KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kehadirat tuhan yang maha Esa yang telah memberikan Rahmat serta karuniah-NYA kepada kami sehingga berhasil menyelesaikan malakah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Persepsi Sensori (Konjungtivitis) tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini tak lupa pula penulis mengucapkan terimaksih banyak kepada semua pihak terutama kepada Dosen pengajar mata kuliah sistem persepsi sensori ibu Ns Nurhidayah, S. Kep.M, Kep Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami ucapkan terima kasih. Semoga Tuhan yang maha Esa selalu meridhoi usaha kita. Amin……
Penyusun
Kelompok 3
1
DAFTAR ISI SAMPUL KATA PENGANTAR..........................................................................1 DAFTAR ISI ......................................................................................2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG……………………………………………...4 B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………..5 C. TUJUAN PENULISAN……………………………………….…..5 BAB II PEMBAHASAN A. KONSEP MEDIS 1. DEFENISI …………………………………………………....6 2. ETIOLOGI ……………………………………………………6 3. KLASIFIKASI ………………………………………………...7 4. PATOFISIOLOGI……………………………………………12 5. MANIFESTASI KLINIS …………………………………….14 6. PEMERIKSAAN PENUNJANG ………………………......15 7. KOMPLIKASI ……………………………………………….15 8. PENATALAKSANAAN……………………………………...16 B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KONJUNGTIVITIS 1. PENGKAJIAN ………………………………………………16 2. DIAGNOSA………………………………………………….17 3. INTERVENSI………………………………………………..18 BAB III STUDI KASUS A. PENGKAJIAN………………………………………………22 B. DIAGNOSA…………………………………………………26 C. INTERVENSI……………………………………………….27 D. IMPLEMENTASI…………………………………………...30
2
E. EVALUASI………………………………………………..34 BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN………………………………………………..37 B. SARAN………………………………………………………..37 DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Panca indra adalah organ-organ akhir yang dikhususkan untuk menerima jenis rangsangan tertentu. Serabut saraf yang menanganinya merupakan alat perantara yang membawa kesan rasa dari organ indra menuju ke otak tempat perasaan ini ditafsirkan. Beberapa kesan timbul dari luar seperti sentuhan, pengecapan, penglihatan, penciuman dan suara. Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat kompleks, menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Seluruh lobus otak, lobus oksipital, ditujukan khusus untuk menerjemahkan citra visual. Selain itu, ada tujuh saraf kranial yang memilki hubungan dengan mata dan hubungan batang otak memungkinkan koordinasi gerakan mata. Salah satu penyakit yang dapat
menyerang
indra
penglihatan
yaitu
konjungtivitis.
Sebelumnya, pengertian dari konjungtiva itu sendiri adalah membran yang menutupi sclera dan kelopak bagian belakang. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel goblet yan berfungsi untuk membasahi bola mata terutama kornea. Konjungtiva juga merupakan tempat penyerapan obat. Bila terjadi gangguan pada konjungtiva akan mengakibatkan konjungtivitis. konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva yang ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivitis mata nampak merah, sehingga sering disebut mata merah. Menurut sumber lainnya, Konjungtivitis atau mata memerah adalah
salah
satu penyakit mata
yang bisa
mengganggu
penderitanya sekaligus membuat orang lain merasa tidak nyaman ketika berkomunikasi dengan si penderita. Semua orang dapat tertular konjungtivis, bahkan bayi yang baru lahir sekalipun. Yang bisa ditularkan adalah konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri dan virus. Penularan terjadi ketika seorang yang sehat bersentuhan
4
dengan seorang penderita atau dengan benda yang baru disentuh oleh penderita tersebut. Oleh karena itu, kita harus memahami tentang penyakit konjungtivitis agar dapat memutus mata rantai dari penularannya. (anas, 2010) B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut : 1. Menjelaskan defenisi konjungtivitis 2. Bagaimana etiologi konjungtifitis ? 3. Apa saja Klasifikasi konjungtivitis ? 4. Bagaimana patofisiologi konjungtivitis ? 5. Bagaimana manifestasi klinis pada klien dengan Konjungtivitis? 6. Apa saja komplikasi dari konjungtivitis ? 7. Apa
saja
Pemeriksaan
penunjang
pada
klien
dengan
Konjungtivitis? 8. Bagaimana Penatalaksanaan pada klien dengan Konjungtivitis? C. TUJUAN PENULISAN a. Tujuan Umum Dapat melaksanakan Asuhan Keperawatan pada pendrita konjungtivitis
secara komprehensif berdasarkan langkah-
langkah proses keperawatan b. Tujuan Khusus 1. Mengetahui defenisi konjungtivitis 2. Mengetahui etiologi konjungtifitis 3. Mengetahui Klasifikasi konjungtivitis 4. Mengetahui patofisiologi konjungtivitis 5. Mengetahui
manifestasi
klinis
pada
klien
dengan
Konjungtivitis 6. Mengetahui komplikasi dari konjungtivitis 7. Mengetahui
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan
Konjungtivitis 8. Penatalaksanaan pada klien dengan Konjungtivitis
5
BAB II PEMBAHASAN A. KONSEP MEDIS 1. DEFENISI a. Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Konjungtivitis di tandai dengan mata yang tampak merah , sehingga sering disebut penyakit mata merah. (anas, 2010) b. Konjungtivitis merupakan radang pada konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola
mata
dalam
bentuk
akut
maupun
kronis.
