Asuhan Keperawatan Transplantasi Ginjal.docx

  • Uploaded by: dr.Syahpri PW SpPD
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Asuhan Keperawatan Transplantasi Ginjal.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,046
  • Pages: 11
ASUHAN KEPERAWATAN TRANSPLANTASI GINJAL

 Tujuan di akhiri pembelajaran peserta mampu :  Menyebutkan pengertian transplantasi ginjal  Seleksi donor / kriteria donor  Menyebutkan jenis donor  Melaksanakan asuhan keperawatan pasien pre dan post transplantasi ginjal. Pendahuluan  Transplantasi ginjal merupakan suatu upaya menunjang kelancaran hidup klien dengan gagal ginjal kronik. Transplantasi ginjal pertama kali dapat dilakukan pada tahun 1950 dan pada tahun 1954 oleh Murray, Merill, dan Harison di Boston. Angka keberhasilan dalam satu tahun adalah 85 – 90% dari donor ginjal yang hidup, 75-80% dari ginjal Cadaver, 65-70% dari ginjal saudara kandung atau keluarga dan 90% dari kembar identik. Konsep Dasar Transplantasi 1. Pengertian 2. Seleksi donor/ kriteria donor 3. Prosedur pembedahaan 4. Komplikasi I. Pengertian  Transplantasi ginjal adalah pembedahaan ginjal manusia yang ditransfer dari satu individu ke individu lain (Lucman and Sorensen)  Transplantasi ginjal adalah memindahkan ginjal donor dan menempatkannya pada fosa iliaka klien sisi kontra lateral. (Sylvia A. Price)  Transplantasi ginjal merupakan insersi pembedahan ginjal manusia dari sumber yang hidup atau ginjal cadaver kepada klien dengan penyakit ginjal tahap akhir, untuk mengganti hilangnya fungsi ginjal yang normal (Gorzemen and Bawdain) II. Seleksi donor – resipien  Kriteria umum memandu pemilihan untuk transplantasi ginjal : ◦ Usia dievaluasi secara individual, meskipun resipien biasanya lebih muda dari 60 tahun. Mereka yang lebih tua dari 50 tahun mungkin akan mengalami komplikasi. ◦ Penyakit gastrointestinal, penyakit hati, dan infeksi akut atau kronik termasuk AIDS harus tidak ada atau telah diobati. ◦ Klien harus mempunyai motivasi untuk transplantasi. Terdapat beberapa persyaratan untuk pemilihan pasangan donor / resipien untuk transplantasi ginjal :  Pemantauan kompatibilitas (kecocokan)  Donor hidup  Donor cadaveric (mayat)

Pemantauan compatibilitas (kecocokan )  Pemeriksaan Sel darah merah antara donor dan resipien untuk menghindari reaksi yang dapat menyebabkan kehilangan organ.  Pengujian histologi (pencocokan jaringan) untuk menentukan kecocokan lebih lanjut antara donor dan resipien serta meningkatkan penerimaan organ.  Pencocokan silang antara donor dan resipien yang harus dilakukan sebelum transplantasi, pemeriksaan ini memerlukan waktu 6-8 jam. Pencocokan silang (+) adalah kontraindikasi untuk transplantasi karena resipien potensial mempunyai anti bodi yang akan menyerang tadur donor dan pencocokan (-) diperlukan untuk pemilihan resipien. Donor Hidup  Jika semua penentuan kompabilitas sesuai maka, orang hidup dapat mendonorkan ginjalnya. Kebanyakan donor hidup adalah: saudara kandung (sibling, orang tua atau anak) atau yang mempunyai hubungan secara emosional (pasangan atau orang terdekat).  Potensi terbesar terhadap keberhasilan adalah : bila donor dan resipien mempunyai antigen identik yang diwariskan dari orang tuanya.  Donor hidup bebas dari penyakit yang mendasari, mempunyai dua ginjal, dan pendonoran dapat dilakukan tanpa adanya kerugian bagi kesejahteraan donor.  Transfusi Donor Spesifik (TDS) adalah teknik pengubahan responsivitas imun dalam situasi donor hidup. Teknik ini meliputi mentransfusi darah dari donor hidup terhadap resipien, 1-3 kali sebelum transplantasi ginjal. TDS tidak digunakan lagi sejak siklosporin telah digunakan secara luas. Donor Cadaveric  Donor cadaver dapat diperoleh dari orang yang meninggal dengan kriteria ; usai 18-44 tahun, fungsi ginjal normal, tidak ada penyakit tumor jinak diluar pusat sistem nervus, tidak ada infeksi, tidak ada hipertensi, hiperventilasi, dan curah jantung yang berlanjut sampai ginjal dibedah dipindahkan dari tubuhnya.  Ginjal diangkat maksimal dari donor dalam waktu 30-60 menit  Ginjal cadaver didapatkan atas persetujuan keluarganya. III. Prosedur pembedahan  Pada waktu operasi ginjal donor ditempatkan pada fosa iliaka. Ginjal klien tidak diganggu bila tidak infeksi atau tidak menyebabkan hipertensi. Ginjal klien dibiarkan bekerja terus mungkin agar terus memproduksi erithropoietin, mengendalikan TD dan mensintesa prostagladin serta metabolisme. Ureter dari donor dipakai untuk memperpanjang bila memungkinkan. Bila ureter pendek dilakukan ureterostomi. Kateter dipasang pada luka untuk memperlancar drainase cairan yang akumulasi.

