Attachment.doc

  • Uploaded by: ISRAH M
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Attachment.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 1,919
  • Pages: 6
ESSAY

PERAN PERAWAT DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS Koordinator Mata Kuliah : Ns. Setyoadi, M. Kep., Sp. Kep. Kom. Mata Kuliah Etika dan hukum keperawatan

Oleh : Anindya Arum Cempaka NIM 166070300111042

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016

1

Latar Belakang Kemajuan dalam ilmu biomedik dan praktek pelayanan kesehatan telah menyebabkan peningkatan masalah etika ( Leuter, 2012). Akibatnya, petugas kesehatan menghadapi masalah etika yang semakin rumit dalam aktivitas pelayanan profesional mereka ( Leuter,2012). Etika mengacu pada praktek, keyakinan, dan standar perilaku kelompok tertentu seperti perawat. Hal ini juga mengacu pada metode penyelidikan yang membantu orang untuk memahami moralitas perilaku manusia (studi moralitas). Profesi keperawatan membutuhkan pengetahuan tentang etika sebagai bimbingan ( guidelines) dalam melaksanakan pelayanan kesehatan ( Aghdam, 2013). Dalam pemberian asuhan keperawatan, perawat terus ditantang untuk membuat keputusan dengan tujuan untuk memberikan hak perawatan terbaik bagi pasien (Canaerts, 2014). Membuat dan melakukan keputusan ini tidak hanya memerlukan kompetensi klinis tetapi juga kompetensi etis yang melibatkan lebih dari pemahaman teori etika (Canaerts, 2014). Oleh karena itu diperlukan pemahaman etika yang mendalam bagi perawat sehingga perawat dapt mengambil keputusan paling tepat ketika terjadi dilema etis. Dilema etis adalah kondisi yang terjadi dalam pelayanan, yang mengharuskan perawat untuk menapis, melakukan analisa dan sintesa serta menetapkan keputusan yang “terbaik” bagi klien, terutama bagi kesehatan dan integritasnya sebagai manusia. Dilema etik merupakan hal yang kerap dialami oleh perawat dalam praktik keperawatan sehari-hari. Sebab perawat dianggap bertanggung jawab untuk mengidentifikasi masalah pasien, membuat keputusan klinis dan mengevaluasi efek klinis dari pengobatan (villa , 2012). Tanggung jawab tersebut membuat perawat kerap bersinggungan dengan pengambilan keputusan etis yang sedapat mungkin tidak merugikan pasien. Tindakan keperawatan melibatkan pilihan etis dan nilai moral yang memberikan bimbingan pada praktik keperawatan yang digambarkan berhubungan dengan rasa kepedulian, belas kasih dan penghormatan terhadap martabat manusia ( Knutson, 2012 ). Prinsip-prinsip etis perawat diantaranya adalah beneficience, nonmaleficience, autonomi, justice, veracity dan fidelity. Prinsip etis ini harus dipegang perawat dan menjadi bimbingan bila terjadi dilema etis. Standar etis yang lebih ketat berlaku untuk praktisi kesehatan karena tindakan yang dilakukan oleh para praktisi kesehatan melibatkan masalah-masalah hidup dan mati ( Kim, 2012). Tujuan Penulisan Mengetahui peran perawat dalam pengambilan keputusan etis. Tinjauan Pustaka Etika adalah cabang filsafat (studi keyakinan dan asumsi) disebut filsafat sebagai moral. Berasal dari bahasa Yunani kata "etos" yang berarti kebiasaan, penggunaan kebiasaan, perilaku dan karakter. Etika biasanya mengacu pada praktek, keyakinan, dan standar perilaku kelompok tertentu seperti perawat. Hal ini juga mengacu pada metode penyelidikan yang membantu orang untuk memahami moralitas perilaku manusia (studi moralitas) Dilema etis terjadi ketika ada konflik antara dua atau lebih prinsip-prinsip etika. Keputusan yang diambil ketika terjadi dilema etik adalah yang paling menguntungkan tergantung pada keadaan. Maka analisis etis yang dilakukan perawat adalah bukan ilmu pasti. 2

Etika keperawatan adalah norma-norma yang dianut oleh perawat dalam bertingkah laku dengan pasien, keluarga, kolega atau tenaga kesehatan lainnya di suatu pelayanan keperawatan yang bersifat profesional. Perilaku etik akan dibentuk oleh nilainilai dari pasien, perawat dan interaksi sosial dalam lingkungan. Teori etik digunakan dalam pembuatan keputusan bila terjadi konflik antara prinsip dan aturan Beberapa teori etik adalah teleologi dan deontologi. Teleologi (berasal dari bahasa Yunani, dari kata telos, berarti akhir). Istilah teleologi dan utilitarinisme sering digunakan saling bergantian. Teleologi merupaka suatu doktrin yang menjelaskan fenomena berdasarkan akibat yang dihasilkan atau konsekuensi yang dapat terjadi. Pendekatan ini sering disebut dengan ungkapan “The end justifies the means“ atau makna dari suatu tindakan ditentukan dari hasil akhir yang terjadi. Contoh dari teori ini adalah bayi yang lahir cacat lebih baik diizinkan meninggal daripada nantinya menjadi beban masyarakat. Deontologi (berasal dari bahasa Yunani, Deon berarti tugas) prinsip pada aksi atau tindakan. Benar atau salah bukan ditentukan oleh hasil akhir atau konsekuensi dari suatu tindakan, melainkan oleh nilai moralnya. Dalam konteks ini, perhatian difokuskan pada tindakan melakukan tanggung jawab moral yang dapat memberikan penentu apakah tindakan tersebut secara moral benar atau salah. Contoh dari penerapan teori ini adalah seorang perawat yang yakin bahwa klien harus diberi tahu tentang sebenarnya terjadi walaupun kenyataan tersebut sangat menyakitkan. Prinsip-Prinsip etis adalah autonomy, beneficience, justice, nonmaleficience, dan veracity. Prinsip autonomy didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Autonomy merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan autonomy saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya. Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan autonomy Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prakatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Prinsip nonmalefience berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis selama perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien dan keluarga. Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan.

3

Kode etik adalah suatu tatanan tentang prinsip-prinsip umum yang telah diterima oleh suatu profesi. Kode etik keperawatan merupakan suatu pernyataan komprehensif dari profesi yang memberikan tuntunan bagi anggotanya dalam melaksanakan praktek keperawatan baik yang berhubungan dengan pasien, keluarga, masyarakat, teman sejawat, diri sendiri, dan tim kesehatan (Wulan, 2011). Tujuan kode etik keperawatan tersebut adalah sebagai berikut yaitu merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar perawat, klien atau pasien, teman sebaya, masyarakat, dan unsur profesi, baik dalam profesi keperawatan maupun dengan profesi lain di luar profesi keperawatan. Kode etik merupakan standar untuk mengatasi masalah yang silakukan oleh praktisi keperawatan yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya. Kode etik digunakan untuk mempertahankan bila praktisi yang dalam menjalankan tugasnya diperlakukan secara tidak adil oleh institusi maupun masyarakat. Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan keperawatan agar dapat menghasilkan lulusan yang berorientasi pada sikap profesional keperawatan. Memberikan pemahaman kepada masyarakat pemakai / pengguna tenaga keperawatan akan pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan tugas praktek keperawatan. ( PPNI,2000). Hasil dan Pembahasan Perawat merupakan salah satu profesi yang selalu berhubungan dan berinterkasi langsung dengan pasien. Oleh karena itu, perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dituntut untuk memahami dan berperilaku sesuai dengan etika keperawatan. Keperawatan membutuhkan landasan pengetahuan tentang etik sebagai bimbingan ( guidelines) dalam melakukan asuhan keperawatan ( Aghdam, 2013). Etik merupakan salah satu elemen dasar dalam profesi perawat dan menjadi indikator yang penting dari asuhan keperawatan serta mengembangkan kompetensi moral yang penting bagi praktik keperawatan di masa kini dan masa mendatang ( Aghdam, 2013). Etik dianggap sebagai elemen mendasar dari profesi keperawatan(Piryani,2016). Sebuah studi oleh Leuter et al. Dalam piryani (2016), melaporkan bahwa perawat semakin dihadapkan dengan situasi etik yang sensitif. Masalah etik yang terjadi selama pelayanan keperawatan harus diselesaikan dengan pendekatan pengambilan keputusan etik. Dalam suatu dilema etik, tidak ada jawaban yang benar atau salah. Dalam mengatasi dilema etik, perlu dipertimbangkan pendekatan yang paling menguntungkan atau paling tepat untuk pasien. Kalau keputusan sudah ditetapkan, secara konsisten keputusan tersebut dilaksanakan dan apapun yang diputuskan untuk kasus tersebut, itulah tindakan etik dalam membuat keputusan pada keadaan tersebut. Hal penting lagi sebelum membuat keputusan dilema etik, perlu menggali dahulu apakah niat/untuk kepentinganya siapa semua yang dilakukan, apakah dilakukan untuk kepentingan pasien atau kepentingan pemberi asuhan, niat inilah yang berkaitan dengan moralitas etis yang dilakukan. Untuk meningkatkan semua aspek dalam dimensi keperawatan, kita harus menghormati kode etik ( Aghdam, 2013). Etik keperawatan adalah norma-norma yang dianut oleh perawat dalam bertingkah laku dengan pasien, keluarga, kolega atau tenaga kesehatan lainnya di suatu pelayanan keperawatan yang bersifat profesional. Jika kita mengabaikan kode etik dan standar asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan, membuat keperawatan terlihat tidak profesional dan orang lain tidak akan melihat keperawatan dengan 4

