Asuhan Keperawatan Dengan Letak Lintang Sulis.docx

  • Uploaded by: imademusliana
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Asuhan Keperawatan Dengan Letak Lintang Sulis.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,112
  • Pages: 14
KONSEP TEORITIS SC DENGAN LETAK LINTANG

A. Definisi Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang. Bahu pada umumnya akan berada pada sumbu miring (obslique) di bawah ramus pubis. Dorongan pada saat ibu mengedan akan menyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah pubis. Bila bahu gagal untuk mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring panggul dan tetap berada pada posisi anteroposterior, pada bayi besar akan terjadi benturan bahu depan terhadap simfisis yang sering disebut dengan distosia bahu. (Sarwono, 2002) Letak lintang adalah apabila sumbu janin melintang dan bisaanya bahu merupakan bagian terendah janin. Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul. Punggung janin dapat berada di depan (dorsoanterior), di belakang (dorsoposterior), di atas (dorsosuperior), di bawah (dorsoinferior). (Sarwono, 2005) Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. Atau sectio caesarea adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dalam rahim. b.

Seksio

sesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram. (Sarwono Prawirohardjo, 2010).

1

B. Jenis-Jenis Letak Lintang Jenis-jenis letak lintang dapat dibedakan menurut beberapa macam, yaitu; Menurut letak kepala terbagi atas; 1. LLi I : Apabila posisi kepala janin berada pada sebelah kiri. 2. LLi II : Apabila posisi kepala janin berada pada sebelah kanan. Menurut posisi punggung terbagi atas; 1. Dorso anterior : Apabila posisi punggung janin berada di depan. 2. Dorso posterior : Apabila posisi punggung janin berada di belakang. 3. Dorso superior : Apabila posis punggung janin berada di atas. 4. Dorso inferior : Apabila posisi punggung janin berada di bawah.

C. Etiologi Penyebab utama letak lintang adalah relaksasi berlebihan dinding abdomen akibat multiparitas yang tinggi, bayi prematur, bayi dengan hidrosefalus,bayi yang terlalu kecil atau sudah mati, plasenta previa, uterus abnormal, panggul sempit, hidramnion, kehamilan kembar, dan lumbal scoliosis. Keadaan-keadaan lain yang dapat menghalangi turunnya kepala ke dalam rongga panggul seperti misalnya tumor di daerah panggul dapat pula mengakibatkan terjadinya letak lintang tersebut. Distosia bahu juga disebabkan oleh kegagalan bahu untuk melipat ke dalam panggul. Insiden letak lintang naik dengan bertambahnya paritas. Pada wanita dengan paritas empat atau lebih, insiden letak lintang hampir sepuluh kali lipat dibanding wanita nullipara.

D. Patofisiologi Distosia bahu disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk melipat ke dalam panggul yang disebabkan oleh fase aktif dan fase persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau

2

kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelum bahu berhasil melipat masuk ke dalam panggul. Relaksasi

dinding

abdomen

pada

perut

yang

menggantung

menyebabkan uterus beralih ke depan, sehingga menimbulkan defleksi sumbu memanjang bayi menjauhi sumbu jalan lahir, yang menyebabkan terjadinya posisi oblik atau melintang. Letak lintang atau letak miring kadang-kadang dalam persalinan terjadi dari posisi longitudinal yang semula, dengan berpindahnya kepala atau bokong ke salah satu fosa iliaka. Pada proses persalinan, setelah ketuban pecah apabila ibu dibiarkan bersalin sendiri, bahu bayi akan dipaksa masuk ke dalam panggul dan tangan yang sesuai sering menumbung. Setelah penurunan, bahu berhenti sebatas pintu atas panggul dengan kepala di salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa iliaka yang lain. Bila proses persalinan berlanjut, bahu akan terjepit di bagian atas panggul. Uterus kemudian berkontraksi dengan kuat dalam upayanya yang siasia untuk mengatasi halangan tersebut. Setelah beberapa saat akan terjadi cincin retraksi yang semakin lama semakin tinggi dan semakin nyata. Keadaan seperti ini disebut sebagai letak lintang kasep. Jika tidak cepat diatasi, dan ditangani secara benar, uterus akan mengalami ruptura dan baik ibu maupun janin dapat meninggal. E. Mekanisme Persalinan Ada kalanya anak yang pada permulaan persalinan dalam letak lintang, bisa berputar sendiri dan menjadi letak memanjang. Kejadian seperti ini disebut versio spontanea. Tanda-tanda pada persalinan letak lintang bisaanya ketuban cepat pecah, pembukaan berjalan lambat, partus menjadi lebih lama, tangan menumbung (20-50%), tali pusat menumbung 10%. Pada letak lintang dengan ukuran panggul normal dan janin cukup bulan, tidak dapat terjadi persalinan spontan. Bila persalinan dibiarkan tanpa pertolongan, akan menyebabkan kematian janin dan ruptura uteri. Bahu masuk 3

ke dalam panggul, sehingga rongga panggul seluruhnya terisi bahu dan bagianbagian tubuh lainnya. Janin tidak dapat turun lebih lanjut dan terjepit dalam rongga panggul. Dalam usaha untuk mengeluarkan janin, segmen atas uterus terus berkontraksi dan beretraksi sedangkan segmen bawah uterus melebar serta menipis, sehingga batas antara dua bagian itu makin lama makin tinggi dan terjadi lingkaran retraksi patologik. Keadaan demikian dinamakan letak lintang kasep, sedangkan janin akan meninggal. Bila tidak segera dilakukan pertolongan, akan terjadi ruptura uteri, sehingga janin yang meninggal sebagian atau seluruhnya keluar dari uterus dan masuk ke dalam rongga perut. Ibu berada dalam keadaan sangat berbahaya akibat perdarahan dan infeksi, dan sering kali meninggal pula. Kalau janin kecil, sudah mati dan menjadi lembek, kadang-kadang persalinan dapat berlangsung spontan. Janin lahir dalam keadaan terlipat melalui jalan lahir atau lahir dengan evolusio spontanea menurut cara Denman atau Douglas. Pada cara Denman bahu tertahan pada simfisis dan dengan fleksi kuat di bagian bawah tulang belakang, badan bagian bawah, bokong dan kaki turun di rongga panggul dan lahir, kemudian disusul badan bagian atas dan kepala. Pada cara Douglas bahu masuk ke dalam rongga panggul, kemudian dilewati oleh bokong dan kaki, sehingga bahu, bokong dan kaki lahir, selanjutnya disusul oleh lahirnya kepala. Dua cara tersebut merupakan variasi suatu mekanisme lahirnya janin dalam letak lintang, akibat fleksi lateral yang maksimal dari tubuh janin.

4

F. Prognosis Letak lintang merupakan letak yang tidak mungkin lahir spontan dan berbahaya bagi ibu dan bayi. 1. Bagi ibu Bahaya yang mengancam adalah ruptura uteri, baik spontan, atau sewaktu versi dan ekstraksi. Pada partus lama, ketuban pecah dini dengan mudah dapat mengakibatkan terjadinya infeksi. 2. Bagi bayi Angka kematian tinggi sekitar 25-40% yang dapat disebabkan oleh prolapsus funikuli, trauma partus, hipoksia karena kontraksi uterus terus-menerus. Prognosa bayi sangat tergantung pada saat pecahnya ketuban, maka kita harus berusaha supaya ketuban selama mungkin tetap utuh misalnya; 

Melarang pasien mengejan



Pasien dengan bayi yang melintang tidak dibenarkan berjalanjalan



Tidak diberi obat his



Toucher harus hati-hati jangan sampai memecahkan ketuban. Atau lebih baik apabila tidak dilakukan toucher

Setelah ketuban pecah bahayanya bertambah karena; 

Dapat terjadi letak lintang kasep kalau pembukaan sudah lengkap



Bayi dapat mengalami asphyxia karena peredaran darah placenta berkurang



Tali pusat dapat menumbung



Bahaya infeksi bertambah

5

G. Komplikasi Komplikasi dari letak lintang adalah cedera tali pusat, timbul sepsis setelah ketuban pecah dan lengan menumbung melalui vagina, kematian janin, ruptura uteri.

H. Penatalaksanaan Medis Apabila pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang, sebaiknya diusahakan mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar pada primigravida usia kehamilan 34 minggu, pada multigravida usia kehamilan 36 minggu. Sebelum melakukan versi luar harus dilakukan pemeriksaan teliti ada tidaknya panggul sempit, tumor dalam panggul, atau plasenta previa, sebab dapat membahayakan janin dan meskipun versi luar berhasil, janin mungkin akan memutar kembali. Untuk mencegah janin memutar kembali ibu dianjurkan menggunakan korset, dan dilakukan pemeriksaan antenatal ulangan untuk menilai letak janin. Ibu diharuskan masuk rumah sakit lebih dini pada permulaan persalinan, sehingga apabila terjadi perubahan letak, segera dapat ditentukan diagnosis dan penanganannya. Pada permulaan persalinan masih dapat diusahakan mengubah letak lintang janin menjadi presentasi kepala asalkan pembukaan masih kurang dari 4 cm dan ketuban belum pecah. Pada seorang primigravida bila versi luar tidak berhasil, sebaiknya segera dilakukan sectio caesarea. Sikap ini berdasarkan berbagai pertimbangan sebagai berikut; 1. Bahu tidak dapat melakukan dilatasi pada serviks dengan baik, sehingga pada seorang primigravida kala I menjadi lama dan pembukaan serviks sukar menjadi lengkap 2. Karena tidak ada bagian besar janin yang menahan tekanan intra-uterin pada waktu his, maka lebih sering terjadi pecah ketuban sebelum pembukaan serviks sempurna dan dapat mengakibatkan terjadinya prolapsus funikuli 3. Pada primigravida versi ekstraksi sukar dilakukan 6

Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara bergantung pada beberapa faktor. Apabila riwayat obstetric wanita yang bersangkutan baik, tidak didapatkan kesempitan panggul, dan janin tidak seberapa besar dapat ditunggu dan diawasi sampai pembukaan serviks lengkap untuk kemudian melakukan versi ekstraksi. Selama menunggu harus diusahakan supaya ketuban tetap utuh dan melarang wanita tersebut bangun atau meneran. Apabila ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap dan terdapat prolapsus funikuli, harus segera dilakukan sectio caesarea. Jika ketuban pecah, tetapi tidak ada prilapsus funikuli, maka bergantung kepad tekanan, dapat ditunggu sampai pembukaan lengkap kemudian dilakukan versi ekstraksi atau mengakhiri persalinan dengan sectio caesarea. Dalam hal ini persalinan dapat diawasi untuk beberapa waktu guna mengetahui apakah pembukaan berlangsung dengan lancer atau tidak. Versi ekstraksi dapat pula dilakukan pada kehamilan kembar apabila setelah bayi pertama lahir, ditemukan bayi kedua berada dalam letak lintang. Pada letak lintang kasep, versi ekstraksi akan mengakibatkan ruptura uteri, sehingga bila janin masih hidup, hendaknya dilakukan sectio caesarea dengan segera, sedangkan pada janin yang sudah mati dilahirkan per vagina dengan dekapitasi.

7

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN (SC DENGAN LETAK LINTANG)

A. Pengkajian 1. Identitas a. Ras: ukuran jenis-jenis panggul berbeda-beda dari berbagai ras. b. Pada wanita yang tinggi badan < 145 cm, kemungkinan panggul kecil perlu diperhatikan. 2. Riwayat penyakit a. Ibu yang mempunyai penyakit diabetes mellitus akan mempengaruhi besar janin. b. Pada postpoliomyelitis masa kanak-kanak mengakibatkan panggul miring. c. Fraktur pada ekstremitas timbul kallus atau kurang sempurna sembuhnya dapat mengubah bentuk panggul. d. Penyakit rankitis pada masa kanak-kanak, jika duduk tekanan badan pada panggul dengan tulang-tulang atau sendi-sendi yang lembek menyebabkan sacrum dengan promontoriumnya bergerak ke depan dan bagian bawahnya mendatar sehingga sacrum mendatar. 3. Riwayat persalinan yang lalu a. Apakah partus yang lalu berlangsung lama, ada riwayat letak lintang atau sunsang, persalinan ditolong dengan alat atau operasi. 4. Riwayat kehamilan sekarang a. Usia kehamilan tidak boleh > 42 minggu. b. Pergerakan anak. c. Tinggi fundus uteri. d. Letak anak lintang atau sunsang.

8

5. Pola pemenuhan kebutuhan dasar a. Nutrisi Pada trimester ke 7 ibu harus mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat karena berat badan janin besar akan mempengaruhi prises persalinan. b. Psikososial Kecemasan akan Nampak karena takut apakah ibu dan janin dapat melalui proses persalinan dengan lancar atau tidak, keduanya harus menyiapkan dana yang lebih jika harus dilakukan secsio sesarea. 6. Pemeriksaan fisik a. Pemeriksaan panggul luar. 

Palpasi: usia kehamilan36 minggu bagian terendah janin belun turun pada primigravida.



Selisih distansia spinarum dan distansia cristarum<1,6 cm.



Conjugata eksterna < 16 cm



Pemeriksaan panggul dalam: promontorium teraba, linea inominata teraba, sacrum, spina iskhiadika menonjol.

b. Melakukan Osborn Test Pemeriksaan dengan tangan yang satu menekan kepala janin dari atas ke arah rongga panggul sedang tangan lain yang diletakan pada kepala, menentukan apakah bagian ini menonjol diatas symphisis atau tidak. c. Metode Muller Munro Kerr Tangan yang satu memegang kepala janin dan menekannya ke arah rongga panggul, sedangkan 2 jari tangan yang lain dimasukan ke dalam rongga vagina untuk menentukan sampai berapa jauh kepala mengikuti tekanan tersebut, sementara itu ibu jari tangan yang masuk dalam vagina memeriksa dari luar hubungan antara kepala janin dan symphisis.

9

B. Diagnosa Keperawatan Dengan SC Diagnosa yang mungkin muncul: 1. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang bernar. 2. Nyeri akut berhubungan dengan injury fisik jalan lahir. 3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal atau familiar dengan sumber informasi tentang cara perawatan bayi. 4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan sehabis bersalin 5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi

C. Rencana Tindakan / Intervensi Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Nyeri akut berhubungan dengan: Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis), kerusakan jaringan DS: - Laporan secara verbal DO: - Posisi untuk menahan nyeri - Tingkah laku berhati-hati - Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai) - Terfokus pada diri sendiri - Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan) - Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang) - Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil) - Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku) - Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah) - Perubahan dalam nafsu makan dan minum

Rencana keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil NOC : ❖ Pain Level, ❖ pain control, ❖ comfort level Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama …. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil: ● Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) ● Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri ● Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) ● Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang ● Tanda vital dalam rentang normal ● Tidak mengalami gangguan tidur

Intervensi NIC : ▪ Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi ▪ Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan ▪ Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan ▪ Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan ▪ Kurangi faktor presipitasi nyeri ▪ Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi ▪ Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin ▪ Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……... ▪ Tingkatkan istirahat ▪ Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur ▪ Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

10

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Kurang Pengetahuan Berhubungan dengan : keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi.

DS: Menyatakan secara verbal adanya masalah DO: ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Defisit perawatan diri Berhubungan dengan : penurunan atau kurangnya motivasi, hambatan lingkungan, kerusakan muskuloskeletal, kerusakan neuromuskular, nyeri, kerusakan persepsi/ kognitif, kecemasan, kelemahan dan kelelahan. DO : ketidakmampuan untuk mandi, ketidakmampuan untuk berpakaian, ketidakmampuan untuk makan, ketidakmampuan untuk toileting

Rencana keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil NOC: ❖ Kowlwdge : disease process ❖ Kowledge : health Behavior Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. pasien menunjukkan pengetahuan tentang proses penyakit dengan kriteria hasil: ❖ Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan ❖ Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar ❖ Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya

Intervensi NIC : ● Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga ● Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat. ● Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat ● Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat ● Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat ● Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat ● Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat ● Diskusikan pilihan terapi atau penanganan ● Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan ● Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat

Rencana keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil NOC : ❖ Self care : Activity of Daily Living (ADLs) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Defisit perawatan diri teratas dengan kriteria hasil: ❖ Klien terbebas dari bau badan ❖ Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs ❖ Dapat melakukan ADLS dengan bantuan

Intervensi NIC : Self Care assistane : ADLs ▪ Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri. ▪ Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan. ▪ Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care. ▪ Dorong klien untuk melakukan aktivitas seharihari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki. ▪ Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya. ▪ Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya. ▪ Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan. ▪ Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari.

11

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Risiko infeksi Faktor-faktor risiko : - Prosedur Infasif - Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan - Malnutrisi - Peningkatan paparan lingkungan patogen - Imonusupresi - Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi) - Penyakit kronik - Imunosupresi - Malnutrisi - Pertahan primer tidak adekuat (kerusakan kulit, trauma jaringan, gangguan peristaltik)

DIANGOSA KEPERAWATAN DAN KOLABORASI Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang benar

Rencana keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

NOC : ❖ Immune Status ❖ Knowledge : Infection control ❖ Risk control Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…… pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil: ❖ Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi ❖ Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi ❖ Jumlah leukosit dalam batas normal ❖ Menunjukkan perilaku hidup sehat ❖ Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal

NIC : ● Pertahankan teknik aseptif ● Batasi pengunjung bila perlu ● Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan ● Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung ● Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum ● Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing ● Tingkatkan intake nutrisi ● Berikan terapi antibiotik:................................. ● Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal ● Pertahankan teknik isolasi k/p ● Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase ● Monitor adanya luka ● Dorong masukan cairan ● Dorong istirahat ● Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi ● Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam

TUJUAN (NOC)

INTERVENSI (NIC)

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien menunjukkan respon breast feeding adekuat dengan indikator:  klien mengungkapkan puas dengan kebutuhan untuk menyusui  klien mampu mendemonstrasikan perawatan payudara

Health Education:  Berikan informasi mengenai : Fisiologi menyusui Keuntungan menyusui Perawatan payudara Kebutuhan diit khusus Faktor-faktor yang menghambat proses menyusui  Demonstrasikan breast care dan pantau kemampuan klien untuk melakukan secara teratur  Ajarkan cara mengeluarkan ASI dengan benar, cara menyimpan, cara transportasi sehingga bisa diterima oleh bayi  Berikan dukungan dan semangat pada ibu untuk melaksanakan pemberian Asi eksklusif  Berikan penjelasan tentang tanda dan gejala bendungan payudara, infeksi payudara

12

§ Anjurkan keluarga untuk memfasilitasi dan mendukung klien dalam pemberian ASI § Diskusikan tentang sumber-sumber yang dapat memberikan informasi/memberikan pelayanan KIA

13

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus Gede. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, Jakarta : EGC Winkjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Caraspot. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC &NIC. Yogyakarta : mocaMedia Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika Saifuddin, AB. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

14

Related Documents


More Documents from "muhammad ariyanto"

Sap Hipertensi.docx
December 2019 11
Lp Ckd.docx
December 2019 7
Patway Sc.docx
December 2019 23