Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Komplikasi.docx

  • Uploaded by: Ningsih
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Komplikasi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,213
  • Pages: 24
TUGAS MATERNITAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN KOMPLIKASI

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2

1.

Nurul Rysma Ramadhani

( J210181185 )

2.

Nurhawa Karapesina

( J210181186 )

3.

Sakila Indah Mawarni

( J210181187 )

4.

Intan Ratnasari

( J210181188 )

5.

Muhammad Kahfi Pratama

(J210181189 )

6.

Dina Setia Ningrum

( J210181190 )

7.

Agustina Ika Wulandari

( J210181191 )

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TRANSFER UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

A. Asuhan Keperawatan pada ibu hamil dengan komplikasi 1. Perdarahan Pada Masa Kehamilan Perdarahan pada masa kehamilan (perdarahan atepartum) merupakan perdarahan yang terjadi setelah minggu ke-28 masa kehamilan. Perdarahan antepartum dapat berasal dari plasenta yang meliputi plasenta pervia, sulusio plasenta dan rupture sinus marginal. Selain itu, dapat berasal dari insersi tali pusat dan lokal pada saluran genital. Penyebab utama dari perdarahan antepartum adalah plasenta previa. Peradarahan akibat plasenta previa terjadi secara progresif dan berulang karena proses pembentukan segmen bawah rahim. Namun, sampai sekarang belum ada defenisi yang tepat mengenai keparahan derajat perdarahan antepartum. Seringkali jumlah darah yang keluar dari jalan lahir tidak sebanding dengan jumlah perdarahan yang sebenarnya, sehingga sangat penting untuk membandingkan jumlah perdarahan dengan keadaan klinis pasien. Teradapat beberapa defenisi yang dapat digunakan untuk menggambarkan perdarahan antepartum : a. Spooting – terdapat bercak darah pada pakaian dalam. b. Perdarahan minor – kehilangan darah <50 ml. c. Perdarahan mayor – kehilanngan darah 50-1000 ml, tanpa tanda klinis syok. d. Perdarahan massif – kehilangan darah >1000 ml, dengan/tanpa tanda klinis syok. (Jatiningrum, 2015) 1) Pengkajian Menurut Mitayani (2009), beberapa pengkajian pada pasien dengan perdarahan pada masa kehamilan yang harus dilakukan segera dan yang lainnya dapat ditunda sampai intervensi awal telah diambil untuk menstabilkan status kardiovaskular dari ibu hamil. Prioritas pengkajian keperawatan adalah sebagai berikut : a) Jumlah dan sifat perdarahan (waktu serangan, perkiraan kehilangan darah sebelum datang ke rumah sakit, dan keterangan tentang jaringan yang terlepas). Wanita hamil harus diajarkan untuk menyimpan linen jika berada di rumah, sehingga kehilangan darah dapat dideteksi secara akurat. b) Sakit c) Uterus, apakah uterus terasa lembut dengan palpasi yang lembut. d) Tanda-tanda vital ibu hamil apakah dalam rentang normal atau terjadi hipotensi, takikardia, atau keduanya. Hipertensi mungkin dapat terjadi pada

awal absrupsio plasenta. Pemantauan kondisi janin secara elektronik dapat menentukan denyut jantung janin, adanya percepatan, dan respon janin terhadap aktivitas uterus. e) Kontraksi uterus, penggunaan monitor eksterna dalam menentukan frekuensi

dan

lamanya

kontraksi.

Tekanan

intrauterus

dapat

mengidentifikasi kontraksi hipertonik dan meningkatkan hubungan irama istirahat dengan abrupsio plasenta. Palpasi dapat mengidentifikasi apakah uterus megalami relaksasi antara kontraksinya atau tidak. f)

Riwayat kehamilan (gravida, para, riwayat aborsi, dan melahirkan bayi premature).

g) Lamanya usia kehamilan (HPHT, tinggi fundus, hubungan tinggi fundus degan usia kehamilan) jika terjadi perdarahan ke dalam myometrium, fundus akan membesar sesuai dengan perdarahan. Perawat mengobservasi dan melaporkan ukuran tinggi fundus yang akan menunjukkan bahwa perdarahan ke dalam otot uterus sedang terjadi. h) Data laboratorium (hemoglobin, hematocrit, golongan darah, pembekuan darah). data laboratorium diperoleh untuk mempersiapkan transfuse darah yang diperlukan. Di samping pengkajian fisik, respon emosi ibu hamil dan pasangan juga harus diperhatikan. Mereka sering merasa cemas, sedih, ragu, dan aktivitas yang berlebihan. Mereka mungkin memiliki pengetahuan yang sedikit mengenai manejemen kesehatan dan tidak menyadari bahwa janin akan segera lahir, sehingga penjelasan prosedur operasi merupakan hal yang penting. Mereka mungkin merasa takut dan khawatir tentang kehidupan ibu dan janin.

2) Diagnosis Keperawatan Diagnosis keperawatan yang mungkin ditemukan : a) Penurunan cardiac output berhubungan dengan perdarahan dalam jumlah berlebih. b) Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai efek perdarahan dan manajemennya, kesehatan janin. c) Harga diri rendah situasional yang berhubungan dengan ketidaknyamanan sementara untuk memberikan perawatan pada keluarga.

d) Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan akibat implantasi plasenta yang abnormal, risiko pemisahan dengan dilatasi serviks. e) Perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan hipovolemi. f) Risiko infeksi yang berhubungan dengan perdarahan, plasenta previa. g) Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan regimen pengobatan. h) Gangguan manajemen pemeliharaan tubuh yang berhubungan dengan bedrest dan pembatasan aktivitas. i) Risiko perubahan kasih sayang orang tua bayi yang berhubungan dengan kemungkinan kebutuhan perawatan bayi. j) Gangguan konsep diri yang berhubungan dengan komplikasi kehamilan.