(Prof.dr.H.Sidarta, 2012) c. Konjungtivitis adalah infeksi atau inflamasi pada konjungtiva mata dan biasanya dikenal sebagai “pink eye”. Konjungtivitis biasanya tidak ganas dan bisa sembuh dengan sendirinya. Dapat juga menjadi kronik dan hal ini mengindikasikan perubahan degenerative atau kerusakan akibat serangan akut yang berulang. (istiqomah Indriana, 2010) d. Konjungtiva (selaput lendir mata) dan selaput bening (kornea) merupakan bagian mata yang mudah berhubungan dengan dunia luar , bila selaput lendir mata meradang maka akan terjadi suatu keadaan yang dinamakan konjungtivitis. (Prof. dr. Sidarta Ilyas, 2011) 2. ETIOLOGI Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai hal dan dapat bersifat infeksius seperti bakteri, klamidia , virus, jamur , dan parasite
oleh
bahan
iritatif
(kimia,suhu,radiasi)
maupun
imunologis (pada reaksi alergi). Kebanyakan konjungtivitis bersifat bilateral . Bila hanya unilateral penyebabnya adalah toksis atau kimia. Organisme penyebab terseringnya adalah stafilokokus , streptokokus , pneumokokus dan hemofilus.
6
Adanya infeksi atau virus. Juga dapat disebabkan oleh butirbutir debu dan serbuk sari, kontak langsung dengan kosmetika yang mengandung klorin, atau benda asing yang masuk kedalam mata..(anas, 2010) Konjungtivitis juga dapat terjadi akibat kebersihan mata yang kurang , pemakaian kontak lensa
yang salah yang disertai
masuknya kuman seperti : bakteri, virus, jamur, alergi, terpajan asap, angin, sinar yang kuat
dan penyakit sistemik tampek
lainnya. (Prof. dr. Sidarta Ilyas, 2011) 3. KLASIFIKASI KONJUNGTIVITIS a. Konjungtivitis bakteri Merupakan konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri dapat juga terjadi akibat infeksi gonokok , meningkok , Staphylococcus
aureus,
Staphylococcus
pneumonia
,
hemophilus infulenzae dan escherrichia coli. Gejala yang timbul pada konjungtivitis bakteri antara lain : mukopurulen dan purulent, kemosis konjungtiva , edema kelopak, kadang-kadang disertai keratitis dan blefaritis. Konjungtifitis ini mudah menular , pada satu mata ke mata sebelahnya dan menyebar ke orang lain melalui benda yang dapat menyebarkan kuman. Terdapat 2 bentuk konjungtivitis akut (dapat sembuh sekitar 14 hari) dan biasanya sekunder terhadap penyakit palpebral/ obstruksi duktus nasolakrimalis. (Prof. dr. Sidarta Ilyas, 2011) b. Konjungtivitis bakteri akut Konjungtifitis bakteri akut disebabkan oleh streptococus , corynebacterium diphtherica , pseudomonas , Neisseria dan hemopilus. mukopurulen
Gambaran dan
klinisnya
konjungtivitis
berupa
purulent.
konjungtivitis Dengan
tanda
hiperemi konjungtiva, edema kelopak , papil dan dengan kornea yang jernih. Biasanya diberikan antibiotic. Namun jika pengobatannya tidak memberikan hasil dengan antibiotic setelah 3-5 hari maka pengobatan dihentikan dan tunggu hasil
7
pemeriksaan
mikrobiologik.
