahun 2018

Kegiatan Perkesmas

Kegiatan didalam gedung Puskesmas

Faktor Predisposisi (Predisposing factors) a

Kompetensi (pengetahuan, sikap, dan keterampilan

Kegiatan diluar gedung Puskesmas

Faktor Pendukung (enabling Factors)

Faktor Pendorong (Reinforcing Factors)

Ketersediaan fasilitas atau sarana dan prasarana kesehatan seperti puskesmas, obat-obatan dan peralatan kesehatan

Sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan perilaku masyarakat berupa kepuasan kerja dan motivasi kerja individu

Pelaksanaan Perkesmas

Sumber : Modifikasi (Green, 2011), (Permenkes No. 75/2014), (Amiegheme, 2014).

More Documents from "intan juita"

Attachment.docx
June 2020 1
Attachment.docx
May 2020 2
Aritmi.pptx
December 2019 2
Woc.doc
May 2020 1