ASMA BRONKIAL 1. Pengkajian Dasar Data Pengkajian Pasien AKTIVITAS/ISTIRAHAT Gejala:
Keletihan, kelelahan, malaise.
Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernafas. Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi. Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan. Tanda:
Keletihan. Gelisah, imsomnia Kelemahan umum/kehilangan massa otot.
SIRKULASI Gejala:
Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda:
Peningkatan TD Peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat, disritmia Distensi vena leher (penyakit berat).
Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung. Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan peningkatan diameter AP dada). Warna kulit/membran mukosa: normal atau abu-abu/sianosis; kuku tabuh dan sianosis perifer. Pucat dapat menunjukan anemia.
INTEGRITAS EGO Gejala:
Peningkatan faktor risiko.
Perubahan pola hidup Tanda:
Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
MAKANAN/CAIRAN Gejala:
Mual/muntah.
Ketidakmampuan untuk makan karena distres pernapasan. Tanda:
Turgor kulit buruk. Edema dependen. Berkeringat.
HIGIENE Gejala:
Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan
aktivitas sehari-hari. Tanda: Kebersihan buruk.
PERNAPASAN Gejala:
Napas pendek (timbulnya tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala
menonjol pada emfisema) khususnya pada kerja; cuaca atau episode berulangnya sulit napas (asma); rasa dada tertekan, ketidakmampuan untuk bernapas (asma). “Lapar udara” kronis. Episode batuk hilang-timbul, biasanya tidak produktif pada tahap dini meskipun dapat terjadi produktif. Riwayat pneumonia berulang, terpajan pada polusi kimia/iritan pernapasan jangka panjang (mis., rokok sigaret) atau debu/asap (mis., asbes, debu batubara, rami katun, serbuk gregaji). Faktor keluarga dan keturunan, mis., dua pengaruh genetik yang ditemukan pada penyakit asma, yaitu kemampuan seseorang untuk mengalami asma (atopi) dan kecenderungan untuk mengalami hipereaktivitas jalan nafas. Penggunaan oksigen pada malam hari atau terus menerus. Tanda: Pernapasan: Biasanya cepat, dapat lambat; fase ekspirasi memanjang dengan mendengkur, napas bibir (emfisema). Lebih memilih posisi tiga titik (“tripot”) untuk bernapas (khususnya dengan eksaserbasi akut bronkitis kronis). Penggunaan otot bantu pernapasan, mis., meninggikan bahu, retraksi fosa supraklafikula, melebarkan hidung.
Dada: Dapat terlihat hiperinflasi dengn peninggian diameter AP (bentuk-barel); gerakan diafragma minimal. Bunyi napas: Mungkin redup dengan ekspirasi mengi; ronki, mengi sepanjang area paru pada ekspirasi dan kemungkinan selama inspirasi berlanjut sampai penurunan atau tak adanya bunyi napas (asma). Perkusi: Hipersonan pada area paru (mis,. jebakan udara); bunyi pekak pada area paru (mis., konsolidasi, cairan, mukosa). Kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4 atau 5 kata sekaligus. Warna: Pucat dengan sianosis bibir dan dasar buku; abu-abu keseluruhan; warna merah (bronkitis kronis, “biru menggembung”). Pasien dengan emfisema sedang sering disebut “pink puffer” karena warna kulit normal meskipun pertukaran gas tak normal dan frekuensi pernapasan cepat.
KEAMANAN Gejala:
Riwayat reaksi alergi atau sensitif terhadap zat/faktor lingkungan.
Adanya/berulangnya infeksi. Kemerahan/berkeringat (asma).
SEKSUALITAS Gejala:
Penurunan libido.
INTERAKSI SOSIAL Gejala:
Hubungan ketergantungan.
Kurang sistem pendukung. Kegagalan dukungan dari/terhadap pasangan/orang terdekat. Penyakit lama atau ketidakmampuan membaik. Tanda: Ketidakmampuan untuk membuat/mempertahankan suara karena distres pernapasan.
PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Gejala:
pengguanaan/penyalahgunaan obat pernapasan.
Kesulitan menghentikan merokok. Penggunaan alkohol secara teratur. Kegagalan untuk membaik. Pertimbangan DRG menunjukan rerata lama dirawat: Rencana Pemulangan:
5,9 hari.
Bantuan dalam berbelanja, transportasi, kebutuhan perawatan diri. Perawatan rumah/mempertahankan tugas rumah. Perubahan pengobatan/progran terapeutik.
Pemeriksaan Diagnostik Adapun pemeriksaan penunjang yang penting dalam menegakkan diagnosis adalah sebagai berikut : a. Spirometri untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversibel. b. Tes provokasi, untuk menunjukkan hyperaktivitas bronchus. Penurunan FEV sebesar 20% atau lebih setelah test provokasi menunjukkan hyperaktivitas bronchus. c. Tes fungsi paru : dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea, untuk menentukan apakah fungsi abnormal adalah obstruksi atau restriksi, utntuk memperkirakan derajat disfungsi dan untuk mengevaluasi efek terapi, mis., bronkodilator. d. Pemeriksaan test kulit, untuk menunjukkan adanya antibodi IgE yang spesifik dalam tubuh. Test ini hanya menyokong anamnesis, karena alergen yang menunjukkan test kulit positif (+) tidak selalu merupakan penyebab asma, sedangkan hasil negatif (-) tidak selalu berarti tidak ada faktor kerentanan kulit. e. Pemeriksaan kadar IgE total dan Ig E spesifik untuk menyokong adanya penyakit atopi. f. Pemeriksaan radiologi (foto thoraks / Chest X-ray), dapat menunjukkan hiperinflasi paru-paru, diafragma mendatar, peningkatan ruang udara retrosternal dan normal ditemukan saat periode remisi (asma).
g. GDA (Gas Darah Arteri) : memperkirakan progresi penyakit kronis, mis., paling sering PaO2 menurun dan PaO2 normal atau meningkat (bronchitis kronis dan emfisema) tetapi sering menurun pada asma; pH normal atau asidotik, alkalosis, respiratorik ringan sekunder terhadap hiperventilasi (emfisema sedang atau asma). h. Pemeriksaan eosinofil dalam darah, dapat membantu membedakan asma dengan bronchitis kronik. Pada penderita asma jumlah eosinofil dalam darah biasanya meningkat. Peningkatan eosinofil dapat mencapai 1000-1500/mm3 sedangkan hitung sel eosinofil normal antara 100-200/mm3. i. Pemeriksaan sputum, untuk melihat adanya eosinofil dan meselium Aspergilus Fumigatus, untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen dan pemeriksaan sitologi untuk menentukan penyakit keganansan atau alergi. j. Kimia darah dan darah rutin: jumlah sel leukosit lebih dari 15.000 terjadi karena adanya infeksi. SGOT (Serum Glutamic Oxakoacetix Transaminase) dan SGPT (Serum Glutamic Piruvat Transaminase) meningkat disebabkan karena kerusakan hati akibat hipoksia atau hiperkapnea. k. Perubahan EKG didapat pada 50% penderita Status Asthmatikus, ini karena hipoksemia, perubahan pH, hipertensi pulmunal dan beban jantung kanan . Sinus takikardi – sering terjadi pada asma. 2. Diagnosa Keperawatan a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan suplai oksigen sekunder terhadap penurunan ventilasi alveolar sebagai akibat penyempitan jalan napas. Kemungkinan dibuktikan oleh : Dispnea Bingung, gelisah Ketidakmampuan membuang sekret Nilai GDA tak normal (hipoksia dan hiperkapnia) Perubahan tanda vital Penurunan toleransi terhadap aktivitas (Doenges, Marilynn, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler, 1999)
b. Bersihan jalan napas berhubungan dengan bronkospasme, peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekret kental, penurunan energi/kelemahan. Kemungkinan dibuktikan oleh : Pernyataan kesulitan bernafas Perubahan kedalaman/kecepatan pernafasan, penggunaan otot aksesori Bunyi nafas tak normal, misalnya mengi, ronki, krekels Batuk (menetap), dengan/tanpa produksi sputum (Doenges, Marilynn, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler, 1999) c. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan dispnea dan keterbatasan aliran udara kronis. (Swearingen, Pamela L. 2000) d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan produksi mukus yang menyebabkan anoreksia, mual/muntah; dispnea; kelemahan; efek samping obat. Kemungkinan dibuktikan oleh: Penurunan berat badan Kehilangan massa otot, tonus otot buruk Kelemahan Mengeluh gangguan sensasi mengecap Keengganan untuk makan, kurang tertarik pada makanan (Doenges, Marilynn, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler, 1999) e. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, perubahan terhadap status kesehatan, kebutuhan yang belum terpenuhi dan kurang pengetahuan. (Swearingen, Pamela L. 2000) f. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, tindakan berhubungan dengan kurang informasi/tidak mengenal sumber informasi, salah mengerti tentang informasi, kurang mengingat/keterbatasan kognitif. Kemungkinan dibuktikan oleh: Pertanyaan tentang informasi
Pernyataan masalah/kesalahan konsep Tidak akurat mengikuti intruksi Terjadinya komplikasi yang dapat dicegah (Doenges, Marilynn, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler, 1999) g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan bronkospasme yang menyebabkan dispnea setelah beraktivitas, serta ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. (Swearingen, Pamela L. 2000) 3. Intervensi Dx 1: Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan suplai oksigen sekunder terhadap penurunan ventilasi alveolar sebagai akibat penyempitan jalan napas. Setelah dilakukan tindakan keperawatan kerusakan pertukaran gas dapat teratasi dengan kriteria : Pasien mempunyai pertukaran gas yang adekuat, ditandai dengan FP 12-20 kali/menit GDA pasien (PaO2 ≥ 80 mmHg, PaCO2 35-45 mmHg, dan pH 7,35-7,45 (nilai konsisten dengan nilai dasar pasien) Tidak ada suara tambahan napas TTV dalam rentang normal Bebas dari tanda-tanda distress pernafasan Tidak ada sianosis dan dispnea (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah) Intervensi
Rasional
Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan. Berguna dalam evaluasi derajat distres Catat penggunaan otot aksesori, nafas pernafasan bibir, bicara/berbincang
ketidakmampuan penyakit.
dan
kronisnya
proses
Awasi TTV dan irama jantung
Takikardia, distritmia, dan perubahan TD dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
Posisikan pasien untuk kenyamanan dan Untuk meningkatkan ekspansi dada yang untuk meningkatkan pertukaran gas maksimal. Pengiriman oksigen dapat yang optimal (posisi fowler tinggi) dan diperbaiki dengan posisi duduk tinggi. catat respon pasien
Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna Sianosis mungkin perifer (terlihat pada membran mukosa.
kuku) atau terlihat sekitar bibir/atau daun telinga). Keabu-abuan sianosis sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia.
Dorong mengeluarkan sputum dengan Kental, tebal dan banyaknya sekresi menggunakan teknik batuk efektif; adalah sumber gangguan pertukaran gas penghisapan bila diindikasikan
pada jalan nafas kecil. Teknik batuk efektif
dapat
mengeluarkan
membatu sputum.
klien
Penghisapan
dibutuhkan bila batuk tidak efektif. Auskultasi bunyi napas tiap 2-4 jam Bunyi nafas mungkin redup karena (pantau
penurunan
dan
bunyi penurunan
aliran
tambahan), catat area penurunan aliran konsolidasi. udara dan/atau bunyi tambahan.
udara Adanya
atau
area mengi
mengindikasikan spasme bronkus atau tertahannya sekret.
Awasi tingkat kesadaran/status mental. Gelisah dan ansietas adalah manifestasi Selidiki adanya perubahan.
umum pada hipoksia. GDA memburuk disertai bingung/somnolen menunjukkan
disfungsi serebral yang berhubungan dengan hipoksemia. Pantau hasil GDA dan nadi oksimetri.
Mewaspadai
penurunan
PaO2
dan
peningkatan PaCO2 yang menandakan ancaman
pernapasan.
PaCO2biasanya
meningkat (bronkitis, emfisema) dan PaO2secara umum menurun, sehingga hipoksia terjadi dengan derajat lebih kecil atau
lebih
besar.
:PaCO2“normal”
atau
Catatan meningkat
menandakan kegagalan pernafasan yang akan datang selama asmatik. Berikan O2 tambahan yang sesuai Dapat memperbaiki atau memperbaiki dengan indikasi hasil GDA dan toleransi atau mencegah memburuknya hipoksia. pasien. Kolaborasi bronkodilator
pemberian secara
oral
terapi Dapat
mengurangi
maupun penyempitan
inhalasi (menggunakan nebulizer)
jalan
atau
mengatasi
nafas
(bronkus)
sehingga pertukaran gas dapat kembali normal.
Dx 2 : Bersihan jalan napas berhubungan dengan bronkospasme, peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekret kental, penurunan energi/kelemahan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas dapat teratasi dengan kriteria : Sesak napas berkurang/ hilang Tidak ada batuk
TTV normal (RR ; 12-20 kali/menit, N ; 60-100 kali/ menit , T ; 36,6oC - 37,2 o
C , TD; 110-125/60-80 mmHg)
Sekret lebih encer Tidak ada suara tambahan napas (mengi/ wheezing) Tidak nampak sianosis Tidak ada sianosis dan dispnea (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah) Intervensi
Rasional
Auskultasi bunyi nafas. Catat adanya Beberapa derajat spasme bronkus terjadi bunyi nafas.
dengan
obstruksi
jalan
nafas
dan
dapat/tak dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius misalnya, penyebaran, krekels basah (bronkitis); bunyi nafas redup
dengan
ekspirasi
mengi
(emfisema); atau tak adanya bunyi nafas (asma berat). Kaji atau pantau frekuensi pernafasan. Takipnea biasanya ada pada beberapa Catat rasio inspirasi atau ekspirasi.
derajat
dan
dapat
ditemukan
pada
penerimaan atau selama stres/adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat
dan
frekuensi
ekspirasi
memanjang dibanding inspirasi. Catat adanya atau derajat dispnea, Disfungsi pernafasan adalah variabel misalnya keluhan “lapar udara”, gelisah, yang tergantung pada tahap proses kronis ansietas, distres pernafasan, penggunaan selain proses akut yang menimbulkan otot bantu.
perawatan di rumah sakit misalnya infeksi, reaksi alergi.
Kaji pasien untuk posisi yang nyaman Peninggian
kepala
tempat
tidur
misalnya peninggian kepala tempat mempermudah fungsi pernafasan dengan tidur, duduk pada sandaran tempat tidur. menggunakan gravitasi namun, pasien dengan distres berat akan mencari posisi yang paling mudah untuk bernafas. Sokongan tangan/kaki dengan meja, bantal,
dll
membantu
menurunkan
kelelemahan otot dan dapat sebagai alat Pertahankan
polusi
lingkungan Pencetus tipe reaksi alergi pernafasan
minimum misalnya debu, asap, dan bulu yang dapat mentriger episode akut. bantal
yang
berhubungan
dengan
kondisi individu. Dorong
atau
bantu
latihan
abdomen atau bibir.
nafas Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara.
Observasi karakteristik batuk misalnya Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, menetap, batuk pendek, basah. Bantu khususnya bila pasien lansia, sakit akut, tindakan untuk memperbaiki keefektifan atau kelemahan. Batuk paling efektif upaya batuk.
pada posisi duduk tinggi atau kepala di bawah setelah perkusi dada.
Tingkatkan masukan cairan sampai Hidrasi 3000 ml per hari sesuai toleransi kekentalan jantung. Anjurkan
Memberikan masukan
pengganti makan.
membantu sekret,
menurunkan mempermudah
air
hangat. pengeluaran. Penggunaan cairan hangat
cairan
sebagai dapat menurunkan spasme bronkus. Cairan
selama
makan
dapat
meningkatkan distensi gaster dan tekanan pada diafragma.
Kolaborasi pemberian obat:
Kolaborasi pemberian obat untuk:
Bronkodilator, misalnya β-agonis : Merilekskan otot halus dan menurunkan epinefrin
(adrenalin,
vaponefrin), kongesti lokal, menurunkan jalan nafas,
albuterol (proventil, ventolin), terbutalin mengi, dan produksi mukus. Obat-obat (brethine, brethaire), isoetarin (brokosol, mungkin per oral, injeksi, inhalasi. bronkometer).
Menurunkan edema mukosa dan spasme otot polos dengan peningkatan langsung siklus AMP. Dapat juga menurunkan kelemahan otot/kegagalan pernafasan dengan
meningkatkan
kontraktilitas
diafragma. Xantin misalnya aminofilin, oxtritilin Meskipun teofilin telah dipilih untuk (Choyledil), teofilin (bronkodyl, teo- terapi, penggunaan teofilin mungkin dhur).
sedikit atau tak menguntungkan pada program obat β-agonis adekuat. Namun, ini dapat mempertahankan bronkodilatasi sesuai penurunan efek dosis antar βagonis. Penelitian saat ini menunjukkan teofilin menggunakan kolerasi dengan penurunan frekuensi perawatan di rumah sakit.
Steroid
oral,
inhalasi; Kortikosteroid digunakan untuk metilprednisolon (medrol), mencegah reaksi alergi/menghambat deksametason (decadral), antihistamin pengeluaran histamin, menurunkan berat misalnya
IV
dan
(vanceril, dan frekuensi spasme jalan nafas, betchlonent), triamsinolon (azmacort). inflamasi pernafasan, dan dispnea. Analgesik, misalnya
beklometason
penekan kodein,
batuk/antitusif produk
dekstrometorphan
(benylin
DM, Mengencerkan mukus sehingga mudah
contreks, novahistamin).
untuk dikeluarkan dan menekan produksi mukus.
Bantu pengobatan pernafasan misalnya Batuk menetap yang melelahkan perlu fisioterapi dada.
ditekan untuk menghemat energi dan memungkinkan pasien istirahat. Drainasi postural dan perkusi bagian penting untuk membuang banyaknya sekresi/kental dan memperbaiki ventilasi pada segmen dasar paru. Catatan: dapat meningkatkan spasme bronkus pada asma.
Berikan
humidifikasi
tambahan Kelembaban
menurunkan
kekentalan
misalnya nebulizer ultranik, himidifier sekret mempermudah pengeluaran dan aerosol ruangan.
dapat membantu menurunkan/mencegah pembentukkan
mukosa
tebal
pada
bronkus.
Dx 3: Pola napas tidak efektif berhubungan dengan dispnea dan keterbatasan aliran udara kronis Setelah dilakukan tindakan keperawatan pola napas tidak efektif dapat teratasi dengan kriteria: TTV normal (RR ; 12-20 kali/menit, N ; 60-100 kali/ menit , T ; 36,6oC - 37,2 o
C , TD; 110-125/60-80 mmHg)
Tidak ada dispnea Perubahan kedalaman pernapasan menjadi normal
Tidak menggunakan otot bantu pernapasan Tidak menggunakan pernapasan cuping hidung Tidak adanya sianosis Intervensi
Rasional
Buka jalan nafas, dengan mengunakan Membuka jalan nafas untuk menjamin teknik chin lift atau Jawthrust.
jalan masuknya udara ke paru secara normal
Posisikan pasien untuk memaksimalkan Untuk mempermudah laju jalan nafas ventilasi : posisi fowler
pasien
Identifikasi pasien perlunya pemasangan Memenuhi kebutuhan oksigen pasien alat jalan nafas buatan : nasal kanul atau masker Lakukan fisioterapi dada .
Untuk melepaskan dan mengeluarkan sekret.
Auskultasi suara nafas, catat jika ada Untuk
mengetahui
adanya
suara
suara nafas tambahan.
abnormal paru.
Berikan bronkodilator sesuai.
Untuk melebarkan bronkus agar jalan nafas kembali normal.
Pertahankan jalan nafas yang paten
Untuk memperlancar jalan masuknya udara.
Monitor aliran oksigen
Untuk mengetahui aliran oksigen sesuai dengan yang dibutuhkan
Observasi
adanya
tanda-tanda Untuk menghindari
hipoventilasi.
Monitor
atau mencegah
penurunan frekunsi O2.
adanya
kecemasan
pasien Untuk
terhadap oksigenasi
pasien.
Identifikasi perubahan vital sign
Untuk
melihat
keadaan
mengetahui
psikologis
penyebab
dari
perubahan vital sign.
Dx 4 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan produksi mukus yang menyebabkan anoreksia, mual/muntah; dispnea; kelemahan; efek samping obat. Setelah dilakukan tindakan keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi dengan kriteria: Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan Klien mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi Tidak ada tanda-tanda malnutrisi Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti Intervensi Kaji adanya alergi makanan
Rasional Untuk mengetahui adanya
Kalaborasi dengan ahli gizi untuk Memenuhi kebutuhan kalori didasarkan menentukan jumlah kalori dan nutrisi pada situasi atau kebutuhan individu yang diperlukan pasien.
untuk memeberikan nutrisi
maksimal
dengan upaya minimal pasien atau penggunaan energi Yakinkan
diet
yang
dimakan Untuk mencegah konstipasi.
mengandung tinggi serat
Auskultasi bising usus
Penurunan/hipoaktif
bising
usus
menunjukkan penurunan mobilitas gaster dan konstipasi (komplikasi umum) yang berhubungan pemasukan
dengan cairan
dan
pembatasan pengaturan
makanan buruk, penurunan aktivitas dan hipoksemia. Berikan makanan yang terpilih (sudah Untuk dikonsultasikan dengan ahli gizi)
memenuhi
kebutuhan
gizi
seimbang.
Berikan informasi tentang kebutuhan Agar pasien mengetahui jenis nutrisi nutrisi.
yang dibutuhkan oleh tubuh
Berikan perawatan oral sering, buang Rasa tidak enak, bau dan penampilan sekret, berikan wadah khsus untuk sekali adalah pencegahan terhadap nafsu makan pakai, dan tissue.
dan dapat membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan nafas.
Dorong periode istirahat selama satu jam Membantu
menurunkan
kelemahan
sebelum dan sesudah makan. Berikan selama waktu makan dan memberikan makan porsi kecil tapi sering.
kesempatan
untuk
meningkatkan
masukan kalori total. Hindari makanan penghasil gas dan Dapat menghasilkan distensi abdomen minuman karbonat.
yang mengganggu nafas abdomen dan gerakan
diafragma
dan
dapat
meningkatkan dispnea Hindari makanan yang sangat panas atau Suhu ekstrem dapat mencetuskan atau sangat dingin.
meningkatkan spasme batuk
Timbang berat badan sesuai indikasi.
Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi keadekuatan rendah nutrisi. Catatan : penurunan berat badan dapat berlangsung meskipun masukan adekuat sesuai dengan edema
Kaji pemeriksaan laboratorium misal Mengevaluasi atau mengatasi kekuranga albumin serum transferin, profil asam dan mengawasi keefektifan terapi nutrisi. amino, besi, pemeriksaan keseimbangan nitrogen, glukosa, pemeriksaan fungsi hati, elektrolit. Berikan vitamin atau mineral atau elektrolit sesuai indikasi. Berikan
oksigen
tambahan
makan sesuai indikasi
selama Menurunkan dispneu dan meningkatkan energi
Dx 5: Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, perubahan terhadap status kesehatan, kebutuhan yang belum terpenuhi dan kurang pengetahuan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan ansietas dapat teratasi dengan kriteria : Vital sign dalam batas normal Pasien tampak lebih rileks Pasien mengerti dan kooperatif untuk setiap tindakan keperawatan yang dilakukan Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan. Intervensi
Rasional
Gunakan pendekatan yang menenangkan
Untuk
menciptakan
suasana
yang
mengetahui
tindakan
yang
nyaman Jelaskan mengenai
penyakitnya
dan Pasien
semua prosedur dan apa yang dirasakan dilakukan dan mengetahui kenyamanan selama prosedur
pasien ketika dilakukan prosedur
Identifikasi cara-cara dimana pasien Memberikan mendapat bantuan jika dibutuhkan
bersedia
jaminan
untuk
bahwa
mendukung
staf atau
membantu Temani
pasien
untuk
memberikan Memberikan perasaan aman kepada
kemanan dan mengurangi takut
pasien
Dorong keluarga untuk menemani klien
Dukungan yang terus menerus dari keluarga dapat membantu memperoleh kembali kontrol lokus internal dan
mengurangi ansietas atau rasa takut ke tingkat yang dapat diatasi Dengarkan dengan penuh perhatian
Dapat
membuat
perasaan
pasien
menjadi lebih lega atau tenang serta mengetahui
keadaan
yang
dialami
pasien. Identifikasi tingkat kecemasan
Untuk mengetahui tindakan apa yang dilakukan terhadap kecemasan yang dialami pasien
Dorong pasien untuk mengungkapkan Seringkali pernyataan perasaan akan perasaan, ketakutan, persepsi
mempermudah
untuk
menghadapi
situasi dengan lebih baik.
Instruksikan pasien menggunakan teknik Dengan teknik relaksasi pasien dapat relaksasi
mengurangi tingkat kecemasan
Kolaborasi untuk pemberian obat misal : Zat-zat diazepam(valium), klorazepatdipotassium
antiansietas
berguna untuk
periode yang singkat untuk membantu (tranxene), pasien/orang
terdekat
dalam
dazepoxida(librium), alprazolam (xanax). mengurangi ansietas ketingkat yang dapat diatasi, memberi kesempatan untuk memulai kemampuan
koping
pasien
Dx 6 : Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, tindakan berhubungan dengan kurang informasi/tidak mengenal sumber informasi, salah mengerti tentang informasi, kurang mengingat/keterbatasan kognitif.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, masalah klien teratasi dengan kriteria: Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala yang ada dari proses penyakit dan menghubungkan dengan faktor penyebab Melakukan perubahan pola hidup dan berparrtisipasi dalam program pengobatan Intervensi Jelaskan/kuatkan
proses
Rasional penyakit Menurunkan
ansietas
individu. Dorong klien atau orang menimbulkan terdekat untuk menanyakan pertanyaan. Instruksikan/kuatkan
rasional
dan
perbaikan
dapat
partisipasi
dalam rencana pengobatan.
untuk Nafas
bibir
dan
nafas
latihan nafas, batuk efektif, dan latihan abdominal/diafragmatik menguatkan otot kondisi umum.
pernafasan, membantu meminimalkan kolaps jalan nafas kecil, dan memberikan individu arti untuk mengontrol dispnea. Latihan kondisi umum meningkatkan toleransi aktivitas, kekuatan otot, dan rasa sehat.
Diskusikan
obat
pernafasan,
efek Klien sering mendapat obat pernafasan
samping, dan reaksi yang diinginkan
banyak sekaligus yang mempunyai efek samping hampir sama dan potensial interaksi memahami samping
obat.
Penting
perbedaan merugikan
dihentikan/diganti)
bagi
klien
antara
efek
(obat
mungkin
Tunjukkan teknik penggunaan dosis Pemberian yang tepat obat meningkatkan inhaler (matteres dose inhaler/MDI) penggunaan dan keefektifan. seperti bagaimana memegang, interval semprotan 2-5 menit, bersihkan inhaler Sistem
alat
untuk
mencatat
obat Menurunkan
intermitten/penggunaan inhaler
risiko
tepat/kelebihan
penggunaan
dosis
dari
tak obat,
khususnya selama eksaserbasi akut, bila kognitif terganggu. Anjurkan menghindari agen sedatif Meskipun klien mungkin gugup dan antiansietas
kecuali
diresepkan merasa perlu sedatif, ini dapat menekan
diberikan oleh dokter mengobati kondisi pernafasan dan melindungi mekanisme pernafasan Tekankan
batuk. pentingnya
perawatan Menurunkan pertumbuhan bakteri pada
oral/kebersihan gigi
mulut,
dimana
dapat
menimbulkan
infeksi saluran nafas atas. Diskusikan
pentingnya
menghindari Menurunkan pemajanan dan insiden
orang yang sedang infeksi pernafasan mendapatkan infeksi saluran nafas atas. aktif. Tekankan perlunya vaksinasi influenza rutin. Diskusikan faktor individu yang dapat Faktor
lingkungan
ini
meningkatkan kondisi misalnya udara menimbulkan/meningkatkan
dapat iritasi
yang terlalu kering, angin, lingkungan bronkial
menimbulkan
dengan suhu ekstrem, serbuk, asap produksi
sekret dan hambatan jalan
tembakau, sprey aerosol, polusi udara. nafas. Dorong klien/orang terdekat
untuk
peningkatan
mencari cara mengontrol faktor ini dan sekitar rumah. Kaji efek bahaya merokok dan nasihati Penghentian
merokok
dapat
klien yang merokok atau keluarganya memperlambat/menghambat
kemajuan
untuk menghentikan rokok.
penyakit.
Berikan informasi tentang pembatasan Mempunyai
kemampuan
ini
dapat
aktivitas dan aktivitas pilihan dengan memampukan klien untuk membuat periode
istirahat
untuk
mencegah pilihan/keputusan
informasi
untuk
kelemahan; cara menghemat energi menurunkan dispnea, memaksimalkan selama aktivitas fisik; menggunakan tingkat aktivitas, melakukan aktivitas nafas bibir; posisi berbaring; dan yang
diinginkan,
dan
mencegah
kemungkinan perlu oksigen tambahan komplikasi. selama aktivitas seksual. Anjurkan klien/orang terdekat dalam Klien dan orang terdekatnya
dapat
penggunaan oksigen aman dan merujuk mengalami ansietas, depresi, dan reaksi ke perusahaan penghasil sesuai indikasi. lain sesuai dengan penerimaan dengan penyakit dampak Kelompok
kronis pada
yang
pola
mempunyai
hidup
pendukung
mereka. dan/atau
kunjungan rumah mungkin diperlukan atau
diinginkan
untuk
memberikan
bantuan, dukungan emosi dan perawatan.
Dx 7 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan bronkospasme yang menyebabkan dispnea setelah beraktivitas serta ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Setelah dilakukan tindakan keperawatan ansietas dapat teratasi dengan kriteria : Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan TD, nadi dan RR. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. TTV normal Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat Intervensi
Rasional
Bantu klien untuk mengidentifikasi
Untuk mengetahui tingkat kemampuan
aktivitas yang mampu dilakukan
klien dalam melakukan aktivitas.
Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
Aktivitas yang sesuai dengan kondisi
yang sesuai dengan kemampuan fisik,
klien dapat mencegah kondisi klien
psikologi dan sosial
memburuk. Asma biasanya kambuh ketika melakukan aktivitas/latihan berat.
Informasikan kepada klien agar
Dengan menghindari faktor alergen,
menghindari faktor alergen yang
dapat mencegah kekambuhan asma
mencetuskan asmanya.
yang menyebabkan kelemahan pada klien.
Ajarkan klien teknik nafas dalam
Teknik nafas dalam dapat membantu efektifitas pengembangan paru.
Bantu klien untuk mengembangkan
Untuk membantu klien tetap percaya
motivasi diri dan penguatan.
diri dengan kondisinya dan tidak menjadikan penyakitnya sebagai beban.
Kolaborasikan pemberian obat
Bronkodilator akan melebarkan bronkus
bronkodilator
yang menyempit, sehingga jalan nafas
kembali normal dan klien tidak mengalami kesulitan bernafas. Kolaborasikan dengan tenaga
Dengan terapi yang tepat, proses
rehabilitasi medik dalam merencanakan
pengembalian kondisi klien dapat
program terapi yang tepat.
berjalan lebih cepat.