Pada
konjungtivitis
bakteri
sebaiknya dilakukan pemeriksaan sediaan langsung dan bila ditemukan jenis kumannya maka pengobatannya disesuaikan. Apabila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung , maka diberikan antibiotik spectrum luas dalam bentuk tetes mata setiap jam atau salep mata 4 – 5X sehari. Apabila dipakaikan tetes mata , sebaiknya sebelum tidur diberikan salep mata (sulfasetamid10-15% atau chloramphenicol). Apabila tidak sembuh
dalam
sau
minggu
bila
mungkin
dilakukan
pemeriksaan resistensi , kemungkinan defisiensi airmata atau kekurangan obstruksi duktus nasolakrimal. (Prof. dr. Sidarta Ilyas, 2011) c. Konjungtivitis virus Konjungtifitis ini dibedakan dari konjungtivitis bakteri berdasarkan secret berair dan purulent terbatas, adanya folikel konjungtiva
dan
pembesaran
kelenjar
getah
bening
preaurikular. Selain itu mungkin juga terdapat edema kelopak dan lakrimasi berlebih. Konjungtivitis ini merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri namun sangat menular. Organisme penyebab tersering adalah adenovirus. Adenovirus juga dapat menyebabkan konjungtivitis
yang
berhubungan
dengan
pembentukan
pseudomembran pada konjungtiva. Terapi untuk konjungtivitis jenis ini tidak diperlukan kecuali terdapat infeksi bakteri sekunder. Pasien harus diberikan instruksi hygiene untuk meminimalkan penyebaran infeksi (misalnya menggunakan handuk yang berbeda). (Bruce James, 2006) d. Konjungtivitis alergi Merupakan bentuk peradangan konjungtiva akibat reaksi alergi penyebabnya adalah bahan kimia, lingkungan, makanan dan obat. Gejalanya Ditandai dengan mata gatal, panas, mata berair, mata merah dan
kelopak mata bengkak (Prof. dr.
8
Sidarta
Ilyas,
2011).
Penggunaan
lensa
kontak
dapat
mengalami reaksi alergi terhadap lensa yang digunakan atau bahan pembersih lensa yang menyebabkan konjungtivitis papilar raksasa dengan secret mukoid. Wlaupun hal ini memberikan respon terhadap terapi topical dengan penstabil sel mast, seringkali penggunaan lensa kontak harus dihentikan sementara waktu atau permanen. (Bruce James, 2006) e. Konjungtivitis gonore Konjungtivitis gonore merupakan konjungtivitis akut dan hebat
yang
disertai
dengan
secret
purulent.
Gonokok
merupakan kuman yang sangat pathogen, virulen dan bersifat invasif sehingga reaksi radang terhadap kuman ini semakin berat. Pada neonatus infeksi konjungtiva terjadi pada saat bayi berada pada jalan lahir, sedangkan pada bayi penyakit ini ditularkan oleh ibu yang sedang menderita penyakit tersebut. Pada orang dewasa terdapat 3 stadium penyakit infiltratif, suparatif dan penyembuhan. Pada stadium infiltratif ditemukan kelopak mata dan konjungtiva yang kaku disertai rasa sakit pada saat diraba. Kelopak mata membengkak sehingga sukar dibuka. Pada umumnya menyerang satu mata terlebih dahulu dan biasanya didahului pada mata kanan. Pada stadium supuratif terdapat sekret yang kental. Pada bayi biasanya mengenai kedua mata dan terdapat sekret berwarna kuning kental. pada orang deasa penyakit ini berlangsung selama 6 minggu dan tidak jarang disertai rasa sakit dan pembesaran kelenjar preaurikul. Pengobatan antibiotic diberikan sesuai dengan pengobatan gonore. Pada stadium penyembuhan semua gejala sangat berkurang. Pengobatan dihentikan bila pada pemeriksaan mikroskopik yang dibuat setiap hari menghasilkan tiga kali berturut-turut negatife.
9
f. Oftalmia neonatorum Oftalmia neonatorum merupakan konjungtivitis purulent hiperakut yang terjadi pada bayi dibawah usia 1 bulan disebabkan oleh penularan dijalan lahir dari secret vagina dapat disebabkan oleh berbagai sebab : 1. Non infeksi Iritasi akibat nitras argentin yang dapat mengakibatkan konjungtivitis kimia yang terjadi 24 jam. Saat ini nitras argenti tidak dipergunakan lagi dan diganti dengan neomycin dan kloramphenicol tetes mata. 2. Infeksi Disebabkan oleh bakteri stafilokok dimana masa inkubasinya lebih dari 5 hari. Klamidia masa inkubasinya 5-10 hari sedangkan neiseria gonore 2-5 hari. Gejala yang timbul adalah bola mata sakit dan pegal, mata mengeluarkan belek atau
kotoran
mukopurulen
dalam
bentuk
tergantung
purulent
,
mukoid
penyebabnya,
dan
konjungtiva
hyperemia dan kemotik (kelopak mata biasanya bengkak). Pencegahan Oftalmia neonatorum Jika ibu hamil mengetahui ia menderita klamidia, gonore, atau herpes genital perlu berkonsultasi pada dokternya
mengenai
perlunya
pengobatan
tambahan
sebelum proses persalinan. Umumnya Oftalmia neonatorum dapat
dicegah
dengan
mengobati
atau
menghambat
penyakit penularan melalui seksual ibu. Pada akhirnya dokter perlu mempertimbangkan jalan kelahiran bayi. g. Konjungtivitis angular Konjungtivitis angular terutama didapatkan di daerah kantus interpalpebra disertai ekskoriasi kulit disekitar daerah meradang.
