Asma.docx

  • Uploaded by: Aprilia Irawati
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Asma.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,311
  • Pages: 15
BAB I PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG Asma adalah penyakit yang setua artefak. Kertas papirus Mesir yang di temukan sekitar tahun 1870 berisi resep untuk asma yang ditulis dalam huruf hieroglif yang menuliskan campuran herbal yang dipanaskan di atas batu agar penderita dapat menghisap asap hasil pembakarannya. Kata asma berasal dari bahasa yunani, yakni: azein yang berarti ‘’bernafas dengan kuat’’ para dokter di Yunani dan Roma menanagani pasien gangguan pernapasan dengan rencana terapi yang disesuaikan dengan pasien agar tercapai keseimbangan empat ‘’humor’’ : cairan kuning empedu,cairan hitam empedu,darah dan phlegm. Saat ini, kita tidak lagi menggunakan teori tersebut,tetapi kita merekomendasikan penyesuaian terapi asma berdasarkan kondisi pasien yang unik. Dapat dikatakan bahwa pemahaman kita mengenai asma belum banyak berkembang dari zaman dulu hingga seorang dokter dari London bernama Hyde Salter menggambarkan asama sebagai ‘’dispnea paroksismal dengan karakteristik yang khas,pada umumnya periodik dengan interval respirasi yang normal di antara serangan’’ dalam bukunya Treatise on Asthma: Its Pathology and Treatment, yang diterbitkan pada tahun1860. Salter,seperti para dokter di tahun 1980-an, memandang asma sebagai suatu kondisi intermiten dan akut. Ahli kesehatan lainnya yaitu Sir Wiliam Osler juga tidak banyak membantu. Dia menyebut asma sebagai penyakit ‘’nurotic affection’’pada tahun 1892. Meskipun demikian, Osler mampu mengidentifikasikan adanya disfungsi jalan napas dan perubahan patologis di paru seperti edema mukosa bronkus, inflamasi dan

produksi mukus gelatin sebagai gejala asma. Dia juga mengenali bahwa pada asma, serangan dapat dicetuskan akibat paparan terhadap ‘’berbagai macam kondisi yang tidak biasa dan aneh’’, termasuk juga infeksi saluran napas dan binatang. Banyak hal yang dideskripsikan oleh Oler yang sampai saat ini masih digunakan untuk menggambarkan asma, seperto spasme otot bronkial, pembengkakan membran mukosa bronkus, inflamasi saluran napas yang lebih kecil serta demam hay yang memiliki banyak kemiripan dengan asma. Dia juga mengatakan bahwa pada asma dijumpai adanya faktor keturunan dan dengan benar mengidentifikasi bahwa penyakit ini sering muncul pada masa kanak-kanak serta terkadang berlanjut sampai dewasa. Pada beberapa tahun terakhir,pemikiran kita terhadap asma telah mengalami perubahan. Kita tidak lagi berfikir bahwa asma adalah suatu kumpulan gejala intermiten, tetapi sebagai suatu syndrom kronik. Perubahan ini, membuat kita mengubah cara kita dalam memberikan terapi kepada pasien. Topik mengenai cara mengotrol asma dan mencegah serangan asma akut telah menjadi fokus dan merupakan tujuan regimen terapi yang diberikan. 1.2

Tujuan 1. menjelaskan defenisi dan karakteristik klinis asma 2. menjelaskan Apa tanda dan gejala Asma 3. menjelaskan Berbagai macam tipe asma 4. menjelaskan tentang Alergen dan Asma 5. Patofisiologi asma

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Defenisi dan karakteristik klinis Asma

