Atelektasis.docx

  • Uploaded by: Berkah Property
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Atelektasis.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,046
  • Pages: 12
Press question mark to see available shortcut keys

Region Privacy Policy - Terms of Service - Maps Terms ©2017 Google Search

early erly Public Jun 3, 2012 ATELEKTASIS DEFINISI · kolapsnya

paru atau alveolus disebut atelektasis, alveolus yang kolaps tidak mengandung udara sehingga tidak dapat ikut serta di dalam pertukaran gas. kondisi ini mengakibatkan penurunan luas permukaan yang tersedia untuk proses difusi dan kecepatan pernafasan berkurang. ( elizabeth j.corwin , 2009). · Atelektasis adalah penyakit restriktif akut yang umum terjadi, mencakup kolaps jaringan paru atau unit fungsional paru. Atelektasis merupakan masalah umum klien pascaoperasi. · Ateletaksis adalah ekspansi yang tidak sempurna paru saat lahir (ateletaksis neokatorum) atau kolaps sebelum alveoli berkembang sempurna, yang biasanya terdapat pada dewasa yaitu ateletaksis didapat (acovired aeletacsis). · Atelektasis (Atelectasis)adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal. · Atelektasis adalah suatu keadaan paru atau sebagian paru yang mengalami hambatan berkembang secara sempurna sehingga aerasi paru berkembang atau sama sekali tidak terisi udara. Sebagai dasar gambaran radiologis pada atelektasis adalah pengurangan volume bagian paru baik lobaris, segmental atau seluruh paru, dengan akibat kurangnya aerasi sehingga memberi bayangan lebih suram (densitas tinggi) dengan penarikan mediastinum kearah atelektasis, sedangkan diafragma tertarik ke atas dan sela iga menyempit. Dengan adanya atelektasis, maka bagian paru sekitarnya mengalami suatu enfisema kompensasi yang kadang-kadang begitu hebatnya sehingga terjadi herniasi hemithorak yang sehat kearah hemethorak yang atelektasis.

ANATOMI FISIOLOGI Saluran pernapasan udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan bronkhiolus. Saluran dari bronkus sampai bronkiolus dilapisi oleh membran mukosa yang bersilia. Udara mengalir dari faring menuju laring atau kotak suara, laring merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot dan mengandung pita suara. Trakea disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya kurang lebih 5 inci. Struktur trakea dan bronkus dianalogkan sebagai suatu pohon dan oleh karena itu dinamakan pohon trakeobronkial. Bronkus terdiri dari bronkus kiri dan kanan yang tidak simetris, bronkus kanan lebih pendek dan lebar dan merupakan kelanjutan dari trakea, cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan bronkus segmentalis, percabangan ini berjalan menuju terus menjadi bronkus yang ukurannya sangat kecil sampai akhirnya menjadi bronkus terminalis yaitu saluran udara yang mengandung alveoli, setelah bronkus terminalis terdapat asinus yaitu tempat pertukaran gas. Paru-paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut, yang terletak dalam rongga dada atau thorak. Kedua paru-paru saling berpisah oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar. Setiap paru-paru mempunyai apek dan basis. Pembuluh darah paru-paru dan bronchial, saraf dan pembuluh darah limfe memasuki tiap paru-paru pada bagian hilus dan membentuk akar paru-paru. Paru-paru kanan lebih besar daripada paru-paru kiri. Paruparu kanan dibagi tiga lobus oleh fisura interlobaris, paru-paru kiri dibagi dua lobus. Lobuslobus tersebut dibagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya. Suatu lapisan yang kontinu mengandung kolagen dan jaringan elastis dikenal sebagai pleura yang melapisi rongga dada (pleura parietalis) dan menyelubungi setiap paru-paru (pleura vesiralis). Peredaran darah paru-paru berasal dari arteri bronkilais dan arteri pulmonalis. Sirkulasi bronchial menyediakan darah teroksigenasi dari sirkulasi sistemik dan berfungsi memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan paru-paru. Arteri bronchial berasal dari aortatorakalis dan berjalan sepanjang dinding posterior bronkus. Vena bronkialis yang besarmengalirkan darahnya ke dalam sistem azigos, yang kemudian bermuara pada vena cava superior dan mengembalikan darah ke atrium kanan. Vena bronkialis yang lebih kecil akan mengalirkan darah vena pulmonalis. Karena sirkulasi bronchial tidak berperan pada pertukaran gas, darah yang tidak teroksigenasi mengalami pirau sekitar 2 sampai 3% curah jantung. Arteri pulmonalis yang berasal dari ventrikel kanan mengalirkan darah vena campuaran keparu-paru di mana darah tersebut mengambil bagian dalam pertukaran gas. Jalinan kapiler paru-paru yang halus mengitari dan menutupi alveolus, merupakan kontak erat yang diperlukan untuk proses pertukaran gas antara alveolus dan darah. Darah yang teroksigenasi kemudian dikembalikan melalui vena pulmonaliske ventrikel kiri, yang selanjutnya membagikan kepada sel-sel melalui sirkulasi sistemik. Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-gelembung (gelembung hawa = alveoli). Gelembung – gelebung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya lebih kurang 90 m2 pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan). Paru-paru sendiri dibagi mejadi dua, yakni : · Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belah paru), Ø Lobus pulmo dekstra superior Ø Lobus medial