Konjungtivitis
angular
disebabkan
oleh
basil
Moraxella axenfeld. Pada konjungtivitis angular terdapat secret mukopurulent dan pasien sering mengedip. Pengobatan yang
10
sering diberikan adalah tetraksilin atau basitrasin. Dapat juga diberikan sulfas zinc yang bekerja mencegah proteolysis. h. Konjungtivitis mukopurulen Konjungtivitis dengan
gejala
mukopurulen umum
merupakan
konjungtivitis
konjungtivitis
kataral
mukoid.
Penyebabnya adalah streptokokus pneumonia atau atau basil Koch weeks. Penyakit ini ditandai dengan dengan hiperemia konjungtiva dengan sekret mukopurulen yang mengakibatkan kedua kelopak melekat terutama pada saat bangun pagi. Sering adanya keluhan seperti adanya halo (gambaran pelangi yang sebaiknya dibedakan dengan halo pada glukoma). Gejala penyakit terberat terjadi pada hari ketiga dan bila tidak diobati akan berjalan kronis. Gejala yang timbul adalah ulkus kataral marginal pada kornea atau keratitis superfisial. Pengobatannya dengan membersihkan konjungtiva dan menggunakan antibiotic yang sesuai. i.
Keratokonjungtivitis epidemi Keratokonjungtivitis epidemi disebabkan oleh adenovirus
yang umumnya bilateral. Mudah menular dengan masa inkubasi 8-9 hari dan masa infeksius 14 hari. Pada orang dewasa hanya terjadi di bagian luar mata sedangkan pada anak-anak dapat disertai denga gejala sistemik infeksi seperti demam, sakit tenggorokan dan otitis media. Pada awalnya terdapat infeksi konjungtiva yaitu mata ber air, perdarahan subkonjungtiva,
kadang-kadang
terdapat
pseudomembran.
Kelenjar preurikel membesar dan biasanya gejala akan menurun dalam waktu 7 – 15 hari. j.
Konjungtivitis herpetik Konjungtivitis herpetik merupakan manisfestasi primer
herpes yang terdapat pada anak-anak akibat infeksi virus yang berlangsung selama 2- 3 minggu di tandai dengan
infeksi
unilateral, iritasi, secret mucosa, nyeri dan fotofobia ringan.
11
Keadaan ini di sertai keratitis herpers simpleks dengan vesikel pada kornea yang dapat membentuk gambran dendrit. k. Konjungtivitis new castle Konjungtivits new castle disebabkan oleh virus new castle dengan
gambran
klinis
sama
dengan
demam
faringo
konjungtiva. Penyakit ini biasanya terdapat pada pekerja peternakan unggas yang di tulari oleh virus new castle yang terdapat pada unggas. Gejala yang timbul influenza dengan demam ringan sakit kepala dan nyeri sendi. l.
Konjungtivitis inefektif Jenis kongjuntifitis ini juga berhubungan dengan “pink
eye” dan mudah menular. Wabah “pink eye” dapat terjadi pada populasi yang padat dengan standar kesehatan yang rendah. Penyebab infeksi ini adalah stapilokokus aureus. Gejalanya dilatasi pembulu darah , edema konjungtiva ringan, epifora dan rabas tetapi secara bertahap menjadi lebih tebal atau mucus dan berkembang menjadi purulent yang menyebabkan kelopak mata menyatu dalam posisi tertutup terutama pada saat bangun tidur dipagi hari. Eksudasi lebih berlimpah pada konjungtivitis jenis ini. Dapata ditemukan kerusakan kecil pada epitel kornea. 4. PATOFISIOLOGI Konjungtiva selalu berhubungan dengan dunia luar sehingga sangat
kemungkinan
besar.