3) Intervensi Keperawatan a) Diagnosis 1 : Penurunan cardiac output berhubungan dengan perdarahan dalam jumlah berlebih. Tujuan : penurunan cardiac output tidak terjadi/teratasi. Kriteria hasil : volume darah intravascular dan cardiac output dapat diperbaiki sampai nadi, TD, nilai hemodinamik, serta nilai laboratorium menunjukkan tanda normal.

Intervensi Rasional Nilai dan catat TTV, LOC, CVP, Pengkajian yang akurat mengenai perfusi jaringan, intake dan output, status hemodinamik merupakan dasar serta jumlah perdarahan. untuk perencanaan, intervensi dan evaluasi. Bantu pemberian pelayanan kesehatan atau mulai sarankan terapi cairan IV atau terapi transfuse darah sesuai kebutuhan.

Memperbaiki volume vascular membutuhkan terapi IV dan intervensi farmakologi. Kehilangan volume darah harus diperbaiki untuk mencegah komplikasi seperti infeksi, gangguan jainin, dan gangguan organ vital ibu hamil.

b) Diagnosis 2 : Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai efek perdarahan dan manajemennya, kesehatan janin. Tujuan : ansietas dapat berkurang Kriteri hasil : pasangan dapat mengungkapkan harapannya dengan kata-kata tentang manajemen yang sudah direncanakan, sehingga dapat mengurangi kecemasan pasangan.

Intervensi Terapi bersama pasangan dan menyatakan perasaan. Saya tahu bahwa ini tidak diharapkan dan seharusnya anda memiliki banyak pertanyaan, mungkin saya bisa menjawab beberapa diantaranya.

Rasional Kehadiran perawat dan pemahaman secara empati merupakan alat terapi yang potensial untuk mempersiapkan pasangan untuk menanggulangi situasi yang tidak diharapkan.

Menentukan tingkat pemahaman pasangan tentang situasi dan manajemen yang sudah direncanakan: beritahukan kepada saya tentang apa yang anda harapkan.

Hal yang diberikan perawat akan memperkuat penjelasan dokter dan untuk memberi tahu dokter jika ada penjelasan tambahan yang penting.

Berikan pasangan informasi tentang Pendidikan pasien yang diberikan manajemen yang sudah direncanakan. merupakan cara yang efektif untuk mecegah dan menurunkan rasa cemas. Pengetahuan akan mengurangi ketakutan akan hal-hal yang tidak diketahui. c) Diagnosis 3 : Harga diri rendah situasional yang berhubungan dengan ketidaknyamanan sementara untuk memberikan perawatan pada keluarga. Tujuan : agar harga diri ibu meningkat Kriteria hasil : mengenal aspek positif dari diri sendiri selama perawatan di rumah sakit. Mengenal cara pemberian kenyamanan dan kasih sayang kepada anaknya selama tinggal di rumah sakit.

Intervensi Anjurkan ibu untuk mengungkapkan perhatian tentang kebutuhan selama di rumah sakit. Setalah mengungkapkan perasaan, anjurkan untuk memeriksa kebutuhan selama di rumah sakit dan konsekuensinya : ia akan memberikan waktu bagi janin untuk menjadi matur.

Rasional Perhatian secara umum mungkin tidak akan teridentifikasi atau mungkin akan menjadi kesalahpahaman. Ini akan mengidentifikassi aspek positif dari situasi yang merupakan tugas yang penting baginya.

Bantu untuk melibatkan saudara ibu Ini akan memberikan tujuan untuk dalam merencanakan kelahiran. menggabungkan interaksi keluarga Mungkin dia mendapatkan manfaat yang akan meningkatkan harga diri. dari kelass sibling atau waktu bermain dengan ibunya yang terlibat dalam perawatan bagi kelahiran.

4) Implementasi Keperawatan Implementasi keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang sudah direncanakan. Tindakan keperawatan harus mendetail agar semua tenaga keperawatan dapat menjalankan tugasnya dengan baik dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan tindakan keperawata, perawat dapat langsung memberikan pelayanan kepada ibu atau juga didelegasikan kepada orang lain yang dipercayai di bawah pengawasan yang masih seprofesi dengan perawat.

5) Evaluasi Keperawatan Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepadda hassil dan tujuan yang hendak dicapai. Evaluasi dari proses keperawatan adalah untuk menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan perilaku ibu dan untuk mengetahui sejauh mana masalah ibu dapat teratasi, dimana persalinan dapat berjalan dengan baik tanpa adanya komplikasi.

2. Hiperemesis Gravidarium Hiperemesis gravidarium adalah komplikasi pada kehamilam yang terjadi sebelum minggu ke-20 kehamilan, ditandai dengan mual dan muntah yang terusmenerus dan tidak dapat dikendalikan. Mual dan muntah ini mempengaruhi sekitar 50%-70% semua ibu hamil. Namun, hiperemesisi gravidarium hanya sebagian kecil dialami oleh ibu hamil. Hiperemesis gravidarium berat dapat menyebabkan dehidrasi, gangguan keseimbangan asam-basa, gangguan keseimbangan elektrolit, dan kehilangan 5% berat badan atau lebih. Jika hyperemesis gravidarium berlanjut, hyperemesis dapat membahayakan kesejahteraan janin. (Green & Wilkinson, 2012)

a.