perspektif sebagai sebuah profesi (Aghdam, 2012). Etik berhubungan dengan bagaimana seseorang harus bertindak dan bagaimana mereka melakukan hubungan dengan orang lain. Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Gastmans dan Verpeet dalam Aghdam ( 2013), tiga masalah umum dalam kode etik keperawatan adalah kurangnya efektivitas dalam praktek klinis sehari-hari, perbedaan antara kode moral dan realita di klinik , serta beberapa perawat tidak menyadari isi dari kode etik. Hal tersebut menyebabkan dilema etik. Oleh sebab itu diperlukan kerangka pemecahan dilema etik dengan mengembangkan data dasar , mengidentifikasi konflik, mengkaji berbagai alternatif tindakan , menetapkan pengambil keputusan dan membuat keputusan. Keputusan etis dibuat berdasarkan kesepakatan antara pasien dan perawat. Oleh karena itu sebagai perawat harus mampu meyakinkan pasien bahwa keputusan etis yang diambil adalah berdasarkan analisa dan pertimbangan yang matang. Kesepakatan persetujuan antara pasien dan perawat tentang keputusan tindakan tersebut dapat berupa informed consent sehingga terdapat bukti yang kuat bahwa keputusan etik tersebut diambil berdasarkan kesepakatan bersama. Dalam setiap pengambilan keputusan etis peran perawat adalah sebagai konselor dan advokat. Artinya perawat harus memberikan informasi tentang kondisi dan situasi yang terjadi, dan melibatkan pasien dan keluarga dalam proses pengambilan keputusan. Sebagai advokat, berarti perawat melindungi hak pasien untuk mendapatkan perawatan yang menguntungkan dan tidak merugikan . Kesimpulan Etik merupakan kesadaran yang sistematis terhadap prilaku yang dapat dipertanggung jawabkan. Etik berbicara tentang hal yang benar dan hal yang salah dan didalam etik terdapat nilai-nilai moral yang merupakan dasar dari prilaku manusia . Pasien sebagai penerima asuhan keperawatan mempunyai hak yang sama walaupun sedang dalam kondisi sakit. Dilema etik merupakan bentuk konflik yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor internal dan faktor eksternal. Selain itu, dilema etik terjadi karena adanya interaksi atau hubungan yang saling membutuhkan. Penyelesaian dilema etik harus mempunyai kerangka berfikir yang jelas sehingga keputusan yang diambil dapat memberi kepuasan terhadap semua pihak baik pemberi dan penerima asuhan keperawatan. Banyak teori yang membahas dan membuat kerangka penyelesaian masalah etik, tetapi penyelesaian secara umum bila terjadi kasus etik adalah dengan mengembangkan data dasar, mengidentifikasi konflik, mengkaji berbagai alternatif tindakan, menetapkan pengambil keputusan dan membuat keputusan. Yang terpenting adalah bagaimana masalah dilema etik dapat diputuskan dengan baik dan memuaskan semua pihak. Perawat berperan sebagai advokat dan konselor pasien bila terjadi dilema etik. Sehingga dengan bantuan konseling dan advokasi dari perawat, pasien dapat memilih pilihan yang terbaik bagi dirinya ketika terjadi dilema.

Daftar pustaka

5

Aghdam, A. ( 2013). Knowledge and performane about nursing ethic codes from nurses and patiens perspective in tabriz teaching hospitals Iran. Tabriz university of medical sciences. 2 (3). 219-220. Cannaerts, N. (2014), Contribution of ethics education to the ethical competence of nursing student. Nejsagepub. 21 (8). 862 Kim, Y. (2012). Moral sensitivity relating to the application of the code ethucs. Nejsagepub . 20 (4). 471- 472 Knutson, G. (2012). Nurses ethical problem solving . University of toronto. 15 (1). 1 Leuter, C. (2012). Ethical difficulties in nursing, educational needs and attitudes about using ethics resources. Nedsagepub. 20 (3). 348 Persatuan perawat indonesia. (2000). Kode etik keperawatan, lambang dan panji PPNI dan ikrar perawat indonesia. Jakarta : PPNI Piryani, R. (2016). Needs assessment for teaching / learning nursing ethics for master of nursing students . Asian bioethic review. 8 (2). 135 Villa, G. (2012). Nurses near decision making process of postoperative patients cardiosurgical weaning and extubation in italian environtment. Elsevier. 28 (1). 42-43 Wulan dan hastuti. (2011), Pengantar etika keperawatan, panduan lengkap menjadi perawat profesional berwawasan etis . Jakarta : Prestasi Pustaka

6

More Documents from "ISRAH M"