ASUHAN KEPERAWATAN HERPES SIMPLEKS PADA ANAK BAB I LAPORAN PENDAHULUAN A. Definisi Herpes simpleks adalah penyakit kulit atau selaput lendir yang disebabkan oleh virus herpes simpleks. Virus ditularkan melalui udara (aerogen) dan sebagian kecil melalui kontak kulit langsung (melalui hubungan badaniah). Herpes simpleks adalah suatu penyakit virus menular dengan afinitas pada kulit, selaput lendir, dan sistem saraf. (Price, 2006) Infeksi herpes simpleks relative lazim pada anak dan mempunyai berbagai manifestasi klinis yang melibatkan kulit, membrane mukosa, mata, sistem syaraf sentral dan saluran genital. B. Etiologi Lesi di atas pusat biasanya disebabkan oleh herpes simpleks virus tipe I. Lesi di bawah pusat disebabkan oleh herpes simplex virus tipe II. Meskipun demikian kadangkadang di alat genitalia dapat dijumpai herpes virus tipe I dan sebaliknya juga mungkin, tetapi hal demikian biasanya sering terjadi. Virus herpes simplex dapat menyebabkan gingivostomatitis. Ruam terdiri dari vesicula, erosi di bibir, pipi bagian dalam. Gingiva biasanya merah dan bengkak. Pembengkakan kelenjar lympha sub mandibula dapat terjadi. Penderita mengeluh sakit menelan. Banyak sekali terdapat pada bayi dan anak. Stomatitis aphthosa (aphtae, sariawan) lebih banyak kita lihat pada orang dewasa dan sering kambuh. Ada dua tipe yang diketahui dari herpes simpleks : 1. Virus herpes simpleks tipe I (HSV I) Penyakit kulit/selaput lendir yang ditimbulkan biasanya disebut herpes simpleks saja, atau dengan nama lain herpes labialis, herpes febrilis. Biasanya penderita terinfeksi virus ini pada usia kanak-kanak melalui udara dan sebagian kecil melalui kontak langsung. Lesi umumnya dijumpai pada tubuh bagian atas. Termasuk mata dan rongga mulut; selain itu, dapat juga dijumpai di daerah genitalia, yang penularannya lewat koitus orogenital (oral sex). 2. Virus herpes simplex tipe II (HSV II) Penyakit ditularkan melalui hubungan sex. Tetapi dapat juga terjadi pada koitus, misalnya dapat terjadi pada dokter atau dokter gigi dan tenaga medis.
Lokalisasi lesi umumnya adalah bagian tubuh di bawah pusar, terutama di daerah genitalia, lesi ekstra-genital dapat pula terjadi akibat hubungan seksual orogenital.
c. Manifestasi Klinis Infeksi primer pada HSV yaitu mereka yang tanpa adanya kekebalan baik terhadap HSV-1
atau
HSV-2
dan
sering
subklinis.
Namun
bila
lesi
klinis
berkembang, biasanya lebih parah, dan lebih sering dengan tanda dan gejala sistemik,dan mereka
memiliki
tingkat
komplikasi
yang
lebih
tinggi dari
infeksi rekuren.
Infeksi genital primer lebih sering bergejala dibandingkan dengan oral. Pada infeksi primer, gejala biasanya terjadi dalam waktu 3 sampai 7 hari setelah terpapar dengan masa inkubasi selama 2 sampai 20 hari. Gejala prodromal seperti limfadenopati,
malaise,
anoreksia
dan
demam,
serta
nyeri
setempat,
pembengkakan dan rasa terbakar sering terjadi sebelum timbulnya lesi mukokutan. Awalnya nyeri, kadang-kadang terpusat, vesikel pada dasar eritematous kemudian muncul, diikuti dengan adanya pustul dan ulserasi. Beberapa vesikel berkelompok dan tersebar. Terbentuk krusta dan gejala resolusi muncul dalam waktu 2 sampai 6 minggu. Gejala prodromal serupa dapat mendahului lesi rekuren, tetapi yang terakhir sering mengalami penurunan dalam jumlah, tingkat keparahan dan durasi dibandingkan dengan infeksi primer. 1.
Infeksi Orofacial Herpes Orolabial: Herpes labialis (cold sores, fever blisters) paling sering dikaitkan dengan infeksi HSV-1. Lesi Oral disebabkan oleh HSV-2 telah diidentifikasi yang biasanya sekunder dari kontak orogenital. Infeksi primer HSV-1 sering terjadi pada masa kanak-kanak dan biasanya asimtomatik. Ketika timbul gejala (mayoritas infeksi orolabial primer tidak menunjukkan gejala), infeksi primer herpes orolabial biasanya hadir sebagai gingivostomatitis pada anak-anak atau sebagai faringitis pada orang dewasa muda. Secara umum, mulut dan bibir adalah daerah yang paling sering terlibat, dengan lesi muncul pada mukosa bukal, gingival dan membran orofaringeal lainnya. Edema signifikan, rasa sakit dan ulserasi dari membran orofaringeal dapat menyebabkan disfagia dan pengeluaran air liur terus-menerus. Penyakit ini dapat dorman untuk beberapa waktu. HSV-1 reaktivasi di ganglia sensoris trigeminal menyebabkan rekurensi di wajah dan oral, labial, dan mukosa mata. Nyeri, panas, gatal, atau paresthesia biasanya mendahului lesi vesikular
berulang yang akhirnya mengalami ulserasi atau membentuk kusta. Lesi yang paling sering terjadi di perbatasan Vermillion, dan gejala dari rekurensi yang tidak diobati sekitar diobati 1 minggu. 2.
Infeksi Genital Herpes genital adalah presentasi klinis utama dari infeksi HSV-2, tetapi dapat juga disebabkan HSV-1 yaitu 10%-40% dari kasus, terutama berkaitan dengan kontak oral-genital. Herper genitalis primer terjadi dalam waktu 2 hari sampai 2 minggu setelah terpapar virus dan memiliki manifestasi klinis yang paling parah. Gejala episode primer biasanya berlangsung 2-3 minggu. Vesikel muncul sekitar 6 hari setelah kontak seksual. Vesikel membentuk cekungan ditengah (umbilikasi) di hari 2 atau 3, kemudian terkikis. Krusta dan lesi sembuh pada satu atau dua minggu kedepan. Jaringan parut dapat terbentuk pada inflamasi yang hebat. Discharge, dysuria, dan limfadenopati inguinal biasanya terjadi. Adanya keluhan
sistemik,
termasuk
demam,
mialgia,
kelesuan,
dan photophobia, terjadi pada 70% pada pasien dan lebih sering terjadi pada perempuan. Diagnosis klinis tidak sensitif dan spesifik. Nyeri khas vesikel atau lesi ulseratif tidak tampak pada kebanyakan orang yang terinfeksi. Pada laki-laki, lesi biasanya muncul pada glans penis atau batang penis. Pada pria, nyeri, eritem, lesi vesikular yang mengalami ulserasi paling sering terjadi pada penis, tetapi mereka juga dapat terjadi di anus dan perineum. Pada wanita, lesi dapat melibatkan vulva, perineum, bokong, vagina, atau cervix. Wanita memiliki gejala penyakit yang lebih luas dan insiden yang tinggi mungkin dikarenakan area permukaan yang terlibat lebih luas. HSV servisitis terjadi pada 80 persen wanita dengan infeksi primer. Dapat tampak sebagai vaginal discharge purulen atau berdarah , dan pada pemeriksaan menunjukkan area yang difus dan kemerahan, lesi ulseratif yang luas di eksoserviks, atau, yang jarangn terjadi, nekrotik servisitis. Cervical discharge biasanya berbentuk mukoid tetapi kadang-kadang mukopurulen. Adanya keterlibatan lokal yang lebih luas, limfadenopati regional dan demam umumnya membedakan infeksi primer dari infeksi rekuren. Rekurensi lebih sering terjadi
pada
bulan
pertama
sampai
satu
tahun
setelah
infeksi
pertama.
Reaktivasi HSV-2 pada ganglion lumbosakral menyebabkan rekurensi pada daerah di bawah pinggang. Rekurensi dari lesi genital dapat didahului dengan gejala
prodromal seperti bengkak, gatal, rasa terbakar, atau geli dan perjangkitan penyakitan tidah separah pada infeksi primer. 3.
Infeksi Pada Bagian Kulit Yang Lain Eczema herpeticum yang terlokalisir atau tersebar juga dikenal sebagai Kaposi varicelliform. Disebabkan oleh HSV-1, Eczema herpeticum adalah varian dari infeksi HSV yang biasanya berkembang pada pasien dengan dermatitis atopik, luka bakar, atau kondisi kulit inflamasi. Anak-anak yang paling sering terkena. Herpetic whitlow merupakan infeksi herpes simpleks pada jari dan sering mengenai anak-anak dan tenaga medis dan gigi yang secara rutin menggunakan sarung
tangan.
Meskipun Herpetic
whitlow yang
terdahulu
terutama
disebabkan HSV-1, peningkatan jumlah kasus sekarang karena HSV-2 dari jari/ kontak kelamin. Periungual eritema, nyeri, dan kemudian terbentuk vesikel. Herpes gladiatorum disebabkan oleh HSV-1 dan tampak sebagai erosi papular atau vesikular pada torsos atlet dalam olahraga yang melibatkan kontak fisik dekat (gulat klasik). MANIFESTASI KLINIS
Infeksi herpes simpleks virus berlangsung dalam tiga tahap: infeksi primer, fase laten dan infeksi rekuren. Pada infeksi primer herpes simpleks tipe I tempat predileksinya pada daerah mulut dan hidung pada usia anak-anak. Sedangkan infeksi primer herpes simpleks virus tipe II tempat predileksinya daerah pinggang ke bawah terutama daerah genital. Infeksi primer berlangsung lebih lama dan lebih berat sekitar tiga minggu dan sering disertai gejala sistemik, misalnya demam, malaise dan anoreksia. Kelainan klinis yang dijumpai berupa vesikel berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa, berisi cairan jernih dan menjadi seropurulen, dapat menjadi krusta dan dapat mengalami ulserasi (Handoko, 2010). Pada fase laten penderita tidak ditemukan kelainan klinis, tetapi herpes simpleks virus dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis (Handoko, 2010). Pada tahap infeksi rekuren herpes simpleks virus yang semula tidak aktif di ganglia dorsalis menjadi aktif oleh mekanisme pacu (misalnya: demam, infeksi, hubungan seksual) lalu mencapai kulit sehingga menimbulkan gejala klinis yang lebih ringan dan berlangsung sekitar tujuh sampai sepuluh hari disertai gejala prodormal lokal berupa rasa panas, gatal dan nyeri. Infeksi rekuren dapat timbul pada tempat yang sama atau tempat lain di sekitarnya (Handoko, 2010).
Inokulai kompleks primer (primary inoculation complex). Infeksi primer herpes simpleks pada penderita usia muda yang baru pertama kali terinfeksi virus ini dapat menyebabkan reaksi lokal dan sistemik yang hebat. Manifestasinya dapat berupa herpes labialis. Dalam waktu 24 jam saja,
penderita sudah mengalami panas tinggi (39-40oC), disusul oleh pembesaran kelenjar limfe submentalis, pembengkakan bibir, dan lekositosis di atas12.000/mm3, yang 75-80%nya berupa elpolimorfonuklear. Terakhir, bentuk ini di ikutirasa sakit pada tenggorokan. Insidens tertinggi terjadi pada usiaantara 1-5 tahun. Waktu inkubasinya 3-10 hari. Kelainan akan sembuh spontan setelah 2-6 minggu.