Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Atresia Usopagus

  • Uploaded by: Dewi Noviana
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Atresia Usopagus as PDF for free.

More details

  • Words: 1,216
  • Pages: 21
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN ATRESIA USOPAGUS Anggi Dwi Anggreyani Eka Putri Wulandari Dewi Wahyu Noviana

( P1337420417079 ) ( P1337420417081 ) ( P1337420417083 )

Definisi Atresia Usofagus adalah suatu keadaan tidak adanya lubang atau buntu pada esofagus. Atau Atresia Usophagus adalah kegagalan esophagus untuk membentuk saluran kotinu dari faring ke lambung selama perkembangan embrionik.

Etiologi 1.

Faktor obat

2.

Faktor radiasi

3.

Faktor gizi

4.

Deferensasi usus depan yang tidak sempurna dan memisahkan dari masing –masing menjadi esopagus dan trachea .

5.

Perkembangan sel endoteal yang lengkap sehingga menyebabkan terjadinya atresia.

6.

Perlengkapan dinding lateral usus depan yang tidak sempurna sehingga terjadi fistula trachea esophagus

7.

Tumor esophagus.

8.

Kehamilan dengan hidramnion

9.

Bayi lahir prematur

Manifestasi Klinis 1.

Mengeluarkan ludah yang sangat banyak

2.

Terbatuk atau tersedak setelah berusaha untuk menelan

3.

Tidak mau menyusu

4.

Sianosis (kulitnya kebiruan)

Patofisiologi Terdapat beberapa tipe atresia esofagus, tetapi anomali yang umum adalah fistula antara esofagus distal dan trakea, sebanyak 80% bayi baru lahir dengan kelainan esofagus. Atresia esofagus dan tracheoesophageal fistula diduga sebagai akibat pemisahan yang tidak sempurna antara lempengan paru dari foregut selama masa awal perkembangan janin. Sebagian besar anomali kongenital pada bayi baru lahir meliputi vertebra, ginjal, janutng, muskuloskeletal, dan sistem gastrointestinal.

Agenesis pada esofagus sangat jarang terjadi, kebanyakan atresia dan pembentukan fistula. Pada atresia, segmen esofagus hanya berupa thin, noncanalized cord, dengan kantung proksimal yang tersambung ke faring dan kantung bagian bawah yang menuju ke lambung. Atresia sering terdapat pada bifurksasi (dibagi menjadi dua cabang) trakea terdekat. Jarang hanya atresia sendiri, tetapi biasanya sering dijumpai bersamaan dengan fistula yang menyambungkan kantung bawah atau atas dengan bronkus atau trakea. Anomali yang berhubungan meliputi congenital heart disease, neurologic disease, genitourinary disease, dan other gastrointestinal malformations. Atresia terkadang dihubungkan dengan arteri umbilikus tunggal.

Pathway

Penatalaksanaan A.

Tindakan Sebelum Operasi

1.

Cairan intravena mengandung glukasa untuk kebutuhan nutrisi bayi.

2.

Pemberian antibiotic broad-spectrum secara intra vena.

3.

Suhu bayi dijaga agar selalu hangat dengan menggunakan incubator, spine dengan posisi fowler, kepala diangkat sekitar 45o.

4.

NGT dimasukkan secara oral dann dilakukan suction rutin.

5.

Monitor vital signs.

B.

Tidakan Selama Operasi

1.

Operasi dilaksanakan dalam general endotracheal anesthesia dengan akses vaskuler yang baik dan menggunakan ventilator dengan tekanan yang cukup sehingga tidak menybabkan distensi lambung.

2.

Bronkoskopi pra-operatif berguna untuk mengidentifikasi dan mengetahui lokasi fistula.

3.

Posisi bayi ditidurkan pada sisi kiri dengan tangan kanan diangkat di depan dada untuk dilaksanakan right posterolateral thoracotomy. Pada H-fistula, operasi dilakukan melalui leher karena hanya memisahkan fistula tanpa memperbaiiki esophagus. Esophagus

4.

Operasi dilaksanakan thoracotomy, dimana fistula ditutup dengan cara diikat dan dijahit kemudian dibuat anastomisis esophageal antara kedua ujung proximal dan distal dan esofagus.

5.

Pada atresia esofagus dengan fistula trakeoesofageal, hamppir selalu jarak antara esofagus proksimal dan distal dapat disambung langsung ini disebut dengan primary repairyaitu apabila jarak kedua ujung esofagus dibawah 2 ruas vertebra. Bila jaraknya 3,6 ruas vertebra, dilakukan delaved primary repair. Operasi ditunda paling lama 12 minggu, sambil dilakukan cuction rutin dan pemberian makanan melalui gstrostomy, maka jarak kedua ujung esofagus akan menyempit kemudian dilakukan primary repair. Apabiila jarak kedua ujung esofagus lebih dari 6 ruas vertebra, maka dijoba dilakukan tindakan diatas, apabila tidak bisa juga makaesofagus disambung dengan menggunakan sebagai kolon.

C.

Tindakan Setelah Operasi

Pasca Operasi pasien diventilasi selama 5 hari. Suction harus dilakukan secara rutin. Selang kateter untuk suction harus ditandai agar tidak masuk terlalu dalam dan mengenai bekas operasi tempat anastomisis agar tidak menimbulkan kerusakan. Setelah hari ke-3 bisa dimasukkan NGT untuk pemberian makanan.

ASUHAN KEPERAWATAN ATRESIA USOPHAGUS 1.

Pengkajian Keperawatan

2.

Lakukan pengkajian bayi baru lahir

3.

Observasi manifestasi atresia esofagus dan fistula trakeoesofagus (FTE)

4.

Bantu dengan prosedur diagnostik, misalnya radiografi dada dan abdomen; kateter dengan perlahan dimasukkan kedalam esofagus yang membentur tahanan bila lumen tersebut tersumbat.

5.

Kaji tanda-tanda distres pernapasan.

Diagnosa keperawatan Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan lubang abnormal antara esophagus dan trakea atau obstruksi untuk menelan sekresi. 2. Kerusakan (kesulitan) menelan berhubungan dengan obstruksi mekanis. 3. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan prosedur pembedahan. 4. Ansietas berhubungan dengan kesulitan menelan, ketidaknyamanan karena pembedahan. 5. perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak dengan defek fisik. 1.

Rencana Keperawatan Diagnosa keperawatan I Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan lubang abnormal antara esophagus dan trakea atau obstruksi untuk menelan sekresi.

Tujuan: Pasien mempertahankan jalan napas yang paten tanpa aspirasi Kriteria Hasil: 1.

Jalan napas tetap paten

2.

Bayi tidak teraspirasi sekresi

3.

Pernapasan tetap pada batas normal

No Intervensi Rasional 1. Lakukan pengisapan sesuai denganUntuk menghilangkan penumpukan sekresi kebutuhan. di orofaring. 2. Beri posisi terlentang dengan kepalaUntuk menurunkan tekanan pada rongga ditempatkan pada sandaran yang ditinggikantorakal dan meminimalkan refluks sekresi (sedikitnya 300). lambung ke esophagus distal dan ke dalam trakea dan bronki. 3. Beri oksigen jika bayi menjadi sianotik.

Untuk membantu menghilangkan distress pernapasan. 4. Jangan gunakan tekanan positif (misalnya;Karena dapat memasukkan udara ke kantong resusitasi/ masker). dalam lambung dan usus, yang menimbulkan tekana tambahan pada rongga torakal. 5. Pertahankan penghisapan segmen esophagusUntuk menjaga agar kantong buntu secara intermitten atau kontinue, bila ditersebut tetap kosong. pesankan pada masa pra operasi. 6. Tinggalkan selang gastrostomi, bila ada,Agar udara dapat keluar, meminimalkan terbuka untuk drainase gravitasi. resiko regurgitasi isi lambung dengan trakea.

Diagnosa keperawatan II

Kerusakan (kesulitan) obstruksi mekanis.

menelan

berhubungan

dengan

Tujuan Pasien mendapatkan nutrisi yang adekuat. Kriteria Hasil Bayi mendapat nutrisi yang cukup dan penambahan berat badan yang memuaskan.

menunjukkan

No

Intervensi

Rasional

1.

Beri makan melalui gastrostomi sesuaiUntuk memberikan nutrisi sampai pemberian dengan ketentuan makanan oral memungkinkan.

2.

Lanjutkan pemberian makan oralUntuk memenuhi kebutuhan akan nutrisi bayi sesuai ketentuan, sesuai kondisi bayi dan perbaikan pembedahan.

3.

Observasi dengan ketat.

4.

Pantau masukan keluaran dan beratUntuk mengkaji keadekuatan masukan nutrisi. badan.

5.

Ajarkan keluarga tentang pemberian makan yang tepat.

Untuk memastikan tanpa tersedak.

bayi

teknikUntuk mempersiapkan pemulangan.

mampu

diri

menelan

terhadap

Diagnosa keperawatan III Resiko tinggi cedera berhubungan dengan prosedur pembedahan. Tujuan Pasien tidak mengalami trauma pada sisi pembedahan. Kriteria Hasil Anak tidak menunjukkan bukti-bukti cidera pada sisi pembedahan. No 1.

Intervensi

Rasional

Hisap hanya dengan kateter yangUntuk mencegah trauma pada mukosa. diukur sebelumnya sampai ke jarak yang tidak mencapai sisi pembedahan.

Diagnosa keperawatan IV

Ansietas berhubungan dengan kesulitan menelan, ketidaknyamanan karena pembedahan. Tujuan

Pasien mengalami rasa aman tanda ketidaknyamanan. Kriteria Hasil 1.

Bayi istirahat dengan tenang, sadar bila terjaga, dan melakukan penghisapan non- nutrisi.

2.

Mulut tetap bersih dan lembab.

3.

Nyeri yang dialamianak minimal atau tidak ada.

No

Intervensi

Rasional

1. Beri stimulasi taktil membelai, mengayun).

(mis;Untuk memudahkan optimal dan kenyamanan.

perkembangan meningkatkan

2. Beri perawatan mulut.

Untuk menjaga agar mulut tetap bersih dan membran mukosa lembab.

3. Dorong orangtua berpastisipasi dalam anak.

untukUntuk memberikan rasa nyaman dan perawatanaman.

Diagnosa keperawatan V

perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak dengan defek fisik. Tujuan

pasien (keluarga) disiapkan untuk perawatan anak di rumah. Kriteria hasil Keluarga menunjukkan kemampuan untuk memberiakn perawatan pada bayi, memahami tanda-tanda komplikasi, dan tindakan yang tepat.

No. Intervensi 1. Ajarkan pada keluarga tentang keterampilan dan observasi kebutuhan perawat di rumah:  Beri posisi

Rasional Untuk mencegah aspirasi Untuk mencegah batan tindakan

keterlam-



Agar praktisi dapat diberitahu



Untuk menjamin perawatan yang tepat setelah pulang.



Tanda-tanda distress pernapasan



Tanda-tanda komplikasi; menolak makan, disfagia, peningkatan batuk.



Kebutuhan alat dan bahan yang diperlukan



Perawatan gastrostomi bila bayi telah dioperasi, termasuk teknikteknik seperti pengisapan, pemberian makan, perawatan sisi operasidan atau ostomi, dan penggantian balutan.

TERIMAKASIH

Related Documents


More Documents from "NURUL ROMADHON"