Pengkajian Pengkajian adalah tahapa awal dalam proses keperawatan yang merupakan suatu proses sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan emngidentifikasi status kesehatan klien. (Runiara, 2010) Menurut Mitayani (2009), langkah pertama dalam pengkajian ibu hyperemesis gravidarum adalah mengumpulkan data. Data-data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut : 1) Data riwayat kesehatan a) Riwayat kesehatan sekarang Pada riwayat kesehatan sekarang terdapat keluhan yang dirasakan oleh ibu sesuai dengan gejala-gejala pada hyperemesis gravidarum, yaitu: mual, mual dan muntah yang terus-menerus, merasa lemah dan kelelahan, merasa haus dan terasa asam dimulut, serta konstipasi dan demam. Selanjutnya, dapat juga ditemukan berat badan yang menurun, turgor kulit yang buruk dan gangguan elektrolit. Terjadinya oliguria, takikardia, mata cekung, dan icterus. b) Riwayat kesehatan dahulu Kemungkinan ibu pernah mengalami hyperemesis gravidarum sebelumnya, kemungkinan ibu pernah mengalami penyakit yang berhubungan dengan saluran pencernaan yang menyebabkan mual dan muntah. c) Riwayat kesehatan keluarga Kemungkinan adanya riwayat kehamilan ganda pada keluarga.

2) Data fisik biologis Data yang dapat ditemukan pada ibu dengan hyperemesis gravidarum adalah mamae yang membengkak, hiperpigmentasi pada areola mamae, terdapat kloasma gravidarum, mukosa membrane dan bibir kering, turgor kulit buruk, mata cekung, dan sedikit ikterik. Selain itu, ibu juga tampak pucat, lemah, takikardi, hipotensi, serta pusing dan kehilangan kesadaran. a) Riwayat menstruasi Kemungkinan menarche usia 12-14 tahun, siklus menstruasi 28-30 hari, lamanya 5-7 hari, banyaknya 2-3 kali ganti duk/hari, dan kemungkinan ada keluhan waktu menstruasi seperti: nyeri, sakit kepala, dan muntah. b) Riwayat perkawinan Kemungkinan terjadi pada perkawinnan usia muda. c) Riwayat kehamilan dan persalinan Hamil muda : ibu pusing, mual dan muntah, serta tidak ada nafsu makan. Hamil tua: pemeriksaan umum terhadap ibu mengenai kenaikan berat badan, tekanan darah, dan tingkat kesadaran. 3) Data psikologi Riwayat psikologi sangat penting dikaji agar dapat diketahui keadaan ibu sehubungan dengan perilaku terhadap kehamilan. Keadaan jiwa yang labil, mudah marah, cemas, takut akan kegagalan persalinan, mudah menangis, sedih, serta kekecewaan dapat memperberat mual dan muntah. Pola pertahanan diri (koping) yang digunakan ibu tergantung pada pengalamannya terhadap kehamilan serta dukungan dari keluarga dan perawat. 4) Data sosial ekonomi Hiperemesis gravidarum bisa terjadi pada semua golongan ekonomi, namun pada umunya terjadi pada tingkat ekonomi menengah ke bawah. Hal ini diperkirakan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang dimiliki. 5) Data penunjang nilai hemoglobin dan hematocrit Data penunjang yang didapat dari hasil laboratorium, yaitu pemeriksaan darah dan urin. Pemeriksaan darah yaitu nilai hemoglobin dan hematocrit yang meningkat menunjukkan hemokonsentrasi yang berkaitan dengan dehidrasi. Pemeriksaan urinalisis yaitu urin yang sedikit dan konsentrasi yang tinggi akibat dehidrasi, juga terdapatnya aseton di dalam urin.

Sedangkan menurut Runiari (2010), pengkajian yang dapat dilakukan pada ibu dengan hyperemesis gravidarum adalah : 1) Pengkajian Data Subjekrif a) Riwayat kehamilan saat ini meliputi ada tidaknya gemeli, riwayat pemeriksaan antenatal, dan komplikasi. b) Riwayat diet, khususnya intake cairan. c) Pengobatan yang didapat saat ini. d) Riwayat pembedahan khususnya pembedahan pada abdomen. e) Riwayat medis sebelumnya seperti riwayat penyakit obsterti dan ginekologi, kolelitiatis, atau gangguan abdomen lainnya, gangguan tiroid, dan ada tidaknya depresi. f) Riwayat sosial, seperti terpapar penyakit yang mengganggu komunikasi, terpapar dengan lingkungan, tercapainya pelayanan antenatal, peran, tanggung jawab, pekerjaan, ketidakhadiran di tempat bekerja, perubahan status kesehatan, atau stressor kehamilan, respon anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospitilisasi dan kondisi sakit, serta sistem pendukung. g) Intergritas ego seperti konflik intrepersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan persepsi tentang kondisi, dan kehamilan yang tidak di rencanakan. h) Riwayat penyakit sebelumnya meliputi awal kejadiandan lamanya. Jika mengalami muntah kaji warna, volume, frekuensi, dan kualitasya. Kaji juga faktor yang memperberat dan memperingan keadaan, serta pengobatan yang dilakukan baik difasilitas kesehatan atau pengobatan di rumah. i) Gejala-gejala lain seperti bersendawa atau flatus, diare atau konstipasi, serta nyeri pada abdomen. Riwayat nyeri abdomen meliputi lokasi, derajat, kualitas, radiasi, serta faktor yang memeperingan dan memperberat nyeri. j) Pengakjian lain dapat dilakukan dengan menggunakan Rhodes Index of Nausea and Vomiting yang terdiri atas 8 pertanyaan untuk mengkaji frekuensi dan beratnya mual dan muntah. Instrument ini telah diteliti valid dan reliable oleh Family Nurse Practitioner Program, School of Nursing, Uneversity of Texas at Austin.