IV. Komplikasi Penolakan terhadap transplantasi ginjal (graft rejection) Sistem Alami Pertahanan imunologi tubuh dalam melawan masuknya protein asing adalah sedemikian kuatnya sehingga hampir semua transplantasi organ asal orang lain (kecuali kembar identik), akan diikuti oleh usaha dari tubuh resipien untuk menolak organ tersebut. Ada 4 Jenis penolakan yang terjadi 1. Penolakan hiperakut : Penolakan yang terjadi dalam beberapa menit/jam post transplantasi tidak ada pengobatan untuk rejeksi hiper akut yang mengakibatkan kerusakan ginjal dan harus diintervensi dengan nefrektomi 2. Penolakan percepatan (accelerate) : Penolakan ini terjadi dalam beberapa hari sampai 1 minggu post transplantasi kadang-kadang terjadi antara 12-24 jam Ada 4 Jenis penolakan yang terjadi 1. Penolakan akut, biasanya terjadi dalam 6 minggu post op, bisa juga dalam 2 minggu 2. Penolakan kronik, terjadi dalam beberapa bulan – beberapa tahun 3. Penolakan akut Tanda dan gejala : - Berkurangnya output urin : oliguri, anuri 0 - Demam diatas 37,7 C - Edema - BB bertambah secara tiba-tiba 3 pound dalam 24 jam - Hipertensi - Malaise umum - Peningkatan kadar creatinin serum

- Penurunan CCT - Peningkatan ureum 4. Penolakan kronik a. Hipertensi b. Proteinuri c. Kehilangan fungsi ginjal secara perlahan-lahan, penyebab belum diketahui Prognosis buruk- pemindahan ginjal yang ditransplantasi atau dingkat kembali d. Infeksi e. Komplikasi hematologi f. Komplikasi sistem urinary g. Komplikasi cardio vasculer h. Komplikasi respiratory i. Komplikasi gastro intestinal j. Komplikasi integument k. Kematian A. Asuhan keperawatan  Periode pre operasi  Periode post operasi Periode pre operasi a. Pengkajian - Riwayat penyakit yang lalu : infeksi, hipertensi, penyakit ginjal, kanker, riwayat pengobatan yang lalu, DM, riwayat pembedahan - Riwayat biopsikososial: Tingkat kecemasan akan prognosis atau kemungkinan penolakan, body image - Pengetahuan klien dan keluarga : partisipasi dalam mengambil keputusan , tingkat pengetahuan tentang risiko dialisis/transplantasi ginjal, efek samping pembedahan, koping individu dan dukungan keluarga - Pemeriksaan fisik : BB. TB, TTV, pola eliminasi urin : Oliguri, tanda infeksi, gangguan pernafasan, tanda kelebihan dan kekurangan cairan dan elektrolit - Laboratorium :Ureum, creatinin, elktrolit, urinalisis, elktrolit urin, CCT, asam urat darah dan urin, USG ginjal, CT Scan ginjal, IVP, biopsi ginjal, Gol darah ABO, identifikasi kecocokan, dengan donor, pencocokan silang, pencocokan jaringan, Xray, EKG - Laboratorium :Ureum, creatinin, elktrolit, urinalisis, elktrolit urin, CCT, asam urat darah dan urin, USG ginjal, CT Scan ginjal, IVP, biopsi ginjal, Gol darah ABO, identifikasi kecocokan, dengan donor, pencocokan silang, pencocokan jaringan, Xray, EKG b. Diagnosa keperawatan  Anxietas b-d pengamanan ginjal donor yang cocok  Kurang pengetahuan b-d prosedur pembedahan transplantasi ginjal c. Rencana Keperawatan