Apakah yang disebut Asma? Asma biasa dikenal sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan adanya wheezing(mengi) intermiten yang timbul sebagai respon akibat paparan terhadap suatu zat iritan atau alergen. Sayangnya,banyak penderita asma yang juga beranggapan seperti ini. Pola pikir ini mengakibatkan tata laksana asma hanya berfokus pada gejala asma yang muncul dan tidak ditujukan pada penyebab yang mendasari terjadinya kondisi tersebut. Terapi yang adekuat terhadap penyebab yang mendasari terjadinya asma dapat mencegah munculnya gejala asma dan dapat meningkatkan kualitas hidup penderita secara signifikan. Terdapat banyak contoh kasus penderita asma yang dapat ikut berpartisipasi dalam kompetisi olahraga profesional atau mempunyai karir yang sukses karena asmanya yang ‘’terkontrol” dan tidak menganggu aktivitas mereka sehari-hari. Secara fisiologis asma merupakan kaskade kompleks kondisi dan interaksi yang dapat mengakibatkan obstruksi aliran udara akut, meningkatkan produksi mukus, hiperreaktivitas bronkus dan inflamasi jalan napas. Masingmasing interaksi tersebut dan gejala klinis yang muncul dapat sedikit berbeda antara satu individu dengan lainnya dan derajat keparahanya dapat bervariasi pada individu yang sama akibat perbedaan lingkungan fisiologis internal dan faktor eksternal. Interaksi fisiologis inilah yang mengakibatkan timbulnya wheezing dan kesulitan bernapas yang dialami oleh penderita dan disebut sebagai asma. Karakteristik Klinis Asma didefinisikan sebagai munculnya gejala dan tanda obstruksi jalan napas, inflamasi dan hiperraktif.

2.2 Tanda dan Gejala Mendefinisikan tanda dan gejala asma sering tidak mudah. Hal ini disebabkan oleh manifestasi klinis yang bervariasi antara satu individu dengan individu lainya. Gejala dan Derajat keparahan asma Gejala asma yang sering dijumpai Angka aliran puncak berada pada zona kuning/waspada (biasanya 50-80% dari normal)

Gejala yang mungkin terkait asma Pola pernapasan abnormal yang ditandai dengan ekspirasi yang memanjang

Gejala asma berat

Angka aliran puncak berada pada zona bahaya/merah (biasanya<50% dari norma) Sianosis

Batuk dengan atau tanpa produksi mukus; sering bertambah berat saat malam hari atau dini hari sehingga membuat anak sulit tidur Kesulitan bernafas yang Nafas terhenti bertambah berat dengan sementara postur tubuh olahraga atau aktivitas membungkuk Retraksi interkostal

Nyeri dada

Wheezing Napas cuping hidung dada terasa sesak  Biasanya muncul tiba-tiba  Umumnya episodik  Dapat hilang dengan sendirinya  Bisa bertambah berat saat malam

Perubahan kesadaran (seperti mengantuk, bingung) saat serangan asma Kesulitan bernafas yang hebat Takikardia Kegelisahan hebat akibat kesulitan bernapas berkeringat

hari atau dini hari  Bertambah berat jika bernapas di udara yang dingin  Bertambah berat dengan olahraga  Bertambah berat dengan adanya heartburn (refluks)  Perbaikan dengan penggunaan obat  yang tepat Sebagian besar penderita asma menunjukkan gejala Wheezing. Meskipun demikian, beberapa tidak menunjukkan gejala tersebut.sebagai seorang klinisi, kita sering menggunakan terminologi eksaserbasi atau episode untuk mendefinisikan suatu ‘’serangan’’ Wheezing atau kesulitan bernapas pada penderita asma.

2.3 Berbagai macam tipe asma  Asma pada Masa Kanak-Kanan Asma adalah penyakit kronis yang paling seriing pada anak dan jika tidak di terapi akan memberikan efek buruk secara langsung pada kualitas hidup seorang anak. Meskipun sebagian besar anak dngan asma menunjukkan gejala yang khas berupa wheezing, namun banyak yang tidak menunjukkan gejala tersebut. Batuk persiten merupakan gejala asma yang banyak dijumpai namun sering diabaikan. Seorang anak yang batuk saat atau setelah bermain, Berlari atau menangis mungkin menderita asma. Batuk rekuren pada malam hari juga merupakan tanda yang sering dijumpai pada anak-anak dengan asma. Sebagian anak-anak tersebut juga menunjukka gejala sulit tidur dan mengantuk pada siang hari atau sulit berkonsentrasi saat mereka berada di sekolah.

Seorang anak dapat mengeluhkan bahwa dadanya terasa tidak atau nyeri ketika mereka berlari dan bermain. Mereka juga dapat menunjukkan gejala gelisah dan batuk. Hal ini dapat merupakan tanda asma dan harus dievaluasi jika sering berulang. Deteksi asma pada bayi biasanya sulit,bayi belum dapat diajak berkomunikasi dan tidak dapat di uji definitif untuk mendiagnosis asma pada bayi. Jika seorang bayi tampak merintih, mengorok atau tampak sulit bernafas saat makan, bayi tersebut kemungkinan mengalami inflamasi jalan napas dan atau obstruksi. Setiap anak atau bayi yang sering mengalami batuk atau infeksi saluran napas harus di evaluasi kemungkinan mengalami asma. Asma Tersembunyi adalah terminologi untuk anak yang memiliki gejala asma subsklinis yang sering sulit terdeteksi dengan tanda dan gejala umum. Anak dengan kesulitan bernapas dan batuk rekuren, dengan aktivitas fisik terbatas, yang membatasi aktivitas fisiknya sendiri, harus dievaluasi terhadap kemungkinan terjadinya obstruksi jalan napas dan adanya asma tersembunyi.

 Asma akibat kerja/okupasional Asma akibat kerja (AKK) didefinisikan sebagai respon jalan napas terhadap debu, uap, gas atau asap yang berada di udara sekitar lingkungan kerja. Kondisi ini dapat dibagi menjadi asma eksaserbasi-kerja (AEK), yaitu bila individu tersebut sudah mempunyai penyakit asma yang diperberat oleh lingkungan kerja, dan asma okupasional (AO) asma yang secara langsung disebabkan oleh paparan lingkungan kerja. Pada asma okupesional telah ditemukan juga tipe nonimunologik (tanpa latensi). Tipe asma ini adalah asma yang dapat timbul akibat paparan sesaat atau berulang kali terhadap iritan dalam konsentrasi tinggi, sehingga merangsang trauma jalan napas dan inflamasi. Tipe lain penyakit paru akibat kerja adalah penyakit jalan napas akibat paparan debu organik. Kondisi ini berhubungan dengan paparan di lingkungan kerja terhadap debu organik seperti kapas, jerami, rami, karung goni, serat dan berbagai macam biji –bijian.

 Bronkospasme Akibat Aktivitas fisik Bronkospasme akibat aktivitas fisik atau Exercise-induced bronchospasm (EIB) adalah terminologi yang digunakan untuk menggambarkan penyempitan jalan napas akut yang besifat sementara akibat aktivitas fisik. Sebanyak 50-90% individu dengan asma memiliki saluran napas yang hiperaktif setelah aktivitas fisik. Meskipun demikian, terdapat data yang menyatakan bahwa sebanyak 10% individu dengan EIB tidak memiliki gejala asma lainya atau mempunyai penyakit alergi atau reaksi alergi. Kita tahu bahwa EIB paling sering muncul saat atau setelah aktivitas fisik dan didefinisikan sebagai penyempitan saluran napas akibat aktivitas tersebut. Jika tidak di terapi, EIB dapat menyebabkan keterbatasan aktivitas pada seseorang individu dengan asma dan pedoman terbaru merekomendasikan setiap pasien asma untuk dilakukan penilaian terhadap adanya EIB. Pasien dengan EIB juga harus dipantau secara rutin untuk memastikan bahwa mereka tidak memiliki gejala asma atau terdapat penurunan pada Peak Expiratory Flow(PEF) pada waktu yang berbeda saat mereka tidak sedang melakukan aktivitas fisik. Diagnosis EIB memang tidak mudah untuk di tegakkan. Pasien dengan EIB biasanya mempunyai riwayat batuk,sesak,nyeri dada atau dada terasa berat atau terbatasnya aktivitas yang dilakukan. Pasien dapat atau tidak mengalami Wheezing. Diagnosis biasanya ditegakkan dengan uji olahraga.

 Asma Dalam Kehamilan dan Terkait Menstruasi Asma bukan kontraindikasi kehamilan. Meskipun demikia, ibu hamil dengan asma yang sulit terkontrol memiliki risiko lebih tinggi bagi dirinya dan bayinya jika ia mengalami eksaserbasi. Beberapa studi menunjukkan bahwa selama kehamilan sering terjadi perubahan derajat keparahan asma. Data ini menunjukkan hasil yang terbagi rata. Sekitar satu pertiga wanita mengalami perburukan gejala asma saat hamil: sebanyak sepertiga lainnya tidak

melaporkan adanya perubahan selama kehamilan. Asma yang tidak terkontrol dapat memberikan efek serius pada bayi, seperti peningkatan mortalitas perinatal, peningkatan kemungkinan lahir prematur dan bayi berat lahir rendah. Wanita hamil dengan asma harus dipantau secara ketat dan harus dilakukan penyesuaian terhadap obat-obatan yang diberikan serta rencana terapi untuk memastikan asma terkontrol dengan baik sehingga dapat mengurangi resiko yang tidak diinginkan pada bayi dan ibu. Pada banyak wanita juga sering dijumpai variasi pada derajat berat ringannya serangan asma selama periode menstruasi dsn pramenstruasi. Hal ini menunjukkan adanya keterlibatan hormonal pada serangan asma, meskipun belum didukung oleh data yang cukup. Pada asma jenis ini telah digunakan terminologi asma terkait menstruasi.

 Asma Resisten Terapi Pada sebagian besar pasien asma, kortikosteroid digunakan untuk mengontrol inflamasi saluran napas san menangani asma mereka. Asma resisten terapi adalah terminologi yang digunakan untuk menggambarkan 5-10% pasien yang tidak memberi respons dengan terapi kortikosteroid,kondisi ini dapat dijumpai pada semua derajat keparahan Asma, meskipun sebagian besar diantaranya dijumpai pada asma berat. Awalnya dipercayai bahwa asma resisten terapi ini berhubungan dengan adanya defek respons individu terhadap kortikosteroid yang menghambat efek anti inflamasi kortikosteroid. Meswkipun demikian, studi-studi menunjukkan bahwa terdapat berbagai komponen dan mekanisme yang terlibat pada resistensi steroid ini. Terdapat beberapa mekanisme yang diduga menjadi penyebab resistensi ini. Beberapa mekanisme yang pernah dilaporkan antara lain: abnormalitas jalur deasetilasi histon, ekspresi jalur alternatif yang berlebihan, reseptor glukokortikoid yang tidak berfungsi atau terdapat faktor transkripsi yang menganggu ikatan kortikosteroid dengan reseptor a fungsional glukokortikoid. Terdapat teori lain yang menyatakan bahwa beberapa penderita asma yang resisten terapi memilik berbagai variasi pada tipe inflamasi yang berhubungan dengan asma yang mereka alami hingga mempunyai respon terhadap kortikosteroid yang juga bervariasi.

 Disfungsi Pita suara Disfungsi pita suara (DPS) ditandai oleh adduksi paroksismal pita suara, mengakibatkan retriksi jalan napas dan sering terdiagnosis sebagai asma. Pasien biasanya mengeluh adanya stridor, napas pendek-pendek, Wheezing, batuk dan pada beberapa kasus dijumpai dispnea saat berolahraga. Diagnosis asma yang salah satu ini sering mengakibatkan pasien masuk ke dalam rencana terapi untuk asma dengan gejala yang tidak terkontrol. Karena ‘’asmanya memburuk”, pasien diterapi dengan obat asma yang lebih tinggi dan tidak berhasil. Disfungsi pita suara didiagnosis dengan visualisasi secara langsung dengan melihat pergerakan pita suara. Tetapi bicara merupakan terapi pilihan untuk pasien dengan DPS

 Asma Terkait Pencetus Asma terkait pencetus adalah terminologi yang digunakan untuk menggambarkan fenotip asma pada suatu keluarga, yang timbulnya asma disebabkan oleh suatu pencetus zat iritan. Terminologi ini mencakup asma alergik, asma okuposional,asma terkait kehamilan/menstruasi dan asma akibat aktivitas fisik.

 Asma Alergik Asma alergik mungkin merupakan tipe asma yang paling sering di jumpai. Tipe asma ini dapat muncul pada semua usia, meskipun biasanya muncul pada awal masa kanak-kanak. Asma alergik didefinisikan sebagai munculnya gejala asma akibat paparan terhadap elergen yang bersifat iritan. Asma alergik biasanya disebabkan oleh inflamasi jalan napas, meskipun definisi pasti yang menyebabkan asma alergik belum diketahui dengan pasti.

 Asma Atopik dan Asma Ekstrinsik Terminologi asma atopik dan asma ekstrinsik sering digunakan bergantian dengan asma alergik. Secara spesifik, kata ‘’atopi” merujuk pada proses hipersesitivitas alergik yang dapat menyebabkan reaksi baik pada sistem pulmoner sebagai asma alergik maupun pada kulit sebagai dermatitis. Definisi klinis ‘’atopi” adalah predisposisi genetik terhadap munculnya respon yang diperantai IgE terhadap suatu alergen. Atopi dipercayai sebagai faktor predisposisi penting yang dapat teridentifikasi untuk terjadinya asma.

2.4 Alergen dan Asma Hubungan antara alergi dan asma telah lama diketahui,ketika suatu zat alergen atau zat yang bersifat infeksius masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernapasa, akan terjadi serangkaian reaksi sistem imun yang dikenal sebagai ‘’Kaskade alergi”. Sistem respirasi terutama bronkus akan mulai untuk menarik sel-sel inflamasi dari aliran darah ke dalam dinding bronkus. Sel-sel inflamasi ini mengeluarkan protein yang mampu mengidentifikasi dan berikatan dengan alergen dan atau organisme yang dapat bersifat invasif. Selanjutnya dapat terjadi pembengkakan dinding bronkus dan peningkatan seksresi bronkus sehingga dapat terjadi penyempitan jalan napas. Komponen utama kaskade alergi ini adalah imunoglobin(Ig), yang biasa dikenal sebagai antibodi; dan sel mast/basofil dan mediator-mediator kimia.  Pencetus Alergen Pencetus alegen adalah setiap substansi yang dapat mencetuskan reaksi atopi (diantarai IgE) di dalam tubuh. Alergen yang paling sering adalah jamur (mold), protein hewan (dari kulit atau saliva), tungau debu rumah, partikel kecoa dan serbuk bunga

 Beberapa pencetus yang sering di jumpai dan cara mengontrolnya 1. Filter partikel udara efisiensi tinggi, filter pengendap Elektrostatistik dan pembersihan saluran udara. Filter partikel udara efisiensi tinggi atau high-efficiency particulate air (HEPA) dapt membersihkan sekitar 99,97% partikel udara dalam kisaran 0,3 mikrometer. Alat ini bekerja dengan menghisap udara melalui filter dan mengendapkan partike-partikelnya dalam bahan filter. Penggantian filter membutuhkan biaya mahal dan harus diganti secara rutin untuk mencegah kontaminasi bakteri filter elektrostatik,kadang disebut juga sebagai presipitator lempeng, bekerja melalui dua proses tahapan. Proses pertama menghasilkan partikel listrik yang dilepaskan ke udara dan berikatan dengan partikel udara. Proses kedua menarik udara ke dalam kumpulan lempengan yang ‘’menangkap”partikel bermuatan listrik beserta partikel yang berikatan dengannya secara serial. Lempeng pengumpul tersebut harus dibersihkan secara rutin dan partikel udara jangan dibiarkan menumpuk agar alat ini dapat berfungsin dengan baik. Proses pemilihan filter menghasilkan ozon sebagai partikel bermuatanya yang dapat mengiritasi beberapa pasien yang memiliki gangguan pernapasan. 2. Alergen binatang/Hewan peliharaan Binatang melepaskan protein ke lingkungan sekitar melalui cairan tubuhnya seperti saliva dan dander. Dander dapat didefenisikan sebagai bahan organik atau protein dari tubuh hewan, atau dapat juga disebut sebagai serbuk hewan. Pada sebagian besar pasien alergi, dander tidak membuat iritasi. Meskipun demikian, dander dapat menjadi makanan untuk tungau debu yang mengiritasi banyak pasien asma. Alergen juga dapat dijumpai di urin hewan pengerat liar atau peliharaan. Pada akhirnya semua hewan, termasuk manusia dapat menghasilkan makanan yang cukup untuk tungau debu organik dan memberikan kesempatan bagi pertumbuhan bakteri di rumah. Pedoman baru menyatakan bahwa untuk penderita asma yang sensitif terhadap alergen hewan, pilihan terapi yang utama adalah dengan menghindari atau tidak memelihara baik dilingkungan rumah ataupun kerja.

     

Tips Hidup bersama Hewan peliharaan untuk penderita Asma: Jauhkan hewan peliharaan dari tempat tidur Usahakan pintu kamar tidur selalu dalam keadaan tertutupp Singkirkan mebel berlapis dan karpet dari rumah atau sebisa mungkin jauhkan hewan peliharaan dari barang-barang tersebut. Cuci bantal, mainan berbulu dan linen yang kontak dengan hewan peliharaan secara rutin. Mandikan dan sikat hewan peliharaan secara rutin(sebaiknya dilakukan diluar ruangan atau jauh dari pasien asma) Bersihkat karpet yang kontak dengan hewan peliharaan dengan vakum.

3. Tungau Debu Rumah Mengontrol alergen tungau debu adalah pertarungan yang terus menerus. Tungau debu tidak bisa dihidari, meskipun demikian meminimalisasi pengaruh yang ditimbulkanya bisa dilakukan. Bantal dan matras dapat dibungkus dengan pembungkus alergen plastik. Linen tempat tidur harus di cuci secara rutin dengan air panas. Bantal juga dapat di cuci dengan cara biasa secara rutin. Detergen dan pemutih juga dapat berperan penting dalam mengurangi alergen tungau debu pada proses cucian. Boneka,dan mainan juga harus di cuci setiap minggu untuk mengurangi populasi tungau debu. Pajaran yang berkepanjangan terhadap pemanasan kering atau pembekuan juga dapat membunuh tungau meskipun tidak dapat menghilangkan elergen yang ada. 4. Alergen Kecoa Data yang ada menunjukkan bahwa membasmi dan menghindari alergen kecoa memiliki efek yang positif pada asma. Makanan dan sampah di dalam rumah tidak boleh dibiarkan dalam keadaan terbuka. Racun, seperti yang digunakan sebagai umpan kecoa dan alat semprot, merupakan alat yang efektif dalam mengendalikan populasi kecoa, tetapi dapat menimbulkan iritasi bagi pasien asma.

5. Serbuk Sari Serbuk sari saat musim serbuk sari bersifat iritatif pada banyak pada pasien asma. Pemantauan ketat pada rencana terapi masing-masing individu dengan asma saat musim serbuk sari harus dilakukan dan penyesuaian terhadap obat-obatan yang diberikan agar asmanya dapat terkontrol dengan baik. Serbuk sari banyak terdapat di seluruh Amerika serikat saat pagi dan menjelang siang dan sore hari. Pasien asma dapat menghindari pajaran terhadap serbuk sari ini dengan tetap berada di dalam ruangan dengan pendingin ruang dan jendela yang selalu tertutup. 6. Polusi Udara Dan Gas buangan kendaraan Banyak studi menunjukkan bahwa peningkatan zat-zat tertentu dari gas buangan kendaraan memberikan efek negatif pada pasien asma. Dipercaya bahwa pada pasien asma sering terjadi peningkatan stres oksidatif saluran napas dan penurunan fungsi saluran napas pada pasien asma ketika terpajar dengan polusi udara. Poluta-polutan tersebut yaitu; kadar lapisan ozon di permukaan bumi, partikel polusi(zat polusi), karbon monoksida, sulfur dioksida dan nitrogen dioksida. Pasien asma dapat membatasi pajaran terhadap zat-zat polusi tersebut dengan tetap tinggal di dalam ruangan dengan alat pendingin ruangan dan tetap menutup jendela. 7. Asap rokok Pasien asma, terutama anak-anak, harus menghindari asap rokok. Asap rokok dapat mencetuskan serangan asma. Data menunjukkan efek yang bervariasi menurut usia. Efek merokok pasif telah terbukti lebih berat dalam mencetuskan serangan asma pada seorang anak bila yang merokok adalah ibunya dari pada orang lain disekitar mereka. Selain itu, bebrapa studi menunjukkan bahwa ibu yang perokok dapat meningkatkan timbulnya asma saat masa bayi dan kanak-kanak. Pasien asma dab keluarga harus diberikan edukasi untuk selalu menghindari asap rokok dan lingkungan yang penuh asap rokok.

8. Gas Iritan Pajaran terhadap zat kimia seperti komponen formaldehida dan senyawa organik volatil (SOV) dapat mengiritasi saluran napas pasien asma dan mencetuskan serangan asma. Gas-gas SOV dihasilkan dari berbagai macam sumber sperti produk rumahtangga. Produk ini meliputi; cat, pelarut cat dan pelarut lainnya; pengawet kayu; alat semprot; pembersih dan disenfektan; repelan serangga dan pengharum ruangan. Zat-zat kimia yang dilepaskan ke udara oleh linolium yang dilepaskan dari proses pembuatan keramik lantai, karpet, kertas pelapis dinding, mebel dan lukisan yang baru dapat meningkatkan risiko serangan pada pasien asma. Bau cairan pembersih seperti pemutih dan ammonia juga dapat mengiritasi pasien asma begitu pula dengan bau parfum, hairspray dan asap kayu. Pasien asma dan keluarganya harus di edukasi untuk menghindari bau dari zat-zat tersebut. Pemakaian alat seperti pemanas ruangan dan kompor tanpa ventilasi telah diidentifikasi sebagai sumber yang dapat meningkatkan kadar NO2, yang dapat meningkatkan risiko terjadinya wheezing dan serangan asma, sehingga harus dihindari partikel buangan dari mobil dan polusi udara, juga menyebabkan wheezing dan sebaiknya dihindari.

2.5 Patofisiologi Asma Patofisiologi Asma meliputi Limitasi aliran udara dan inflamasi saluran napas. 1. Limitasi Aliran Udara/Penyempitan Jalan Napas Etiologi pasti limitasi aliran udara pada asma masih belum diketahui,meskipun terdapat beberapa faktor yang telah dikaitkan dengan hal ini. Komponen yang paling sering menjadi penyebab adalah kontraksi otot polos bronkus yang didefinisikan sebagai kontraksi atau penyempitan cepat jalan napas akibat mediator dan neurotransmiter bronkokonstriktor. Akibat penyempitan jalan napas ini, maka aliran udara menjadi sempit dan menimbulkan bunyi ‘’mengi” yang sering disebut sebagai asma. Bronkokonstriksi bersifat

reversibel dengan pemberian bronkodilator. Edema atau cairan di dalam saluran napas disebabkan oleh kebocoran mikrovaskular akibat mediator inflamasi. Hal ini dapat di atasi dengan pemberian obat-obatan antiinflasi. Komponen Limitasi Aliran udara/penyempitan Jalan napas  Kontraksi otot polos bronkus  Edema jalan napas  Hipersekresi mukus  Remodeling jalan napas (hipertofi dan hiperplasia) 2. Inflamasi Saluran Napas Data menunjukan bahwa inflamasi saluran napas muncul pada pasien asma meskipun gejalanya tidak muncul. Hal ini terjadi pada semua tipe asma (alergik maupun nonalergik). Meskipun biasanya disebut juga sebagai inflamasi saluran napas, namun hal ini terjadi pada seluruh sistem respirasi. Walaupun begitu, inflamasi lebih banyak terjadi pada bronkus ukuran sedang. Inflamasi yang terjadi pada asma memiliki pola yang sama dengan inflamasi yang terjadi pada reaksi alergi.

More Documents from "Aprilia Irawati"

Asma.docx
April 2020 14
Tugas Pak Erwin.docx
November 2019 39
Rini Laoshi.docx
October 2019 35
Clinikal Pathway.docx
May 2020 29
Kenari.docx
July 2020 23