2) Pengkajian Data Objektif Pengkajian objektif berfokus pengkajian fisik meliputi : a) Tanda vital seperti ada tidaknya demam, takikardia atau hipotensi oteostatik, frekuensi pernapasan meningkat, atau napas bau (aseton). b) Tanda-tanda umum seperti distress, emosial, dan ada tidaknya toksik. c) BB meningkat atau menurun. d) Status hidrasi meliputi turgor kulit, keadaan membrane mukosa (kering atau lembab), dan oliguria. e) Status kardiovaskular seperti kualitas nadi (kuat atau lemah), takikardia atau terjadinya hipotensi ortostatik. f) Keadaan abdomen meliputi suara abdomen (biasanya hipoaktif merupakan keadaan normal dalam kehamilan), adanya nyeri lepas atau nyeri teka, adanya distensi, adanya hepatosplenomegali, dan tanda Murphy dan Mc. Burney’s. g) Genitourinaria seperti nyeri konstovetebral dan nyeri suprapubis. h) Eliminasi seperti perubahan apada konsistensi feses, konstipasi, dan penurunan frekuensi berkemih. i) Keadaan janin meliputipemeriksaan DDJ, TFU, dan perkembangan janin (apakah sesuai dengan usia kehamilan).

Data hasil pengkajian akan menentukan tingkatan hiperemesis gravidarum yang sedang dialami klien. Adapun data yang ditentukan pada masing-masing tingkatan hyperemesis gravidarum adalah sebagai berikut : 1) Hiperemesis tingkatan I Tanda dan gejala yang ditemukan adalah : lemah, nafsu makan tidak, muntah terus-menerus yang mempengaruh keadaan umum klien, BB menurun, nyeri epigastrium, nadi meningkat sekitar 100 x/menit, tekanan sistol darah menurun, temperature tubuh naik, turgot kulit berkurang, lidah kering, mata cekung. 2) Hiperemesis tingkatan II Tanda dan gejala yang ditemukan adalah : tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah kering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik, mata cekung dan sedikit icterus, BB turun,

tekanan darah turun, hemokonsentrasi, oliguria, konstipasi, bau napas (aseton), aseton ditemukan dalam urin. 3) Hiperemsis tingkatan III Tanda dan gejala yang ditemukan adalah : keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari samnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat, tekanan darah menurun, komplikasi fatal terjadi susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati wernicke, dengan gejala nistagmus, diplopia, dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat dari sangat kekurangan zat makanan termasuk vitamin B komplek. Timbulnya icterus menunjukan payah bayi, terjadi perdarahan dari esophagus, lambung, dan retina.

b. Diagnosa Keperawatan Diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok di mana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifiaksi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membattasi, mencegah, dan merubah (Carpenito, 2000 dalam Runiari, 2010). Diagnosis keperawatan pada aklien dengan hyperemesis gravidarum adalah : 1) Hiperemesis gravidarum tingkatan I a) Kekurangan volume cairan dan elektrolit pada ibu dan janin berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan melalui muntah dan tidak adekuatnya intake cairan. b) Perubahan nutrisi untuk ibu : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah yang menetap sekunder akibat hyperemesis. c) Nyeri epigastrium berhubungan dengan nyeri berulang. d) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan karena tidak adekuatnya nutrisi dan peningkatan energy yang dibutuhkan selama kehamilan. e) Perubahan membrane mukosa mulut berhubungan dengan dehidrasi. f) Potensi untuk perbaikan dirumah. g) Tidak

efektifnya

koping

individu

dalam

menerima

berhubungan dengan kehamilan yang tidak direncanakan.

kehamilan

h) Kecemasan dan ketakutan efek hyperemesis terhadap kesejahteraan janin berhubungan dengan kurang pengetahuan. 2) Hiperemesis gravidarum tingkatan II a) Kekurangan volume cairan dan elektrolit pada ibu dan janin berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan melalui muntah dan tidak adekuatnya intake cairan. b) Perubahan nutrisi untuk ibu : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah yang menetap sekunder akibat hyperemesis. c) Konstipasi berhubungan dengan tidak adekuatnya intake cairan. d) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan karena tidak adekuatnya nutrisi dan peningkatan energy yang dibutuhkan selama kehamilan. e) Perubahan membrane mukosa mulut berhubungan dengan dehidrasi. f) Hipertermia berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder terhadap dehidrasi. g) Tidak

efektifnya

koping

individu

dalam

menerima

kehamilan

berhubungan dengan kehamilan yang tidak direncanakan. h) Kecemasan dan ketakutan efek hyperemesis terhadap kesejahteraan janin berhubungan dengan kurang pengetahuan. 3) Hiperemesis gravidarum tingkatan III a) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. b) Kekurangan volume cairan dan elektrolit pada ibu dan janin berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan melalui muntah dan tidak adekuatnya intake cairan. c) Hipertermia berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder terhadap dehidrasi. d) Perubahan nutrisi untuk ibu : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah yang menetap sekunder akibat hyperemesis. e) Konstipasi berhubungan dengan tidak adekuatnya intake cairan. f) Ketidakmampuan beraktivitas berhubungan dengan kelemahan, tidak adekuatnya nutrisi, dan peningkatan energy yang dibutuhkan selama kehamilan. g) Perubahan membrane mukosa mulut berhubungan dengan dehidrasi.

h) Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan muntah menetap sekunder terhadap hyperemesis gravidarum. i) Potensial komplikasi : perdarahan. j) Potensial komplikasi : koma.

c.

Intervensi Keperawatan Dalam melakukan asuhan ekperawatan perlu suatu perencanaan yang baik. Perencanaan

meliputi

pengembangan

strategi

desain

untuk

mencegah,

mengurangi, atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi ppada diagnosis kepeawatan. (Runiari, 2010) 1) Kekurangan volume cairan dan elektrolit pada ibu dan janin berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan melalui muntah dan tidak adekuatnya intake cairan. a) Kaji dan dokumentasikan turgor kulit, kondisi membrane mukosa, TTV, dan berat jenis urin. b) Timbang BB setiap hari dengan menggunakan alat yang sama. c) Kaji dan laporkan warna, jumlah, dan frekuensi emesis. d) Catat intake dan output secara akurat. e) Beri cairan intravena sesuai order yang terdiri dari elektrolit, glukosa, dan vitamin. f) Mulai pemberian terapi nutrisi parenteral sesuai program yang ditetapkan dan pantau aliran infus dengan cermat. g) Istirahatkan klien di tempat yang nyaman. h) Beri agen antieetik sesuai program. i) Pertahankan status NPO sesuai program. j) Anjurkan klie untuk mengkonsumsi cairan per oral dengan perlahan, dan tingkatkan jumlah cairan. k) Tes urin terhadap aseton, albumin, dan glukosa. 2) Perubahan nutrisi untuk ibu : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah yang menetap sekunder akibat hyperemesis. a) Batasi intake oral selama 24-48 jam. b) Mulai pemberian intake per oral sesuai yang diprogramkan dan kemampuan toleransi klien.

c) Kaji keadaan abdomen setiap 2 jam sesuai dengan kondisi klien meliputi ukuran, kontur, peristaltic, dan adanya nyeri, kaji juga TTV. d) Anjurkan klien menghindari makanan berlemak. e) Anjurkan klien untuk makan selingan seperti biscuit, roti, dan teh hangat. f) Beri sajian makanan yang menarik dalam jumlah kecil dan disesuaikan dengan pilihan klien. g) Tingkatkan jumlah makanan secara perlahan sesuai kemampuan toleransi klien. h) Pantau dan dokumentasikan intake oral. i) Anjurkan untuk perawatan mulut sebelum dan sesudah makan atau setelah muntah. j) Pantau BB klien setiap hari denga n menggunakan alat yang sama. k) Pantau tinggi fundus uterus dan denyut jantung janin. l) Pantau kada hemoglobin dan hematocrit. m) Kaji keadaan keton dalam urin. n) Diskusikan pentingnya nutrisi adekuat selama kehamilan. 3) Nyeri epigastrium berhubungan dengan nyeri berulang. a) Kaji tingkat nyeri. b) Atur posisi klien dengan kepala lebih tinggi selam 30 menit setalah makan. c) Alihkan pertain klien pada hal yang menyenangkan. d) Anjurkan klien untuk berisirahat dan batasi pengunjung. e) Perhatkan kebersihan lingkungan dan hindari atau kurangi rangsang bau. f) Anjurkan klien mengkonsumsi jahe (dalam bentuk teh jahe) dan permen rasa mint untuk mengurangi mual dan muntah. 4) Jelaskan dan anjurkan metode dalam mengurangi mual dan muntah antara lain metode penekanan (akupresur) pada daerah P6 point. a) Kolaborasi dalam pemberian antimetik dan sedatif. b) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan karena tidak adekuatnya nutrisi dan peningkatan energy yang dibutuhkan selama kehamilan. c) Anjurkan klien untuk membatasi aktivitas dengan istirahat cukup. d) Anjurkan klien untuk menghindari mengangkat berat. e) Bantu klien beraktivitas secara bertahap juika muntah berkurang.

f) Anjurkan tirah baring yang dimodifikasi sesuai indikasi. g) Bantu klien unutk memenuhi kebersihan diri seperti mandi, mengganti pakaian, dan kebersihan mulut. 5) Tidak Tidak efektifnya koping individu dalam menerima kehamilan berhubungan dengan kehamilan yang tidak direncanakan. a) Terima respon verbal dan nonverbal klien terahadap penyakitnya. b) Ciptakan lingkungan yang nyaman da batasi pengunjung. c) Berikan dukungan psikologis. d) Diskusikan dengan klien dan pasangan tentang kehamilannya e) Jelaskan dampak tidak menerima kehamilan terhadap kondisi klien. f) Berikan penguatan pada

klien bahwa tidak semua orang mampu

mendapatkan keturunan. g) Jelaskan kondisi janin berdasarkan hasil pemeriksaan h) Bantu klien untuk mengidentifikasi kekuatan dirinya dan mekanisme koping yang sebelumnya digunakan. 6) Kecemasan dan ketakutan efek hyperemesis terhadap kesejahteraan janin berhubungan dengan kurang pengetahuan. a) Perlihatkan sikpa menerima rasa takut klien. b) Dorong klirn untuk mengungkapkan perasaan dan kekhawatirannya. c) Bantu klien mengidentifikasi kekuatan dirinya dan mekanisme koping yang sebelumnya digunakan. d) Beri klien informasi yang berhubungan dengan risiko potensial yang dapat terjadi pada janinnya. e) Beri kesempatan pada klien untuk mendiskusikan kekhawatirannya. f) Bantu klien mengidentifikasi sumber-sumber dukungan dan menggerakka individu atau kelompok yang dapat memberinya dukungan berdasarkan pilihan sendiri. g) Atur supaya klien mendapatkan konsultasi psikologi dan konsultasi dari pekerja sosial sesuai dengan kebutuhannya.

d. Impelementasi Keperawatan Menurut Runiari, 2010 tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan

penyakit,

pemulihan

kesehatan,

dan

memfasilitasi

koping.

Pelaksanaan yang kemungkinan terjadi pada klien dengan hyperemesis gravidarium sesuai dengan diagnosis keperawatan adalah sebagai berikut : 1) Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan seperti turgor kulit, membrane mukosa, dan tanda vital. 2) Timbang berat badan stiap hari pada waktu dan dengan alat yang sama. 3) Pantau dan laporkan warna, jumlah, serta frekuensi emesis. 4) Catat intake dan output setiap shift. 5) Pantau hasil laboratorium dan laporkan nilai-nilai yang tidak normal. 6) Pertahankan dan pantau pemberian cairan intravena yang terdiri dari elektrolit, glukosa, dan vitamin. 7) Berikan nutrisi secara parenteral sesusai order (jika diperlukan). 8) Anjurkan dan beri makan dalam porsi kecil tapi sering, berikan makanan ringan yang tidak mengandung lemak setelah muntah berkurang (seperti kacang hijau atau krekes). 9) Anjurkan klien mengkonsumsi jahe (dalam bentuk teh jahe) dan peremen rasa mint untuk mengurangi mual dan muntah. 10) Jelaskan dan bombing klien untuk melakukan metode dalam mengurangi mual dan muntah seperti metode penekanan (akupresur) pada daerah P6 point. 11) Berikan posisi duduk setiap makan. 12) Pertahankan

kebersihan

dan

kenyamanan

lingkungan

serta

batasi

pengunjung. 13) Bimbing klien melakukan teknik relaksasi seperti latihan pernapasan dan aromaterapi. 14) Jelaskan pada klien tentang kondisi, penyebab dan perawatan, serta risiko potensial yang dapat terjadi pada janin. 15) Bantu klien untuk mengidentifikasi kekuatan dirinya dan mekanisme koping yang sebelumnya digunakan. 16) Pantau denyut jantung janin dan tinggi fundus uterus.

17) Lakukan kolaborasi pemberian elektrolit berdasarkan hasil laboratorium 18) Laksanakan tindakan delegasi : memberikan entiemetik saat klien masih muntah.

e.

Evaluasi Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya berhasil dicapai. Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan, evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan. Diagnosis juga perlu dievaluasi dalam hal keakuratan dan kelengkapannya. Tujuan dan intervensi dievaluasi untuk menentukkan apakah tujuan tersebut dapat dicapai secara efektif. (Runiari, 2010). Hal-hal yang dievaluasi pada asuhan keperawatan pada klien dengan hyperemesis gravidarum adalah : 1) Keseimbangan cairan dan elektrolit : Turgor kulit, membrane mukosa, BB sesuai dengan umur kehamilan, tanda-tanda vital, pemeriksaan leboratorium (eletrolit serum, hemoglobin dan hematocrit, serta berat jenis urin). 2) Frekuensi dan bertanya muntah. 3) Intake oral. 4) Pengetahuan dan kesanggupan klien untuk mengikuti diet yang telah diprogramkan. 5) Tingkat nyeri epigastrium. 6) Kemampuan dalam beraktivitas. 7) Kebersihan membrane mukosa oral. 8) Mekanisme koping dalam penerimaan kehamilan. 9) Perasaan dan kekhawatiran terhadap kesejahteraan janin meliputi tinggi fundus uterus dan denyut jantung janin.

3. Pre-eklamsia a.

Pengkajian 1) Identitas Pada wanita hamil primigrafida berusia kurang dari 25 tahun insidennya tiga kali lebih tinggi dibanding dengan usia yang sama dengan multigrafida. Pada wanita hamil berusia lebih dari 35 tahun dapat terjadi hipertensi laten. Meskipun proporsi kehamilan dengan hipertensi kehamilan di Amerika Serikat pada dasawarsa yang lalu meningkat hampir sepertiga. Peningkatan ini sebagian diakibatkan oleh peningkatan jumlah ibu yang lebih tua dan kelahiran kembar. Sebagai contoh, pada tahun 1998 tingkat kelahiran di kalangan wanita usia 30-44 dan jumlah kelahiran untuk wanita usia 45 dan lebih tua berada pada tingkat tertinggi dalam 3 dekade, menurut National Center for Health Statistics. Lebih jauh lagi, antara 1980 dan 1998, tingkat kelahirankembar meningkat sekitar 50 persen secara keseluruhan dan 1000 persen secara keseluruhan, dan 1000 persen di kalangan wanita di usia 40-an. 2) Keluhan utama Keluhan seperti sakit kepala terutama pada kehamilan didapatkan keluhan seperti sakit kepala terutama area kuduk bahkan mata dapat berkunang-kunang, pandangan mata kabur, proteinuria (protein dalam urin), peka terhadap cahaya, nyeri ulu hati. 3) Riwayat penyakit sekarang Pada pasien biasanya akan diawali dengan tanda-tanda mudah letih, nyeri kepala (tidak hilang dengan analgesik biasa), diplopia, nyeri abdomen atas (epigastrium), oliguria (<400 ml/24 jam) serta nokturia dan sebaigainya. Perlu juga ditanyakan apakah klien menderita diabetes, penyakit ginjal, juga ditanyakan apakah klien menderita diabetes, penyakit ginjal, rheumatoid arthritis, lupus, atau scleroderma. Perlu ditanyakan juga mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhan tersebut. 4) Riwayat penyakit dahulu Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti kronis hipertensi (tekanan darah tinggi sebelum hamil), obesitas, ansietas, angina, dispnea, hematuria, nokturia, dan sebagainya. Ibu beresiko dua kali lebih