Anxietas b-d pengamanan ginjal donor yang cocok Tujuan : Tingkat kecemasan pasien berkurang Kriteria : Klien akan mengembangkan pengharapan yang realistik terhadap transplantasi ginjal. Intervensi :  Tetapkan (pastikan) gaya coping klien, sistem pendukung, dan tingkat anxietas sebelumnya.  Beri pemahaman tentang pemeriksaan histokompabilitas dan pemilihan donor.  Beri kesempatan klien untuk bertanya tentang scrining pre transplantasi  Bantu klien untuk mendiskusikan pendonoran dengan anggota keluarga yang memenuhi syarat.  Beri kesempatan untuk mengungkapkan rasa takutnya tentang kurangnya donor yang cocok Kurang Pengetahuan b-d prosedur pembedahan Tujuan : Pengetahuan klien meningkat Kriteria : Klien dapat menyebutkan prosedur transplantasi ginjal Intervensi :  Jelaskan tentang persiapan pre operasi : puasa, pemberian enema, pemberian infus, dan obat pre operasi.  Jelaskan tentang prosedur pembedahan termasuk ginjal yang akan diletakkan, bagaimana ginjal akan berfungsi, dan lamanya pembedahan.  Jelaskan kemungkinan perlu dialisis sementara setelah post op  Gambarkan /jelaskan adanya infus, drain, dan kateter paska operasi ( pada saat klien diberikan informed consent/ persetujuan tindakan medik)  Diskusikan tentang nyeri insisi, pastikan klien bahwa ada cara untuk menurunkan nyeri pembedahan insisi termasuk obat  Latih cara batuk, nafas dalam, ganti posisi, dan penggunaan spirometer intensif. Periode post-operasi a. Pengkajian  TD, nadi apikal, pernafasan, suhu dan tekanan vena sentral (CVP), TD harus diukur pada ekstremitas yang tidak digunakan sebagai akses vaskuler karena dapat menyebabkan malfungsi akses.  Tingkat kesadaran klien dan derajat nyeri.  Jumlah IV line yang terpasang, catat tempat insersi, jenis cairan dan kecepatan tetesan.  Balutan abdomen untuk drainase, catat tempat insersi, jenis cairan dan kecepatan tetesan.  Adanya poly catheter dan kemungkinan kebocoran, amati drainase dari tiap catheter.  Kaji patensi akses vaskuler dengan meletakan jari pada area cimino/ fistula atau letakan stetoscope dan dengarkan brui.Ketahui BB dasar selama 24 jam pembedahan

 Ukur lingkar abdomen yang merupakan informasi dasar yang digunakan untuk pengkajian komplikasi nantinya mis. Kebocoran ureter.  Penatalaksanaan medis : TD, suhu, nadi, pernapasansecara rutinpasca operasi, intake dan output cairan.  Pemantauan Lab: Ureum creatinin, dan elktrolit, Pemerksaan Xray dada, spinometri intensif. Cairan parenteral..  Puasa sp bising usus terdengar  Obat- obat Imunosupresive, analgetik, obat pelunak feses. b. Diagnosa Keperawatan Post-operasi: 1. Nyeri b-d insisi pembedahan. 2. Risti infeksi b-d terapi immunosupresive. 3. Risti perubahan volume: kelebihan atau kekurangan cairan b-d ketidakmampuan ginjal untuk mengatur keseimbangan cairan secara tepat setelah transplantasi dan atau penggantian cairan tidak adekwat. 4. Risti perubahan eliminasi urine: oliguria b-d perubahan struktur kandung kemih, sumbatan kateter indwelling, dan/atau kebocoran ureter. 5. Risti perubahan perlindungan b/d reaksi imun transplantasi organ dan efek samping obat-obatan. 6. Risti terhadap kekurangan aktivitas hiburan b-d isolasi 7. Kurang pengetahuan b-d kurang informasi tentang rutinitas pasca operasi, gejala yang haus dilaporkan ke dokter, perawatan di rumah. B. Rencana Keperawatan 1. Nyeri b-d insisi pembedahan Tujuan : Klien akan meningkatkan rasa nyaman. Kriteria : mengungkapkan perasaan penurunan nyeri, ekspresi wajah dan posisi tubuh terihat rileks. Intervensi :  Kaji intensitas nyeri, lokasi, durasi, faktor pencetus dan penghilang nyeri.  Kaji tanda non verbal dari nyeri.  Periksa kateter uretral jika ada, terhadap obstruksi : amankan untuk menghindari tegangan.  Kaji sisi insisi terhadap, nyeri tekan, kengkak, dan drainase.  Beri rasa nyaman non- farmakologik : bantu klien pada posisi nyaman, ajarkan teknik relaksasi, beri aktivitas hiburan, beri lingkungan yang nyaman.  Observasi efek samping obat-obatan.  Instruksikan klien untuk menekan insisi bila membalik, batuk, dan nafas dalam.  Konsulkan dengan dokter bila tindakan tersebut tidak mengurangi nyeri atau jika dosis obat atau interval pemberian obat berubah 2. Risti infeksi b-d terapi Immunosupresive Tujuan : Klien akan mengalami penyembuhan jaringan normal

