Asli-1.docx

  • Uploaded by: Muhammad Haikal Fiqry Al-banjari
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Asli-1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,513
  • Pages: 17
TUGAS TERSTRUKTUR

DOSEN PENGAMPU

FIQH,IBADAH,MUAMALAH,

Drs. Ahmad Gazali,M.Ag

MUNAKAHAT.

THAHARAH

M. Haikal Fiqri

: 170103030030

Siti Nurjanah

: 170103030143

Nur aina

: 170103030027

Rabiatul adawiyah

: 170103030050

Herni Sentia

: 170103030095

Ibnu Rabi

: 170103030176

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN TAHUN 2018

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.Adapun judul dari makalah ini adalah ”THAHARAH”. Makalah ini di susun

untuk

memenuhi

salah

satu

tugas

mata

kuliah

FIQH

IBADAH,MUAMALAH, MUNAKAHAT. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada dosen mata kuliah yang bersangkutan yang telah memberikan tugas terhadap penulis. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihakpihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Penulis makalah ini jauh dari kata sempurna.Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan penulis, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa penyusun mengharapkan semoga makalah inidapat berguna bagi penulis pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Banjarmasin, 20 Oktober 2018 Penyusun

Kelompok 1

i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................ i DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................ iii 1.2 RUMUSAN MASALAH ........................................................................... iii 1.3 TUJUAN PENULISAN ............................................................................. iv

BAB II PEMBAHASAN 2.1 PENGERTIAN THAHARAH .....................................................................1 2.2 DALIL THAHARAH ..................................................................................2 2.3 METODE THAHARAH ..............................................................................3 2.4 PERBEDAAN THAHARAH DAN ISTINJA .............................................8 2.5 ALASAN BERSUCI HARUS DIUTAMAKAN DENGAN AIR ...............9

BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN ...........................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................12

ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berbagai macam kitab yang menjelaskan tentang fiqih selalu saja bab thaharah berada pada bab yang paling awal atau paling utama. Hal itu terjadi dikarenakan thaharah adalah bagian yang paling penting dipelajari. Melaksanakan shalat tanpa thaharah maka tentu saja shalat yang dikerjakan tidak sah. Dalam artian jika ada seseorang yang mengerjakan shalat tanpa bersesuci terlebih dahulu maka shalat yang ia kerjakan itu sia-sia. karena pada dasarnya islam memang mewajibkan setiap orang yang ingin melaksanakan shlat itu harus suci. Mungkin masih banyak dikalangan orang awam yang tidak tahu persis tentang pentingnya thaharah. Namun tidak bisa dipungkiri juga bahsanya juga ada orang yang tahu akan thaharah namun mengabaikannya. maka dari pada itu penulis akan mencoba sedikit menjelaskan apa-apa yang penulis ketahui tentang thaharah dari berbagai sumber. Mudah-mudahan saja melalui makalah ini umat islam sadar akan pentingnya thaharah dan tidak mengabaikan pentingnya thaharah kembali.

1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang diuraikan, banyak permasalahan yang didapatkan. Permasalahan tersebut adalah : a)

Pengertian Thaharah?

b)

Dalil Thaharah?

c)

Metode ?

d)

Perbedaan Thaharah dan Istinja?

e)

Mengapa bersuci harus dengan air ?

iii

1.3 Tujuan Penulisan Ada pun tujuan dari penulisan ini adalah : a) Melatihdanmeningkatkanpengtahuandankreatifitasmahasiswa. b) Agar mahasiswa lebih memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya tentangThaharah

iv

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Taharah Menurut bahasa Taharah artinya bersih atau suci. Sedangkan menurut istilah, taharah adalah suatu perbuatan atau cara yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan membersihkan badaan, pakaian, dan tempat dari hadas dan najis. Aadapun sarana yang dapat digunakan taharah adalah air (untuk wudu, mandi, dan mencuci pakaian), debu (untuk tayamum), dan benda padat seperti kayu dan batu (untuk istinja jika tidak ada air). Hukum taharah ialah wajib bagi tiap-tiap mukalaf lelaki dan perempuan. Tujuan taharah ialah membolehkan seseorang itu enunaikan salat dan ibadah-ibadah yang lain. Hikmah disuruh melakukan taharah ialah karena semua ibadah khusus yang kita lakukan itu adalah perbuatan menghadap dan menyembah Allah swt. Maka untuk melakukannya; wajiblah berada di dalam keadaan suci sebagai tanda mengagungkan kebesaran Allah swt. Manfaat melakukan Taharah ialah : Supaya badan menjadi bersih, sehat dan jauh dari penyakit, serta Mendatangkan kegembiraan kepada orang yang malaksanakannya. Syarat wajib Taharah ialah : a) Islam, b) Berakal, c) Baliqh, d) Masuk waktu (untuk mendirikan salat fardu), e) Tidak lupa, f) Tidak dipaksa, g) Berhenti darah haid dan nifas, h) Ada air atau debu tanah yang suci,