Ø Lobus inferior Tiap lobus tersusun oleh lobulus. · Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinister lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri atas belahan-belahan yang lebih kecil bernama segment.

ETIOLOGI Klasifikasi atelektasis berdasarkan penyebabnya ialah (Elizabeth J.Corwin , 2009): · Atelektasis Kompresi Atelektasis kompresi terjadi ketika sumber dari luar alveolus menimpa kan gaya yang cukup besar pada alveolus sehingga alveolus kolaps. Hal ini terjadi jika dinding dada tertusuk atau terbuka, karena tekanan atmosfir lebih besar daripada tekanan yang menahan paru mengembang ( tekanan pleura ) dan dengan pajanan tekanan atmosfir paru akan kolaps. Atelekasis kompresi juga dapat terjadi jika terdapat tekanan yang bekerja pada paru atau alveoli akibat pertumbuhan tumor. Distensi abdomen, atau edema, dan pembengkakan ruang interstitial yang mengelilingi alveolus. · Atelektasis Acquired atau Didapat. Atelektasis pada dewasa, termasuk gangguan intratoraks yang menyebabkan kolaps dari ruang udara, yang sebelumnya telah berkembang. Jadi terbagi atas atelektasis absorpsi, kompresi, kontraksi dan bercak. Istilah ini banya menyangkut mekaanisme dasar yang menyebabkan paru kolaps atau pada distribusi dari perubahan tersebut. Ø Altelektasis absorpsi terjadi jika saluran pernapasan sama sekali tersumbat sehingga udara tidak dapat memasuki bagian distal parenkim. Udara yang telah tersedia secara lambat laun memasuki aliran darah, disertai dengan kolapsnya alveoli. Tergantung dari tingkat obstruksi saluran udara, seluruh paru, merupakan lobus yang lengkap, atau bercak segmen dapat terlibat. Penyebab tersering dari kolaps absorbsi adalah abstruksi bronchus oleh suatu sumbatan mucus. Hal ini sering terjadi pasca operasi. Asma bronchial, bronkiektasis dan bronchitis akut serta kronis, dapat pula menyebabkan obstruksi akut serta kronis. Dapat pula menyebabkan obstruksi akut serta kronis, dapat pula menyebabkan obstruksi karena sumbatan bahan mukopurulen. Kadang-kadang obstruksi disebabkan oleh aspirasi benda asing atau bekuan darah, terutama pada anak atau selama operasi rongga mulut atau anestesi. Saluran udara dapat juga ter sumbat oleh tumor, terutama karsinoma bronkogenik dengan pembesaran kelenjar getah bening (seperti pada tuberculosis, contohnya) dan oleh aneurisma pembuluh darah. Ø Atelektasis kompresi paling sering dihubungkan dengan penimbunan cairan darah atau udara dalam kavum pleura, yang secara mekanis menyebabkan kolaps paru di sebelahnya. Ini adalah kejadian yang sering pada efusi pleura dari penyebab apa pun, namun mungkin yang paling sering dihubungkan dengan hidrotoraks pada payah jantung kongesti. Pneumotoraks dapat juga menyebabkan atelektasis kompresi pada penderita dengan tirah baring dan penderita denan asites, atelaktasis basal menyebabkan posisi diafragma yang lebih tinggi. Ø Atelektasis kontraksi terjadi bila perubahan fibrosis pada paru dan pleura yang menghambat ekspensi dan meningkatkan daya pegas pada ekspirasi. Ø Atelektasis bercak bearti adanya daeah kecil-kecil dari kolaps paru, sepeti terjadi pada obstruksi bronkioli yang multiple karena sekresi atau eksudat pada kedua sindrom gawat napas orang dewasa dan bayi. Pada sebagian kecil kasus, atelektasis terjadi karena patogenesis tertentu

yang menyertai jelas pada dinding dada. Atelektasis didapat (acquired) dapat akut atau kronis. Biasanya timbul karena sumbatan mucus yang relatif akut, yang menjadi manifest karena mendadak timbul sesak napas. Memang peristiwa sesak napas akut dalam 48 jam setelah satu prosedur pembedahan, hampir selalu didiagnosis sebagai atelektasis. Yang penting adalah atelektasis dapat didiagnosis dini dan terjadi reekspensi yang tepat dari paru yang terkena, karena perenkim yang kolaps amit peka terhadap infeksi yang menunggagi. Atelektasis persisten segmen paru mungkin merupakan bagian penting untuk terjadinya karsinoma bronkogenik yang diam-diam. Berdasarkan luasnya atelektasis: · Massive atelectase, mengenai satu paru · Satu lobus, percabangan main bronchus Berdasarkan lokasi atelektasis: · Atelektasis lobaris bawah: bila terjadi dilobaris bawah paru kiri, maka akan tersembunyi dibelakang bayangan jantung dan pada foto thorak PA hamya memperlihatkan diafragma letak tinggi. · Atelektasis lobaris tengah kanan (right middle lobe). Sering disebabkan peradangan atau penekanan bronkus oleh kelenjar getah bening yang membesar. · Atelektasis lobaris atas (upper lobe): memberikan bayangan densitas tinggi dengan tanda penarikan fissure interlobaris ke atas dan trakea ke arah atelektasis. · Atelektasis segmental: kadang-kadang sulit dikenal pada foto thoraj PA, maka perlu pemotretan dengan posisi lain seperti lateral, miring (obligue), yang memperlihatkan bagian uang terselubung dengan penarikan fissure interlobularis. · Atelektasis lobularis (plate like/atelektasis local). Bila penyumbatan terjadi pada bronkus kecil untuk sebagian segmen paru, maka akan terjadi bayangan horizontal tipis, biasanya dilapangan paru bawah yang sering sulit dibedakan dengan proses fibrosis. Karena hanya sebagian kecil paru terkena, maka biasanya tidak ada keluhan. · Atelektasis pada lobus atas paru kanan. Kolaps pada bagian ini meliputi bagian anterior, superior dan medial. Pada foto thorak PA tergambarkan dengan fisura minor bagian superior dan mendial yang mengalami pergeseran. Pada foto lateral, fisura mayor bergerak ke depan, sedangkan fisura minor dapat juga mengalamai pergeseran ke arah superior. PATOFISIOLOGI Setelah penyumbatan bronchial yang terjadi secara mendadak sirkulasi darah perifer akan diserap oleh udara dari alveoli, yang akan menyebabkan terjadinya kegagalan pernapasan dan penarikan kembali paru-paru dalam beberapa menit, hal ini tanpa desebabkan adanya infeksi. Paru-paru akan menyusut secara komplek. Dalam tingkat awal, perfusi darah paru-paru akan kekurangan udara yang menyebabkan hipoksemi arterial. Jika kapiler dan jaringan hipoksia mengakibatkan timbulnya transudat berupa gas dan cairan serta udem paru. Pengeluaran transudat dari alveoli dan sel merupakan pencegahan komplit kolaps dari atelektasis paru. Daerah sekitar paru-paru yang mengalami udem kompensata sebagian akan kehilangan volume. Bagaimanapun juga pada kasus kolaps yang luas diafragma mengalami paninggian, dinding dada nyeri dan hal ini akan mempengaruhi perubahan letak hati dan mediastinum. Sesak yang disebabkan merupakan variasi perubahan stimulus pusat respirasi dan kortek serebral. Stimulus berasal dari kemoreseptor di mana terdapat daerah atelektasis yang luas yang menyebabkan tekanan O2 kurang atau berasal dari paru-paru dan otot pernapasan, dimana paruparu kekurangan oksigen tidak terpenuhi dan penambahan kerja pernapasan. Kiranya aliran