Kriteria : Klien tidak demam, insisi kering dan mulai sembuh, urine jernih/kuning tanpa sedimen, paru-paru bersih, kulit baik. Intervensi  Pertahankan klien dalam ruangan isolasi.  Lakukan Hand Hygiene sesuai SPO dan ajarkan kepada klien untuk melekukan hal yang sama  Kaji suhu tubuh setiap 4 jam dan laporkan bila suhu lebih 38,5o C (sh bisa tidak naik pada infeksi karena terapi immunosupresive).  Kaji daerah insisi setaip hari terhadap : kemerahan, bengkak atau drainase.  Gunakan teknik steril saat mengganti balutan.  Perhatikan karakter urine, laporkan bila keruh dan bau busuk.  Jika terpasang kateter uretra, pertahankan sistem drainase gravitasi tertutup.  Pantau dan laporkan tanda dan gejala infeksi saluran perkemihan dan lakukan tindakan pencegahan.  Anjurkan masukan cairan per-oral yang tinggi, 2500-3000 ml/hari untuk mengeluarkan bakteri kecuali jika ada kontraindikasi.  Auskultasi paru terhadap bunyi nafas tiap 4 jam, laporkan pada dokter jika bunyi nafas adventisius.  Anjurkan napas dalam dan batuk tiap 4 jam, laporkan bunyi nafas tiap 2-4jam, bantu untuk spinometri intensif.  Lakukan cuci tangan dengan teknik yang benar, ajarkan dan anjurkan kepada pasien untuk melakukan hal yang sama. Instruksikan klien untuk menghindari orang yang terkena infeksi.  Lakukan tindakan untuk mencegah kerusakan kulit.  Anjurkan dan bantu untuk ambulasi dini.  Ambil spesimen dari drainase yang dicurigai untuk kultur dan sensitivitas. 3. Risti : kelebihan atau kekurangan cairan b-d ketidakmampuan ginjal untuk mengatur keseimbangan cairan secara tepat atau penggantian cairan yang tidak adekwat Tujuan: klien akan mempunyai haluaran urine adekwat Kriteria : BB dan TTV tetap stabil, haluaran seimbang dengan haluaran > 50ml/jam, turgor kulit baik, membran mokosa lembab dan berwarna merah muda dan paru-paru bersih. Intervensi : – Pantau tanda vital setiap 2-4 jam. – Timbang BB setiap hari, pada waktu yang sama dan pakaian, timbangan yang sama. – Pantau masukkan dan haluaran tiap 4 jam. – Ukur haluaran urine setiap 1 jam.  Auskultasi paru terhadap bunyi nafas setiap 2-4 jam.  Pantau CVP untuk mengkaji perubahan volume  Pertahankan patensi kateter drainase  Pantau dan laporkan adanya cairan yang berlebiahn pada luka operasi

 Pantau elektrolit serum, laporkan nilai-nilai abnormal atau tanda dan gejala dan ketidakseimbangan elektrolit  Berikan cairan sebanding dengan haluaran atau hari + jumlah kehilangan (mungkin 20-30ml/jam)  Laporkan jika haluaran kurang dari 30ml/jam  Cairan perlu dibatasi pada haluaran rendah atau tidak ada haluaran  Pertahankan integritas jalur akses vaskuler