Apabila
terinfeksi
dengan
mikroorganisme
ada mikroorganisme
yang dapat
menembus pertahanan konjungtiva berupa tear film yang juga berfungsi untuk melarutkan kotoran-kotoran dan bahan-bahan toksik melalui meatus nasi inferior
maka
dapat
terjadi
konjungtivitis. Konjungtivitis merupakan penyakit mata eksternal yang diderita oleh masyarakat, ada yang bersifat akut atau kronis. Gejala yang muncul tergantung dari factor penyebab konjungtivitis dan factor berat ringannya penyakit yang diderita
12
oleh pasien. Pada konjungtivitis yang akut dan ringan akan sembuh sendiri dalam waktu 2 minggu tanpa pengobatan. Namun ada juga yang berlanjut menjadi kronis, dan bila tidak mendapat penanganan yang adekuat akan menimbulkan kerusakan pada kornea mata atau komplikasi lain yang sifatnya local atau sistemik. Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan factor lingkungan lain yang mengganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari substansi luar. Pada film air mata, unsure berairnya mengencerkan materi infeksi, mucus menangkap debris dan kerja memompa dari pelpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba termasul lisozim. Adanya agen perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi lapis limfoid stroma (pembentukan folikel). Sel-sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel kepermukaan. Sel-sel kemudian bergabung dengan fibrin dan mucus dari sel goblet, embentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur. Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi
pembuluh-pembuluh
konjungtiva
posterior,
menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan mengurang kearah limbus. Pada hiperemi konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan dan hipertrofi papilla yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas, atau gatal. Sensai ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hyperemia agar menambah jumlah air mata. Jika klien
13
mengeluh sakit pada iris atau badan siliare berarti kornea terkena. 5. MANIFESTASI KLINIS Pada konjungtivitis biasanya pasien mengeluh : Nyeri dan iritasi. Konjungtivitis jarang dikaitkan dengan apapun selain rasa tidak nyaman. Nyeri menandakan sesuatu yang lebih serius seperti cedera atau infeksi kornea. Gejala ini membantu membedakan antara konjungtivitis dengan penyakit kornea. Kemerahan.
Pada
konjungtivitis
seluruh
permukaan
konjungtiva termasuk yang melapisi lempeng tarsal ikut terlibat. Jika kemerahan ini ikut terlokalisasi pada injeksi siliar limbus siliaris, maka pertimbangkanlah hal berikut : keratitis, uveitis & glukoma akut. Adanya sekret. Secret purulent menandakan konjungtivitis bakteri. Konjungtivitis virus terutama dikaitkan dengan secret berair. Hilangnya penglihatan. Hal ini dapat terjadi jika kornea sentral terkena. Dilatasi pembuluh darah (biasanya disebut injeksi) Terjadi perdarahan subkonjungtiva, sering kali berwarna merah terang karena teroksigenasi penuh oleh udara sekeliling melalui konjungtiva. (Bruce James, 2006) Gejala subjektif meliputi rasa gatal, kasar (ngeres/tercakar) atau terasa ada benda asing. Penyebab keluhan ini adalah edema konjungtiva, terbentuknya hipertrofi papilaris, dan folikel yang mengakibatkan perasaan adanya benda asing didalam mata. Gejala objektif meliputi hyperemia konjungtiva, epifora (keluar air mata berlebihan), pseudoptosis (kelopak mata atas seperti akan menutup), tampak semacam membrane
14
atau pseudomembran akibat koagulasi fibrin. (Prof. dr. Sidarta Ilyas, 2011)
6. KOMPLIKASI KONJUNGTIVITIS Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan
menimbulkan
komplikasi.
Beberapa
komplikasi
dari
konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya: 1) Glaucoma 2) Katarak 3) Ablasia retina 4) Komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit
dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis .
5) Komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea. 6) Komplikasi
pada
konjungtivitis
pseudomembranasea
adalah
membranasea bila
sembuh
dan akan
meninggalkan jaringan parut yang tebal di kornea yang dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa menjadi buta. 7) Komplikasi
konjungtivitis
vernal
adalah
pembentukan
jaringan sikratik dapat mengganggu penglihatan. 7. PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Pemeriksaan Mata Pemeriksaan tajam penglihatan Pemeriksaan dengan uji konfrontasi, kampimeter dan perimeter (sebagai alat pemeriksaan pandangan). Pemeriksaan dengan melakukan uji fluoresein (untuk melihat adanya efek epitel kornea). Pemeriksaan
dengan
melakukan
uji
festel
mengetahui letak adanya kebocoran kornea). Pemeriksaan oftalmoskop
15
(untuk
Pemeriksaan dengan slitlamp dan loupe dengan sentolop (untuk melihat benda menjadi lebih besar dibanding ukuran normalnya). b. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan pegecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil. 8. PENATALAKSANAAN Secara
umum
pengobatan
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan sulfonamide (sulfacetamide 15%) atau antibiotic (gentamycin 0,3%), chloramphenicol 0,5%. Konjungtivitis akibat alergi dapat diobati dengan antihistamin (antazoline 0,5%, naphazoline 0,05%) atau dengan kortikosteroid (dexametasone 0,1%).
