ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR OTAK Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III system neurobehavior yang diampuh Ns. Rahmad Yusuf, S.kep, M,kep
OLEH KELOMPOK 2 KELAS A 1. TAUFIK MUSA
(841416121)
2. OLIVIA MAHARANI MOHAMAD
(841416036)
3. ULFA IMRAN PUTI
(841416061)
4. ZIAH ANISA SUNE
(841416099)
5. MEIVITA HANDAYANI PAUDI
(841416038)
6. NUR ALVIAH SALEH
(841416065)
7. RATNIYATI MA’RUF
(841416100)
8. DEA NURFADILA RAHMAN
(841416064)
9. SRI AYUNITA MILE
(841416123)
10. HASNI MONTAWALI
(841416067)
11. HISNAWATI USMAN
(841416125)
12. NOVELIA HADJARATI
(841416043)
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN 2018 1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT atas limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga makalah ini telah terselesaikan. Penulis sadar bahwa terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, Kepada berbagai pihak yang telah membantu terselesainya makalah ini penulis mengucapkan terima kasih. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun tetap penulis harapkan untuk kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang. Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 1.1.Latar Belakang ........................................................................................... 4 1.2.Tujuan ........................................................................................................ 5 1.3.Manfaat ...................................................................................................... 5
BAB II KONSEP MEDIS ................................................................................... 7 2.1.Definisi ....................................................................................................... 7 2.2.Etiologi ....................................................................................................... 7 2.3.Manifestasi Klinis ...................................................................................... 8 2.4.Klasifikasi………………………………………………………………....9 2.5. Patofisiologi………………………………………………………………9 2.6.Prognosis………………………………………………………………….9 2.7.Komplikasi…………………………………………………………….....10 2.8.Pemeriksaanpenunjang.............................................................................. 10 2.9.Penatalaksanaan ........................................................................................ 10
BAB III KONSEP KEPERAWATAN .............................................................. 14 3.1.Pengkajian ................................................................................................. 14 3.2.Diagnosa Keperawatan.............................................................................. 18 3.3.Rencana Asuhan Keperawatan .................................................................. 19 BAB IV TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN ........................................... 42
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 45 5.1. Kesimpulan .............................................................................................. 45 5.2. Saran ......................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 46
3
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otak adalah bagian penting dari tubuh manusia karena otak merupakan syaraf pusat yang mengkoordinir, mengatur seluruh tubuh dan pemikiran manusia. Cidera sdikit pada otak dapat mengakibatkan hal yang fatal bagi seseorang, oleh sebab itu perlu pemelihara kesehatan otak agar tidak diserang penyakit. Salah satu penyakit bahaya yang menyerang otak adalah kanker otak. Kanker otak merupakan kejadian dimana terjadi pertumbuhan jaringan yang tidak normal dalam otak. Pertumbuhan jaringan yang tidak normal dalam otak. Pertumbuhan jaringan yang tidak normal dalam otak. Pertumbuhan jaringan yang tidak normal dapat diindikasi dari gejala-gejala yang muncul