4. Risti perubahan eliminasi urine : oliguria b-d perubahan struktur kandung kemih, sumbatan kateter indwelling, dan atau kebocoran ureter Tujuan : Klien akan mempertahankan haluaran urine yang adekuat. Kriteria: Patensi kateter baik, aliran lancar, urine bebas dari sedimen dan bekuanselama dipasang cateter, berkemih setiap 2 jam dan urine tetap jernih, kuning tanpa bekuan pada palpasi kandung kemih tidak distensi. Intevensi :  Kaji riwayat berkemih pre operasi, jika oliguria kandung kemih berkurang dalam ukuran atau atropi  Kaji urine terhadap warna, karakter, adanya sedimentasi atau bekuan setiap jam, segera pasca operasi setiap 2-4 jam  Kaji abdomen / kandung kemih terhadap distensi setiap 1-2 jam  Pertahankan sistem drainase tertutup, atur selang untuk menghindari terlipat dan aliran balik urine, amankan kateter untuk mencegah tegangan  Observasi urine : kemungkinan warna darah pada periode segera pasca operasi, aliran tersumbat oleh bekuan darah mungkin membutuhkan irigasi, gunakan kewaspadaan bila meng irigasi kateter ureteral dan ureter sehingga anastomosis tidak terganggu  Instruksikan klien untuk berkemih 1-2 jam setelah kateter dilepas untuk menghindari distensi kanung kemih dan peningkatan tegangan pada anastomose dan laporkan jika ada perubahan warna, karakter urine, adanya pendarahan atau bekuan darah 5. Risti perubahan perlindungan b-d resiko reaksi imun trasplantasi dan efek samping obat-obatan Tujuan : Klien dapat mempertahankan perlindungan terhadap ginjal transplantasi dari reaksi imun Kriteria: Tidak ada tanda dan gejala reaksi imun, nilai laboratorium dalam batas (N), immunosupresan sesuai toleransi tanpa adanya efek samping Intervensi :  Pantau dan segera laporkan tanda dan gejala reaksi imun (kemerahan, bengkak, nyeri tekan diatas sisi transplantasi, peningkatan suhu, peningkatan sel darah putih, peningkatan haluaran urine, peningkatan proteinuira, peningkatan berat

   

badan tiba-tiba, peningkatan BUN dan kreatinin serum secara simultan, gejala retensi natrium, edema) Ukur dan catat masukan dalam haluaran tiap jam, ukur tanda vital setiap jam, ukur suhu tubuh setiap 2 jam dan laporkan jika lebih dari 38.5c Pantau dan laporkan efek samping dari obat-obatan immunosupresif Jelaskan pada klien bahwa jika t’jadi hiperakut maka ginjal yang ditolak harus segera diangkat Berikan dukungan pada klien dan keluarga

6. Risti kekurangan aktivitas hiburanb-d isolasi Tujuan : Klien dapta berpartisipasi dalam aktivitas hiburan dan perawatan diri Kriteria : Mengungkapkan perasaan isolasi dan bosan menurun,, dan berpartisipasi dalam aktifitas hiburan dan perawatan diri. Intervensi :  Pantau tanda kekurangan akitifitas hiburan (bosan, apatis, sering tidur siang, dll)  Jelaskan rasional dari dilakukan isolasi.  Anjurkan klien untuk terlibat dalam aktifitas perawatan dirinya untuk memberikan perasaan mampu (mis. Latihan kaki, batuk efektif, nafas dalam, mengukur dan mencatat masukan dan keluaran)  Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaannya, sediakan waktu ekstra untuk bersama klien.  Anjurkan orang terdekat untuk sering bekunjung 7. Kurang pengetahuan b-d kurangnya informasi tentang rutinitas pasca operasi Tujuan : klien akan mengetahui kapan memerlukan bantuan medik Kriteria : Klien dan atau orang terdekat mengatakan mengerti tentang rutinitas pasca operasi, gejala yang perlu dilaporkan ke dokter, perawatan dirumah, ianjurkan untuk evaluasi, danmendemonstrasikan ulang teknik cuci tangan, perawatan luka, mengukur dan mencatat TD, sh dan BB serta mengukur dan mencatat masukan dan haluaran. Intervensi :  Cegah infeksi (batasi pengunjung,, hindari oang-orang yang terinfeksi, ajarkan metode untuk mencegah ISK, demonstrasikan teknik cuci tangan, demonstrasikan teknik perawatan luka, dan mengganti balutan  Instrusikan klien untuk mengukur suhu tubuh 2 kali sehari pada waktu yang sama. INTERVENSI  Ajarkan dan instrusikan klien untuk melapor ke dokter jika ada : hematuria, sh > 38,5oC, peningkatan frekwensi nadi, peningkatan BB > 0,9 kg dalam 1 hari atau 1,8 kg dalam seminggu, letharg/ kekelesaani, penurunan haluaran urine < 600ml/24 jam, nyeri tekan diatas ginjal baru, distres pernafasan, gelisah atau peka rangsangan, perubahan secaa tibatiba pada : TD, edema, gejala-gejala reaksi imun.