Umumnya
konjungtivitis
dapat
sembuh
tanpa
pengobatan dalam waktu 10-14 hari, dan dengan pengobatan, sembuh dalam waktu 1-3 hari. (istiqomah Indriana, 2010)
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN Adapun konsep dasar asuhan keperawatan konjungtivitis adalah sebagai berikut (istiqomah Indriana, 2010) : 1. PENGKAJIAN Anamnesis : Kaji gejala yang dialami klien sesuai dengan jenis konjungtivitis yang terjadi meliputi gatal dan rasa terbakar pada alergi, sensasi benda asing pada bakteri akut dan infeksi virus, nyeri dan fotofobia jika terkena kornea, keluhan peningkatan produksi airmata, pada anak-anak dapat disertai dengan demam. Kaji riwayat detail tentang masalah sekarang dan catat riwayat cedera atau terpajan lingkungan yang tidak bersih.
16
Pemeriksaan : Pemeriksaan fisik (inspeksi) untuk mencari karakter/tanda konjungtivitis yang meliputi : 1) Hiperemi konjungtiva yang tampak paling nyata pada fornix dan mengurang kearah limbus. 2) Kemungkinan
adanya
secret
:
mukourulen
yang
berlimpah pada infeksi bakteri yang menyebabkan kelopak
mata
lengket
pada
saat
bangun
tidur,
sedangkan pada virus berair atau encer 3) Terjadi edema pada konjungtiva 4) Blefarospasme dan lakrimasi 5) Konjungtiva palpebral (merah, kasar, seperti beludru karena ada edema dan infiltrasi) 6) Konjungtiva bulbi, injeksi konjungtiva banyak, kemosis, dapat
ditemukan
pneumokok.
pseudo
membrane
Kadang-kadang
disertai
pada
infeksi
perdarahan
subkonjungtiva kecil-kecil baik dikonjungtiva palpebral maupun
bulbi
yang
biasanya
disebabkan
oleh
pneumokok atau virus. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan visus, kaji visus klien dan catat derajat pandangan perifer klien Karena jika terdapat secret yang menempel pada kornea dapat menimbulkan kemunduran visus/melihat halo. 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN Berikut adalah diagnose yang muncul pada pasien dengan konjungtivitis menurut (istiqomah Indriana, 2010) : 1. Nyeri berhubungan dengan edema dan infiltrasi konjungtiva yang ditandai dengan peningkatan eksudasi , fotofobia dan lakrimasi.
17
2. Resiko tinggi penularan penyakit pada mata lain atau pada orang
lain
yang
berhubungan
dengan
keterbatasan
pengetahuan klien tentang penyakit. 3. Resiko tinggi cedera yang berhubungan dengan penurunan lapang pandang 3. INTERVENSI KEPERAWATAN Menurut (istiqomah Indriana, 2010) intervensi keperawatan yang muncul berdasarkan diagnosa yaitu sebagai berikut: 1. Nyeri berhubungan dengan edema dan infiltrasi konjungtiva yang ditandai dengan peningkatan eksudasi , fotofobia dan lakrimasi. Tujuan : Melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri/ fotofobia /eksudasi Menunjukan perbaikan keluhan Intervensi keperawatan : Kompres tepi palpebral (mata dalam keadaan tertutup) dengan larutan salin selama 3 menit. Rasionalnya melepaskan eksudat yang lengket pada tepi palpebral. Usap eksudat secara perlahan dengan kapas yang sudh dibasahi salin dan dan setiap kapas hanya bisa dipakai 1x usapan. Rasionalnya membersihkan palpebral dari eksudat tanpa menimbulkan nyeri dan meminimalkan penyebaran mikroorganisme. Beritahu klien agar tidak menutup mata yang sakit. Rasionalnya mata tertutup merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Anjurkan klien untuk menggunakan kacamata gelap. Rasionalnya pada klien fotofobia, kacamata gelap dapat menurunkan cahaya yang masuk pada mata sehingga sensitifitas pada mata menurun. Pada konjungtivitis
18
alergi kacamata dapat mengurangi ekspose terhadap allergen atau mencegah iritasi lingkungan. Anjurkan pada klien wanita dengan konjungtivitis alergi agar menghindari atau mengurangi penggunaan tatarias hingga semua gejala konjungtivitis hilang. Bantu klien mengidentifikasi sumber allergen yang lain. Tekankan pentingnya penggunaan kacamata hitam. Rasionalnya mengurangi ekspose allergen atau iritan. Kaji kemampuan klien menggunakan obat mata dan ajarkan klien cara penggunaan obat tetes mata atau salep mata. Rasionalnya mengurangi resiko kesalahan penggunaan obat Kolaborasi dalam pemberian : -
Antibiotik
(mempercepat
proses
penyembuhan
konjungtivitis inefektif dan mencegah infeksi sekunder pada konjungtivitis viral. Tetes mata diberikan pada siang hari dan salep diberikan pada malam hari, untuk mengurangi lengketnya kelopak mata pada pagi hari. -
Analgesic
mengurangi
ringan nyeri
seperti
seperti
asetaminofen
nyeri
periorbital
(agar pada
konjungtivitis viral. - Vasokonstriktor seperti nafazolin (agar mengurangi dilatasi pembulu darah pada konjungtivitis alergi) - Berikan antihistamin oral. 2. Resiko tinggi penularan penyakit pada mata lain atau pada orang
lain
yang
berhubungan
dengan
keterbatasan
pengetahuan klien tentang penyakit. Kriteria hasil : Klien memiliki pengetahuan yang adekuat tentang tindakan pencegahan penularan Melakukan tindakan pencegahan penularan penyakit
19
Tidak terjadi penularan penyakit dari mata yang satu kemata yang lain atau pada orang lain. Intervensi keperawatan : Beritahu klien untuk mencegah penukaran sapu tangan, handuk, dan bantal dengan anggota keluarga lain. Klien sebaiknya
menggunakan
tissue.
