Asuhan Keperawatan Gerontik Spiritualitas.docx

  • Uploaded by: Ria Fitri
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Asuhan Keperawatan Gerontik Spiritualitas.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,498
  • Pages: 10
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK KEBUTUHAN SPIRITUALITAS PADA LANSIA Dosen Pembimbing: Tri Prabowo, S.Kp., M.Kes

Disusun Oleh: 1. Ria Fitri Andriani

(P07120116011)

2. Wiki Rena Jayanti

(P07120116014)

3. Wawuri Handayani

(P07120116035)

DIII KEPERAWATAN REGULER A POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2019

A. Pengertian Spiritualitas Spiritualitas berasal dari bahasa latin “spiritus” yang berarti nafas kehidupan. Spiritualitas adalah suatu cara untuk menjadi dan menjalani sesuatu yang muncul dari kesadaran akan dimensi transenden dan dicirikan dengan sikap penghormatan terhadap diri sendiri, orang lain, alam, kehidupan dan sesuatu yang dianggap sebagai yang tertinggi. Spiritualitas ada dalam berbagai rentang kehiudpan seseorang dan akan semakin bertambah kualitasnya sejalan dengan bertambahnya usia seseorang. Spiritualitas dipandang sebagai kebutuhan dasar. Karena sejalan dengan pertambahan usia, seseorang memerlukan pegangan yang memiliki tujuan berarti dalam hidupnya, baik berupa keluarga, teman atau agama (Dewi, 2014). B. Kebutuhan Spiritual Kebutuhan spiritual adalah harmonisasi dimensi kehidupan. Dimensi ini termasuk menemukan arti, tujuan, menderita, dan kematian; kebutuhan akan harapan dan keyakinan hidup; dan kebutuhan akan keyakinan pada diri sendiri dan Tuhan. Ada lima dasar kebutuhan spiritual manusia, yaitu arti dan tujuan hidup, perasaan misteri, pengabdian, rasa percaya, dan harapan di waktu kesusahan (Sunaryo, 2016). C. Aspek Spiritual Menurut Sunaryo (2016), terdapat empat aspek spiritual yaitu: 1. Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam kehidupan 2. Menemukan arti dan tujuan hidup 3. Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri 4. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dengan Yang Maha Tinggi D. Perkembangan Spiritualitas Lansia Pada tahap perkembangan lansia, walaupun mereka membayangkan kematian, tetapi mereka banyak menggeluti spiritual sebagai isu yang menarik, karena mereka melihat agama sebagai faktor yang memengaruhi kebahagiaan

dan rasa berguna bagi orang lain. Riset membuktikan orang yang agamanya baik, mempunyai kemungkinan melanjutkan kemungkinan lebih baik. Bagi lansia yang kehidupan beragamanya tidak baik menunjukkan tujuan hidup yang kurang, merasa tidak berharga, tidak dicintai, ketidakbebasan, dan rasa takut mati. Sedangkan pada lansia yang spiritualnya baik ia tidak takut mati dan dapat lebih mampu menerima kehidupan. Jika merasa cemas terhadap kematian pun kecemasan tersebut disebabkan pada proses, bukan pada kematian itu sendiri. E. Faktor yang Memengaruhi Spiritualitas Menurut Hamid (2009), ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi spiritualitas yaitu: 1. Latar belakang etnik dan budaya Seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga. Perlu diperhatikan apa pun tradisi agama atau sistem kepercayaan yang dianut individu, tetap saja pengalaman spiritual adalah hal unik bagi individu. 2. Pengalaman hidup sebelumnya Pengalaman hiudp yang positif maupun negatif dapat memengaruhi spiritualitas seseorang. Sebaliknya, juga ddipengaruhi oleh bagaimana seseorang mengartikan secara spiritual kejadian atau pengalaman tersebut. Pengalaman hidup yang menyenangkan dapat menimbulkan rasa bersyukur kepada Tuhan, tetapi ada juga yang merasa tidak perlu mensyukurinya. Peristiwa dalam kehidupan sering dianggap sebagai suatu cobaan yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk menguji kekuatan imannya. 3. Krisis dan perubahan Krisis sering dialami seseorang ketika menghadapi penyakit, proses penuaan, kehilangan, dan bahkan kematian. Perubahan dalam kehidupan dan krisis yang dihadapi tersebut merupakan pengalaman spiritual selain juga pengalaman yang bersifat fisik dan emosional. Jika klien dihadapkan pada kematian, keyakinan spiritual dan keinginan untuk sembahyang lebih tinggi. 4. Terpisah dari ikatan spiritual

Menderita sakit terutama yang bersifat akut, sering membuat individu merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan sosial. Kebiasaan sehari-hari juga berubah seperti tidak dapat menghadiri acara resmi, mengikuti kegiatan keagamaan atau tidak dapat berkumpul dengan teman atau keluarga yang biasa memberi dukungan setiap saat diinginkan. Terpisahnya dengan ikatan spiritual dapat berisiko terjadi perubahan fungsi spiritualnya. 5. Asuhan keperawatan yang kurang sesuai Ketika memberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat diharapkan peka terhadap kebutuhan spiritual klien, tetapi dengan berbagai alasan ada kemungkinan justru perawat menghindar untuk memberi asuhan spiritual. F. Pengkajian 1. Pengkajian data subjektif Pengkajian ini mencakup konsep ketuhanan, sumber kekuatan dan harapan, praktik agama dan ritual, dan hubungan antara keyakinan spiritual dan kondisi kesehatan. 2. Pengkajian data objektif a. Afek dan sikap Apakah pasien tampak kesepian, depresi, marah, cemas, agitasi, apatis, atau pre okupasi? b. Perilaku 1) Apakah pasien tampak berdoa sebelum makan, membaca kitab suci atau buku keagamaan? 2) Apakah pasien sering kali mengeluh, tidak dapat tidur, bermimpi buruk, dan berbagai bentuk gangguan tidur lainnya serta bercanda yang tidak sesuai atau mengekspresikan kemarahannya terhadap agama? c. Verbalisasi 1) Apakah pasien menyebut Tuhan, doa, rumah ibadah, atau topik keagamaan lainnya? 2) Apakah pasien pernah minta dikunjungi oleh pemuka agama?

3) Apakah pasien mengekspresikan rasa takutnya terhadap kematian? d. Hubungan interpersonal 1) Siapa pengunjung pasien? 2) Bagaimana pasien berespon terhadap pengunjung? 3) Apakah pemuka agama datang mengunjungi pasien? 4) Bagaimana pasien berhubungan dengan pasien lain dan juga perawat? e. Lingkungan 1) Apakah pasien membawa kitab suci atau perlengkapan ibadah lainnya? 2) Apakah pasien menerima kiriman tanda simpati dari unsur keagamaan dan apakah pasien memakai tanda keagamaan (misalnya memakai jilbab)? Diagnosis Keperawatan DISTRESS SPIRITUAL Batasan Karakteristik Pertanyaan tentang makna menderita

Hasil yang diharapkan Intervensi Keperawatan KESEJAHTERAAN DUKUNGAN SPIRITUAL SPIRITUAL Indikator Tindakan Mengekspresikan 1. Gunakan mana dan tujuan komunikasi dalam hidup terapeutik guna membina rasa percaya dan saling empatik 2. Luangkan waktu untuk mendengarkan perasaan pasien 3. Terbukalah dengan perasaan pasien tentang penyakit dan kematian 4. Perhatikanlah empati terhadap perasaan pasien 5. Yakinkan pasien bahwa perawat aka nada untuk mendukung pasien saat pasien

Pertanyaan tentang 1. Membuat makna keberadaan diripertanyaan positif sendiri tentang tujuan dan kepuasan terhadap kehidupan 2. Merasa terkait dengan orang lain untuk berbagi pikiran, perasaan, dan keyakinan

1.

Ungkapan perasaan 1. Mengungkapkan kesepian, arti diri dan ketidakberdayaan, dan/ kepuasan terhadap atau tidak berharga peristiwa dalam hidup. 2. Merasa terkait dengan bagian dalam diri

1.

2.

2.

3.

4.

Pembatasan ritual atau praktik religious yang lazim dilakukan sebagai akibat factor lingkungan hidup, proses penyakit, atau regimen terapi

Berpartisipasi dalam ritual atau praktik religious yang bias, beradaptasi menurut kebutuhan terhadap batasan dari lingkungan hidup, proses penyakit, atau regimen terapi.

1.

mengalami penderitaan Gunakan teknik klarifikasi nilai untuk membantu pasien memperjelas keyakinan dan nilai Motivasi pasien untuk meninjau kehidupan masa lalu dan berfokus pada peristiwa dan hubungan yang memberikan kekuatan serta dukungan spiritual Perlakukan pasien dengan rasa hormat dan penuh penghargaan Sikap terbukalah terhadap ekspresi kesepian dan ketidakberdayaan pasien Dorong pasien untuk meninjau kembali kehidupannya dengan nostalgia Dorong partisipasi dalam interaksi dengan anggota keluarga, teman, dan orang lain. Motivasi penggunaan dan partisipasi dalam ritual atau praktik religious lazim, yang tidak membahayakan kesehatan.

Pertanyaan tentang Mendiskusikan implikasi moral atau konflik moral atau etis etis regimen terapeutik secara terbuka dan menyatukan bahwa konflik telah berkurang atau hilang Perubahan dalam perilaku atau mood yang terlihat dari kemrahan, menangis, menarik diri, preokupasi, kecemasan, sikap, permusuhan, apatis, dsb Penggunaan humor yang mengerikan

Mengungkapkan rasa damai dalam diri dan rasa keterkaitan dengan diri-sendiri, orang lain, dan kekuatan yang paling tinggi.

1. Mengungkapkan penurunan kecemasan, merasa damai, nyaman, memiliki kekuatan dari

2. Dorong pasien untuk menghadiri layanan tempat ibadah, jika diinginkan 3. Dorong penggunaan sumber-sumber spiritual, jika diinginkan 4. Sediakan artikel spiritual yang diharapkan sesuai dengan pilihan pasien 5. Berikan privasi dan waktu tenang untuk melakukan aktivitas spiritual 6. Konsultasikan dengan anggota tim layanan kesehatan lain tentang metode terapi lain 1. Bantu melakukan klarifikasi nilai sesuai dengan kebutuhan 2. Dukung keputusan pasien tentang regimen terapeutik 1. Dorong partisipasi dalam kelompok pendukung 2. Ajarkan metode relaksasi, editasi, dan imajinasi terbimbing

2.

1. Ekspresi kekhawatiran tentang makna hidup atau kematian dan/ atau sistem keyakinan 2. Verbalisasi konflik dalam diri tentang keyakinan

1.

2. 3.

4.

5.

6.

Ekspresi kemarahan terhadap Tuhan

1. 2. 3.

1. Verbalisasi kekhawatiran tentang hubungan dengan kekuasaan yang lebih tinggi dana tau/ merasa telah

1. 2.

dalam diri, penuh harapan, ketenangan, dan pandangan positif dalam hidup Ekspresi kebahagiaan (serenity) Mengeksprsikan makna dan tujuan dalam hidup Mengekspresikan kebahagiaan Merasa berhubungan dengan orang lain untuk berbagi pikira, perasaan, dan keyakinan Dengan bebas mengeksprsikan keyaninan dan nilai Mengekspresikan cara pandang dunia spiritual Mengekspresikan penyelesaian konflik. Engekspresikan pemberian maaf Mengekspresikan cinta Mengungkapkan penerimaan terhadao Tuhan, diri-sendiri, dan/ atau orang lain Mengekspresikan keimanan Mengungkapkan menerima pemberian maaf dari kekuatan yang lebih Tinggi

1. Berbagi keyakinan diri tentang makna dan tujuan 2. Sesuai kebutuhan, diskusikan tentang perspektif spiritual diri 3. Berikan kesempatan untuk diskusi tentang berbagai sistem keyakinan dan cara pandang dunia

Bantu pasien untuk mengekspresikan dan meredakan rasa marah dengan benar dan cara yang tepat

1. Terbukalah terhadap ekspresi kekhawatiran pasien 2. Atur kunjungan yang dilakkan oleh penasihat spiritual pasien

mengecewakan Tuhan 2. Verbalisasi kekhawatiran tentang hubungan dengan ketuhanan Pencarian bantuan spiritual

3. Rujuk ke penasihat spiritual untuk pilihan pasien

1. Berpartisipasi dalam upacara dan ritual spiritual 2. Berdoa 3. Emnyembah 4. Bermeditasi 5. Berekspresi melalui lagu 6. Membaca bacaan spiritual

1. Fasilitasi penggunaan meditasi, doa, dan tradisi serta ritual reigius untuk pasien 2. Berdoa bersama pasien 3. Dengarkan komunikasi pasien dengan cermat dan kembangkan pengaturan waktu untuk berdoa atau melaksanakan riual spiritual 4. Sediakan rekaman video dari laynan reigius 5. Sediakan music, literature, atau radio atu program televise yang signifikan bagi pasien dalam menyediakan dukungan spiritual 6. Dorong penggunaan sumber spiritual, jika diharapkan 7. Rujuk ke penasihat spiritual untuk pilihan pasien

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, S.R., 2014. Buku ajar keperawatan gerontik. Yogyakarta : Deepublish. Hamid, A. Y. S., 2009. Bunga rampai asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: EGC. Sunaryo, dkk. 2016. Asuhan keperawatan gerontik. Yogyakarta: ANDI.

Related Documents


More Documents from "Ricky Boy"