darah pada daerah yang mengalami atelektasis berkurang. Tekanan CO2 biasanya normal atau seharusnya turun sedikit dari sisa hiperventilasi parenkim paru-paru yang normal. TANDA DAN GEJALA Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya menyebabkan sesak nafas yang ringan. Penderita sindroma lobus medialis mungkin tidak mengalami gejala sama sekali, walaupun banyak yang menderita batuk-batuk pendek. Gejalanya bisa berupa: · gangguan pernafasan. · nyeri dada. · batuk. Jika disertai infeksi, bisa terjadi demam dan peningkatan denyut jantung, kadang-kadang sampai terjadi syok (tekanan darah sangat rendah). KOMPLIKASI Atelektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan paru yang terserang dengan jaringan fibrosis dan juga atelektasis dapat menyebabkan pirau (jalan pengalihan) intrapulmonal (perfusi ventilasi) dan bila meluas, dapat menyebabkan hipoksemia. PENATALAKSANAAN Tujuan pengobatan adalah mengeluarkan dahak dari paru-paru dan kembali mengembangkan jaringan paru yang terkena. Tindakan yang biasa dilakukan: · Berbaring pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena kembali bisa mengembang. · Menghilangkan penyumbatan, baik melalui bronkoskopi maupun prosedur lainnya. · Latihan menarik nafas dalam (spirometri insentif). · Perkusi (menepuk-nepuk) dada untuk mengencerkan dahak. · Postural drainase. · Antibiotik diberikan untuk semua infeksi. · Pengobatan tumor atau keadaan lainnya. · Pada kasus tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang, menyulitkan atau menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru-paru yang terkena mungkin perlu diangkat Setelah penyumbatan dihilangkan, secara bertahap biasanya paru-paru yang mengempis akan kembali mengembang, dengan atau tanpa pembentukan jaringan parut ataupun kerusakan lainnya; · Pemeriksaan bronkoskopi harus segera dilakukan, apabila atelektasis terjadi karena penyumbatan benda asing. Pemberian oksigenasi harus diberikan pada penderita sesak dan sianosis. Terapi yang diberikan biasanya simtomatis seperti anti sesak, bronkodilator, antibiotik dan kortikosteroid. Fisioterafi sangan berguna seperti perubahan posisi, masase, latihan pernapasan sangat membantu dalam pengembangan kembali paru yang kempis. · Pada infeksi yang kronis biasanya dilakukan pemeriksaan bakteriologis yang lebih teliti dan lobektomi sebaiknya tidak dilakukan kecuali jika nfeksi kronis dan melibatkan bagian paru yang sehat atau sudah terjadi bronliektasis pada daerah yang cukup luas. PENCEGAHAN Pengobatan atelektasis didasarkan pada etiologi penyakit. Namun demikian pencegahan adalah

