Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal

  • Uploaded by: Friska Nurazizah Haryanti
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal as PDF for free.

More details

  • Words: 1,905
  • Pages: 16
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL Anggota : • Agung Gumelar • Cindy Mega M • Friska • Pramudia • Rizka Meizar Ch • SzaSza • Yuniar Maulida

Review Sistem Muskuloskeletal Manusia dan Fungsinya Musculoskeletal atau Skeletal atau juga biasanya disebut sebagai system rangka ini tersusun atas tulang tulang yang mana tubuh manusia ini terdiri dari 206 tulang yang menyusun rangkanya. Bagian tulang yang terpenting adalah tulang belakang karena hal ini tulang belakang difungsikan sebagai penopang bentuk tubuh manusia. ■ Komponen Sistem Muskuloskeletal 1. Tulang 2. Kartilago ( tulang rawan ) 3. Kerangka

Fungsi dari System Musculoskeletal 1. Memberikan bentuk tubuh 2. Penyangga Berat Badan 3. Tempat penyimpan mineral kalsium dan fosfor 4. Melindungi organ penting 5. Sebagai alat gerak pasif 6. Memproduksi sel darah

ASKEP SISTEM MUSKULOSKELETAL A.

DATA SUBJEKTIF

1. Keluhan Utama a. Persendian 1) Nyeri Nyeri adalah masa lah yang paling umum dari gangguan muskuloskeletal. Penting untuk mengetahui lokasi dari nyeri, kualitas maupun tingkat keparahannya dan waktu terjadinya nyeri. Disamping itu perlu diperoleh informasi mengenai kondisi yang memperberat maupun yang meringankan keluhan. Termasuk juga apakah ada keluhan lain yang menyertai nyeri seperti demam dan sakit tenggorokan. 2) Kekakuan Pada penyakit rheumatoid arthritis, kekakuan pada persendian biasanya terjadi pada pagi hari dan setelah periode istirahat. 3) Pembengkakan, panas dan kemerahan pada sendi Keluhan ini dikaji untuk mengetahui apakah terdapat inflamasi akut 4) Keterbatasan gerak Penurunan rentang gerak biasanya muncul pada masalah persendian

b. Otot 1). Nyeri Nyeri pada otot biasanya dirasakan seperti “KRAM” atau kejang pada otot 2). Kelemahan Otot Perlu diketahui lama terjadinya keluhan, lokasi apakah terdapat distropi pada otot tersebut. Kelemahan Otot dapat diindikasikan sebagai adanya gangguan muskuloskeletal atau neurology. c. Tulang 1). Nyeri Pada fraktur karakteristik nyeri tajam dan keluhan semakin parah jika ada pergerakan. Meskipun demikian keluhan nyeri pada tulang biasanya tumpul dan dalam yang juga mengakibatkan gangguan pergerakan. 2). Deformitas Keluhan ini dapat terjadi karena trauma dan juga mempengaruhi rentang gerak. Ini perlu dikaji dengan lebih teliti dan data yang terkait dengan waktu terjadinya trauma serta penanganan yang dilakukan perlu diidentifikasi secara cermat. 3). Pengkajian Fungsional Pengkajian ini terkait dengan kemampuan pasien dalam melakukana aktivitas sehari-hari ( ADL). Yang meliputi personal hygiene, eliminasi berpakaian dan berhias, makan kemampuan mobilisasi serta kemampuan berkomunikasi.

2. Riwayat Kesehatan dan Pengobatan

a. Tanyakan pada klien mengenai masalah kesehatan yang pernah dialaminya, khususnya yang terkait dengan ganguan muskuloskeletal. b. Data tentang imunisasi juga diperlukan ( tetanus dan polio ), karena kekakuan pada persendian maupun kejang pada otot dapat juga disebabkan oleh tetanus dan polio. Kondisi seperti ini hampir mirip dengan arthritis. c. Pada wanita paruh baya perlu juga ditanyakan mengenai riwayat menopause serta apakah pasien tersebut mendapat terapi estrogen pengganti atau tidak. d. Selain penyakit muskuloskeletal, adanya penyakit lain seperti DM, anemia dan sistemik lupus eritematosus, juga perlu dikaji. Karena hal ini juga dapat menjadi resiko terjadinya masalah muskuloskeletal seperti osteoporosis dan osteomyelitis. 3. Riwayat Keluarga Dapatkan informasi mengenai penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga seperti riwayat rheumatoid arthritis, gout atau osteoporosis. Kondisi ini cenderung terjadi pada hubungan keluarga. 4. Riwayat Sosial Hal- hal yang dikaji disini meliputi pekerjaan yang berisiko terhadap terjadinya gangguan muskuloskeletal. Termasuk juga aktivitas yang rutin dilakukan, pola diet/ kebiasaan mengkonsumsi makanan maupun minuman keras, berat badan, serta penanganan yang biasanya dilakukan jika terdapat keluhan

B. DATA OBJEKTIF 1. Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi dan Palpasi Selama inspeksi, setiap asimetri harus dicatat. Nodulus,pelayuan,massa, atau defermitas dapat menjadi penyebab tidak adanya kesimetrisan. Apakah ada tanda-tanda peradangan?Bengkak,hangat,kemerahan atau nyeri tekan mengarah kepada peradangan. Untuk menentukan perubahan suhu pakailah punggung tangan untuk membandingkan satu sisi dengan sisi lainnya. Palpasi mungkin memperlihatkan daerah nyeri tekan atau diskontinuitas suatu tulang. Apakah ada krepitasi? Krepitasi adalah sensasi bergerak yang teraba dan sering ditemukan pada tulang rawan sendi yang menjadi kasar. Penilaian rentang gerak sendi tertentu dilakukan setelah itu. Harus disadari bahwa sendi yang meradang atau artritis mungkin nyeri. Gerakan sendi ini dengan perlahan-lahan! Fungsi otot dan fungsi terpadu biasanya diperiksa selama pemeriksaan neurologi.

b. Menilai Kekuatan Otot Respon otot dan signifikansinya

Tidak ada kontraksi yang terlihat atau terpalpasi

Nilai

0

· Paralisis Kontraksi yang terpalpasi sedikit

1

· Paresis, kelemahan parah Manuver rentang gerak pasif jika gravitasi dihilangkan

2

· Paresis, kelemahan sedang Rentang gerak aktif melawan gravitasi sendiri atau melawan tahanan ringan

3 sampai 4

· Kelemahan ringan

Rentang gerak aktif melawan tahanan penuh · Normal

5

c. Sendi-skrening dengan sistem GALS Skrening dengan sistem GALS ( Gait, Arms,Legs,Spine ) merupakan pemeriksaan yang cepat untuk mengenali defisit muskuloskeletal dan neurologis serta kemampuan fungsional pasien. Pertanyaan skrening : Apakah anda memiliki masalah nyeri atau kekakuan pada otot, sendi atau punggung? Apakah anda mengalami kesulitan berpakaian sendiri? Apakah anda mengalami kesulitan naik turun tangga? Jika ketiga jawaban itu tidak, pasien tidak memiliki masalah muskuloskeletal yang bermakna. Jika pasien menjawab Ya,lanjutkan dengan pemeriksaan yang detail.

Urutan pemeriksaan GALS 1. pemeriksaan gaya berjalan 2. Lengan (arms) 3. Tungkai (legs) 4. pemeriksaan tulang belakang (spain) 5. pemeriksaan ekstremitas atas 6. pemeriksaan ekstremitas bawah

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN AMPUTASI 1. a. b. c.

Defenisi Amputasi adalah pembuangan suatu anggota badan atau suatu penumbuhan dari badan Amputasi adalah pengangkatan melalui bedah atau traumatic Amputasi adalah tindakan pembedahan dengan membuang bagian tubuh.

2. Klasifikasi Amputasi : a. Berdasarkan Ekstremitas : 1) Amputasi ektremitas bawah : Amputasi Atas Lutut (AL), Disartikulasi lutut, Amputasi Bawah Lutut (BL), dan Syne. 2) Amputasi ekstremitas atas : Amputasi Atas Siku (AS), Amputasi Bawah Siku (BS) b. Berdasarkan sifat :

1) Amputasi terbuka : dilakukan untuk infeksi berat, ini meliputi pemotongan tulang dan jaringan otot pada tingkat yang sama. Pembuluh darah dikauterisasi, dan luka dibiarkan terbuka untuk mengalir. 2) Amputasi tertutup : menutup luka dengan flap kulit yang dibuat dengan memotong tulang kirakira dua inchi lebih pendek daripada kulit dan otot

2. Anatomi Fisiologi a. Anatomi Tulang sangat bermacam-macam baik dalam bentuk ataupun ukuran, tapi mereka masih punya struktur yang sama. Lapisan yang paling luar disebut Periosteum dimana terdapat pembuluh darah dan saraf. Lapisan dibawah periosteum mengikat tulang dengan benang kolagen disebut benang sharpey, yang masuk ke tulang disebut korteks. Karena itu korteks sifatnya keras dan tebal sehingga disebut tulang kompak. Korteks tersusun solid dan sangat kuat yang disusun dalam unit struktural yang disebut Sistem Haversian. Tiap sistem terdiri atas kanal utama yang disebut Kanal Haversian. Lapisan melingkar dari matriks tulang disebut Lamellae, ruangan sempit antara lamellae disebut Lakunae (didalamnya terdapat osteosit) dan Kanalikuli. Tiap sistem kelihatan seperti lingkaran yang menyatu. b. Fisiologi Tulang terdiri dari tiga sel yaitu osteoblast, osteosit, dan osteoklast. Osteoblast merupakan sel pembentuk tulang yang berada di bawah tulang baru. Osteosit adalah osteoblast yang ada pada matriks. Sedangkan osteoklast adalah sel penghancur tulang dengan menyerap kembali sel tulang yang rusak maupun yang tua. Sel tulang ini diikat oleh elemen-elemen ekstra seluler yang disebut matriks. Matriks ini dibentuk oleh benang kolagen, protein, karbohidrat, mineral, dan substansi dasar (gelatin) yang berfungsi sebagai media dalam difusi nutrisi, oksigen, dan sampah metabolisme antara tulang daengan pembuluh darah. Selain itu, didalamnya terkandung garam kalsium organik (kalsium dan fosfat) yang menyebabkan tulang keras.sedangkan aliran darah dalam tulang antara 200 – 400 ml/ menit melalui proses vaskularisasi tulang.

3. Etiologi Indikasi utama bedah amputasi adalah karena : a. Iskemia karena penyakit reskularisasi perifer, biasanya pada orang tua, seperti klien dengan artherosklerosis, Diabetes Mellitus. b. Trauma amputasi, bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan, thermal injury seperti terbakar, tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti pagets disease dan kelainan kongenital. 4. Manifestasi klinis Adapun pengaruhnya meliputi : a. Kecepatan metabolism b. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit c. Sistem respirasi d. Sistem Kardiovaskuler e. Sistem Muskuloskeletal f. Sistem Pencernaan g. Sistem Perkemihan h. Sistem Integumen

5. Komplikasi Komplikasi amputasi meliputi perdarahan, infeksi, dan kerusakan kulit. Karena ada pembuluh darah besar yang dipotong, dapat terjadi perdarahan masif. Infeksi merupakan infeksi pada semua pembedahan ; dengan peredaran darah buruk atau kontaminasi luka setelah amputasi traumatic, resiko infeksi meningkat. Penyembuhan luka yang buruk dan iritasi akibat prostesis dapat menyebabkan kerusakan kulit. 6. Penatalaksanaan Amputasi dianggap selesai setelah dipasang prostesis yang baik dan berfungsi. Ada 2 cara perawatan post amputasi yaitu : a. Rigid dressing Yaitu dengan menggunakan plaster of paris yang dipasang waktu dikamar operasi. Pada waktu memasang harus direncanakan apakah penderita harus immobilisasi atau tidak. Bila tidak diperlukan pemasangan segera dengan memperhatikan jangan sampai menyebabkan konstriksi stump dan memasang balutan pada ujung stump serta tempat-tempat tulang yang menonjol. Keuntungan cara ini bisa mencegah oedema, mengurangi nyeri dan mempercepat posisi berdiri. b. Soft dressing Yaitu bila ujung stump dirawat secara konvensional, maka digunakan pembalut steril yang rapi dan semua tulang yang menonjol dipasang bantalan yang cukup. Harus diperhatikan penggunaan elastik verban jangan sampai menyebabkan konstriksi pada stump. Ujung stump dielevasi dengan meninggikan kaki tempat tidur, melakukan elevasi dengan mengganjal bantal pada stump tidak baik sebab akan menyebabkan fleksi kontraktur. Biasanya luka diganti balutan dan drain dicabut setelah 48 jam.

ASUHAN KEPERAWATAN a. Pengkajian 1) Aktivitas Istirahat Gejala : Keterbatasan aktual/ antisipasi yang dimungkinkan oleh kondisi/ amputasi 2). Integritas ego Gejala : Masalah tentang antisipasi perubahan pola hidup, situasi financial, reaksi orang lain, perasaan putus asa, tidak berdaya. Tanda : Ansietas, ketakutan, peka, marah, menarik diri, keceriaan semu. 3). Seksualitas Gejala : Masalah tentang keintiman Interaksi social Gejala : Masalah sehubungan dengan penyakit/ kondisi, Masalah tentang peran fungsi, reaksi orang lain. b. Diagnosa Keperawatan Gangguan harga diri/ citra diri, penampilan peran, perubahan berhubungan dengan factor bio fisikal ; kehilangan bagian tubuh, antisipasi perubahan pola hidup ; takut penolakan/ reaksi orang lain

c. Intervensi Keperawatan 1.

Gangguan harga diri/ citra diri, Tupan : penampilan

peran,

perubahan

berhubungan dengan factor bio

1.

Gangguan

harga

diri/

citra

diri,

Beri penguatan informasi pasca 1.

Memberikan

kesempatan

operasi

menanyakan

dan

termasuk

tipe/lokasi

amputasi, tipe prospese bila tepat (

informasi

fisikal ; kehilangan bagian tubuh,

segera, lambat), harapan tindakan

perubahan

antisipasi perubahan pola hidup ; Tupen :

pasca operasi, termasuk control

fungsi,

nyeri dan rehabilitasi

penyembuhan.

penampilan peran, perubahan dapat teratasi

takut penolakan/ reaksi orang lain.

Setelah

dilakukan

tindakan

selama

keperawatan selama 1x24 jam factor bio

2.

fisikal ; kehilangan bagian tubuh, antisipasi perubahan pola hidup ; takut penolakan/ reaksi orang lain dapat teratasi dengan kriteria hasil : a.

Mengenali

menyatu

mengasimilasi

mulai

menerima

gambaran

yang

diri

dapat

dan

membantu

Diskusikan persepsi pasien tentang

diri

dan

hubungannya

dengan

1.

perubahan dan bagaimana pasien melihat dirinya dalam pola/ peran fungsi yang biasanya.

dan

dan

untuk

Membantu

mengartikan

sehubungan

dengan

sebelumnya

dan

masalah

pola

hidup

membantu

pemecahan masalah

dengan

perubahan dalam konsep diri yang akurat tanpa harga diri negative.Tanda- 1.

Dorong partisipasi dalam aktivitas

tanda vital dalam batas normal

sehari-hari. untuk

Berikan

kesempatan

memandang/

merawat

puntung menggunakan waktu untuk menunjukan penyembuhan.

tanda

positif

1.

Meningkatkan

kemandirian

dan

meningkatkan perasaan harga diri

Tindakan keperawatan tentang muskuloskeletal 1. Gips Gips adalah alat imobilisasi eksternal yang kaku yang di cetak sesuai dengan kontur tubuh tempat gips di pasang (brunner & sunder, 2000). 2. Traksi Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk menangani kerusakan atau gangguan tulang dan otot. 3. Cooler Blanket Pemberian tindakan keperawatan cooler blanket Sering kali digunakan untuk meredakan perdarahan dengan cara mengkonstriksi pembuluh darah, meredakan inflamasi dengan vasokontriksi, dan meredakan nyeri dengan memperlambat kecepatan konduksi saraf, menyebabkan mati rasa, dan bekerja sebagai counterirritant 4. Warmer Blanket

Warmer blanket / selimut penghangat di gunkaan untuk menghangatkan tubuh paien ketika mengalami hipotermi. 5. Pentingnya Obat dalam Keperawatan Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia (UU No. 36 Thn 2009).

Related Documents


More Documents from "Aditya Kuntawirawan"