Asuhan Kebidanan Patologi Tugas & Kewenangan Bidan dalam Persalinan Vakum Ekstraksi Dosen Pembimbing : Siti Istiyati,S.ST.,M.Kes
Disusun Oleh : Lore Valiyanti (1610105257) 4A1/D3 Kebidanan
PROGRAM STUDI KEBIDANAN JENJANG DIPLOMA III FAKULTAS ILMU KESEHATAN Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta 2019/2020
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini jauh dari kata sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasa, ataupun penulisan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari pembimbing guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.
Yogyakarta, 19 Maret 2019
Penulis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Rencana Strategi Nasional Making Pregnancy Safer di Indonesia 2001-2010 disebut bahwa dalam Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010, Making Pregnancy Safer mempunyai misi dan visi untuk mencapai Indonesia sehat 2010. Visi Making Pregnancy Safer adalah semua perempuan di Indosenia dapat menjalani kehamilan dan persalinan dengan aman dan bayi dilahirkan hidup sehat. Sedangkan misinya adalah menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir melalui pemantapan sistem kesehatan untuk menjamin ASKES terhadap intervensi yang cost-effective berdasarkan bukti ilmiah yang berkualitas, memberdayakan wanita, keluarga dan masyarakat dan mempromosikan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang lestari sebagai suatu prioritas dalam program pembangunan nasional. Dan tujuan Making Pregnancy Safer adalah menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia (Depkes RI, 2011). Vakum esktraksi merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan ekstraksi menggunakan tekanan negatif dengan alat vakum. Adanya beberapa faktor ibu maupun janin menyebabkan tindakan vakum ekstraksi dilakukan yaitu ketidakmampuan mengejan, keletihan, penyakit jantung, seksio sesarea pada persalinan sebelumnya, kala II yang lama, dan posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse menyebabkan persalinan tidak dapat dilakukan secara normal. Maka perlu tindakan vakum ekstraksi. Vakum ekstraksi dapat mengakibatkan terjadinya toleransi pada servik uteri dan vagina ibu sehingga mengakibatkan perdarahan yang dapat meningkatkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Disamping itu terjadi laserasi pada kepala janin yang dapat mengakibatkan pendarahan intracranial (Depkes RI, 2012). Menurut data WHO, sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran yang terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara bekembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara maju dan 51 negara persemakmuran. Dr. Ieke menegaskan bahwa 90% kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh pendarahan (30%), infeksi (12%), eklampsia (25%), partus lama (11%), komplikasi abortus (12%) dan penyebab lainnya (Depkes RI, 2001). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2002 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan AKI dari 307 menjadi 390 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2012). Persalinan yang didapat dari WHO kejadian vakum ekstraksi berkisar antara 38% dan pervaginam berkisar 62% pada presentase belakang kepala. Sekalipun kejadian kecil tetapi mempunyai penyulit yang besar dengan angka kematian ibu 90% disebabkan oleh perdarahan yaitu (Mochtar 1998) atonia uteri 50% - 60 %, retensio plasenta 16% -17 %, laserasi jalan lahir 4% - 5%, kelainan darah 0,5% - 0,8%, infeksi, partus lama dan komplikasi lain (Depkes RI, 2012). Alasan pemilihan alat vakum ekstraksi (alat bantu persalinan pervaginam) adalah untuk menghindari tingginya angka operasi caesaryang sudah membutuhkan biaya relatif lebih besar dan resiko dari tindakan operasi terhadap ibu bila dibandingkan dengan tindakan vakum ekstraksi, selain itu komplikasi yang terjadi pada partus buatan dengan vakum ekstraksi biasanya timbul akibat terlalu lama dan terlalu kuatnya tarikan kadang juga operator sering menemukan kendala dari pihak keluarga akibat sikap keluarga yang tidak siap operasi dan meminta dokter untuk mencoba tetap lahir pervaginam. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana asuhan kebidanan yang diberikan pada persalinan patologis dengan vakum ekstraksi? C. Tujuan Mengerti asuhan kebidanan yang diberikan pada persalinan patologi dengan vakum ekstraksi. 1.
2. 3.
D. Manfaat Bagi Instansi Sebagai bahan referensi terkait pemberian asuhan kebidanan patologi pada persalinan dengan vakum ekstraksi, serta perbedaan implementasi kasus berdasarkan teori atau praktek. Bagi Institusi Sebagai bahan referensi bahan pustaka untuk menambah pengetahuan dan wawasan. Bagi Penulis Penulis dapat mengaplikasikan konsep, teori, dan ilmu yang telah diperoleh dalam melaksanakan asuhan kebidanan kepada klien. BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi Vakum Ekstraksi
Vakum ekstraksiadalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga negatif (vacum) di kepalanya (Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. 2001: 331).Vakum ekstraksiadalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengejan ibu dan ekstraksi pada bayi (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2009: 495.) Vakum ekstraksi adalah suatu tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat persalinan pada keadaan tertentu dengan menggunakan vacum ekstraktor (Standar Pelayanan Kebidanan: 60). Vaccum is an operation for the delivery of the fetal head from the mother by use of a vacuum extractor applied to the fetal scalp on presence of maternal effort (Hughes).Vakum ekstraksi adalah suatu instrumen obstetrik untuk melahirkan bayi. Aplikasi ekstraktor vakum: outlet, rendah dan tengah seperti pada ekstraksi forsep. Vakum ekstraksi adalah suatu persalinan buatan dengan prinsip antara kepala janin dan alat penarikmengikutigerakanalatvakumekstraktor. Vakum ekstraktor adalah alat yang menggunakan daya hampa udara (tekanan negatif) untuk melahirkan bayi dengan tarikan pada kepala (Sarwono Prawirohardjo.2014. Ilmu Kebidanan: 831). Prinsip dari cara ini adalah mengadakan suatu vakum (tekanan negatif) melalui suatu cup pada kepala bayi, dengan demikian akan timbul caput secara artificiil dan cup akan melekat erat pada kepala bayi. Penurunan tekanan harus diatur perlahan-lahan untuk menghindarkan kerusakan pada kulit kepala, mencegah timbulnya perdarahan pada otak bayi dan supaya timbul caput succedaneum. Jadi, prinsip kerja vakum ekstraksi yaitu membuat suatu caput succedaneum artifisialis dengan cara memberikan tekanan negatif pada kulit kepala janin melalui alat ekstraktor vakum dan caput ini akan hilang dalam beberapa hari.
B.
Indikasi dan Kontraindikasi Vakum Ekstraksi
1.
Indikasi Ibu
a.
Power Ibu Menurun Tanda: frekuensi his semakin menurun, nadi ibu cepat > 100 x/mnt, napas cepat > 40x/mnt
b.
Decom Tingkat I Tanda: sesak napas yang dialami ibu setelah ibu mengejan.
c.
Tekanan Darah Naik Tanda: ibu pusing, ada kenaikan tekanan sistole dan diastole
d.
Tidak Kuat Mengejan Penurunan kepala janin statis, saat ibu mengejan dua kali kepala tidak mengalami penurunan.
e.
Adanya Kenaikan Suhu Suhu naik lebih dari normal, > 37,5
2.
Indikasi Janin
a.
Gawat Janin DJJ janin 160x/mnt
3.
Indikasi Waktu
a.
Kala II Memanjang Tanda: pada primi peralinan kala II > 2 jam, pada multi > 1 jam
4.
Kontraindikasi Vakum Ektraksi Ibu: ibu yang menderita rupture uteri membakat, ibu yang tidak boleh mengejan (ibu dengan penyakit jantung, asma, hipertensi). Janin : Mal presentasi kepala janin (dahi, muka, bokong, puncak kepala), bayi prematur, gawat janin, caput succedaneum yang sudah besar. (Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi Persalinan, 2010).
C. Syarat Vakum Ekstraksi Syarat-syarat dilakukan vakum ekstraksi 1.
Pembukaan lengkap atau hampir lengkap.
2.
Presentasi kepala.
3.
Janin cukup bulan (tidak prematur).
4.
Tidak ada kesempitan panggul (disproporsi sefalo pelvik).
5.
Anak hidup dan tidak gawat janin.
6.
Penurunan H III/III + (puskesmas H IV/dasar panggul).
7.
Kontraksi baik.
8.
Ibu kooperatif dan masih mampu untuk mengejan.
9.
Ketuban sudah pecah atau dipecahkan. Yang harus diperhatikan dalam tindakan vakum ekstraksi:
1.
Cup tidak boleh dipasang pada ubun-ubun besar.
2.
Penurunan tekanan harus berangsur-angsur.
3.
Cup dengan tekanan negatif tidak boleh terpasang lebih dari ½ jam.
4.
Penarikan waktu ekstraksi hanya dilakukan pada waktu ada his dan ibu mengejan.
5.
Apabila kepala masih agak tinggi (H III) sebaiknya dipasang cup terbesar (diameter 7 cm)
6.
Cup tidak boleh dipasang pada muka bayi
7.
Vakum ekstraksi tidak boleh dilakukan pada bayi prematur
D. Kriteria Kegagalan Vakum Ekstraksi 1. Kriteria kegagalan a.
Dalam 30 menit traksi tidak berhasil
b.
Mangkuk terlepas 3x
2. Penyebab kegagalan
a.
Tenaga vakum terlalu rendah, tekanan negatif dibuat terlalu cepat.
b.
Selaput ketuban melekat, bagian jalan lahir terjepit, koordinasi tangan kurang baik, traksi terlalu kuat, cacat otot yang sebelumnya tidak diketahui. (Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal Edisi 1 Cetakan 13, 2014).
E.
Komplikasi Menurut Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal Edisi 1 Cetakan 13, 2014. Komplikasi yang akan terjadi pada vakum ekstraksi:
1.
Ibu : perdarahan akibat atonia uteri / trauma, trauma jalan lahir.
2.
Bayi : ekstraksi kulit kepala, sefal hematoma, nekrosis kulit kepala, perdarahan intracranial, fraktur klavikula.
F.
Keuntungan dan Kerugian Tindakan Vakum Ekstraksi Keuntungan tindakan vakum ekstraksi:
1.
Cup dapat dipasang waktu kepala masih agak tinggi, H III atau kurang dari demikian mengurangi frekuensi SC. Tidak perlu diketahui posisi kepala dengan tepat, cup dapat di pasang di belakang kepala, samping kepala ataupun dahi, tarikan tidak dapat terlalu berat. Dengan demikian kepala tidak dapat dipaksakan melalui jalan lahir. Apabila tarikan terlampau berat cup akan lepas dengan sendirinya.
2.
Cup dapat di pasang meskipun pembukaan belum lengkap, misalnya pada pembukaan 8-9 cm, untuk mempercepat pembukaan. Untuk ini dilakukan tarikan ringan yang kontinu sehingga kepala menekan pada cervik. Tarikan tidak boleh terlalu kuat untuk mencegah robekan cervik. Di samping itu cup tidak boleh terpasang lebih dari ½ jam untuk menghindari kemungkinan timbulnya perdarahan pada otak.
3.
Vakum ekstraktor dapat juga dipergunakan untuk memutar kepala dan mengadakan fleksi kepala (misal pada letak dahi). (Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi Persalinan, 2010). Kerugian tindakan vakum ekstraksi: Kerugian dari tindakan vakum adalah waktu yang diperlukan untuk pemasangan cup sampai dapat ditarik relatif lebih lama (kurang lebih 10 menit).Cara ini tidak dapat dipakai apabila ada indikasi untuk melahirkan anak dengan cepat seperti misalnya pada fetal distress (gawat janin) alatnya relatif lebih mahal dibanding dengan forcep biasa (Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi Persalinan, 2010).
G. Pelaksanaan Vakum Ekstraksi
LANGKAH KLINIK A. PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK B. PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN 1. Pasien a. Cairan dan selang infuse sudah terpasang. Perut bawah dan lipat paha sudah dibersihkan dengan b. c. d. 1) 2) 3) e. f. g. 1) 2) 3) 4) 5) 2. a. b. c. d. 1) 2) 3. a. 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) b. 1) 2) 3) 4) 5) c.
air dan sabun. Uji fungsi dan perlengkapan peralatan ekstraksi vakum. Siapkan alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah. Medikamentosa Oksitosin Ergometrin Prokain 1% Larutan antiseptic (providon lodin 10 %) Oksigen dengan regulator. Instrument Set partus : 1 set Vakum ekstraktor : 1 set. klem ovum : 2 Cunam tampon : 1 Tabung 5 ml dan jarum suntik No. 23 ( sekali pakain) : 2 Speculum sim’s atau L dan kateter karet : 2 dan 1 Penolong ( operator dan asisten) Baju kamar tindakan, pelapis plastik, masker dan kacamata pelindung : 3 set. Sarung tangan DTT/steril : 4 pasang. Alas kaki (sepatu/”boot” plastik) : 3 pasang. Instrument Lampu sorot : 1 Monoaural stetoskop, tensimeter : 1 Bayi Instrument Penghisap lendir dan sudep/penekan lidah : 1 set. Kain penyeka muka dan badan : 2. Meja bersih, kering dan hangat (untuk tindakan) : 1. Incubator : 1 set. Pemotong dan pengikat tali pusat : 1 set. Tabung 20 ml dan jarum suntik No. 23 /insulin (sekali pakai) : 2. Kateter intravena atau jarum kupu-kupu : 2. Popok dan selimut : 1. Alat resusitasi bayi. Medikamentosa Larutan bikarbonas natrikus 7,5% atau 8,4%. Nalokson (narkan) 0,01 mg/kg BB. Epinefrin 0,01%. Antibiotika. Akuabidestilata dan dekstrose 10%. Oksigen dengan regulator.
C. TINDAKAN 1. Instruksikan asisten untuk menyiapkan ekstraktor vakum dan pastikan petugas dan persiapan 2. a. 3.
untuk menolong bayi telah tersedia. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan terpenuhinya persyaratan ekstraksi vakum. Bila penurunan kepala di atas H IV (0/5), rujuk pasien kerumah sakit. Masukan tangan kedalam wadah yang mengandung larutan clorin 0,5%, bersihkan darah dan cairan tubuh yang melekat pada sarung tangan, lepaskan secara terbalik dan rendam dalam
4.
larutan tersebut. Pakai sarung tangan DTT/steril yang baru.
D. PEMASANGAN MANGKOK VAKUM 1. Masukan mangkok vakum melalui introitus vagina secara miring dan setelah melewati introitus, pasangkan pada kepala bayi (perhatikan agar tepi mangkok tidak terpasang pada bagian yang 2.
tidak rata/moulage didaerah ubun-ubun kecil) Dengan jari tengah dan telunjuk, tahan mangkok pada posisinya dan dengan jari tengah dan telunjuk tangan lain, lakukan pemeriksaan disekeliling tepi mangkok untuk memastikan tidak
3.
ada bagian vagina atau porsio yang terjepit diantara mangkok dan kepala. Setelah hasil pemeriksaan ternyata baik, keluarkan jari tangan pemeriksaan dan tangan penahan
4.
mangkok tetap pada posisinya. Instruksikan asisten untuk menurunkan tekanan (membuat vakum dalam mangkok) secara
5.
bertahap. Pompa hingga tekanan skala 10 (silastik) atau -2 (malmstroom) setelah 2 menit, naikan hingga
skala 60 (silastik) dan -6 (malmstroom) dan tunggu 2 menit. Ingat : jangan gunakan tekanan maksimal pada kepala bayi, lebih dari 8 menit 6. Sambil menunggu his, jelaskan pada pasien bahwa pada his puncak (fase acme) pasien harus mengedan sekuat dan selama mungkin. Tarik lipat lutut dengan lipat siku agar tekanan badomen menjadi lebh efektif. E. 1.
PENARIKAN Pada fase acme (puncak) dari his, minta pasien untuk mengedan, secara simultan lakukan penarikan dan pengait mangkuk, dengan arah sejajar lantai (tangan luar menarik pengait, ibu jari
2.
dan tangan dalam pada mangkuk, telunjuk dan jari tengah pada kulit kepala bayi). Bila belum berhasil pada tarikan pertama, ulangi lagi pada tarikan kedua. Episiotomi (pada pasien dengan perineum yang kaku) dilakukan pada saat kepala mendorong perineum dan tidak
a.
masuk kembali. Bila tarikan ketiga dilakukan dengan benar dan bayi belum lahir, sebaiknya pasien dirujuk (ingat : penatalaksanaan rujukan).
b.
Apabila pada penarikan ternyata mangkuk terlepas hingga dua kali, kondisi ini juga
3.
mengharuskan pasien dirujuk. Saat suboksiput berada dibawah simfisis, arahkan tarikan keatas hingga lahirlah berturut-turut dahi, muka dan dagu.
F. MELAHIRKAN BAYI 1. Kepala bayi dipegang biparietal, gerakan kebawah untuk melahirkan bahu depan kemudian 2.
gerakan keatas untuk melahirkan bahu belakang, kemudian lahirkan seluruh tubuh bayi. Bersihkan muka (hidung dan mulut) bayi dengan kain bersih, potong tali pusat dan serahkan bayi pada petugas bagian anak
G. LAHIRKAN PLASENTA 1. Suntikan oxitocin, lakukan traksi terkendali, lahirkan plasenta dengan menarik tali pusat dan 2.
mendorong uterus kearah dorsokranial. Periksa kelengkapan plasenta (perhatikan bila terdapat bagian-bagian yang lepas atau tidak
3.
lengkap). Masukan plasenta kedalam tempatnya (hindari percikan darah).
H. EKSPLORASI JALAN LAHIR 1. Masukan speculum sim’s/L atas dan bawah pada vagina. 2. Perhatikan apakah terdapat robekan perpanjangan luka episiotomy atau robekan pada dinding 3.
vagina ditempat lain. Ambil klemovum sebanyak 2 buah, lakukan penjepitan secara bergantian kearah samping,
4.
searah jarum jam, perhatikan ada tidaknya robekan porsio. Bila terjadi robekan diluar luka episiotomi, lakukan penjahitan dan lanjutkan kelangkah K. Bila dilakukan episiotomi, lanjutkan kelangkah J
I. 1.
PENJAHITAN EPISIOTOMI Pasang penpang bokong (beri alas kain). Suntikan prokain 1% (yang telah disiapkan dalam tabung suntik) pada sisi dalam luka episiotomi (otot, jaringan, mukosa dan subkutis) bagian atas
2. 3.
dan bawah. Uji hasil infiltrasi dengan menjepit kulit perineum yang dianestesi dengan pinset bergigi. Masukan tampon vagina kemudian jepit tali pengikat tampon dan kain penutup perut bawah
4.
dengan kocher. Dimulai dari ujung luka episiotomi bagian dalam, jahit otot dan mukosa secara jelujur bersimpul kearah luar kemudian tautkan kembali kulit secara subkutikuler atau jelujur matras.
5.
Tarik tali pengikat tampon vagina secara perlahan-lahan hingga tampon dapat dikeluarkan,
6.
kemudian kosongkan kandung kemih. Bersihkan noda darah, cairan tubuh dan air ketuban dengan kapas yang telah diberi larutan
7.
antiseptic. Pasang kasa yang dibasahi dengan providon lodin pada tempat jahitan episiotomi.
J. PERAWATAN PASCA TINDAKAN 1. Periksa kembali tanda vital pasien, lakukan tindakan dan beri instruksi lanjut bila diperlukan. 2. Catat kondisi pasien pasca tindakan dan buat laporan tindakan pada kolom yang tersedia dalam 3.
status pasien. Tegaskan pada petugas yang merawat untuk melaksanakan instruksi pengobatan dan perawatan serta laporkan segara bila pada pemantauan lanjutan terjadi perubahan-perubahan yang harus diwaspadai. WEWENANG BIDAN DALAM PERSIAPAN PERSALINAN VACUM EKSTAKSI 1464/MENKES/PER/X/2010 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Vakum ekstraktor adalah alat yang menggunakan daya hampa udara (tekanan negatif) untuk melahirkan bayi dengan tarikan pada kepala. Prinsip dari cara ini adalah mengadakan suatu vakum (tekanan negatif) melalui suatu cup pada kepala bayi, dengan demikian akan timbul caput secara artificiil dan cup akan melekat erat pada kepala bayi. Penurunan tekanan harus diatur
perlahan-lahan untuk menghindarkan kerusakan pada kulit kepala, mencegah timbulnya perdarahan pada otak bayi dan supaya timbul caput succedaneum. Jadi, prinsip kerja vakum ekstraksi yaitu membuat suatu caput succedaneum artifisialis dengan cara memberikan tekanan negatif pada kulit kepala janin melalui alat ekstraktor vakum. Dan caput ini akan hilang dalam beberapa hari. B.
Saran Diharapkan setelah membaca makalah ini, bidan mampu melakukan tindakan vakum ekstraki sesuai prosedur. Sehingga dapat menurunkan AKI maupun AKB, serta meminimalkan trauma pada ibu dan bayi.
DAFTAR PUSTAKA Sarwono Prawirohardjo. 2009. Buku Acuan Nasional Maternal & Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal Edisi 1 Cetakan 13. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2014. Harry Oxorn & William R. Forte. 2010. Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi Persalinan. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medika. S