 Anjurkan klien untuk menimbang BB setiap hari, mengukur TD posisi dan waktu yang sama, istirahat 5 menit sebelum ukur TD, pertahankan pembatasan diit dan cairan sesuai program.  Instrusikan klien : latihan sesuai toleransi, hindari latihan keras, hindari mengangkat benda berat, membungkuk berlebihan, Sebelum 2 minggu hindari mengendarai mobil dan hindari penggunaan sabuk pengaman terlalu kuat karena akan menekan ginjal baru, hindari minum-minuman beralkohol, hindari aktifitas sosial selama 6 minggu post op/sesuai advice dokter  Informasikan: tidak menghentikan obat-obat imunosupresive tanpa anjuran dokter, hindari penggunaan obat yang dijual bebas

Hal-Hal yang Harus diperhatikan :  Pengkajian secara kontinu dibutuhkan selama 24-48 jam pertama setelah transplantasi ginjal, pertahankan keseimbangan cairan elektrolit, pertahankan Intake dan output urine yang adekuat.  Pencegahan infeksi dengan Hand Hygiene sesuai SPO.  Kenali tanda-tanda penolakan.  Monitor cairan dan elektrolit sangat penting khususnya jika terjadi anuria dan oliguria. Pemasangan infus berdasarkan volume urine / jika dibutuhkan klien untuk mencegah dehidrasi dan untuk menghindari kelebihan cairan, output urine harus dimonitor lewat foley kateter. Berkurangnya / berhentinya output urine merupakan indikasi obstruksi kateter, hypovoemia, retensi cairan dan komplikasi yang terjadi pada nekrosis tubular atau penolakan acselerasi. Hal-Hal yang harus di perhatikan  Monitor tanda-tanda vital, CVP dan intake output, auskultasi suara nafas dan observasi perkembangan edema.  Reaksi terhadap penolakan, pengobatan imunosupresan selalu diberikan kepada klien post-operasi transplantasi renal.  Tanda dan gejala dari penolakan, menurun atau berkurangnya output urine, peningkatan TD, peningkatan suhu, retensi cairan, proteinuria, peningkatan serum kreatinin, BUN, potassium, tenderness atau swelling pada daerah graft.  Hati-hati dalam membersihkan luka post-operasi, bekas infus dan lesi kulit mengingat pengobatan imunosupresan melindungi klien dari penolakan tetapi dapat menyebabkan klien mudah terkena infeksi. Hindari klien dari kontak dg orang yang terserang flu atau infeksi lain.  Pendidikan kesehatan pada klien  Pengobatan penatalaksanaan, efek samping, dan efek toxic.  Tanda dan gejala dari penolakan serta kapan dan bagaimana klien harus menghubungi dokter.  Bagaimana cara menghindari infeksi dengan Hand Hygiene sesuai SPO  Pemantauan akurat intake dan output.

 Pengaturan dan pengelolaan menu diet : pada klien yang menunjukkan penolakan dan hipertensi, dietnya tidak dibatasi tetapi sedikit/rendah sodium dan rendah karbohidrat. Jika tidak terjadi komplikasi, klien tidak mendapatkan diet khusus tetapi diet tinggi protein mungkin dianjurkan untuk membantu pencegahan efek samping dari penggunaan steroid (sesuai petunjuk dr ahli gizi)  Anjurkan klien untuk follow-up/ kontrol Evaluasi –

Rasa nyaman klien meningkat





Klien dapat mempertahankan haluaran urine yang adekuat dan tidak ada cairan yang tertahan Klien menggunakan mekanisme koping yang adaptif Klien mengtahui kapan memerlukan bantuan medik



– –



Klien mengalami penyembuhan jaringan yang normal Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas hiburan dan Perawatan diri Klien memahami keamanan pemberian obat yang akurat

Related Documents


More Documents from "Lyena Mauliana"