Rasionalnya
meminimalkan resiko penyebab infeksi Ingatkan klien untuk tidak menggosok mata yang sakit atau kontak sembarangan dengan mata. Rasionalnya menghindari penyebaran infeksi pada mata yang lain dan pada orang lain. Ajarkan klien untuk melakukan cuci tangan yang baik dan benar. Anjurkan klien mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pengobatan dan gunakan sapu tangan atau handuk yang bersih. Beritahu klien untuk menggunakan obat tetes atau salep mata denga benar tanpa menyentuh ujung botol pada mata atau bulumata klien. Rasionalnya prinsp higienis perlu ditekankan pada klien
untuk
mencegah
repikasi
kuman
sehingga
penyebaran infeksi dapat dicegah. Bersihkan alat yang digunakan untuk memeriksa klien. Rasionalnya
untuk mecegah infeksi silang pada orang
lain. 3. Resiko tinggi cedera yang berhubungan dengan penurunan lapang pandang Intervensi keperawatan : Bersihkan secret pada mata dengan cara yang benar. Rasionalnya secret mata akan membuat pandangan kabur Perhatikan keluhan penglihatan kabur yang dapat terjadi setelah penggunaan obat tetes mata dan salep mata. Rasionalnya memberikan informasi pada klien agar tidak
20
melakukan
aktifitas
berbahaya
sesaat
setelah
penggunaan obat. Gunakan
kacamata
hitam.
Rasionalnya
mengurangi
fotofobia yang dapat mengganggu penglihatan klien.
21
BAB III STUDY KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KONJUNGTIVITIS AKUT
Nn. H , umur 19 tahun datang ke RS. Syeikh Yusuf dengan keluhan demam sejak tiga hari yang lalu, nyeri pada mata sebelah kanan, mata merah, kering dan seperti kelilipan, mata berair disertai keluarnya secret yang banyak sehingga mata sukar dibuka terutama pada waktu bangun tidur. pasien mengatakan keluhan yang dirasakan ini sudah di alami sejak seminggu yang lalu. Sebelumnya pasien pernah ke poli mata untuk memeriksa keadanya. Dokter sudah memberikan obat namun tidak ada perubahan. Oleh karena itu klien meminta untuk dilakukan rawat inap. Dari hasil observasi ditemukan adanya penumpukan eksudat purulent, mata merah, mata berair, dan nyeri tekan pada daerah mata, Klien tampak pucat, terlihat lemas, Mukosa bibir kering dan Cemas terhadap penyakit yang diderita. Saat ini secret pada konjungtiva sudah di ambil untuk dilakukan kultur dan sitologik. Pada pengkajian di dapatkan TTV suhu 380c, nadi 92x/menit, TD 110/70 Mmhg, pernafasan 28x/menit hasil lab HB 11 gr/dl, leukosit 15.000 diagnosis medis saat ini konjungtivitis akut
A. PENGKAJIAN BIODATA KLIEN Nama
: Nn.H
Umur
: 19 tahun
Jenis Kelamin
: perempuan
No. Register
: 1330091184
Alamat
: JL.tamalanrea
Status Perkawinan : belum kawin Diagnosa Medis
: Konjungtivitis Akut
22
ANAMNESE 1. Riwayat kesehatan sekarang Keluhan utama : Klien demam sejak tiga hari yang lalu, nyeri pada mata sebelah kanan, mata merah, kering dan seperti kelilipan, mata berair disertai keluarnya secret yang banyak sehingga mata sukar dibuka terutama pada waktu bangun tidur. pasien mengatakan keluhan yang dirasakan ini sudah di alami sejak seminggu yang lalu. 2. Riwayat kesehatan masa lalu. a. Riwayat alergi (obat, makanan, binatang, lingkungan) Klien tidak pernah mempunyai riwayat alergi obat, makanan, binatang, dan lingkungan. b. Riwayat kecelakaan Klien tidak pernah mengalami riwayat kecelakaan sebelumnya c. Riwayat dirawat di Rumah Sakit (kapan, alasan, berapa lama) Klien belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya d. Riwayat pemakaian obat Klien tidak pernah memakai obat dalam jangka waktu yang lama. e. Riwayat trauma mata. Klien tidak pernah mengalami trauma pada bagian mata sebelumnya. 