1

i) Memiliki kemampuan melakukannya mengikut kemampuan.1 Dalam Islam Taharah dibagi menjadi dua, yaitu Taharah Batin dan Taharah Lahir.Taharah Batin adalah membersihkan jiwa dari pengaruhpengaruh dosa dan maksiat.Hati harus selalu dijaga, kebersihannya dari sifatsifat syirik, dengki, sombong, riya, ujub, dan kikir. Sebaliknya, kita harus selalu menanamkan dalam hati kita dengan sifat sabar, qanaah, ikhlas, tawaduk, dan rihdo terhadap apa yang diberikan Allah swt. Taharah Lahir adalah Taharah yang dilakukan untuk menghilangkan najis atau hadas yang mengenai tubuh, pakaian, atau tempat kita.

2.2 Dalil Thaharah 1.

Dasar Hukum Al-Quran

َ َ‫َوثِيَا بَ َك ف‬ ‫ط ِهر‬ Artinya :Dan bersihkanlah pakaianmu. (Q.S. Al-Muddassir/74:4)

َّ ‫َوإِ َّن ُكنتُم ُجنُبًا فَا‬ ‫ط َّه ُروا‬ Artinya:Jika kamu junub, maka mandilah. (Q.S.Al-Maidah/5:6)

َ َ ‫إِ َّن هللاَ يُ ِحبُّ الت َّ َّوا بِينَ َويُ ِحبُّ ال ُمت‬ َ‫ط ِه ِر ين‬ Artinya:Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri. (Q.S. Al-Baqarah/2:222)

َّ ‫َوهللاُ يُ ِحبُّ ال ُم‬ ‫ط ِه ِر ي ِن‬ Artinya:Allah

menyukai

orang-orang

yang

bersih.

(Q.S.

At-

Taubah/9:108) 2. Dasar Hukum Hadis Rasulullah saw.

ُّ ‫ان رواه مسلم‬ ِ ‫الط ُهو ُر شَط ُر ا ِإلي َم‬ Artinya :“Kebersihan sebagai dari iman” (H.R. Muslim :328)

ُّ ِ‫صالَة‬ ‫الط ُهو ُر رواه التر مذى‬ َّ ‫ِمفتَا ُح ال‬ Artinya :Kunci shalat adalah kebersihan (taharah). (H.R. At-Tirmizi :3)

1

Agus Tri Raharjo, Fikih, (Jakarta: Arafah Mitra Utama, 2000), hlm. 5.

2

َّ ‫ف فَتَن‬ ‫ف رواه‬ ٌ ‫َظفُوا فِ ِانَّه‘ الَ يَد َخ ُل ال َجنَّةَ اِالَّ ن َِظي‬ ٌ ‫ا َ ِإلسالَ ُم ن َِظي‬ ‫الطبر انى‬ Artinya :Islam itu bersih, maka bersihlah kalian. Sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali orang yang bersih. (H.R. At-Tabrani :5050)

‫َشبَّ ُهوا بِا ليَ ُهو ِد رواه التر مذى‬ َ َ ‫فَن َِظفُوا أَفنِيَت َ ُُكم َواالَ َت‬ Artinya :Bersihkanlah perabotan rumah tanggamu dan janganlah kalian menyerupai orang Yahudi. (H.R. At-Tirmizi :2723).2

2.3 Metode Thaharah 1.

Wudhu A. Pengertian Wudhu Wudhu menurut bahasa berarti: baik dan bersih. Menurut istilah syara’, wudhu ialah membasuh muka, dan kedua tangan sampai siku, mengusap sebagian kepala dan membasuh kaki didahului dengan niat dan dilakukan dengan tertib. B. Rukun Wudhu a)

Niat

b)

Membasuh tangan

c)

Menyapu kepala

d)

Membasuh kaki

e)

Tertib

C. Syarat Wudhu a) Tamyiz b) Air mutlak c) Tidak yang menghalangi, baik hissy maupun syar’i d) Masuk waktu shalat (khusus bagi orang yang hadatsnya berkepanjangan) D. Sunah Wudhu a) Membaca basmallah pada awalnya. 2

Besyuni Qamarussin, Fikih ubudiah, (Jakarta: Paramarta, 2004), hlm. 5.

3

b) Meratakan sapuan keseluruh kepala c) Menyapu kedua telinga d) Menyela-nyela janggut dengan jari e) Mendahulukan yang kanan atas yang kiri f) Melakukan perbuatan suci itu tiga-tiga kali g) Muwalah h) Menghadap qiblat i) Menggosok anggota-anggota wudhu, khusus nya bagian tumit j) Menggunakan air dengan hemat, tidak berlebih-lebihan. E. Hal-hal yang membatalkan wudhu Yang membatalkan whudu ada lima: a) Keluar sesuatu dari qubul atau dubur, b) Ketika seseorang tidur, c) Hilang akal dengan sebab gila, mabuk, pitam, penyakit atau lainnya. d) Bersentuh kulit laki-laki dan perempuan. e) Menyentuh kemaluan manusia dengan perut telapak tangan tanpa alas. 2.

Mandi A. Pengertian Mandi Mandi dalam bahasa arab al ghuslu artinya mengalirkan alir pada apa saja. Menurut pengertian syara’ berarti meratakan air yang suci pada seluruh tubuh disertai dengan niat. Pengertian lain ialah mengalirkan air ke seluruh tubuh baik yang berupa kulit, rambut, ataupun kuku dengan memakai niat tertentu. Mandi ini ada yang hukumnya wajib dan ada yang sunnah B. Rukun Mandi a) Niat b) membersihkan najis yang ada di seluruh tubuh c) serta mengalirkan air hingga mengenai seluruh anggota tubuh. C. Sunah Mandi

4

Untuk kesempurnaan pelaksanaan mandi, maka selain melakukan kedua fardhu yang tersebut di atas disunnatkan pula mengerjakan hal-hal berikut: a) Membacabasmallah, seperti yang dijelaskan pada wudhu b) Membasuh tangan sebelum memasukkannya kebejana c) Berwudhu dengan sempurna sebelum melakukan mandi d) Menggosok seluruh tubuh yang terjangkau oleh tanyannya, seraya memperhatikan agar air benar-benar mencapai semua bagian tubuhnya yang tersembunyi seperti ketiak, daun telinga, lipatanlipatan pada perut, pusat dan sebagainya. e) Muwalah seperti pada wudhu, yakni membasuh suatu anggota sebelum kering anggota yang dibasuh sebelumnya f) Mendahulukan menyiram bagian kanan dari tubuh, punggung dan perutnya sebab rasulullah SAW. suka mendahulukan yang kanan semua pekerjaannya3 g) Menyiram dan menggosok badan sebanyak tiga kali h) Khusus bagi perempuan, setelah selesai mandi haid atau nipas, disunnatkan memakai kesturi atau wangian lainnya pada bekas darahnya, kecuali kalau ia sedang ihram atau berkabung. Kesturi itu di taruh pada kapas kemudian dimasukkan ke mulut kemaluannya. D. Hal-hal yang diwajibkan mandi a) Bersetubuh; yakni masuknya zakar sebatas hasyafah ke dalam faraj. b) Keluar mani c) Mati, kecuali mandi syahid, sesuai dengan hadits mengenai orang yang dijatuhkan untanya sehingga meninggal dunia dan patah lehernya ketika ia ihram. d) Haid atau Nifas, yaitu darah yang keluardari kemaluan perempuan setelah ia melahirkan, karena darah nifas itu merupakan darah haid yang terkumpul dan tertahan di rahim selama kehamilan.

3

Lahmuddin Nasution, Fiqh 1, (Jakarta: Jaya Baru, 1998), hlm. 31.

5

e) Wiladah (melahirkan). Perempuan diwajibkan mandi setelah melahirkan, walaupun ‘anak’ yang dilahirkan itu belum sempurna, misalnya masih merupakan darah beku (‘alaqah) atau segumpal daging (mudghah). Dalam hal ini ia diwajibkan mandi karena yang lahir itu adalah air mani yang telah membeku.4 E. Hukum mandi dan lain-lain a) Mandi untuk pergi sembahyang jum’at b) Mandi karena memandikan jenazah c) Mandi untuk pergi sembahyang hari raya d) Mandi karena hendak ihram e) Mandi sesudah siuman dari pingsan f) Mandi sesuadah siuman dari pingsan mandi karena janabah 3.

Tayammum A. Pengertian Tayammum Apabila seorang junub atau seseorang akan mengerjakan sembahyang, orang itu tidak mendapat air untuk wudhu, maka sebagai ganti untuk menghilangkan hadats besar atau kecil tadi dengan melakukan tayamum. Tayamum

menurut

bahasa

sama

dengan

qasad

artinya

menuju.Menurut pengertian syarat’, tayamum ialah menuju kepada tanah untuk menyapukan kedua tangan dan muka dengan niat agar dapat mengerjakan sembahyang dan sepertinya. Adapun dasar disyari’atkannya tayamum ialah al-qur’an dan as sunnah. B. Syarat Tayammum a) Islam b) Tidak ada air dan telah berusaha mencarinya, tetapi tidak bertemu c) Berhalangan mengguankan air, misalnya karena sakit yang apabila menggunakan air akan kambuh sakitnya.

4

Imam Ghazali, Ringkasan Ihya Ulumuddin, (Surabaya: Bintang Usaha Jaya, 2004), hlm. 38-39

6

d) Telah masuk waktu shalat e) Dengan debu yang suci f) Bersih dari Haid dan Nifas C. Rukun Tayammum a) Niat b) Mengusap muka dengan debu dari tangan yang baru dipukulkan atau diletakkan ke debu c) Mengusap kedua tangan sampai siku, dengan debu dari tangan yang baru dipukulkan atau diletakkan ke debu, jadi dua kali memukul. d) Tertib D. Sunah Tayammum a) Membaca basmallah di awalnya b) Memulai sapuan dari bagian atas wajah c) Menipiskan debu ditelapak tangan sebelum menyapukannya d) Merenggangkan jari-jari ketika menepukkannya pertama kali ketanah e) Mendahulukan tangan kanan atas tangan kiri f) Menyela-nyela jari setelah menyapu kedua tangan g) Tidak mengangkat tangan dari anggota yang sedang di sapu sebelum selesai menyapunya h) Muwalah, menyapu wajah dan kedua tangan secara beruntun, tidak berselang lama antara yang satu dan yang lainnya. E. Tayammum karena takut dengan air Tayamum juga dibolehkan karena takut menggunakan air karena cuaca sangat dingin, atau karena seseorang mengalami luka, sehingga kalau kena air akan mendatangkan mudarat. F. Yang membatalkan Tayammum a) Semua yang membatalkan wudhu b) Melihat air, bagi yang sebabnya ketiadaan air c) Murtad

2.4 Perbedaan Thaharah dan Istinja 7

Ditinjau dari beberapa aspek ialah: A. Pengertian: Thaharah

Istinja’

Thaharah adalah bersih dan

Istinja’ adalah sesuatu yang

suci dari kotoran atau najis hissi (yang keluar dari dua kemaluan seperti air dapat terlihat) seperti kencing atau kencing, air madzi ataupun tahi adalah lainnya, dan najis ma’nawi (yang tidak wajib, selagi najis tidak melampaui kelihatan zatnya) seperti aib dan tempat keluarnya.6 maksiat.5

B. Cara melakukan: Istinja’

Thaharah Membasuh, memercikkan.

mengusap

Oleh

se

bab

dan

Hendaklah menuangkan air ke

itu, atas

tangan

kirinya

sebelum

thaharah mencankup wudhu, mandi, menyentuh najis, kemudian membasuh menghilangkan najis, tayamum, dan qubulnya. perkara-perkara

yang

berkaitan membungkukkan

dengannya.7

Hendaklah badan

sedikit

kemudian membungkukkannya.8

C. Alat-alat yang dipakai: Thaharah

Istinja’

Lebih di anjurkan dengan air.

Kertas, potongan kain, kayu, kulit kayu batu, atau semacamnya.9

Sebetulnya media bersuci tidak hanya air. Fikih Islam mengenal banyak media bersuci lain, misalnya debu, batu atau segala benda padat, proses

5

Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu Jilid 1, (Jakarta: Gema Insani, 2010), hlm. 202. Ibid, hlm. 285. 7 Ibid, hlm. 203. 8 Ibid, hlm. 290. 9 Ibid, hlm. 287. 6

8

samak, atau perubahan sifat secara mutlak. Namun dari seluruh media tersebut, air memang menjadi media yang paling utama dan primer baik untuk mensucikan diri dari hadats besar (mandi besar), hadats kecil (wudhu), atau mensucikan dari najis.

2.5 Alasan bersuci harus diutamakan dengan air Sebetulnya media bersuci tidak hanya air. Fikih Islam mengenal banyak media bersuci lain, misalnya debu, batu atau segala benda padat, proses samak, atau perubahan sifat secara mutlak. Namun dari seluruh media tersebut, air memang menjadi media yang paling utama dan primer baik untuk mensucikan diri dari hadats besar (mandi besar), hadats kecil (wudhu), atau mensucikan dari najis. Mengapa air menjadi media primer? Ada beberapa alasan yang mendasarinya jika ditilik dari sifat dan fungsi air, serta tujuan dasar bersuci (taharah). 1.

Air seperti kita ketahui memiliki sifat melarutkan benda-benda. Kotoran bisa larut jika dibasahi air. Ketika benda najis larut ke dalam air, maka kepekatannya menjadi sangat longgar sehingga akan mudah bagi kita untuk meluruhkan najis yang menempel pada benda suci. Setelah luruh, air juga memiliki kemampuan untuk mengangkut kotoran tersebut sehingga membuat benda tersebut menjadi suci kembali.

2.

Satu lagi yang juga perlu diperhatikan adalah air memiliki sifat menyegarkan. Air bisa mengembalikan kondisi fisik yang lemah akibat junub (bersebadan atau keluar sperma), melahirkan (wiladah), atau keluar darah (haid atau nifas). Sehingga dengan demikian, air bisa digunakan untuk mandi, mengembalikan kesegaran tubuh. Hal ini juga berlaku dalam konteks hadats kecil, di mana air bisa

mengembalikan kesegaran tubuh setelah beraktivitas. 10

10

Nasrudin.

Mengapa

Media

adalah

Air?,

https://www.nasrudin.web.id/2016/03/mengapa-media-bersuci-taharah-adalah-air.html,

Diakses

pada tanggal 18 Oktober 2018, pukul 12:25 WITA.

9

Bersuci

(Taharah)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

10

Jadi taharah adalah suatu perbuatan atau cara yang dilakukan oleh seseorang

dengan tujuan membersihkan badaan, pakaian, dan tempat dari hadas dan najis. Aadapun sarana yang dapat digunakan taharah adalah air (untuk wudu, mandi, dan mencuci pakaian), debu (untuk tayamum), dan benda padat seperti kayu dan batu (untuk istinja jika tidak ada air). Sebagai seorang muslim kita wajib mengetahui hukum fiqih tentang Thaharah ini karena segala hal yang menyangkut tentang ibadah khusus seperti sholat maka kita harus bersuci dan mengetahui tata cara bersuci baik itu dengan menggunakan metode seperti wudhu, mandi maupun tayammum. sebagaimana sabda nabi Muhammad Saw ", Agama itu didirikan diatas kebersihan dan kemudian beliau bersabda kunci pembuka sholat ialah dengan bersuci.

Hikmah disuruh melakukan taharah ialah karena semua ibadah khusus yang kita lakukan itu adalah perbuatan menghadap dan menyembah Allah swt. Maka untuk melakukannya; wajiblah berada di dalam keadaan suci sebagai tanda mengagungkan kebesaran Allah swt.

DAFTAR PUSTAKA Az-Zuhaili, Wahbah. 2010. Fiqih Islam Wa Adillatuhu Jilid 1. Jakarta: Gema Insani. Ghazali, Imam. 2004. Ringkasan Ihya Ulumuddin. Surabaya: Bintang Usaha Jaya.

11

Nasrudin. Mengapa Media Bersuci (Taharah) adalah Air?. https://www.nasrudin.web.id/2016/03/mengapa-media-bersuci-taharahadalah-air.html. Diakses pada tanggal 18 Oktober 2018. pukul 12:25 WITA. Nasution. Lahmuddin. 1998. Fiqh 1. Jakarta: Jaya Baru. Raharjo, Agus Tri. 2000. Fikih. Jakarta: Arafah Mitra Utama. Qamarussin, Besyuni. 2004. Fikih ubudiah. Jakarta: Paramarta.

12

More Documents from "Muhammad Haikal Fiqry Al-banjari"