besar bila hamil dari pasangan yang sebelumnya menjadi bapak dari satu kehamilan yang menderita penyakit ini. Pasangan suami baru mengembalikan risiko ibu sama seperti primigravida. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinanadanya faktor predisposisi. 5) Riwayat penyakit keluarga Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakitpenyakit yang disinyalir sebagai penyebab jantung atau hipertensi. Ada hubungan genetik yang telah diteliti. Riwayat keluarga ibu atau saudara perempuan meningkatkan risiko empat sampai delapan kali. 6) Riwayat psikososial Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya, serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya. 7) Riwayat maternal Kehamilan ganda memiliki risiko lebih ganda dari dua kali lipat 8) Pengkajian sistem tubuh a) B1 (Breathing) pernafasan meliputi sesak nafas sehabis aktivitas, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok, penggunaan obat-obatan pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis. b) B2 (Blood) gangguan fungsi kardiovaskular pada dasarnya berdasarkan dengan meningkatnya afterload jantung akibat hipertensi. Selain itu terdapat perubahan hemodinamik, perubahan volume darah berupa hemokonsentrasi, pembekuan darah terganggu waktu trombin menjadi memanjang. Yang paling khas adalah trombositopenia dan gangguan faktor pembekuan lain seperti menurunnya kadar antitrombin III. Sirkulasi meliputi

adanya

riwayat

hipertensi,

penyakit

jantungkoroner,

episodepalpitasi, kenaikan tekanan darah, tachycardia, kadang bunyi jantung terdengar S2 pada dasar, S3, dan S4, kenaikan TD, nadi denyut jantung jelas dari karotis, jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin. c) B3 (Brain) lesi ini sering karena pecahnya pembuhul darah otak akibat hipertensi. Kelainan radiologis otak dapat diperlihatkan dengan CT-scan atau MRI. Otak dapat mengalami edema vasogenik dan hipoperfusi. Pemeriksaan EEG juga memperlihatkan adanya kelainan EEG terutama setelah kejang yang dapat bertahan dalam jangka waktu seminggu.

Integritas ego meliputi cemas, depresi, euphoria, mudah marah, otot muka tegang, gelisah, pernafasan menghela, dan peningkatan pola bicara. Neurosensori meliputi keluhan kepala pusing, berdenyut, sakit kepala suboksipital, kelemahan pada salah satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (diplopia, pandangan kabur), epitaksis, kenaikan tekanan pada pembuluh darah cerebral. d) B4 (Bladder) riwayat penyakit ginjal dan diabetes, riwayat penggunaan obat diuretic juga perlu dikaji. Seperti pada glomerulopati lainnya terdapat peningkatan permeabilitas terhadap sebagian besar protein dengan berat molekul tinggi. Sebagian besar penelitian biopsy ginjal menunjukkan pembengkakan endotel kapiler glomerulus yang disebut endoteliosis kapiler glomerulus. Nekrosis hemoragik periporta dibagian perifer lobulus hepar kemungkinan besar merupakan penyebab meningkatnya kadar enzim hati dalam serum. e) B5( Bowel) makanan atau cairan meliputi makanan yang disukai terutama yang mengandung tinggi garam, protein, tinggi lemak, dan kolesterol, mual, muntah, perubahan berat badan, dan adanya edema. f) B6 (Bone) nyeri atau ketidaknyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala suboksipital berat, nyeri abdomen, nyeri dada, dan nyeri ulu hati. Keamanan meliputi gangguan cara berjalan, parestesia, dan hipotensi postural.

b. Diagnosa Keperawatan 1) Gangguan perfusi jaringan atau organ, menurun, hipertensi atau kerusakan vaskuler, vasospasme siklik, edema serebral atau perdarahan. 2) Risiko tinggi cidera pada ibu dan janin. Insufisiensi yteroplasenta atau kelahiran premature atau solusio plasenta atau intoksikasi MgSO4. 3) Ansietas ringan, sedang, berat, panic pada ibu. Ancaman keselamatan pada bayi sebelum lahir

c.

Intervensi dan rasional 1) Diagnosa 1 : Gangguan perfusi jaringan atau organ, menurun, hipertensi atau kerusakan vaskuler, vasospasme siklik, edema serebral atau perdarahan. Tujuan : Dengan intervensi keperawatan mandiri dan kolaborasi (pemberian MgSO4 50 ml gram dalam 1000cc D5%) perparental dengan tetesan 12 tts/menit dalam waktu 24 jam hipertensi akan terkontrol sampai ambang batas toleransi untuk ibu dan janin dengan kriteria hasil: a) Tekanan darah 130/90 mmhg b) Ibu tidak merasa pusing c) Pandangan tidak kabur d) DJJ 130-140 X/menit e) Urin output sesuai dengan berat badan ibu. (1) Berikan tirah baring total dengan posisi miring secara selang seling Rasional : Tirah baring dalam posisi miring menyebabkan sirkulasi darah feto maternal tidak mengalami gangguan dan ibu terbebab dari bahaya hipotensi supinasi (2) Pantau pemberian infus MgSO4 50 mg + D5% 1000 cc agar habis dalam 24 jam Rasional : MGSO4 adalah obat anti kejang yang bekerja pada sinap

mioneural

dan

merelaksasi

vasospasme

sehingga

menyebabkan peningkatan perfusi ginjal, mobilisasi cairan ekstra seluler (edema dan dieresis) (3) Pantau urin output Rasional : Pemberian infus D5% + MgSO4 akan meningkatkan GFR ginjal, sehingga urin 24 jam sebagai acuan untuk rehidrasi (4) Monitor tanda-tanda vital Rasional : Tanda-tanda vital menggambarkan keadaan umum ibu dan status hemodinamik 2) Diagnosa II : Risiko tinggi cidera pada ibu dan janin. Insufisiensi teroplasenta atau kelahiran premature atau solusio plasenta atau intoksikasi MgSO4. Tujuan : Gawat janin dan intoksikasi MgSO4 dapat diantisipasi dengan intervensi keperawatan selama 4 jam pemberian MgSO4

dengan kriteria hasil: a) Tanda-tanda vital ibu dalam rentang normal b) Urine output ibu dalam rentang normal c) Ibu tidak merasakan adanya kontraksi uterus dan nyeri abdomen d) Djj dalam rentang 120-160 x/menit e) Ibu merasakan adanya gerakan janin (1) Pantau tanda-tanda vital ibu Rasional : tanda-tanda vital menggambarkan keadaan umum ibu dan status homodinamik (2) Kaji adanya protein uria setiap hari selama pemberian MgSO4 dan selama hipertensi moderat Rasional : kehilangan banyak protein mengakibatkan penurunan tekanan onkotik kolod dan peningkatan tekanan hidrostastik yang mengakibatkan udema anasarka (3) Pantau pemberian IV MgSO4 Rasional

:

pemberian

MgSO4

yang

berlebihan

dapat

mengakibatkan intoksikasi pada ibu. (4) Periksa reflek profunda pada ibu Rasional : hasil pemeriksaan reflex profunda (-) selama pemberian MgSO4 merupakan tanda ibu mengalami intoksikasi MgSO4 (5) Monitor Djj setiap jam selama ibu mengalami hipertensi moderat Rasional : denyut jantung janin 120-160 x/menit merupakan indikasi bahwa janin dalam keadaan sejahtera (6) Tanyakan pada ibu kapan merasakan adanya gerakan janin yang terakhir Rasional : janin yang sehat sedikitnya ibu akan merasakan gerakan bayinya 10 x dalam sehari (7) Berikan lingkungan yang tenang dengan menetapkan ibu dalam ruang isolasi Rasional : lingkungan yang tenang mengurangi stimulasi dan ibu dapat istirahat dengan tenang.

3) Diagnosa III : Ansietas ringan, sedang, berat, panic pada ibu. Ancaman keselamatan pada bayi sebelum lahir Tujuan : Kecemasan ibu dapat diturunkan sampai ambang batas adatatif dengan intervensi keperawatan 15 menit dengan kriteria hasil: a) Ibu mampu mengekspresikan rasa kecemasannya secara konstruktif b) Tanda-tanda vital ibu dalam rentang normal c) Ekspresi wajah rileks (1) Kaji tingkat ansietas pasien, perhatikan tanda depresi dan pengingkaran Rasional : memahami tingkat ansietas klien merupakan modal dasar mengatasi masalah ansietas (2) Dorong dan berikan kesempatan klien untuk mengekspresikan perasaannya Rasional : mengekspresikan masalah merupakan cara mengurangi beban psikologis dan membuat perasaan terbuka untuk bekerja sama memberikan informasi yang akan membantu mengatasi masalah (3) Temani klien untuk beberapa saat dan dengarkan keluhan klien dengan empati Rasional : ditemani dan didengarkan keluhannya membuat orang merasa dihargai dan membangkitkan kepercayaan diri (4) Jelaskan pada ibu bahwa ibu ditangani oleh para professional dibidangnya Rasional : pemahaman klien yang positif terhadap orang-orang yang menangani menambah kepercayaan diri dan meningkatkan motivasi ibu untuk sembuh (5) Kaji tanda-tanda vital ibu Rasional : tanda-tanda vital dalam rentang normal menggambarkan kondisi fisik dan psikis dalam keadaan baik. .

DAFTAR PUSTAKA

Jatiningrum, T (2015). Pendarahan Antepartum. [Online]. Tersedia: eprints.undip.ac.id. Di akses pada tanggal: 7 Maret 2019. Mitayani (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika Runiari, N (2010). Asuhan Keperawatan pada klien dengan Hiperemesis Gravidarum. Penerapan Konsep dan Teori Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Wagiyo, Putrono, (2016), Asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal dan bayi baru lahir fisiologis dan patologis edisi I, Yogyakarta: ANDI

Related Documents


More Documents from "lia lestari"