3. Riwayat Kesehatan Keluarga Keluarga klien tidak pernah ada riwayat penyakit mata seperti ini sebelumnya
Pemeriksaan TTV 1. Tekanan darah
: 110/70 mmHg (normal: 120/80 mmHg)
2. Nadi
: 92 x/menit (normal: 80-100 x/menit)
3. Frekuensi nafas
: 28 x/menit (normal: 12-24 x/menit)
4. Suhu tubuh
: 38oC (normal: 36-37,5o C)
Data penunjang Hasil lab :
23
- HB 11 gr/dl - leukosit 15.000
KLASIFIKASI DATA Data subjektif
Data objektif
Pasien mengatakan :
TTV
- Demam sejak tiga hari yang lalu-
TD : 110/70 mmHg,
- Nyeri pada mata sebelah kanan-
N : 92 x/menit,
- Mata merah, kering dan seperti -
S : 38 0 C
kelilipan
-
RR : 28 x/menit
- Mata berair disertai keluarnya Hasil pemeriksaan ditemukan : secret yang banyak sehingga - Adanya eksedut purulent mata sukar dibuka terutama - mata merah pada waktu bangun tidur. - Keluhan
yang
dirasakan
- nyeri tekan pada daerah mata ini - Hasil laboratorium :
sudah di alami sejak seminggu
Hb : 11 gr/dl
yang lalu.
Leukosit : 15. 000
- Cemas terhadap penyakit yang diderita
- Skala nyeri 4 P
:
nyeri
bertambah
saat
beraktifitas Q : sakit seperti disengat lebah R : nyeri sekitar mata S : nyeri sedang T : nyeri saat di tekan - Klien tampak pucat - Mukosa mulut kering - Pasien terlihat lemas - Pasien tampak cemas
24
ANALISA DATA NO 1
DATA DS : Pasien mengatakan -
Nyeri
ETIOLOGI
PROBLEM
Peradangan
Nyeri
pada konjungtiva
pada
mata
sebelah kanan -
Mata
berair
disertai
keluarnya secret yang banyak sehingga mata sukar dibuka terutama pada
waktu
bangun
tidur. DO: -
Nyeri tekan
-
Skala nyeri 4
P: nyeri bertambah saat beraktifitas Q: sakit seperti disengat lebah R:
letak
nyeri
di
konjungtiva S : nyeri sedang T : nyeri saat di tekan 2
DS :
Proses terjadinya Hipertermi
Pasien mengatakan -
infeksi
Demam sejak tiga hari yang lalu
DO: -
Klien tampak pucat
-
Mukosa mulut kering
-
Pasien terlihat lemas
-
TD : 110/70 mmHg,
25
3
-
N : 92 x/menit,
-
S : 38 0C
-
RR : 28 x/menit
DS Klien mengatakan -
Mata
merah,
kering
Kurangnya
Resiko
pengetahuan
penularan pada
tentang penyakit
mata sebelah
dan seperti kelilipan -
Mata
berair
kiri
disertai
keluarnya secret yang banyak sehingga mata sukar dibuka terutama pada
waktu
bangun
tidur. DO : -
Adanya
eksedut
purulent 4
DS
kurangnya
Pasien mengatakan : -
Cemas
Ansietas
pengetahuan
terhadap
penyakit yang diderita
tentang proses penyakit
DO -
Klien tampak cemas
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN Berdasarkan analisa data diatas, maka diagnose keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut : 1. Nyeri b/d proses peradangan pada konjungtiva 2. Hipertermi b/d proses terjadinya infeksi 3. Resiko penularan b/d kurangnya pengetahuan tentang penyakit 4. Ansietas b/d kurangnya pengetahuan tentang penyakit
26