SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN (SAP) Topik
: Terapi relaksasi otot progresif untuk mengatasi hipertensi dan gangguan tidur pada lansia
Waktu
: 30 Menit
Peserta
: Lansia di Wisma Cinta Kasih
Tempat
: Wisma Cinta Kasih
A. Latar Belakang Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap. (Azizah, 2011). Berdasarkan data United Nations Economic And Social Commission For Asia And The Pacific (UNESCAP) tahun 2011 (dalam Fatimah 2014) menyebutkan bahwa jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di kawasan Asia mencapai 4,22 miliar jiwa atau 60% dari penduduk dunia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Penduduk lansia (≥65 tahun) di Indonesia pada tahun 2017 sebanyak 13.729.992 jiwa (8,5%) dan pada tahun 2020 diperkirakan akan meningkat menjadi 10,0%. Salah satu masalah kesehatan yang banyak dihadapi kelompok lanjut usia adalah hipertensi dan insomnia (susah tidur). Seiring bertambahnya usia, lanjut usia akan mengalami beberapa perubahan stuktural dan fungsional dalam tubuhnya. Salah satu perubahan yang terjadi yaitu pada sistem kardiovaskuler tepatnya pada aorta, dimana terjadinya penurunan elastisitas pada dinding pembuluh aorta. Hal ini menyebabkan semakin parahnya pengerasan pada pembuluh darah dan semakin tingginya tekanan darah, sehingga menyebabkan lanjut usia mengalami hipertensi (Kowalski, 2010). Menurut data Riskesdas (2013), prevalensi nasional hipertensi pada usia 65 tahun ke atas sebesar 57,6% dan usia 75 tahun ke atas sebesar 63,8%.
Sedangkan Insomnia merupakan keluhan tentang kurangnya kualitas tidur yang di sebabkan karena sulit memasuki tidur, sering terbangun tengah malam kemudian kesulitan untuk kembali tidur, bangun terlalu pagi, dan tidur yang tidak nyenyak. Angka kejadian insomnia akan meningkat seiring bertambahnya usia. Dengan kata lain, gejala insomnia sering terjadi pada orang lanjut usia (lansia), bahkan hampir setengah dari jumlah lansia dilaporkan mengalami kesulitan memulai tidur dalam mempertahankan tidurnya. Sebanyak 50-70% dari semua lansia yang berusia >65 tahun, penelitian sebelumnya juga menyebutkan di Thailand, hampir 50% pasien yang berusia >60 tahun mengalami insomnia (Dewy, 2013). Salah satu upaya penanganan pada penderita hipertensi dan gangguan tidur (insomnia) yang dapat dilakukan yaitu dengan cara terapi komplementer. Salah satu bentuk terapi komplementer yang menggunakan teknik relaksasi adalah terapi relaksasi otot progresif. Terapi relaksasi otot progresif adalah terapi yang terpusat pada suatu aktivitas otot untuk menurunkan ketegangan pada otot dengan melakukan teknik relaksasi agar rileks (Purwanto, 2013). Menurut Maryam (2010), terapi relaksasi otot progresif ini termasuk metode terapi relaksasi yang termurah, mudah dilakukan, tidak terdapat efek samping, dapat membuat pikiran terasa tenang dan tubuh menjadi rileks. Efek relaksasi otot progresif dapat mengurangi nyeri akibat ketegangan, kondisi mental yang lebih baik, mengurangi kecemasan, meningkatkan aktifitas parasimpatis, memperbaiki tidur, menurunkan tekanan darah, meningkatkan kerja fisik sehingga relaksasi otot progresif memiliki efek jangka panjang dalam meningkatkan kualitas hidup (Dhyani, 2015). Penelitian yang telah dilakukan oleh Valentine et al. (2014), terbukti bahwa terapi relaksasi otot progresif dapat menurukan tekanan darah pada hipertensi primer.Penelitian lain juga dilakukan oleh Dayapoglu (2014) mengenai pengaruh latihan relaksasi otot progresif terhadap kelelahan dan kualitas tidur pada multiple sclerosis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan tingkat kelelahan dan peningkatan kualitas tidur pada penderita multiple sclerosis. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di wisma cinta kasih, jumlah lansia yang tinggal di wisma adalah 42 orang. Dari 42 orang tersebut, 70% atau
sekitar 30 orang lansia mengalami hipertensi. Selain itu dari hasil kuisioner PSQI menunjukkan bahwa sekita 50% atau sekitar 22 orang lansia mengalami gangguan kualitas tidur. Dari permasalahan yang muncul, kelompok tertarik untuk melakukan penyuluhan mengenai teknik relaksasi otot progresif guna mengurangi hipertensi dan memperbaiki kualitas tidur pada lansia. B. Tujuan Tujuan Umum : Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit, klien mampu memahami dan mempraktekkan teknik relaksasi otot progresif. Tujuan Khusus : Klien mampu : a. b. c. d.
Menjelaskan pengertian terapi relaksasi otot progresif. Menjelaskan tujuan dilakukan terapi relasasi otot progresif. Menjelaskan manfaat dari teknik relaksasi otor progresif. Menjelaskan langkah-langkah dari teknik relaksasi otot progresif.
C. Materi a. Pengertian terapi relaksasi otot progresif. b. Tujuan terapi relaksasi otot progresif. c. Manfaat terapi relaksasi otot progresif. d. Langkah-langkah teknik relaksasi otot progresif.
D. Kegiatan Penyuluhan a) Topik dan Judul Kegiatan Penyuluhan kesehatan teknik relaksasi otot progresif untuk hipertensi dan gangguan kualitas tidur pada lansia b) Sasaran Lansia di Wisma Cinta Kasih c) Metode Ceramah Diskusi
Tanya Jawab Praktek d) Media Leaflet Power Point Video e) Waktu dan Tempat Waktu : Jumat, 12 april 2019 Pukul : 09.00 – 09.30 Tempat: Wisma Cinta Kasih f) Setting Tempat
Keterangan :
: Media : Fasilitator : Peserta Penyuluhan : Presentator : Dokumentasi
: Moderator : Observer dan Notulen
: Pembimbing Klinik dan CI
g) Pengorganisasian 1) Penanggung jawab : Yulinar Agustina Mengkoordinasi persiapan dan pelaksanaan 2) Moderator : Suci Indah Putri a. Membuka acara b. Menyampaikan susunan acara c. Membuat kontrak waktu d. Memimpin jalannya penyuluhan e. Mengarahkan alur penyuluhan f. Memperkenalkan anggota kelompok dengan klien g. Mengajukan pertanyaan/mengevaluasi peserta penyuluhan h. Menyimpulkan materi tentang penyuluhan i. Menutup acara 3) Presenter: Yara Agustin a. Menyampaikan latar belakang masalah. b. Menyampaikan materi tentang teknik relaksasi otot progresif c. menjawab pertanyaan peserta penyuluhan 4) Observer dan Notulen : Medhia Iqlima, Nana Arfi Surya. a. Mengamati proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir. b. Membuat laporan hasil penyuluhan 5) Fasilitator : Muthia Syedza, Silvina Esa Putri, Ranti Anggasari, dan Erni Cahaya Yanti Gea, Tiara Yalita, Windi a. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya penyuluhan. b. Memfasilitasi peserta untuk berperan aktif selama pertemuan. 6) Dokumentasi : Uci Ramadani Anwar a. Mendokumentasikan acara b. Membuat media utuk penyuluhan H) Susunan acara
No 1
Kegiatan Pendidikan Kesehatan Fasilitaror Peserta (klien) Pembukaan: Menjawab salam Memberi salam
Waktu 5 menit
Mengajukan pertanyaan
Memberikan
pertanyaan
persepsi klien tentang terapi
Menjawab pertanyaan Menyimak
relaksasi otot progresif Mengkomunikasikan pokok bahasan 2
Mengkomunikasikan tujuan Kegiatan Inti :
Menyimak dan mengikuti
Menjelaskan
Mengajukan pertanyaan
materi
dan
pratik
Memperhatikan
Memberi
kesempatan
bertanya
3
dan
menjawab
pertanyaan
Memberikan reinforcement Penutup :
Menyimak
Menyimpulkan materi
Menjawab pertanyaan
Melaksanakan evaluasi
Menjawab salam
Mengucapkan
mengikuti
saran yang diberikan Menyimak
Menjawab pertanyaan
dan
20 menit
5 menit
salam
penutup h) Evaluasi 1. Struktur Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan. Peran dan tugas mahasiswa sesuai perencanaan. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. 2. Proses Semua peserta yang hadir mengikuti kegiatan dari awal
sampai akhir. Paling tidak 4orang peserta yang hadir berperan aktif dalam melakukan teknik relaksasi
Tidak ada peserta yang keluar masuk selama acara berlangsung.
3. Hasil Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan Lansia dapat mengetahui pengertian teknik relaksasi
otot progresif Lansia dapat mengetahui tujuan teknik relaksasi otot
progresif Lansia dapat mengetahui manfaat teknik relaksasi otot
progresif Lansia dapat mengetahui langkah-langkah teknik relaksasi otot progresif
Materi Penyuluhan A. Pengertian Terapi Relaksasi Otot Progresif Relaksasi adalah satu teknik dalam terapi perilaku untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan. Teknik ini dapat digunakan oleh klien tanpa bantuan terapis dan
mereka dapat menggunakannya untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan yang dialami sehari-hari Relaksasi merupakan salah satu cara untuk mengistirahatkan fungsi fisik dan mental sehingga menjadi rileks (Suryani,2015).Relaksasi merupakan kegiatan untuk mengendurkan ketegangan, pertama-tama ketegangan jasmaniah yang nantinya akan berdampak pada penurunan ketegangan jiwa (Wiramihardja,2016). B. Tujuan Relaksasi Progresif bertujuan untuk mengenali apa yang terjadi pada tubuh, sehingga dapat mengurangi ketegangan otot dan dapat melanjutkan kegiatan. C. Manfaat Manfaat dari relaksasi otot progresif ini adalah untuk mengatasi berbagai macam yaitu:
Stres
Kecemasan
Insomnia
Hipertensi (tekanan darah tinggi)
Membangun emosi positif dari emosi negatif.
D. Cara Melakukan Terapi Relaksasi Otot Progresif 1. Menggenggam tangan sambil membuat suatu kepalan dan dilepaskan 2. Meluruskan lengan kemudian tumpukan pergelangan tangan kemudian tarik telapak tangan hingga menghadap ke depan. 3. Diawali dengan menggenggam kedua tangan kemudian membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot-otot beiceps akan menjadi tegang
4. Mengangkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan bahu akan dibawa hingga menyentuh kedua telinga. Fokus perhatian gerakan ini adalah kontras ketegangan yang terjadi di bahu, punggung atas, dan leher.
5. Otot-otot wajah dahi, mata, rahang dan mulut. Gerakan untuk dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot-ototnya terasa dan kulitnya keriput.
6. Gerakan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh otot-otot rahang dengan cara mengatup rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga ketegangan di sekitar otot-otot rahang 7. Gerakan untuk mengendurkan otot-otot sekitar mulut. Bibir dimonyongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di sekitar mulut. 8. Gerakan untuk merilekskan otot-otot leher bagian depan maupun belakang. Letakkan kedua tangan di belakang kepala, kemudian dorong kepala ke belakang sambil tangan menahan dorongan kepala. 9. Gerakan untuk melatih otot leher. Dengan cara membawa kepala ke muka, kemudian klien diminta untuk membenamkan dagu ke dadanya, sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah leher bagian muka
10. Gerakan untuk melatih otot-otot punggung. Gerakan ini dapat dilakukan dengan cara kedua tangan diletakkan di belakang sambil menyentuh lantai dan menahan badan. Kemudian busungkan dada. 11. Gerakan untuk melemaskan otot-otot dada. Klien diminta untuk menarik nafas panjang. Posisi ini ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di bagian dada kemudian diturunkan ke perut. Pada saat ketegangan dilepas, klien dapan bernafas normal. 12. Gerakan melatih otot-otot perut. Gerakan ini dilakukan dengan cara menarik kuat-kuat perut ke dalam, kemudia menahannya sampai perut menjadi kencang dan keras. Setelah 10 detik dilepaskan bebas, kemudian diulang kembali seperti gerakan awal untuk peru ini. 13. Gerakan untuk otot-otot kaki dan bertujuan untuk melatih otot-otot paha, dilakukan dengan cara meluruskan kedua belah telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang. Gerakan ini dilanjkan dengan mngunci lutut sedemikian sehingga ketegangan pindah ke otot-otot betis
14. Sebagaimana prosedur relaksasi otot, klien harus menahan posisi tegang selama 10 detik baru setelah itu melepaskannya. Setiap gerakan dilakukan masing-masing dua kali.
E. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Melakukan Terapi Relaksasi Otot Progresif
a. Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan karena dapat melukai diri sendiri b. Untuk merilekskan otot-otot membutuhkan waktu sekitar 20-50 detik c. Posisi tubuh, lebih nyaman dengan mata tertutup, jangan berdiri. d. Menegangkan kelompok otot dua kali tegangan. e. Melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali, kemudia bagian kiri dua kali f. Memeriksa apakah klien benar-benar rileks g. Terus-menerus memberikan instruksi dan tidak terlalu cepat, dan tidak terlalu lambat
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L. M, (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu Depkes RI, (2015). Pelayanan Dan Peningkatan Kesehatan Usia Lanjut. Diakses pada tanggal 7 April 2019. Gemilang, J, (2013). Buku Pintar Manajemen stres dan Emosi. Yogyakarta: Mantra Books. Martono, H. H & Pranarka, K. (2011). Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi 4 cetakan ke-3. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Nugroho, W. (2012). Keperawatan Gerontik & Geriatrik Edisi 3. Jakarta: EGC Setyoadi, Kushariyadi, (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Jiwa pada Klien Psikogeriatrik. Jakarta : Salemba Medika. Triyanto, E. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu. Yogyakarta: graha Ilmu. Vitahealth, (2016). Hipertensi. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama