ASUHAN KEPERAWATAN Pada pasien HIV AIDS
Untuk memenuhi tugas MK : Keperawatan Hiv Aids Oleh : Ns Pricilya M. Warwuru, S.kep, M.kes.
DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :
1. Candra Wijaya Pobela 2. Astuti Molanu 3. Sandy 4. Novriawan Mokodompit
STIKES GRAHA MEDIKA KOTAMOBAGU T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt, yang telah melimpahkan Rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan lancar. Tugas ini kami susun untuk memenuhi tugas Askep pada pasien HIV AIDS. Kami menyadari bahwa dalam penyelesaian Tugas ini, kami banyak mendapat bimbingan, nasihat serta bantuan dari berbagai pihak, kami menyadari bahwa Tugas ini tentu tidak lepas dari kekurangan untuk itu masukan dari para pembaca sangat kami harapkan. Akhir kalimat kami berharap semoga Tugas ini memberikan manfaat bagi perkembangan kesehatan Indonesia. Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Kotamobagu, 16 Maret 2018
Kelompok 4
DAFTAR ISI
Judul............................................................................................................................................ Kata Pengantar …………………………………………………………………...................... Daftar Isi…………………………………………………………………………..................... BAB I. Pendahuluan …………………………………………………………......................... A. Latar Belakang …………………………………………………………........................ B. Tujuan …………………………………………………………................................... BAB II. Tinjauan Teori ………………………………………………………...................... A. Pengertian Hiv/Aids B. Etiologi Hiv/Aids C. Patofisiologi Hiv/Aids D. Pathway Hiv/Aids E. Stadium penyakit Hiv/Aids F. Manifestasi klinis Hiv/Aids G. Pengaruh penularan Hiv/Aids H. Pemeriksaan Diagnostik Hiv/Aids I. Penatalaksanaan Hiv/Aids J. Komplikasi Hiv/Aids BAB III. Pengkajian Keperawatan……………………………………………………. BAB IV. Asuhan Keperawatan………………………………………………………… Daftar Pustaka......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit HIV / AIDS merupakan penyakit yang terus berkembang dan menjadi masalah global yang melanda dunia, menurut data WHO ( World Health Organization ) tahun 2012, penemuan kasus HIV di dunia pada tahun 2012 mencapai 2,3 juta kasus, dimana sebanyak 1,6 juta penderita meninggal karena AIDS dan 210.000 penderita berusia di bawah 15 tahun ( WHO, 2012 ). Berdasarkan data Ditjen P2PL ( pengendalian dan penyuluhan Lingkungan ), statistik kasus HIV / AIDS yang dilaporkan dari tahun 2011 – 2012 mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2011 kasus baru HIV sebesar 21.031 kasus. Hasil survei yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar tahun 2013 menunjukkan bahwa pengetahuan tentang HIV / AIDS pada kelompok remaja usia antara 14 – 24 tahun, 79 % kurang memahami dengan benar mengenai HIV/AIDS dan sebanyak 2 % remaja memahami dengan benar HIV/AIDS. Perlu pemahaman tentang perilaku seksual pada remaja sebab, masa remaja merupakan masa peralihan dari perilaku seksual anak –anak menjadi perilaku seksual dewasa. Kurangnya pemahaman tentang perilaku seksual pada remaja amat merugikan bagi remaja itu sendiri termasuk perilakunya. Sebab pada masa ini remaja mengalami perkembangan yang penting yaitu kognitif, emosi, sosial, dan seksual ( Soetjiningsih 2010 ). B. Rumusan Masalah Untuk mengetahui definisi, etiologi hingga Asuhan Keperawatan pada pasien dengan HIV / AIDS. C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum. Menjelaskan tentang penyakit yang berhubungan dengan HIV/AIDS dan menjelaskan Asuhan Keperawatan pada pasien HIV/AIDS. 2. Tujuan Khusus. a. Menjelaskan definisi dari HIV/AIDS. b. Menjelaskan Etiologi dari HIV/AIDS. c. Menjelaskan Epidemiologi HIV/AIDS. d. Menjelaskan Pathway HIV/AIDS. e. Menjelaskan Patofisiologi HIV/AIDS. f. Menjelaskan Stadium Penyakit HIV/AIDS. g. Menjelaskan Manifestasi Klinis HIV/AIDS. h. Menjelaskan Pencegahan Penularan HIV/AIDS. i. Menjelaskan Pemeriksaan Diagnostik HIV/AIDS. j. Menjelaskan Penatalaksanaan HIV/AIDS. k. Menjelaskan Komplikasi HIV/AIDS. l. Menjelaskan Asuhan Kepeawatan HIV/AIDS. m.
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian HIV ( Human Immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang relatif lama dapat menyebabkan AIDS. Sedangkan AIDS sendiri adalah suatu sindroma penyakit yang muncul secara kompleks dalam waktu relatif lama karena penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV. Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala penyakit karena menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV. Centers for Disease Control (CDC) merekomendasikan bahwa diagnosa AIDS ditujukan pada orang yang mengalami infeksi opportunistik, dimana orang tersebut mengalami penurunan sistem imun yang mendasar (sel T berjumlah 200 atau kurang) dan memiliki antibodi positif terhadap HIV. Kondisi lain yang sering digambarkan meliputi kondisi demensia progresif, “wasting syndrome”, atau sarkoma kaposi (pada pasien berusia lebih dari 60 tahun), kanker-kanker khusus lainnya yaitu kanker serviks invasif atau diseminasi dari penyakit yang umumnya mengalami lokalisasi misalnya, TB (Tubercolosis). (Doenges, 2000). B. Etiologi AIDS adalah gejala dari penyakit yang mungkin terjadi saat system imun dilemahkan
oleh
virus
HIV.
Penyakit
AIDS
disebabkan
oleh
Human
Immunedeficiency Virus (HIV), yang mana HIV tergolong ke dalam kelompok retrovirus dengan materi genetik dalam asam ribonukleat (RNA), menyebabkan AIDS dapat membinasakan sel T-penolong (T4), yang memegang peranan utama dalam sistem imun. Sebagai akibatnya, hidup penderita AIDS terancam infeksi yang tak terkira banyaknya yang sebenarnya tidak berbahaya, jika tidak terinfeksi HIV (Daili, 2005) Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu : a. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala. b. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness. c. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
d. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, BB menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut. e. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist. AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah : a. Lelaki homoseksual atau biseks. b. Orang yang ketagian obat intravena c. Partner seks dari penderita AIDS d. Penerima darah atau produk darah (transfusi). e. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.
C. Patofisiologi Ada 4 etiologi yang dapat menyebabkan penyakit Hiv/Aids yaitu hubungan seksual dengan pasangan yang terinfeksi hiv, transfusi darah yang terinfeksi Hiv, tertusuk jarum bekas penderita Hiv, dan ibu hamil yang menderita Hiv. Kemudian virus masuk kedalam peredaran darah terjadi penurunan struktural Cd4, mikrofag, dan sel B. apabila ketiga hal terjadi penurunan maka akan menyebabkan perubahan struktural sel akibat transkip RNA virus + DNA sel sehingga terbentuknya provirus dan menyebabkan sel pejau ( Thelper, Limfosit, B,makrofag ) mengalami kelumpuhan dan akhirnya terjadi penurunan sistem kekebalan tubuh. Apabila sistem kekebalan tubuh menurun munculah infeksi Oportunistik. Apabila virus menyerang pada bagian sistem Gastointestinal maka terjadi percampuran antara virus Hiv dan kuman salmonela, clostidium, dan candida. Sehingga menginvansi mukosa saluran cerna, terjadi peningkatan peristaltik dan menyebabkan diare sehingga menimbulkan masalah keperawatan perubahan eliminasi (Bab), gangguan nutrisi < keb tubuh, Resiko kekurangan volume cairan. Apabila virus Hiv menyerang integumen maka akan muncul herpes Zoster dan herpes simpleks, akan menyebabkan dermatitis sereboika dan terjadi ruam, difus, bersisik, kulit kering, dan mengelupas sehingga menimbulkan masalah keperawatan resiko kerusakan integritas kulit. Apabila menyerang bagian sistem reproduksi jamur candidiasis akan menyebabkan ulkus genital dan muncul masalah keperawatan resiko kerusakan integritas kulit. Apabila menyerang sistem respirasi virus akan menurunkan sistem imun sehingga microbacterium Tb aktif dan menyebabkan Pcp ( Pneumonia pnemocysitis ) akan menimbulkan gejala demam, batuk, nafas pendek, sehingga menimbulkan masalah keperawatan yaitu Hipertermi, bersihan jalan napas, pola nafas tidak efektif. Pada bagian sistem neurologi, virus kriptococus meningitis aktif sehingga terjadi perubahan, status mental, kejang, kaku kuduk, kelemahan, dan masalah keperawatan yang muncul adalah resiko tinggi cidera, resiko tinggi kekurangan volume cairan, dan intoleransi aktivitas. ( sumber : id.pdfcoke.com)
D. Pathway
Hubungan seksual dengan pasangan yang berganti – ganti dengan terinfeksi HIV
Transfusi darah yg terinsfeksi hiv
Tertusuk jarum bekas penderita Hiv
Ibu hamil menderita HIV
Virus masuk dalam tubuh lewat luka berdarah Sperma terinfeksi masuk kedalam tubuh pasangan lewat mukosa vaia, anus yang lecet atau luka
Virus masuk dalam peredaran darah dan invasi sel target Hospes T helper / CD4+
Makrofag
Sel B
Terjadi pembuahan pada struktural sel diatas akibat transkripsi IRA virus + DNA sel sehingga terbentukya provirus Sel penjamu (T helper, limfosit B, makrofag) mengalami kelumpuhan Menurunnya sistem kekebalan tubuh Infeksi Oportunistil
Sistem GIT
Virus HIV + Kuman Samonela, clostridium,andida Menginvasi Mukosa saluran cerna
Peningkatan Peristaltik Diare MK : - Perubahan Eliminasi (Bab) - Gangg Nutrisi< Keb. Tubuh - Resiko Kekurangan Volume Cairan
Integumen
Herpes zoster + Herpes simpleks
Dermatitis Serebroika
Sistem Reproduksi
MK : Resiko Kerusakan Integritas Kulit
Sistem Neurologi
Candidiasis
Mucbakterium TB
Kriptococus
Ulkus Genital
PCP (Pneumonia Pneumocystis
Meningitis Kriptococus
Demam, Batuk Non Produktif, Nafas Pendek
Ruam, Difus, Bersisik, Folikulitas, Mengelupas eksema Psoriasis
Sistem Respirasi
Terapi Trimetoprim sulfame Ruam, Pruritus, Papula, Makula Merah Muda MK : Nyeri
MK : - Hipertermi - Bersihan Jalan nafas - Pola Nafas Tidak Efekif
Perubahan Status Mental, Kejang, Kaku Kuduk, Kelemahan, Mual Kehilangan Nafsu Makan, Vomitus, Demam, Panas, Pusing MK : - Resiko tinggi cedera - Ggn. Nutrisi
E. Stadium Penyakit Menurut Nursalam (2007) pembagian stadium HIV menjadi AIDS ada empat stadium yaitu 1. Stadium pertama HIV Infeksi dimulai dengan masuknya HIV dan diikuti terjadinya perubahan serologi ketika antibodi terhadap virus tersebut berubah dari negatif menjadi positif. Rentan waktu sejak HIV masuk ke dalam tubuh sampai tes antibodi terhadap HIV menjadi positif disebut window period. Lama window period satu sampai tiga bulan, bahkan ada yang berlangsung sampai enam bulan. 2. Stadium kedua asimtomatik ( tanpa gejala ) Asimtomatik berarti bahwa didalam organ tubuh tidak menunjukkan gejala gejala. Keadaan ini dapat berlangsung selama 5 – 10 tahun. Pasien yang tampak sehat ini sudah dapat menularkan HIV kepada orang lain. 3. Stadium ketiga pembesaran kelenjar limfe Pembesaran kelenjar limfe secara menetapdan merata (Persistent Generalized Lymphadenopaty), tidak hanya muncul pada satu tempat saja, dan berlangsung selama satu bulan. 4. Stadium keempat AIDS. Keadaan inidisertai adanya bermacam – macam penyakit antara lain penyakit saraf, infeksi sekunder dan lain – lain.
F. Manifestasi Klinis Menurut Mandal (2004) tanda dan gejala penyakit AIDS menyebar luas dan pada dasarnya dapat mengenai semua sistem organ. Penyakit yang berkaitan dengan infeksi HIV dan penyakit AIDS terjadi akibat infeksi dan efek langsung HIV pada jaringan tubuh. Adanya HIV dalam tubuh seseorang tidak dapat dilihat dari penampilan luar. Orang yang terinfeksi tidak akan menunjukan gejala apapun dalam jangka waktu yang relatif lama (±7-10 tahun) setelah tertular HIV. Masa ini disebut masa laten. Dari masa laten kemudian masuk ke keadaan AIDS dengan gejala sebagai berikut: Gejala Mayor: a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan. Gejala Minor: a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan b. Adanya herpes zostermultisegmental dan herpes zoster berulang c. Kandidias orofaringeal d. Limfadenopati generalisata e. Ruam Menurut Anthony (Fauci dan Lane, 2008), gejala klinis HIV/AIDS dapat dibagikan mengikut fasenya. 1. Fase akut Sekitar 50-70% penderita HIV/AIDS mengalami fase ini sekitar 3-6 minggu selepas infeksi primer. Gejala-gejala yang biasanya timbul adalah demam, faringitis, limpadenopati, sakit kepala, arthtalgia, letargi, malaise, anorexia, penurunan berat badan, mual, muntah, diare, meningitis, ensefalitis, periferal neuropati,
myelopathy,
mucocutaneous
ulceration,
dan
erythematous
maculopapular rash. 2. Fase asimptomatik Fase ini berlaku sekitar 10 tahun jika tidak diobati. Pada fase ini virus HIV akan bereplikasi secara aktif dan progresif. Tingkat pengembangan penyakit secara langsung berkorelasi dengan tingkat RNA virus HIV. Pasien dengan tingkat RNA virus HIV yang tinggi lebih cepat akan masuk ke fase simptomatik daripada pasien dengan tingkat RNA virus HIV yang rendah. 3. Fase simptomatik Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS. G. Pencegahan Penularan Dengan mengetahui cara penularan HIV, maka akan lebih mudah melakukan langkahlangkah pencegahannya. Secara mudah, pencegahan HIV dapat dilakukan dengan rumusan ABCDE yaitu: -
A= Abstinence, tidak melakukan hubungan seksual atau tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah
-
B = Being faithful, setia pada satu pasangan, atau menghindari berganti-ganti pasangan seksual
-
C = Condom, bagi yang beresiko dianjurkan selalu menggunakan kondom secara benar selama berhubungan seksual
-
D = Drugs injection, jangan menggunakan obat (Narkoba) suntik dengan jarum tidak steril atau digunakan secara bergantian
-
E = Education, pendidikan dan penyuluhan kesehatan tentang hal-hal yang berkaitan dengan HIV/AIDS
H. Pemeriksaan Diagnostik Pada daerah di mana tersedia laboratorium pemeriksaan anti-HIV, penegakan diagnosis dilakukan melalui pemeriksaan serum atau cairan tubuh lain (cerebrospinal
fluid) penderita. 1. ELISA (enzyme linked immunosorbent assay) ELISA digunakan untuk menemukan antibodi (Baratawidjaja). Kelebihan teknik ELISA yaitu sensitifitas yang tinggi yaitu 98,1 %-100% (Kresno). Biasanya memberikan hasil positif 2-3 bulan setelah infeksi. 2. Western Blot Western blot biasanya digunakan untuk menentukan kadar relatif dari suatu protein dalam suatu campuran berbagai jenis protein atau molekul lain. Biasanya protein HIV yang digunakan dalam campuran adalah jenis antigen yang mempunyai makna klinik, seperti gp120 dan gp41 (Kresno, 2001). 3. PCR (Polymerase Chain Reaction) Kegunaan PCR yakni sebagai tes HIV pada bayi, pada saat zat antibodi maternal masih ada pada bayi dan menghambat pemeriksaan secara serologis maupun status infeksi individu yang seronegatif pada kelompok risiko tinggi dan sebagai tes konfirmasi untuk HIV-2 sebab sensitivitas ELISA rendah untuk HIV-2 (Kresno, 2001).
I. Penatalaksanaan A. Non Farmakologi 1. Fisik Aspek fisik pada PHIV ( pasien terinfeksi HIV ) adalah pemenuhan kebutuhan fisik sebagai akibat dari tanda dan gejala yang terjadi. Aspek perawatan fisik meliputi : a) Universal Precautions
Universal precautions adalah tindakan pengendalian infeksi sederhana yang digunakan oleh seluruh petugas kesehatan, untuk semua pasien setiap saat, pada semua tempat pelayanan dalam rangka mengurangi risiko penyebaran infeksi. Prinsip-prinsip universal precautions meliputi: 1). Menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh. Bila mengenai cairan tubuh pasien menggunakan alat pelindung, seperti sarung tangan, masker, kacamata pelindung, penutup kepala, apron dan sepatu boot. Penggunaan alat pelindung disesuakan dengan jenis tindakan yang akan dilakukan. 2). Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, termasuk setelah melepas sarung tangan. 3). Dekontaminasi cairan tubuh pasien. 4). Memakai alat kedokteran sekali pakai atau mensterilisasi semua alat kedokteran yang dipakai (tercemar). 5). Memelihara kebersihan tempat pelayanan kesehatan. 6). Membuang limbah yang tercemar berbagai cairan tubuh secara benar dan aman. b) Peran perawat dan pemberian ARV 1). Manfaat penggunaan obat dalam bentuk kombinasi adalah: (a)
Memperoleh khasiat yang lebih lama untuk memperkecil kemungkinan terjadinya resistensi.
(b)
Meningkatkan efektivitas dan lebih menekan aktivitas virus. Bila timbul efek samping, bisa diganti dengan obat lainnya, dan bila virus mulai rasisten terhadap obat yang sedang digunakan bisa memakai kombinasi lain.
2). Efektivitas obat ARV kombinasi: (a)
AVR kombinasi lebih efektif karena memiliki khasiat AVR yang lebih tinggi dan menurunkan viral load lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan satu jenis obat saja.
(b)
Kemungkinan terjadi resistensi virus kecil, akan tetapi bila pasien lupa minum dapat menimbulkan terjadinya resistensi.
(c)
Kombinasi menyebabkan dosis masing-masing obat lebih kecil, sehingga kemungkinan efek samping lebih kecil.
c) Pemberian nutrisi Pasien dengan HIV/ AIDS sangat membutuhkan vitamin dan mineral dalam jumlah yang lebih banyak dari yang biasanya diperoleh dalam makanan sehari- hari. Sebagian besar ODHA akan mengalami defisiensi vitamin sehingga memerlukan makanan tambahan HIV menyebabkan hilangnya nafsu makan dan gangguan penyerapan nutrient. Hal ini berhubungan dengan menurunnya atau habisnya cadangan
vitamin dan mineral dalam tubuh. Defisiensi vitamin dan
mineral pada ODHA dimulai sejak masih dalam stadium dini. Walaupun jumlah makanan ODHA sudah cukup dan berimbang seperti orang sehat, tetapi akan tetap terjadi defisiensi vitamin dan mineral. d) Aktivitas dan istirahat (a) Manfaat olah raga terhadap imunitas tubuh Hamper semua organ merespons stress olahraga. Pada keadaan akut , olah raga akan berefek buruk pada kesehatan, olahraga yang dilakukan secara teratur menimbulkan adaptasi organ tubuh yang berefek menyehatkan (b) Pengaruh latihan fisik terhadap tubuh (1) Perubahan system tubuh Olahraga meningkatkan cardiac output dari 5 i/menit menjadi 20 1/menit pada orang dewasa sehat. Hal ini menyebabkan peningkatan darah ke otot skelet dan jantung.
(2) Sistem pulmoner Olahraga
meningkatkan
frekuensi
nafas,
meningkatkan
pertukaran gas serta pengangkutan oksigen, dan penggunaan oksigen oleh otot. (3) Metabolisme Untuk melakukan olah raga, otot memerlukan energi. Pada olah raga intensitas rendah sampai sedang, terjadi pemecahan trigliserida dan jaringa adiposa menjadi glikogen dan FFA (free fatty acid). Pada olahraga intensitas tinggi kebutuhan energy meningkat,
otot
makin
tergantung
glikogen
sehingga
metabolisme berubah dari metabolisme aerob menjadi anaerob
2. Psikologis (strategi koping) Mekanisme koping terbentuk melalui proses dan mengingat. Belajar yang dimaksud adalah kemampuan menyesuaikan diri (adaptasi) pada pengaruh internal dan eksterna 3. Sosial Dukungan social sangat diperlukan
PHIV yang kondisinya sudah
sangat parah. Individu yang termasuk dalamdan memberikan dukungan social meliputi pasangan (suami/istri), orang tua, anak, sanak keluarga, teman, tim kesehatan, atasan, dan konselor. meliputi pasangan (suami/istri), orang tua, anak, sanak keluarga, teman, tim Farmakologis : Belum ada penyembuhan bagi AIDS, sehingga pencegahan infeksi HIV perlu dilakukan. Pencegahan berarti tidak kontak dengan cairan tubuh yang tercemar HIV. a. Pengendalian Infeksi Oportunistik Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien di lingkungan perawatan kritis. b. Terapi AZT (Azidotimidin) Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya < 3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3. c. Terapi Antiviral Baru Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas sistem imun dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah : didanosine, ribavirin, diedoxycytidine, dan recombinant CD 4 dapat larut.
4. Vaksin dan Rekonstruksi Virus Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS. -
Pendidikan untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan-
makanan sehat, hindari stress, gizi yang kurang, alkohol dan obat-obatan yang mengganggu fungsi imun. -
Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T
dan mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
J. Komplikasi a. Oral lesi Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat. 1. Kandidiasis oral Kandidiasis oral adalah suatu infeksi jamur, hampir terdapat secara universal pada semua penderita AIDS serta keadaan yang berhubungan dengan AIDS. Infeksi ini umumnya mendahului infeksi serius lainnya. Kandidiasi oral ditandai oleh bercak-bercak putih seperti krim dalam rongga mulut. Tanda –tanda dan gejala yang menyertai mencakup keluhan menelan yang sulit serta nyeri dan rasa sakit di balik sternum (nyeri retrosternal). Sebagian pasien juga menderita lesi oral yang mengalami ulserasi dan menjadi rentan terutama terhadap penyebaran kandidiasis ke sistem tubuh yang lain. 2. Sarcoma Kaposi Sarcoma Kaposi (dilafalkan KA- posheez), yaitu kelainaan malignitas yang berkaitan dengan HIV yang sering ditemukan , merupakan penyakit yang melibatkan lapisan endotil pembuluh darah dan limfe. b. Neurologik 1. Kompleks dimensi AIDS karena serangan langsung HIV pada sel saraf, berefek
perubahan
kepribadian,
kerusakan,
kemampuan
motorik,
kelemahan, disfasia, dan isolasi sosial. Sebagian basar penderita mula-mula
mengeluh lambat berpikir atau sulit berkonsentrasi dan memusatkan perhatian. Penyakit ini dapat menuju dimensia sepenuhnya dengan kelumpuhan pada stadium akhir. Tidak semua penderita mencapai stadium akhir ini. 2. Enselophaty akut karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis/ ensefalitis. Dengan efek sakit kepala, malaise, demam, paralise total/ parsial. Ensefalopati HIV. Disebut pula sebagai kompleks demensia AIDS (ADC; AIDS dementia complex), ensefalopati HIV terjadi sedikitnya pada dua pertiga pasien –pasien AIDS. Keadaan ini berupa sindrom klinis yang ditandai oleh penurunan progresif pada fungsi kognitif, perilaku dan motorik. Tanda –tanda dan gejalanya dapat samar- samar serta sulit dibedakan dengan kelelahan, depresi atau efek terapi yang merugikan terhadap infeksi dan malignansi 3. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler, hipotensi sistemik, dan menarik endokarditis. 4. Neuropati karena inflamasi demielinasi oleh serangan HIV dengan disertai rasa nyeri serta patirasa pada akstremitas, kelemahan, penurunan refleks tendon yang dalam, hipotensi orthostatik dan impotensi. c. Gastrointestinal 1. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma dan sarkoma Kaposi. Dengan efek penurunan berat badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi. 2. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma, sarcoma kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik, demam atritik. 3. Penyakit anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan diare. d. Respirasi Infeksi karena pneumocystic carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan strongyloidiasis dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri, hipoksia, keletihan gagal nafas. e. Dermatologi
Lesi kulit stafilokokus: virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis , reaksi otot, lesi scabies, dan dekopitus dengan efek nyeri, gatal, rasa terbakar, infeksi sekunder dan sepsis. f. Sensorik 1.
Pandangan: Sarkoma kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan.
2.
Pendengaran: otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri.
CONTOH KASUS Seorang wanita 21 tahun dirawat dengan keluhan batuk lama, demam, penurunan berat badan yang drastis, diare kronis, nyeri telan, luka pada pada mulut dan labia mayora. Radiologi torak di dapatkan infitrat pada kedua paru. Penderita sebelumnya telah dirawat sebagai penderita HIV/AIDS dan Tubercolosis (TB) paru ( kasus drop out). Pertama keadaan umum membaik, diare berkurang, hari berikutnya keadaan umum menurun diberikan. Penderita dirawat selama 12 hari dengan diagnosa kerja HIV/AIDS dan TB paru serta infeksi Opportunis.
ASKEP TEORI 1.
Pengkajian
a. Identitas Klien Meliputi : nama, tempat/tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, No. MR. b. Keluhan utama. Dapat ditemukan pada pasien AIDS dengan manifestasi respiratori ditemui keluahn utama sesak nafas. Keluahn utama lainnya dirtemui pada pasien penyakit HIV AIDS, yaitu demam yang berkepanjangan (lebih dari 3 bulan), diare kronis lebih dari 1 bulan berulang maupun terus menerus, penurunan berat badan lebih dari 10%, batuk kronis lebih dari 1 bulan, infeksi mulut dan tenggorokan disebabkan oleh jamur candida albikans,pembekakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh, munculnya herpes zooster berulang dan bercak-0bercak gatal diesluruh tubuh. c. Riwayat kesehatan sekarang. Dapat ditemukan keluhan yang baisanuya disampaikan pasien HIV AIDS adalah: pasien akan mengeluhkan napas sesak (dispnea) bagi pasien yang memiliki manifestasi respiratori, batuk-batuk, nyreri dada, dan demam, pasien akan mengeluhkan mual, dan diare serta penurunan berat badan drastis. d. Riwayat kesehatan dahulu Biasanya pasien pernah dirawat karena penyakit yang sama. Adanya riwayat penggunaan narkoba suntik, hubungan seks bebas atau berhubungan seks dengan penderita HIV/AIDS terkena cairan tubuh penderita HIV/AIDS. e. Riwayat kesehatan keluarga Biasanya pada pasien HIV AIDS adanya anggota keluarga yang menderita penyakit HIV/ AIDS. Kemungkinan dengan adanya orang tua yang terinfeksi HIV. Pengakajian lebih lanjut juga dilakukan pada riwayat pekerjaan keluarga, adanya keluarga bekerja ditempat hiburan malam, bekerja sebagai PSK (pekerja seks komersial). f. Pola aktifitas sehari-hari (ADL) meliputi : - Pola presepsi dan tata laksanaan hidup sehat. Biasanya pada pasien HIV/ AIDS akan mengalami perubahan atau gangguan pada personal hygiene, misalnya kebiasaan mandi, ganti pakaian, BAB dan BAK dikarenakan kondisi tubuh yang lemah, pasien kesulitan melakukan kegiatan tersebut dan pasien biasanya cenderung dibantu oleh keluarga atau perawat. - Pola nutrisi Biasanya pasien dengan HIV / AIDS mengalami penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri menelan, dan juga pasien akan mengalami penurunan berat badan yang cukup drastis dalam jangka waktu singkat (terkadang lebih dari 10% BB). - Pola eliminasi Biasanya pasien mengalami diare, feses encer, disertai mucus berdarah - Pola istrihat dan tidur
-
-
-
-
-
-
-
Biasanya pasien dengan HIV/ AIDS pola istrirahat dan tidur mengalami gangguan karena adanya gejala seperti demam daan keringat pada malam hari yang berulang. Selain itu juga didukung oleh perasaan cemas dan depresi terhadap penyakit. Pola aktifitas dan latihan Biasanya pada pasien HIV/ AIDS aktifitas dan latihan mengalami perubahan. Ada beberapa orang tidak dapat melakukan aktifitasnya seperti bekerja. Hal ini disebabkan mereka menarik diri dari lingkungan masyarakat maupun lingkungan kerja, karena depresi terkait penyakitnya ataupun karena kondisi tubuh yang lemah. Pola prespsi dan kosep diri Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami perasaan mara, cemas, depresi dan stres. Pola sensori kognitif Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami penurunan pengecapan dan gangguan penglihatan. Pasien juga biasanya mengalami penurunan daya ingat, kesulitan berkonsentrasi, kesulitan dalam respon verbal. Gangguan kognitif lain yang terganggu yaitu bisa mengalami halusinasi. Pola hubungan peran Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan terjadi perubahan peran yang dapat mengganggu hubungan interpesonal yaitu pasien merasa malu atau harga diri rendah. Pola penanggulangan stress Pada pasien HIV AIDS biasanya pasien akan mengalami cemas, gelisa dan depresi karena penyakit yang dideritanya. Lamanya waktu perawtan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah, marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain-lain, dapat menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif dan adaptif. Pola reproduksi skesual Pada pasien HIV AIDS pola reproduksi seksualitasnya terganggu karean penyebab utama penularan penyakit adalah melalui hubungan seksual. Pola tata nilai dan kepercayaan Pada pasien HIV AIDS tata nilai keyakinan pasien awalnya akan berubah, karena mereka menganggap hal yang menimpa mereka sebagai balasan perbuatan mereka. Adanya status perubahan kesehatan dan penurunan fungsi tubuh mempengaruhi nilai kepercayaan pasien dalam kehidupan mereka dan agama merupakan hal penting dalam hidup pasien.
g. Pemeriksaan fisik - Gambaran umum : ditemukan pasien tampak lemah - Kesdaran : composmentis kooperatif, sampai terjadi penurunan tingkat kesadaran, apatis, somnolen, stupor bahkan koma. - Vital sign : TD ; biasanya ditemukan dalam batas normal, Nadi ; terkadang ditemukan frekuensi nadi meningkat, pernapasan : biasanya ditemukn frekuensi pernapasan meningkat, suhu; suhu biasanya ditemukan meningkat krena demam, BB ; biasanya mengalami penrunan(bahkan hingga 10% BB), TB; Biasanya tidak mengalami peningkatan (tinggi badan tetap). - Kepala : biasanya ditemukan kulit kepala kering karena dermatitis seboreika - Mata : biasnay konjungtifa anemis , sce;era tidak ikterik, pupil isokor,refleks pupil terganggu - Hidung : biasanya ditemukan adanya pernapasan cuping hidung - Leher: kaku kuduk (penyebab kelainan neurologic karena infeksi jamur criptococus neofarmns) - Gigi dan mulutr : biasany ditemukan ulserasi dan adanya bercak-bercak putih seperti krim yang menunjukan kandidiasis - Jantung: Biasanya tidak ditemukan kelainan - Paru-paru : Biasanya terdapat nyeri dada pada pasien AIDS yang disertai dengan TB napas pendek (cusmaul) - Abdomen : Biasanya bising usus yang hiperaktif - Kulit : Biasanya ditemukan turgor kulit jelek, terdapatnya tanda-tanda lesi (lesi sarkoma kaposi) - Ekstremitas : Biasanya terjadi kelemahan otot, tonus oto menurun, akral dingin
BAB III PENGKAJIAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Holistik. Biologis 1. Sistem
Psikologis
Sosial
Cultural
Spiritual
1. integritas
1. perasan
Pasien
Pernapasan :
ego : klien
minder dan
mengatakan ia mengatakan
pasien mengalami
mengatakan
tidak berguna
sudah 2 kali
ingin
gangguan yaitu
perasaan
di masyarakat.
menikah.
mendekatkan
Batuk lama, dari
tidak
2. interaksi
suami
diri kepada
hasil pemeriksaan
berdaya dan
sosial : pasien
pertama
sang pencipta
radiologi terdapat
putus asa.
mengatakan di
meninggal
dan berharap
Infiltrat Pada
2. Respon
tolak dalam
dunia karena
agar
kedua paru, dan
psikologis :
masayarakat.
Hiv/Aids. ia
penyakitnya
telah di diagnosa
pasien
adalah korban
sembuh
penyakit
mengatakan
dari suami
secara
Tubercolosis (
sering
pertamanya
sempurna.
TBC).
menyangkal,
yang
marah,
membawa
Pencernaan :
cemas dan
virus Hiv.
pasien mengatakan
mudah
mengalami nyeri
tersinggung.
2. Sistem
saat menelan, Diare cukup lama, penurunan BB, 3. Sistem Integumen : luka pada area mulut di sebabkan oleh kandisiasis. 4. Sistem Reproduksi : luka pada area Labia
Pasien
Mayora disebabkan oleh Kandiasis. 5. Lain – lain : Demam dan Risiko menularkan.
2. PEMERIKSAAN FISIK a. Keadaan umum: menurun kesadaran: E 5
V5
M 5 = (GCS = 15)
TTV: TD: 90/50 mmhg N: 80 x/m RR: 20 x/m S: 38,3 ˚c BB: SMRS: 55 kg kurang lebih 6 bulan yang lalu MRS: 35 kg TB: 159 cm b. kepala inspeksi: bentuk kepala simetris, rambut hitam lurus, kulit kepala ada ketombe, ubur~ubur agak cekung palpasi: tidak ada nyei tekan c. mata infeksi: kongjungtiva anemis
palpasi: tidak ada nyeri d. hidung inspeksi: bentuk simetris palpasi: tidak ada nyeri tekan e. telinga inspeksi: bentuk simetris tidak ada lesi palpasi: tidak nyeri tekan f. mulut inspeksi: gigi tampak kuning, terdapat ulcus pada lidah 2 + 1 cm terdapat lesi pada mulut palpasi: nyeri tekan dan otot rahang tidak kuat g. leher inspeksi: ada pembesaran kelenjar getah bening palpasi: ada nyeri tekan h. thoraks inspeksi: dada simetris, terdapat infiltrak pada kedua paru palpasi: nyeri tekan auskultasi: nyeri napas ronkhi i. thoraks ( jantung) inspeksi: ictus cordis terlihat palpasi: ictus cordis teraba auskultasi:s1 dan s2 reguler perkusi: batas jantung normal
j. abdomen inspeksi: tidak ada lesi palpasi: terdapat nyeri tekan auskultasi: bising usus 45x/m k. genetalia inspeksi: terdapat lesi pada labia mayora palpasi: nyeri tekan l. ekstremitas
4444
4444
4444
4444
Keterangan: terpasang infus tangan kiri RL 20 gtt/m O: tidak mampu bergerak sama sekali 1: hanya mampu menggerakan ujung ekstremitas 2: hanya mampu menggeser sedikit 3: hanya mengangkat tangan dengan bantuan, saat bantuan di lepaskan tangan Ikut jatuh 4: kekuatan otot sedikit berkurang, mampu melawan gravitasi sesaat lalu jatuh 5: kekuatan otot utuh mampu melawan gravitasi
3. ANALISA DATA Waktu/tanggal
Data
Etiologi
problem
terinfeksi HIV
Bersihan jalan nafas
Dan jam 10 maret, 2019 09:00
DS:
klien
mengatakan
batuk
lama
telah
dan
mengidap
penyakit
tidak Virus masuk dalam peredaran darah
TBC. DO: hasil penilaian radiologi
terdapat
infiltrat pada kedua paru ~
Cd4 menurun
Menurunnya sistem kekebalan tubuh
pasien
tampak
batuk berdahak.
Infeksi oportunistik
~ hasil pemeriksaan lab, sputum BTA+
Sistem respirasi
Microbacterium 1B
Pcp (pneumonia pharmacystis)
Deman, batuk, non produktif, nafas pendek
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tuberculosis.
efektif
berhubungan dengan tubercolosis
Waktu/tanggal
Data
Etiologi
problem
Dan jam DS:
klien
mengatakan
diare
sudah sejak 3 bulan yang
lalu
merasakan
dan
pucat,
klien dan
Virus masuk dalam peredaran darah
CD4 menular
tampak lemas
Infeksi oportunistik
mukosa bibir klien kering
Resiko kekurangan volume cairan b.d
nyeri
pada bagian perut. DO:
Terinfeksi HIV
Sistem GIT
Virus HIV + lumen calmonela candida
Mengivasi mukosa saluran cernah
Peningkatan peristaltic
Diare
Resiko kekurangan volume cairan
diare
Waktu/ tanggal
Data
Etiologi
problem
Dan jam 10 maret, 2019
Ds :
09:00
-
Infeksi oportunistik klien mengatakan terdapat luka paa
Resiko
kerusakan
integritas Sistem Reproduksi,
berhubungan dengan
area mulut dan sistem integumen dan lesi candidiasis. kelamin. -
Rasanya
sistem pencernaan. seperti
terbakar. -
Candidiasis
Klien
juga
mengatakan
Ulkus Grnital, Oral,
nyeri
saat
dan Orofaring.
menelan makanan. Do :
Resiko kerusakan
- Pada bagian oral dan labiya majora terdapat lesi. - Terdapat juga lesi pada
bagian
orofaring sehingga
klien
sulit menelan. - Mimik
wajah
klien
tampak
menahan perih. - Dari pemeriksaan dengan
hasil lab cara
mikroskopik dan klutur didapatkan
integritas kulit
kulit
jamur candidiasis pada area
labia
majora, oral dan orofaring.
4. Rumusan Diagnosa Proritas pertama - Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tubercolosis ( Diagnosa prioritas ) - Resiko kekurangan volume cairan b.d diare - Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi candidiasis.
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN
1. Identitas Klien Nama
: Ny. K.G
Jenis kelamin
: Perempuan
Usia
: 21 Tahun
Status Perkawinan
: Menikah
Agama
: Islam
Suku bangsa
: Mongondow / Indonesia
Bahasa yang digunakan
: Bahasa Daerah
Pendidikan
:-
Pekerjaan
:-
Alamat
: Kopandakan.
2. Identitas penanggung Jawab Nama
: Tn. P.T
Umur
: 25 Tahun
Agama
: Islam
Hubungan dengan klien
: Suami
3. Riwayat Kesehatan a.
Keluhan Utama : Klien mengatakan bahwa ia dirawat di Rs dengan keluhan batuk lama, demam, penurunan BB, diare kronis, nyeri saat menelan, luka pada mulut dan vagina.
b.
Riwayat Penyakit Sekarang : klien mengatakan ia telah di diagnosa Hiv sejak 3 tahun yang lalu dan TB sejak 3 bulan yang lalu.
c.
Riwayat Penyakit Keluarga : klien mengatakan ia telah menikah dua kali, suami pertamanya meninggal dunia karena mengalami penyakit yang sama yaitu Hiv/Aids.
4. Pemeriksaan Penunjang. Tgl &
Jenis pemeriksaan
Hasil
waktu, jam 18
maret 1. Pemeriksaan Laboratorim
2019, jam :
a.
Hemoglobin
7,8 gr/dl
10.00
b.
Leukosit
11.000
c.
Trombosit
735
d.
Gula darah sewaktu
120
e.
Hapusan sputum
BTA +
2. Pemeriksaan Radiologi a.
Thorax ( Paru )
Infiltrat
pada
kedua
lapangan paru, terutama apek.
3. Pemeriksaan CD4
6 sel/uL a.
5. Terapi Obat. Jenis Obat
Dosis
1. Infuse RL/D5
20 gtt/m
2. Amunofusin
Tiap 8 jam
3. Tablet multivitamin C dan B 3 x 1 tablet. complex. 4. Pct
3 x 500 mg.
5. Kotrimokasole
1 x 960 mg.
6. Nystatin drops
Oral 4x2 ml.
7. Fluconazole
Oral 1 x 100 mg.
8. Fusiidic cream pd labiya mayora
/ 8 jam
9. Rifamfisin
450 mg.
10. INH
300 mg.
11. Ethambutol
1000 mg.
12. Pemberian OAT +ARV
Selama 6 bulan
6. Diagnosa Keperawatan prioritas pertama -
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tubercolosis
7. Intervensi Keperawatan. No 1.
Hari / tgl Rabu,
Diagnosa
20 Bersihan jalan tidak
Intervensi
Rasional
1. Observasi TTV
1.TTV
maret
nafas
2. Kaji
dan mempermudah
2019.
efektif
dokumentasi
berhubungan
keefektifan
dengan
napas, gerakan dada, klien.
tubercolosis
frekwensi
2.
pernapasan,
pernapasan
pemberian dan
untuk mengetahui jalan keadaan
umum
takipnea,
oksigen dangkal,
dan
pengobatan, gerakan dada tak
kecenderungan pada simetris gas darah arteri.
terjadi
karena
3. Lakukan pengisapan ketidaknyamanan jalan
nafas
bila gerakan
perlu.
dinding
dada atau cairan
4. Auskultasi
dada paru.
bagian anterior daan 3. posterior.
merangsang
terjadinya
5. Pertahankan
batuk
atau pembersihan
keadekuatan hidrasi jalan napas secara untuk
menurunkan mekanik
vikositas sekresi. 6. Instruksikan
pasien
pada yg
pada mampu
tak batuk
pasien untuk batuk secara efektif dan efektif
dan
teknis penurunan
nafas
dala
untuk kesadaran.
memudahkan
4.
keluarnya sekresi.
mengetahui
7. Kolaborasi
untuk
untuk adanya penurunan
pemberian sesuai indikasi.
obat atau
tidaknya
ventilasi dan bunyi tambahan. 5.
memobilisasi
keluarnya sputum. 6.
napas
dalam
memudahkan ekspansi maksimum paru – paru
atau
nafaslebih Batuk
jalan kecil. adalah
mekanisme pemberian
jalan
napas alami. 7.
untuk
menurunkan berbagai penyebab dari penyakit.
DAFTAR PUSTAKA Asuhan keperawatan karya tulis ilmiah pdf Jurnal PSIK – FIK Unsyiah pdf Pathaway id. Scribd. Com Buku Nursalam Hiv/Aids Ninuk Dian K, S.Kep.Ners, Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons). 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta : Salemba Medika
Nursalam, dkk. 2007. Jurnal Keperawatan Edisi Bulan November. Surabaya;Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga