Nama Dosen
: Nurbaya, S.ST.,M.Keb
Mata Kuliah
: ASUHAN KEBIDANAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA PEREMPUAN DALAM KONTEKS PERTIMBANGAN NILAI BUDAYA PADA BALITA
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 5
HAFSAH CITRA KADANG
(B.15.07.011)
HARDIANTI
(B.15.07.012)
IRMA
(B.15.07.016)
IRNATI
(B.15.07.017)
MUSNIATI
(B.15.07.022)
SAMSINAR
(B.15.07.028)
YEYEN HERAWATI P
(B.15.07.038)
PROGRAM STUDI DIPLOMA EMPAT (D.IV) KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MEGA BUANA PALOPO 2018
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”Asuhan Kebidanan”. Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada kedua orang tua, dan teman-teman kelompok dan juga Dosen Pembimbing Asuhan Kebidanan yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
Palopo,03 Oktober 2018
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2 C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Balita .................................................................................. 3 B. Perkembangan Balita ........................................................................... 3 C. Asuhan Kebidanan dengan Pertimbangan Nilai BUdaya pada Balita .................................................................................................... 5 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................................... 10 B. Saran .................................................................................................... 10 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 11
ii
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan manusia. Di era globalisasi sekarang ini dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrem menuntut semua manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu masalah yang kini banyak merebak di kalangan masyarakat adalah kematian ataupun kesakitan pada ibu dan anak yang sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada. Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebabakibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Menjadi seorang bidan bukanlah hal yang mudah. Seorang bidan harus siap fisik maupun mental, karena tugas seorang bidan sangatlah berat. Bidan yang siap mengabdi di kawasan pedesaan mempunyai tantangan yang besar dalam mengubah pola kehidupan masyarakat yang mempunyai dampak negatif tehadap kesehatan masyarakat.. Tidak mudah mengubah pola pikir ataupun sosial budaya masyarakat. Apalagi masalah proses persalinan yang umum masih banyak menggunakan dukun beranak. Ditambah lagi tantangan konkret yang dihadapi bidan di pedesaan adalah kemiskinan, pendidikan rendah, dan budaya. Karena itu, kemampuan mengenali masalah dan mencari solusi bersama masyarakat menjadi kemampuan dasar yang harus dimiliki bidan. Untuk itu seorang bidan agar dapat melakukan pendekatan terhadap masyarakat perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut. 1
B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan Balita? 2. Bagaimana Perkembangan Balita? 3. Bagaimana Asuhan Kebidanan dengan Pertimbangan Nilai Budaya Pada Balita?
C. TUJUAN 1. Untuk mengetahui pengertian Balita 2. Untuk mengetahui Perkembangan Balita 3. Untuk mengetahui Asuhan kebidanan dengan pertimbangan nilai budaya pada balita
BAB II PEMBAHASAN 2
A. PENGERTIAN BALITA Balita adalah bayi yang berada pada rentang usia 0-5 tahun. Pada usia ini otak anak mengalami pertumbuhan yang sangat pesat yang dikenal dengan istilah masa keemasan (the golden ege), dan pada masa ini harus mendapatkan stimulasi secara menyeluruh baik kesehatan, gizi, pengasuhan dan pendidikan. Istilah ini sudah sering di dengar dan di pahami oleh semua orang tua, karena mereka menginginkan anaknya tumbuh menjadi anak yang cerdas, tapi sedikit yang memanfaatkan peluang ini, karena mereka merasa pertumbuhan anak adalah proses alami yang akan terjadi dengan sendirinya tanpa dengan interpretesi orang tua atau siapapun.
B. PERKEMBANGAN BALITA Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Dalam perkembangan
anak
terdapat
masa
kritis,
dimana
diperlukan
rangsangan/stimulasi yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu mendapat perhatian. Frankenburg dkk.(1981) melalui Denver Development Stress Test (DDST) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu : 1.
Personal Social ( kepribadian/tingkah laku sosial )
2.
Fine Motor Adaptive ( gerakan motorik halus )
3.
Langauge ( bahasa )
4.
Gross Motor ( perkembangan motorik kasar )
Ada juga yang membagi perkembangan balita ini menjadi 7 aspek perkembangan, seperti pada buku petunjuk program BKB ( Bina Keluarga dan Balita ) yaitu perkembangan : 1.
Tingkah laku sosial
2.
Menolong diri sendiri
3.
Intelektual
4.
Gerakan motorik halus
5.
Komunikasi pasif
3
6.
Komunikasi aktif
7.
Gerakan motorik kasar
Menurut Milestone perkembangan adalah tingkat perkembangan yang harus dicapai anak pada umur tertentu, misalnya : 1. 4-6 minggu Tersenyum spontan, dapat mengeluarkan suara
1-2 minggu kemudian
2. 12-16 minggu a.
Menegakkan kepala, tengkurap sendiri
b.
Menoleh kearah suara
c.
Memegang beneda yang ditaruh ditangannya
3. 20 minggu Meraih benda yang didekatkan padanya 4. 26 minggu
5.
6.
a.
Dapat memeindahkan benda dari astu tangan ke
b.
Duduk, dengan bantuan kedua tangan ke depan
c.
Makan biskuit sendiri
tangan lainnya
9-10 bulan a.
Menunjuk dengan jari telunjuk
b.
Memegang benda dengan ibu jari dan telunjuk
c.
Merangkak
d.
Bersuara da.. da…
13 bulan a.
Berjalan tanpa bantuan
b.
Mengucapkan kata-kata tunggal
Dengan milestone ini kita dapat mengetahui apakah anak mengalami perkembangan anak dalam batas normal atau mengalami keterlambatan. Sehingga kita dapat melakukan deteksi dini dan intervensi dini, agar tumbuh kembang anak dapat lebih optimal.
Perkembangan kecerdasan bayi
mencakup kemampuan perseptual, motorik, kognitif dan keterampilan sosial. Bila tahapan perkembangannya ada yang tidak tercapai, berarti perlu ada 4
yang harus diwaspadai. Inilah standar yang sudah dibakukan berdasarkan penelitian
statistik
terhadap
mayoritas
bayi
normal.
Bila
terdapat
keterlambatan perkembangan yang tidak terlalu ekstrem, tidak perlu cemas, karena perkembangan setiap bayi memang berbeda-beda. C. ASUHAN
KEBIDANAN
DENGAN
PERTIMBANGAN
NILAI
BUDAYA PADA BALITA Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan masyarakat, mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan balita di wilayah kerjanya. Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat khususnya, berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir, anak remaja dan usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung jawabnya. Dalam rangka peningkatan kualitas dan mutu pelayanan kebidanan guna meningkatkan angka Kesehatan balita diperlukan pendekatan-pendekatan khususnya sosial budaya, untuk itu sebagai tenaga kesehatan khususnya calon bidan agar mengetahui dan mampu melaksanakan berbagai upaya untuk meningkatkan peran aktif masyarakat agar masyarakat sadar pentingnya kesehatan. Melihat dari luasnya fungsi bidan tersebut, aspek sosial-budaya perlu diperhatikan oleh bidan. Sesuai kewenangan tugas bidan yang berkaitan dengan aspek sosial-budaya, telah diuraikan dalam peraturan Menteri Kesehatan No. 363/Menkes/Per/IX/1980 yaitu: Mengenai wilayah, struktur kemasyarakatan dan komposisi penduduk, serta sistem pemerintahan desa dengan cara: 1. Menghubungi pamong desa untuk mendapatkan peta desa yang telah ada
pembagian wilayah pendukuhan/RK dan pembagian wilayah RT serta mencari keterangan tentang penduduk dari masing-masing RT.
5
2. Mengenali struktur kemasyarakatan seperti LKMD, PKK, LSM, karang
taruna, tokoh masyarakat, kelompok pengajian, kelompok arisan, dan lain-lain. 3. Mempelajari data penduduk yang meliputi:
a. Jenis kelamin b. Umur c. Mata pencaharian d. Pendidikan e. Agama 4. Mempelajari peta desa 5. Mencatat jumlah KK, PUS, dan penduduk menurut jenis kelamin dan
golongan. Agar seluruh tugas dan fungsi bidan dapat dilaksanakan secara efektif, bidan harus mengupayakan hubungan yang efektif dengan masyarakat. Salah satu kunci keberhasilan hubungan yang efektif adalah komunikasi. Kegiatan bidan yang pertama kali harus dilakukan bila datang ke suatu wilayah adalah mempelajari bahasa yang digunakan oleh masyarakat setempat. Kemudian seorang bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut,
yang
meliputi
tingkat
pengetahuan
penduduk,
struktur
pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut. Bidan
dapat
menunjukan
otonominya (kebijakan) dan
akuntabilitas(pertanggungjawaban) profesi melalui pendekatan sosial dan budaya yang akurat. Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang di anugerahi pikiran, perasaan dan kemauan secara naluriah memerlukan prantara budaya untuk menyatakan rasa seninya, baik secara aktif dalam kegiatan kreatif, maupun secara pasif dalam kegiatan apresiatif. Dalam kegiatan apresiatif, yaitu mengadakan pendekatan terhadap kebudayaan
6
seolah tradisi tersebut benar adanya meskipun terkadang tidak dapat diterima secara logika. Maka itu dalam mengadakan pendekatan terhadap kebudayaan kita tidak cukup hanya bersimpati terhadap kebudayaanitu, tetapi lebih dari itu yaitu secara empati. Melalui kegiatan-kegiatan kebudayaan tradisional setempat bidan dapat berperan aktif untuk melakukan promosi kesehatan kepada masyaratkat dengan melakukan penyuluhan kesehatan di sela-sela acara kebudayaan tradisional tersebut. Misalnya: Dengan Kesenian wayang kulit melalui pertunjukan ini diselipkan pesanpesan kesehatan yang ditampilkan di awal pertunjukan dan pada akhir pertunjukan. Salah satu faktor yang secara langsung dapat mempengaruhi kondisi kesehtan bayi adalah makanan yang diberikan. Dalam setiap masyarakat ada aturan-aturan yang menentukan kuantitas, kualitas dan jenis-jenis makanan yang seharusnya dan tidak seharusnya di konsumsi oleh anggota-anggota suatu rumah tangga, sesuai dengan kedudukan, usia, jenis kelamin dan situasi-situasi tertentu. Misalnya, ibu yang sedang hamil tidak diperbolehkan atau dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tertentu. Ayah bekerja sebagai pencari nafkah berhak mendapat jumlah makanan yang lebih banyak dan bagian yang lebih baik daripada anggota keluarga yang lain atau anak laki-laki diberi makan lebih dulu daipada anak perempuan, yang berperan mengatur menu setiap hari dan mendistribisikan makanan kepada keluarga adalah ibu dengan kata lain ibu mempunyai peran sebagai pengatur keluarga. Menurut foster dan Anderson (1978:37), masalah kesehatan selalau berkaitan dengan dua hal yaitu system teori penyakit dan system perawatan penyakit. System teori penyakit lebih menekankan pada penyebab sakit, teknik-teknik pengobatan pengobatan penyakit. Sementara, system perawatan penyakit merupakan ssuatu institusi social yang melibatkan interaksi beberapa orang, paling tidak interaksi anatar pasien dengan si penyembuh, apakah itu dokter atau dukun. Persepsi terhadap penyebab penyakit dan menentukan cara pengobatannya. Penyebab penyakit dapat dikatagorikan
7
kedalam dua golongan yaitu personalitik dan naturalistic. Penyakit-penyakit yang di anggap timbul karena adanya intervensi dari agen tertentu seperti perbuatan orang, hantu, makhluk halus dan lain-lain termasuk dalam golongan personalitik. Sementara yang termasuk dalam golongan naturalistic adalah penyakit-penyakit yang desebabkan oleh kondisi alam seperti cuaca, makanan, debu dan lain-lain. Dari sudut pandang system medis modern adanya persepsi masyarkat yang berbeda terhadap penyakit seringkali menimbulkan permasalahan. Sebagai contoh ada masyarkat beberapa daerah beranggapan bahwa bayi yang mengalami kejang-kejang disebabkan karena kemasukan roh halus, dan hanya dukun yang dapat menyembuhkannya. Padahal jejang-kejang tadi mungkin disebabakan oleh demama yang tinggi, atau adanya radang otak yang bila tidak disembuhkan dengan cara yang tepat dapat menimbulkan kematian. Kepercayaan-kepercayaan lain terhadap demam dan diare pada bayi adalah karena bayi tersebut bertambah kepandaiannya seperti sudah mau jalan. Ada pula yang menganggap bahwa diare yang sering di derita oleh bayi dan anakanak disebabkan karena pengaruh udara , yang sering dikenal istilah “masuk angin”. Karena persepsi terhadap penyebab penyakit berbeda-beda, maka pengobatannyapun berbeda-beda. Mislanya, di suatu daerah di anggap bahwa diare ini disebabkan karena “masuk angin” yang dipersepsikan sebagai “mendinginnya” badan anak maka perlu diobati dengan bawang merah karena dapat memanaskan badan si anak. Sesungguhnya pola pemberian makanan pada anak, etiologi penyakit dan tindakan kuratif penyakit merupakan bagian dari system perawatan kesehatan umum dalam masyarakat ( Klienman, 1980). Dikatakan bahwa dalam system perawatan kesehatan ini terdapat unsur-unsur pengetahuan dari system meis tradisional dan modern. Hal ini terlihat bila ada anak yang menderia sakit, maka si ibu atau anggota keluarga lain akan melakukan pengobatan sendiri (self treatment) terlebih dahulu, apakah itu obat tradisional ataupun obat modern. Tindakan pemberian obat ini merupakan tindakan pertama yang paling sering dilakukan dalam upaya mengobati penyakit dan merupakan satu
8
tahap dari perilaku mencari penyembuhan atau kesehatan yang dikenal sebagai “health” seeking behavior”. Jika upaya ini tidak berhasil, barulah dicari upaya lain misalnya membawa ke petugas kesehatan seperti dokter. Mantra dan lain-lain.
9
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Salah satu faktor penyumbang dari Angka kematian bayi dan Angka kematian balita yaitu dari segi pencapaian pelayanan kesehatan. Sehingga dengan adanya bidan di komunitas dekat dengan masyarakat diharapkan dapat menekan dan menurunkan angka kematian tersebut. Bidan di masyarakat harus mampu menjalankan fungsi-fungsi primer pelayanan kebidanan.
B.
SARAN Kami harap dengan adanya makalah ini kita sebagai tenaga kesehatan dapat terbantu dalam hal asuhan kebidanan pada perempuan dalam konteks pertimbangan nilai budaya pada balita.
10
DAFTAR PUSTAKA Kuncara Ningrat, 1993, Manusia dan kebudayaan Indonesia Munandar Sulaeman, 1993, MS Ilmu Budaya Dasar Bandung, PT. Eresco Purwoastuti, Endang. 2015. Pokok-Pokok Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Pada Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Sujadi MP, 2001, Buku Materi Pokok : Ilmu Budaya Dasar, Pusat Penerbitan Universitas Terbuka
Woolfson, Richard C. 2005. Mengapa Anakku Begitu. Bandung: Erlangga
11