faktor terpenting. Kerangka kerja terapi yang mendasar adalah mobilisasi dini dan perubahan posisi sering pada klien tirah baring atau klien pascaoprasi. Napas dalam dengan teratur penting karena pada klien ini umunya terjadi penurunan kesadaran akibat pengaruh anestesi, penurunan mobilitas, dan nyeri (Hanneman, 1995). Bronchodilator dan mukolitik, jika diindikasikan, dan fisioterapi dada akan sangat membantu, ventilasi yang adekuat dapat ditingkatkan denan perubahan posisi, batuk efektif, napas dalam, atau spirometri insentif. Tanggung jawab keperawatan dalam hal ini adalah memberikan penyuluhan kesehatan tentang pentingnya teknik pernapasan termasuk latihan napas dalam dan teknik batuk efektif, dan aktifitas fisik lainnya sesuai dengan toleransi klien. Tindakan ini terutama penting untuk klien pascaoperatif dan tirah baring. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya atelektasis: · Setelah menjalani pembedahan, penderita harus didorong untuk bernafas dalam, batuk teratur dan kembali melakukan aktivitas secepat mungkin. · Meskipun perokok memiliki resiko lebih besar, tetapi resiko ini bisa diturunkan dengan berhenti merokok dalam 6-8 minggu sebelum pembedahan. · Seseorang dengan kelainan dada atau keadaan neurologis yang menyebabkan pernafasan dangkal dalam jangka lama, mungkin akan lebih baik bila menggunakan alat bantu mekanis untuk membantu pernafasannya. Mesin ini akan menghasilkan tekanan terus menerus ke paruparu sehingga meskipun pada akhir dari suatu pernafasan, saluran pernafasan tidak dapat menciut. · Dorong klien untuk napas dalam dan bentuk efektif untuk mencegah penumpulan sekresi dan untuk mengeluarkan eksidat. · Ubah posisiklien dengan sering dan teratur, terutama dari posisi telentang ke posisi tegak, untuk meningkatkan ventilasi dan mencegak akumulasi sekresi. · Tingkatkan ekspensi dada yang repat selama bernapas untuk penyebaran udara dalam paru-paru secara menyeluruh. · Berikan medikasi atau sedatif secara biajaksana untuk mencegah depresi pernapasan. · Lakukan pengisapan untuk mengeluarkan sekresi trakheobron khiolar. · Lakukan drainase postural dan perkusi dada. · Dorong aktivitas atau ambulasi dini. · Ajarkan teknik sporometri insensif yang tepat.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan klinis dan gambaran radiologis yang jelas dari berkurangnya ukuran paru-paru (digambarkan dengan adanya penarikan tulang iga, peninggian diafragma, penyimpangan dari trakea, jantung dan mediastinum dan sela lobus kehilangan udara, di celah interlobus menjadi bergeser atau tidak pada tempatnya, dan densitas pada lobus menjadi lebih opak, seperti pada bronkus, pembuluh darah kelenjar limfe menjadi tidak beraturan. Dan pemeriksaan khusus misalnya dengan bronkoskopi dan bronkografi, dapat degan tepat menetukan cabang bronkus yang tersumbat. PROGNOSIS Pada umumnya atelektasis dapat hilang jika penyebab obstruksi telah dihilangkan kecuali jika ada infeksi sekunder. Cepat lambatnya pnyembuhan tergantung pula pada luasnya daerah atelektasis dan atelektasis. Atelektasis pada umumnya mudah terjadi infeksi, karena gerakan

mukosilier pada bronkus yang bersangkutan terganggu, sehingga efek batuk tidak bekerja. Jika infeksi ini berlangsung lebih lanjut, dapat pula mengakibatkan bronkiektasis atau abses paru. MANIFESTASI KLINIK Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya menyebabkan sesak nafas yang ringan.Penderita sindroma lobus medialis mungkin tidak mengalami gejala sama sekali, walaupun banyak yang menderita batuk-batuk pendek. · dispnea dengan pola nafas cepat dan dangkal · Takikardi · Sianosis · temperatur tinggi · penurunan kesadaran atau syok · Bunyi perkusi redup · Pada atelektasis yang luas bising nafas akan melemah atau sama sekali tidak terdengar · terdapat perbedaan gerak dinding thorak, gerak sela iga dan diafragma · Pada perkusi mungkin batas jantung dan mediastinum akan bergeser, letak diafragma mungkin meninggi. PEMERIKSAAN PENUNJANG · Rontgen dada Menunjukan adanya daerah bebas udara di paru-paru · CT scan Menentukan penyebab terjadinya penyumbatan · GDA Untuk menunjukan derajat hipoksemia dan keadekuatan ventilasi alveolar GAMBARAN RADIOLOGIS Paru dapat dikatakan mengalami atelektasis bilamana seluruh/ sebagian paru-paru mengempis, akan ada suatu bayangan homogen pada belah itu, dengan jantung dan trakhea beranjak ke jurusan itu dan diafragma terangkat. Bilamana hanya satu lobus yang atelaktasis disebabkan oleh penyumbatan bronkhial, mungkin kelihatan dua kelainan yang karakteristik. Kelainan pertama adalah suatu bayangan yang homogen daripada lobus yang kempis itu sendiri, yang akan menempati ruangan yang lebih kecil daripada bilamana ia berkembang sama sekali. Suatu lobus kanan atas yang kempis akan kelihatan sebagai suatu daerah yang opak pada puncak, dengan batas tegas yang bersifat konkaf di bawahnya di dekat klavikula yaitu yang diakibatkan oleh fisura horizontalis yang terangkat. Lobus kiri atas bilamana kempis biasanya mencakup lingula, dan bayangan yang diakibatkannya adalah lebih tidak tegas tanpa batas bawah yang tegas. Akan tetapi pada proyeksi lateral akan kelihatan suatu bayangan berbentuk lidah dengan puncaknya dekat diafragma; di sebelah anterior, ini mungkin sampai kepada sternum, atau mungkin dipisahkan oleh suatu daerah yang translusen yang disebabkan oleh paru-paru kanan yang menyelip diantaranya dan sternum di sebelah posterior bayangan itu mempunyai batas yang tegas dengan batas konkaf yang disebabkan oleh fisura besar yang terdesak ke depan. Suatu lobus tengah akan menyebabkan suatu bayangan yang sangat tidak tegas pada proyeksi anterior, akan tetapi mungkin mengaburkan batas daripada jantung kanan, pada proyeksi lateral ia akan kelihatan sebagai suatu bayangan berbentuk pita yang membujur dari hilus ke angulus

sterno-diafragmatikus. Batas atasnya yang tegas dibentuk oleh fisura horizontalis yang terdekat, sedangkan batas belakangnya yang konkaf oleh fisura mayor yang terdesak ke depan. Lobus bawah yang kempis menyebabkan suatu bayangan berbentuk segitiga, dengan batas lateral yang tegas yang membujur ke bawah dan keluar dari daerah hilus ke diafragma. Oleh karena ia biasanya terletak di belakang bayangan jantung, ia hanya dapat dilihat bilamana radiograf adalah baik. Pada proyeksi lateral bayangan mungkin kabur sekali, akan tetapi biasanya kehadirannya memberikan tiga gambar; vertebrae torakalis di sebelah bawah akan kelihatan lebih berwarna abu-abu daripada hitam daripada vertebrae di sebelah tengah; bagian posterior daripada bayangan diafragma kiri akan tidak dapat dilihat; dan akhirnya, daerah vertebrae bawah di belakang bayangan jantung akan kurang hitam daripada daerah translusen di belakang sternum. Gejala-gejala yang karakteristik lainnya adalah konsekuensi daripada bayangan-bayangan vaskuler menjadi kabur di dalam opasitas umum daripada lobus yang tidak mengandung udara, sedangkan bayangan pembuluh-pembuluh darah di dalam lobus yang lain adalah lebih memencar oleh karena ia mengisi suatu volume yang lebih besar. Pembuluh-pembuluh darah hilus pada sebelah yang terkena penyakit akan menunjukkan suatu konveksitas lateral dan bukan suatu konkafitas seperti dalam keadaan normal pada tempat dimana grup daripada lobus atas bertemu dengan arteria basalis di samping itu, hilus akan menjadi lebih kecil daripada di sebelah yang lain, sedangkan pembuluh-pembuluh darah paru-paru akan lebih memencar sehingga per unit daerah akan kelihatan lebih sedikit daripada di sebelah yang lain (normal). Hanya akan ada sedikit atau sama sekali tidak ada translusensi yang relatif, oleh karena aliran kapiler bertambah besar, sedangkan pendesakan trakhea atau peninggian diafragma biasanya sedikit dan jantung beralih hanya sedikit ke jurusan lobus yang kempis yaitu pada kolaps daripada lobus bawah, atau yang lebih sering sama sekali tidak pada kolaps daripada lobus atas.

ASUHAN KEPERAWATAN · PENGKAJIAN Ø Keluhan Utama Keluhan utama pada atelektasis keluhan utama yang dirasakan adalah § Sesak nafas § Nyeri dada Ø Riwayat penyakit sekarang Pasien merasakan sesak nafas, setelah beraktivitas dan merasakan nyeri dada pada bagian yang terkena atelektasis. Ø Riwayat penyakit dahulu Pada saat lahir pasien pernah mengalami kelainan yaitu setelah lahir belum sempat terjadi tangisan yang pertama. Ø Riwayat psiko social § Pasien merasakan cemas karena mengalami nyeri § Pasien jarang berkomunikasi dengan lingkungan sekitar Ø Pola aktivitas sehari-hari § Mobilisasi berkurang karena pasien sesak nafas jika pasien banyak melakukan aktivitas § Pola istirahat, tidur pasien menjadi berkurang atau tidak teratur § Pemasukan nutrisi dan cairan berkurang · DIAGNOSA KEPERAWATAN Ø Gangguan pertukaran gas dapat dihubungkan dengan perubahan membran alveolar –

kapiler(efek inflamasi), gangguan kapasitas pembawa oksigen tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam pasien menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan kriteria hasil: pertukaran gas dapat dipertahankan intervensi: MANDIRI § kaji frekuensi kedalaman pernafasan . R/untuk mengevaluasi derajat distres pernafasan pernafasan atau proses penyakit . § tinggikan kepala tempat tidur bantu pasien memilih posisi yang mudah untuk bernafas.dorong pasien untuk penafasan dalam atau nafas bibir. R/pengiriman oksigen dapat di perbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas. § Auskultasi bunyi nafas,cacat area penurunan aliran udara /bunyi tambahan ,(ronki,mengi,redup). R/bunyi nafas mungkin redup karena penurunan aliran udara,adanya mengi mengindikasikan spasme bronkus. § Palpasi fremitus (getaran vibrasi pada saat palpasi) R/penurunan getaran fibrasi diduga ada pengumpulan cairan. § Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. R/selama distres pernafasan berat/akut ,pasien secara total tidak mampu melakukan aktivitas sehari – hari. § Awasi tanda – tanda vital dan irama jantung. R/takikardia dan perubahan tekanan darah yang dapat menunjukan adanya hipoksemia sistemik pada fungsi jantung. KOLABORASI § Awasi /gambaran seri GDA dan nadi R/PaCO2 biasanya meningkat (bronchitis,emfisema)dan PaCO2 secara umum menurun ,sehingga terjadi hipoksia . § Berika oksigen tambahan sesuai degan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien. R/memperbaiki atau mencegah memburuknya hipoksia. § Bantu intubasi ,berikan /pertahankan ventilasi mekanik § R/terjadinya kegagalan nafas yang akan datang memerlukan upaya penyelamatan hidup. Ø Bersihan jalan nafas tidak efektif dapat dihubungkan dengan Peningkatan produksi sputum. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam pasien menunjukan perilaku mencapai bersihan jalan nafas. kriteria hasil: Klien dapat mempertahankan jalan nafas secara efektif. intervensi:

MANDIRI § auskultasi bunyi nafas.catat adanya bunyi nafas ,misal: mengi ,ronki. R/beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obtruksi jalan nafas dan terdapat nafas adventisius. § kaji frekwensi kedalaman pernafasan dan gerakan dada. R/pernafasan dangkal dan gerakan dada tidak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada/cairan paru.

§ berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari ,kecuali kontra indikasi,tawarkan air hangat. R/cairan (khususnya air hangat)memobilisasi § observasi warna kulit,membran mukosa,dan kuku R/sianosis kuku menunjukan adanya vasokontruksi,sianosis membram mukosa dan kulit sekitar mulut menunjukan hipoksemia sistemik

KOLABORASI Berikan obat sesuai indikasi § bronkodilator,mis :egonis :epinefrin (adrenalin ,vaponefrin ) Xantin ,mis:aminofilin ,oxtrifilin. R/merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti lokal. § berikan humidikasi tambahan,mis:nebulizer ultranik,humidifier aerosol ruangan R/kelembaban menurunkan kekentalan sekret dan mempermudah pengeluaran secret. § berikan pengobatan pernafasan ,mis ;fisioterapi dada R/drainase postural dan perkusi bagian penting untuk mengencerkan secret.dan memperbaiki ventilasi pada segmen ASPEK LEGAL ETIK · Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya. · Nonmaleficience Prinsip menghindari tindakan yg membahayakan. Bahaya dpt berarti dengan sengaja, risiko atau tidak sengaja membahayakan. · Beneficience Prinsip bahwa seseorang harus melakukan kebaikan. Perawat melakukan kebaikandengan mengimplementasikan tindakan yg menguntungkan/bermanfaat bagi klien.Dapat terjadi dilema bila klien menolak tindakan tersebut, atau ketika petugas kesehatan berperan sebagai peneliti} · Justice Prinsip bahwa individu memiliki hak diperlakukan setara. · Fidelity Prinsip bahwa individu wajib setia terhadap komitmen atau kesepakatan dan tentang jawab yg dimiliki.Kesetiaan jg melibatkan aspek kerahasiaan / privasi dan komitmen adanya kesesuaianantara informasi dgn fakta. · Veracity Mengacu pada mengatakan kebenaran. Bok (1992) mengatakan bahwa bohong pada orang yg sakit atau menjelang ajal jarang dibenarkan.Kehilangan kepercayaan thd perawat dan kecemasan karena tdk mengetahui kebenaran biasanya lebih merugikan. ADVOKASI Dalam kasus ini, peran perawat sebagai advokat harus bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam hal inform concern atas tindakan keperawatan yang dilakukan. Selain

itu juga harus mempertahankan dan melindungi hak-hak klien serta memastikan kebutuhan klien terpenuhi.Serta pemberian informasi yang lengkap kepada klien.

JURNAL Judul: mengatur sintesis surfaktan fosfolipid dan diperlukan untuk transisi ke menghirup udara pada tikus penulis: James P Jembatan, Machiko Ikegami, Lauren L Brilli, Xueni Chen, et al. Journal of Clinical Investigation. Ann Arbor: Mei 2010. Vol. 120, Edisi 5; pg. 1736, 13 pgs Abstrak : Sindrom distres pernapasan (RDS), yang merupakan penyebab utama kematian pada bayi prematur, disebabkan oleh defisiensi surfaktan. Yang paling penting fosfolipid dan melimpah di surfaktan paru jenuh fosfatidilkolin (SatPC), yang disintesis dalam sel-sel alveolar tipe II de novo atau oleh reacylation deacylation-spesies fosfatidilkolin yang ada. Kami baru-baru kloning dan sebagian ditandai enzim mouse dengan karakteristik lysophosphatidylcholine paru acyltransferase (LPCAT1) yang kita diperkirakan akan terlibat dalam sintesis surfaktan. Di sini, kami menjelaskan penelitian kami menyelidiki apakah LPCAT1 diperlukan untuk homeostasis surfaktan paru. Untuk mengatasi masalah ini, kami menghasilkan tikus bantalan alel hypomorphic dari Lpcat1 (selanjutnya disebut sebagai tikus Lpcat1GT/GT) menggunakan strategi genetrap. Tikus baru lahir menunjukkan Lpcat1GT/GT kematian perinatal bervariasi dari kegagalan pernapasan, dengan hewan yang terkena menunjukkan keunggulan dari gangguan pernapasan seperti atelektasis dan membran hialin. Tingkat mRNA Lpcat1 berkurang pada tikus yang baru lahir dan langsung Lpcat1GT/GT berkorelasi dengan konten SatPC, aktivitas LPCAT1, dan kelangsungan hidup. Surfaktan diisolasi dari tikus mati Lpcat1GT/GT gagal untuk mengurangi tegangan permukaan minimum untuk wild type tingkat. Secara kolektif, data ini menunjukkan bahwa aktivitas penuh LPCAT1 diperlukan untuk mencapai tingkat SatPC penting bagi transisi ke menghirup udara.

DAFTAR PUSTAKA http://www.spesialis.info/?atelektasis%28atelectasis%29,988 http://medicastore.com/penyakit/422/Atelektasis_Atelectasis.html http://adriyanii.blogspot.com/2010/11/atelektasis.html Somantri Irman.2008.keperawatan medikal badah:asuhan keperawatan dengan gangguan sistem pernapasan.Jakarta.Salemba medika Suzanne C. Smeltzer &Brenda G. Bare.2001.buku ajar keperawatan medikal bedah edisi 8 vol.1.penerbit buku kedokteran:EGC.Jakarta http://medicom.blogdetik.com/2009/03/12/atelektasis/ http://duniakeperawatan2011.blogs pot.com/2011/04/askep-atelektasis-paru.html

Atelektasis (Atelectasis) - | Cara Pengobatan Penyakit Situs kesehatan dan kedokteran yang menyediakan ratusan artikel kesehatan, informasi tentang penyakit, cara pengobatan dan pencegahan penyakit, serta tips-tips kesehatan praktis untuk masyarakat. spesialis.info 2 plus oneView activitytata nunna

More Documents from "Berkah Property"

Resume Demensia.docx
April 2020 4
Atelektasis.docx
April 2020 5
Api Pk Nofi.docx
April 2020 5
Penerjemah Tersumpah
November 2019 23