di antaranya muntah, kejang, penurunan fungsi syaraf, dan emosional. Menurut Cancer Research UK (2013), pada tahun 2008-2010 di inggris Raya, di dapat bahwa sekitar 43% tumor SSP didiagnosis pada pria dan wanita berusia 65 tahun keatas dan 10% didiagnosis pada kelompok umur dibawah 30 tahun. Tingkat insidensi spesifik/umur raltif stabil dan masa kanak-kanak ke kelompok usia 20-24 tahun, kemudian meningkat secara perlahan ke kelompok usia 45-49, sebelum meningkat secara tajam, khususnya pria, pada kelompok usia 55-59. Pada tahun 2010, terdaftar sebanyak 9.156 kasus tumor SSP dengan rincian 4.541 kasus (49,60%) terdapat pada pria dan 4.615 kasus (50,40%) pada wanita dengan tipe yang paling sering ditemukan adalah atrositoma (34%) dan meningioma 21%. Sementara itu, sari, windarti, dan wahyuni (2014) menemukan bahwa di Rumah Sakit Daerah abdul moeloek dan rumah sakit imanuel,
bandar
lampung, terdapat 173 kasus tumor otak selama periode 1 januari 2009-31 oktober 2013dengan wanita lebih banyak terkena di bandingkan dengan pria (rasio 1,8 : 1). Meningioma merupakan tumor terbanyak dengan 100 kasus dari 173 kasus (57,8%) dengan lokasi tumor terbanyak pada lobus frontalis (30,1%). Kasus tumor otak meningkat pada rentang usia 30-34 tahun (9,2%)
4
dengan mencapai puncak pada 40-44 tahun (17,9%), kemudian terjadi penurunan kasus pada usia yang lebih tua. Penlitian mengenai epidemiologi tumor otak , terutama di Indonesia. Masih tergolong sedikit, padahal tumor otak merupakan salah satu penyakit yangserius. Oleh karena itu, penulis tdertarik untuk meneliti bagaimana profil para penderita tumor otak di Medan, yaitu Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H.Adam Malik Medan pada tahun 2011-2013 1.2. Tujuan 1. Menjelaskan definisi tumor otak 2. Menjelaskan etiologi dari tumor otak 3. Menjelaskan prognosis dari tumor otak 4. Menjelaskan Manifestasi klinis dari tumor otak 5. Menjelaskan Klasifikasi dari tumor otak 6. Menjelaskan patofisiologi dari tumor otak 7. Menjelaskan komplikasi dari tumor otak 8. Menjelaskan pemeriksaan penunjang dari tumor otak 9. Menjelaskan penatalaksanaan dari tumor otak 10. Menjelaskan pengkajian pada penyakit tumor otak 11. Menjelaskan Diagnosa Keperawatan tumor otak 12. Menjelaskan rencana asuhan keperawatan pada tumor otak 13. Menjelaskan trend dan issue tumor otak
1.3. Manfaat 2. Untuk mengetahui definisi tumor otak 3. Untuk mengetahui etiologi dari tumor otak 4. Untuk mengetahui prognosis dari tumor otak 5. Untuk mengetahui Manifestasi klinis dari tumor otak 6. Untuk mengetahui Klasifikasi dari tumor otak 7. Untuk mengetahui patofisiologi dari tumor otak 8. Untuk mengetahui komplikasi dari tumor otak 9. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari tumor otak
5
10. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari tumor otak 11. Untuk mengetahui pengkajian pada penyakit tumor otak 12. Untuk mengetahui Diagnosa Keperawatan tumor otak 13. Untuk mengetahui rencana asuhan keperawatan pada tumor otak 14. Untuk mengetahui trend dan issue keperawatan tumor otak
6
BAB II KONSEP MEDIK 2.1. Definisi Tumor otak adalah pertumbuhan sel-sel abnormal di dalam atau disekitar otak secara tidak abnormal di dalam atau disekitar otak secara tidak wajar dan tidak terkendali. Tumor otak merupakan salah satu bagian dari tumor pada sistem saraf, di samping tumor spinal dan tumor saraf perifer. Ada beberapa macam jenis tumor otak yang dibedakan ke dalam dua kelompok berdasarkan perkembangannya, yaitu tumor jinak yang bersifat kanker dan tumor ganas yang menyebabkan kanker. Tumor yang dimulai dari otak dikenal dengan istilah tumor primer (benigna), sedangkan yang dimulai dari bagian lain tubuh dan menyebar hingga ke otak disebut dengan tumor sekunder atau metastatic. Tumor ganas otak yang paling sering terjadi merupakan penyebaran dari kanker kanker yang berasal dari bagian tubuh yang lain. Kanker payudara dan kanker paru-paru, melanoma maligna dan kanker sel darah (leukemia dan limfoma) bisa menyebar ke otak. Penyebaran ini bisa terjadi pada satu area atau beberapa otak yang berbeda. 2.2.Etiologi Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti. Adapun factor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu : 1. Herediter Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Dibawah 5% penderita glioma mempunyai sejarah keluarga yang menderita brain tumor. Sclerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan factor familial yang jelas. Selain jenisjenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan adanya factor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma. 2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
7
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan disekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intracranial dan kordoma. 3. Radiasi Jaringan dalam sistem saraf pusat pek terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. 4. Virus Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilaakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat. 5. Substansi-substansi Karsinogenik Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan lua dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan. 6. Trauma kepala Trauma kepala yang dapat menyebabkan hematoma sehingga mendesak massa otak akhirnya terjadi tumor otak. 2.3. Manifestasi Klinis Gejala tumor otak bergantung pada lokasi, jenis dan ukuran tumor. Beberapa gejalanya, yaitu : 1. Sakit kepala secara bertahap menjadi semakin semakin sering dan semakin parah 2. Mual dan muntah tanpa sebab 3. Gangguan ingatan 4. Kejang
8
5. Kesemutan dan mati rasa di lengan dan kaki 6. Gangguan penglihatan seperti, penglihatan kabur 7. Masalah yang berhubungan dengan indra pendengaran 8. Gangguan keseimbangan, kesulitan bergerak 2.4. Klasifikasi 1. Schwannoma berasal dari sel Schwann yang membungkus persarafan 2.
Ependimoma berasal dari sel yang membatasi bagian dalam otak
3. Meningioma berasal dari meningen (jaringan yang melapisi bagian luar otak) 4. Adenoma berasal dari sel-sel kelenjar 5. Osteoma berasal dari struktur tulang pada tengkorak 6. Hemangioblastoma berasal dari pembuluh darah. 2.5. Patofisiologi Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif,
Gangguan
neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor : gangguan fokal disebabkan oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial. Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak, Peningkatan tekanan intrakranial : bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal. Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intracranial dan meningkatkan tekanan intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus. Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan gangguan pernafasan. 2.6. Prognosis Meskipun diobati, hanya sekitar 25% penderita tumor otak yang bertahan hidup setelah 2 tahun. Prognosis yang lebih baik ditemukan pada astrositoma
9
dan oligodendroglioma, dimana tumor biasanya tidak kambuh dalam waktu 35 tahun setelah pengobatan. Sekitar 50% penderita meduloblastoma yang diobati bertahan hidup lebih dari 5 tahun. Pengobatan tumor otak lebih efektif dilakukan pada : 1) Penderita yang berusia dibawah 45 tahun 2) Penderita astrositoma anaplastic 3) Penderita yang sebagian atau hampir seluruh tumornya telah diangkat melalui pembedahan. 2.7.Komplikasi 1. Edema Serebral Peningkatakan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar lesi sehingga menambah efek masa yang mendesak (space-occupying). Edema serebri dapat terjadi ekstrasel (vasogenik) atau intrasel (sitotoksis). 2. Hidrosefalus Peningkatakan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin massa dalam rongga cranium yyang tertutup dapat di eksaserbasi jika terjadi obstruksi pada aliran cairan serebrospinal akibat massa. 3. Herniasi Otak Peningkatakan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, unkus, dan singuli. (Mayer, SA, 2015) 2.8. Pemeriksaan Penunjang 1. Rontgen tengkorak dan angiografi 2. Computed tomography (CT) scan atau magnetic resonance imaging (MRI) 3. Elektroencephalogram (EEG). Tes ini mengukur aktivitas listrik otak 4. Pemeriksaan cairan cerebrospinal 5. Biopsy jaringan. Bila ada dugaan tumor ganas, dipandu oleh CT scan atau MRI. 2.9. Penatalaksanaan Untuk tumor otak ada tiga metode utama yang digunakan dalam penatalaksanaanya, yaitu: A. Terapi Pre-Surgery:
10
1). Steroid adalah Menghilangkan swelling, contoh dexamethaso 2). anticonvulsant adalah Untuk mencegah dan mengontrol kejang, seperti Carbamazepine 3). Shunt adalah Digunakan untuk mengalirkan cairan cerebrospinal Pembedahan merupakan pilihan utama untuk mengangkat tumor. Pembedahan pada tumor otak bertujuan untuk melakukan dekompresi dengan cara
mereduksi
efek massa sebagai upaya menyelamatkan nyawa serta
memperoleh efek paliasi. Dengan pengambilan massa tumor sebanyak mungkin diharapkan pula jaringan hipoksik akan terikut serta sehingga akan diperoleh efek radiasi yang optimal Diperolehnya banyak jaringan tumor akan memudahkan evaluasi histopatologik, sehingga diagnosis patologi anatomi diharapkan akan menjadi lebih sempurna. Namun pada tindakan pengangkatan tumor jarang sekali menghilangkan gejala- gelaja yang ada pada penderita. B. Radiotherapy Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam penatalaksanaan proses
keganasan. Berbagai penelitian klinis telah membuktikan bahwa
modalitas terapi pembedahan akan memberikan hasil yang lebih optimal jika diberikan kombinasi terapi dengan kemoterapi dan radioterapi. Sebagian besar tumor otak bersifat radioresponsif (moderately sensitive), sehingga pada tumor dengan ukuran terbatas pemberian dosis tinggi radiasi diharapkan dapat mengeradikasi semua sel tumor. Namun demikian pemberian dosis ini dibatasi oleh toleransi jaringan sehat disekitarnya. Semakin sedikit jaringan sehat yang terkena maka makin tinggi dosis yang diberikan. Guna menyiasati hal ini maka diperlukan metode serta teknik pemberian radiasi dengan tingkat presisi yang tinggi. Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan pada tumor sementara metastasis diterapi dengan radiasi seluruh otak. Radioterapi juga digunakan dalam tata laksana beberapa tumor jinak, misalnya adenoma hipofisis. C. Chemotherapy Pada kemoterapi dapat menggunakan powerfull drugs, bisa menggunakan satu atau dikombinasikan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk
11
membunuh sel tumor pada klien. Diberikan secara oral, IV, atau bisa juga secara shunt. Tindakan ini diberikan dalam siklus, satu siklus terdiri dari treatment intensif dalam waktu yang singkat, diikuti waktu istirahat dan pemulihan. Saat siklus dua sampai empat telah lengkap dilakukan, pasien dianjurkan untuk istirahat dan dilihat apakah tumor berespon terhadap terapi yang dilakukan ataukah tidak. (dkk, 2015)
12
Pathway
Etiologi Pertumbuhan sel abnormal
Tumor otak
Masa dalam otak
Penekanan jaringan otak
Obstruksi saluran CSS
Invasi sel abnormal di otak
Oedem Serebral
TIK
Hidrosefalus
Gangguan suplai darah ke otak
Kompensasi tubuh berupa :
Hipoksia serebral
Gangguan Perfusi Jaringan Cerebrospinal
1. Volume darah intakranial 2. Volume cairan cerebrospinal 3. Kandungan cairan intrasel
Kompensasi tubuh (Takipnea)
Pola nafas tidak efektif
Kompensasi gagal Ancaman kematian
Obstruksi drainage vena retina
Nyeri kepala
Nyeri Kronis Ansietas
Papil edema Statis vena cerebral Kompresi saraf optikus
Tidak bisa melihat dengan baik
Gangguan penglihatan Mudah terjatuh Gangguan Persepsi Sensori Penglihatan
13
Resiko Cedera
BAB III KONSEP KEPERAWATAN 3.1. Pengkajian 3.1.1. Anamnesis : 1. Identitas Nama, umur, jenis kelamin, usia, status, agama, alamat, pekerjaan, dan identitas penanggung jawab. 2. Riwayat Sakit dan Kesehatan Keluhan utama : Biasanya klien mengeluh nyeri kepala 3. Riwayat penyakit saat ini Klien mengeluh nyeri kepala, muntah, papiledema, penurunan tingkat kesadaran, penurunan penglihatan atau penglihatan double, ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia), hilangnya ketajaman atau diplopia. 4. Riwayat penyakit dahulu Klien pernah mengalami pembedahan kepala 5. Riwayat penyakit keluarga Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan tumor otak. 6. Pengkajian psiko-sosio-spiritual Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental, kesulitan
mengambil
keputusan,
kecemasan
dan
ketakutan
hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya perubahan peran 3.1.2. Pemeriksaan Fisik (ROS : Review of System) Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi pemeriksaan fisik umum per system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
14
1. Pernafasan B1 (breathing) Bentuk dada : normal Pola napas : tidak teratur Suara napas : normal Sesak napas : ya Batuk : tidak Retraksi otot bantu napas; ya Alat bantu pernapasan: ya (O2 2 lpm) 2. Kardiovaskular B2 (blooding) Irama jantung : irregular Nyeri dada : tidak Bunyi jantung ; normal Akral : hangat Nadi : Bradikardi Tekanan darah Meningkat 3. Persyarafan B3 (brain) Penglihatan (mata)
: Penurunan penglihatan, hilangnya
ketajaman atau diplopia. Pendengaran (telinga): Terganggu bila mengenai lobus temporal Penciuman (hidung) : Mengeluh bau yang tidak biasanya, pada lobus frontal Pengecapan (lidah)
: Ketidakmampuan sensasi (parathesia
atau anesthesia 4. Gangguan neurologi: Afasia:
Kerusakan
atau
kehilangan
fungsi
bahasa,
kemungkinan ekspresif atau kesulitan berkata-kata, reseotif atau berkata-kata komprehensif, maupun kombinasi dari keduanya. Ekstremitas: Kelemahan atau paraliysis genggaman tangan tidak seimbang, berkurangnya reflex tendon.
15
GCS: Skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka 1– 6 tergantung responnya yaitu : 1. Eye (respon membuka mata) (4) : Spontan (3) : Dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata). (2) : Dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari) (1) : Tidak ada respon 2. Verbal (respon verbal) (5) : Orientasi baik (4) : Bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi tempat dan waktu. (3) : Kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”) (2) : Suara tanpa arti (mengerang) (1) : Tidak ada respon 3. Motor (respon motorik) (6) : Mengikuti perintah (5) : Melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri)
16
(4) : Withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri) (3) : Flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri). (2) : Extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri). (1) : Tidak ada respon 4. Perkemihan B4 (bladder) Kebersihan : bersih Bentuk alat kelamin : normal Uretra : normal Produksi urin: normal 5. Pencernaan B5 (bowel) Nafsu makan : menurun Porsi makan : setengah Mulut : bersih Mukosa : lembap 6. Muskuloskeletal/integument B6 (bone) Kemampuan pergerakan sendi : bebas Kondisi tubuh: kelelahan
17
3.2. Tabel Diagnosa Keperawatan No Diagnosa
Kode
Kategori
Subkategori
Diagnosa 1
Resiko
(D.00210) Aktivitas/Istrahat Respon
ketidakefektifan
Kardiavaskuler/pulmonal
perfusi jaringan otak 2
Resiko Cedera
(D.0136)
3
Gangguan Citra (D.0083)
Lingkungan
Keamanan dan Proteksi
Tubuh 4
Ansietas
(D.0080)
Psikologis
Integritas Ego
5
Nyeri Kronis
(D.0078)
Psikologis
Nyeri dan Kenyamanan)
6
Pola
Lingkungan
Respirasi
Nafas (D.0005)
Tidak Efektif
18
3.3. Intervensi Keperawatan No 1.
Diagnose keperawatan Resiko
Tujuan dan kriteria
ketidakefektifan NOC
perfusi jaringan otak (00210)
Domain 4 : Aktivitas/istirahat Kelas
Rencana keperawatan
4
:
penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat menggangu
Perfusi
jaringan aliran
: darah
melalui organ tubuh untuk berfungsi pada jaringan sel.
kardiavaskuler/pulmonal Definisi : Rentan mengalami
NIC
kecukupan
respons
kecukupan
Manajemen
Edema
Serebral
Serebral
Observasi
Observasi
Monitor tanda tanda vital
Untuk mengetahui tandatanda vital dari pasien
adanya Perawat dapat memantau
aliran
darah
kebingungan, perubahan
apakah
pembuluh
darah
pikiran, keluhan pusing,
kebingungan, perubahan
pingsan.
pikiran,
otak untuk mempertahankan
kesehatan.
ManajemenEdema
Perfusi jaringan:cerebral : Monitor melalui
Rasional
fungsi otak
adanya
serta
adanya
keluhan yang dirasakan
Faktor Resiko :
pasien
Tujuan: Neoplasma otak Tumor otak (mis, gangguan serebrovaskuler,
penyakit
setelah dilakukan tindakan Mandiri
Mandiri
keperawatan dalam waktu Catatcairan sereprospinal
Untuk
……
x24
jam
19
mempermudah
neurologis, trauma, tumor)
diharapkanmasalah ketidakefektifan
resiko perfusi
jaringan otak dapat di atasi
stimulus. Aliran
darah
melalui
setelah
pemberian cairan
Identifikasi Resiko
Kaji ulang riwayat masa Observasi
Deviasi berat dari kisaran
lalu dan dokumentasikan Dengan
dilakukan
bukti yang menunjukan
pengkajian,
adanya penyakit medis,
dengan
Deviasi yang cukup besar
diagnosa
mengetahui
dari kisaran normal
serta perawatannya.
normal
mengetahui
Identifikasi Resiko
Tekanan intrakranial (3)
Ket
masukan
rangsangan
Observasi
berapa
apakah ada perubahan
pembuluh darah cerebral (3)
mengetahui
dalam berespon terhadap Untuk
Kriteria Hasil :
dalam
banyak cairan yang di Catat perubahan pasien
dengan
perawat
Deviasi sedang dari kisaran
dapat riwayat
ada penyakit medis.
dari Untuk memastikan data
pengkajian risiko secara
20
mudah
masa lalu pasien apakah
Kaji ulang data yang didapatkan
normal
keperawatan
perawat
yang didapatkan apakah
Deviasi ringan dari kisaran
sudah sesuai atau tidak
Mandiri
normal
rutin
Intruksikan faktor resiko Mandiri Tidak
ada
deviasi
dari
kisaran normal
dan
rencana
untuk Agar
mengurngi faktor resiko
pasien
mengetahui
dapat
apa
saja
faktor resiko yang akan terjadi
serta
mampu
mencegah faktor resiko tersebut. 2
Resiko Cedera (D.0136)
NOC:
NIC :
Kategori : Lingkungan
Kejadian jatuh
Pencegahan jatuh
Pencegahan Jatuh
Keparahan cedera fisik
Observasi
Observasi
Setelah dilakukan tindakan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
keperawatan Definisi : Beresiko mengalami
volume
bahaya atau kerusakan fisik
normal dengan
2x24
cairan
jam Identifikasi pasien
baik kognitif atau fisik dari
yang menyebabkan seseorang Kriteria Hasil : tidak lagi sepenuhnya sehat
21
kekurangan untuk
pasien
yang
mungkin
meningkatkan
petonsi
jatuh
pada
mengetahui
kognitif atau fisik pasien
atau dalam kondisi baik. Eksternal : Terpapar paogen
Tidak ada jatuh saat brdiri
Tidak
Terpapar zat kimia toksik
ada
jatuh
lingkungan teratur
saat Kaji ulang riwayat jatuh untuk
berjalan
bersaama dengan pasien
riwayat jatuh bersamaan
Tidak ada jatuh saat ke
dan keluarga
pasien dan keluarga
Monitor gaya berjalan untuk mengetahui gaya
kamar mndi
Terpapar agen nosokomial
Tidak ada lecet pada kulit
(tertutama
Ketidaknyamanan
Tidak ada memar
keseimbangan
Tidak ada luka gores
tingkat kelelahan dengan
Tidak
ambulansi
transportasi Interrnal Ketidaknormalan
profil
mengetahui
ada
penurunan
kecepatan), dan
Mandiri
Mandiri
tingkat kesadaran
berjalan pasien
Tanayakan pada pasien untuk
darah
mengetahui
Perubahan orientasi afektif
terkait (hasil) observasi
pergerakan
Perubahan sensasi
pada
terutama percepatan
Disfungsi aotuimun
(terutama kecepatan) dan
Disfungsi biokimia
pergerakan.
mekanisme
pertahanan tubuh
22
berjalan
benda-benda untuk
mempermudah
dalam jangkauan yang
pasien
menjangkau
mudah bagi pasien
benda benda
Letakkan
Hipoksia jaringan Kegagalan
gaya
pasien
Malnutrisi Perubahan
Health Education
fungsi
psikomotor
Ajarkan
Peruahan fungsi kognitif
pasien agar
bagaimana untuk
Health Education
jika
jatuh,
meminimalkan
cedera
3
Gangguan
Citra
Tubuh NOC
(D.0083)
Gejala dan Tanda Mayor
kecacatan/kehilangan
terhadap Fisik
:
Peningkatan Citra Tubuh Observasi Monitor frekuensi dari
tantangan terkait dengan
pernyataan mengkritisi
fungsi
diri
yang
signifikan
fisik
meminimalkan
cedera
Menahan Kemarahan
Diri :
dari tindakan
23
tubuh
Untuk
mengetahui
seberapa
Monitor apakah pasien bisa
Peningkatan Citra Tubuh Observasi
terhadap
akibat terjadinya disabilitas
Subjektif Mengungkapkan
Adaptasi
beradaptasi
dan fungsi fisik individu.
bagaimana
jika jatuh cinta
Tindakan personal untuk
tentang penampilan, struktur
mengetahui
dapat
NIC
Disabilitas
Definisi : Perubahan persepsi
pasien
melihat
bagian
mana
yang
besar
mampu
klien
menerima
keadaan dirinya Agar
pasien
mengetahui
dapat bagian
bagian tubuh
personal untuk mengurangi pemikiran,
persaan,
Objektif
perilakupermusuhan
Kehilangan bagian tubuh
hebat
Fungsi/struktur
tubuh
berubah/hilang
dan
Tingkat
rasa
takut
:
pasien
keberlanjutan
diwujudkan,
perubahan
ketegangan
Subjektif
yang muncul dari sumber
ketidaknyamanan
dari perubahan
aktual dari tubuh atau
pasien
menentukan
dari peer group terhadap
bagian tubuh
tindakan
persepsi
……
X
negatif tentang perubahan
diharapkan
tubuh
tubuh teratasi dengan
Mengungkapkan kekhawatiran
24
gangguan
perubahan dari tubuh dan yingkat fungsinya
pasien
Agar
pasien
mengetahui
dapat pengaruh
jam
mengenai citra tubuh
dari
citra
saat ini
mengenai citra tubuh
kelmpok
sebaya
Health education
Kriteria Hasil:
Ajarkan
pada
perubahan
pengaruh
Tujuan : setelah dilakukan waktu
mengetahui
dapat
untuk
kecacatan/kehilangan
dalam
pasien
tingkat fungsinya Bantu
yang bisa diidentifikasi
mengungkapkan
Mengungkapkan perasaan
yang
Mandiri Agar
menentukan
Keparahan rasa takut yang
keperawatan
mana
berubah
Mandiri Bantu
atau
mau
tubuh
yang
Gejala dan Tanda Minor Tidak
berubah
mengenai Menyampaikan secara lisan
24
pada
pasien
perubahan-
Health Education Agar
pasien
dapat
penolakan/reaksi
orang
kemampuan
lain
untuk
perubahan normal yang
mengetahui
terhadap
terjadi dalam tubuhnya
perubahan yang terjjadi
disabilitas (4)
terkait dengan beberapa
di dalam tubuhnya
Menyampaikan secara lisan
tahap
penyesuaian
penuaan,dengan
menyesuaikan
Mengungkapkan
perubahan gaya hidup
terhadap
proses cara
yang tepat
disabilitas (4)
Objektif
perubahan
Menyembunyikan/menunj ukkan bagian tubuh secara
berlebihan
disabilitas (4)
melihat
Observasi Peningkatan Harga Diri
menyentuh
berlebihan
Monitor
Keterangan Skala:
bagian tubuh Fokus
mengakomodasi Peningkatan Harga Diri
untuk
Menghindari dan/atau
Memodifikasi gaya hidup
pada
perubahan tubuh Respon nonverbal pada
1 : tidak pernah dilakukan
pasien mengenai harga
2 : jarang dilakukan
diri
3
perubahan dan persepsi tubuh Fokus pada penampilan
pernyataan
:
dilakukan
kadang-kadang Monitor tingkat harga diri dari waktu ke
4 : sering dilakukan
5
:
dilakukan
waktu, dengan tepat secara Mandiri
Observasi Untuk
tingkat harga diri pasien Untuk
mengetahui
tingkat perubahan harga diri paien
25
mengetahui
dan kekuatan masa lalu
Bantu
konsisten
pasien
untuk
memeriksa
persepsi
negatif terhadap diri Dukung pasien untuk
Mandiri Agar tidak ada persepsi negatif
terhadap
diri
pasien
mengevaluasi perilakunya sendiri
Agar
Health Education
pasien
dapat
mengevaluasi Instruksikan orang tua untuk
menetapkan
harapan yang jelas dan untuk
anak
mengenai
26
Agar orang tua pasien dapat
Instruksikan orang tua
mereka
Health Education
mendefinisikan
batasan yang ada pada
minat
perilakinya sendiri
dan
pentingnya dukungan dalam
menetapkan
harapan yang jelas dan mendefinisikan batasan yang ada pada anak
mengembangkan konsep Agar orang tua pasien diri positif anak-anak.
dapat
mengetahui
pentingnya minat dan dukungan mereka dalam mengembangkan konsep diri positif anakanak.
4
Ansietas (D.0080)
NOC:
NIC :
Kategori : Psikologis
Kontrol Kecemasan Diri
Pengurangan Kecemasan
Pengurangan Kecemasan
Sub Kategori : Integritas Ego
Tindakan
Observasi
Obsevasi
personal
mengurangi Definisi : Kondisi emosi dan pengalaman
individu terhadap objek yang
antisipasi
bahaya
takut,
tegang, atau gelisah, dari Kaji untuk tanda verbal Mengkaji untuk tanda
subyektif
tidak jelas dan spesifik akibat
rasa
untuk
sumber-sumber yang tidak
dan
non
dapat diidentifikasi
kecemasan
verbal
verbal dan non verbal kecemasan
Konsentrasi
yang
Mandiri
27
memungkinkan melakukan
individu
tindakan
untuk
menghadapi ancaman Gejala dan Tanda Mayor Subjektif 1. 2.
Merasa
pada stimulus spesifik
Koping
Tindakan
untuk
stres
yang
kemampuan
individu
Merasa khawatir dengan Akibat dari kondisi yang
pribadi
membebani
Bingung
Bantu
setelah dilakukan tindakan
gelisah
2.
tegang
pada
saat
perubahan
objek
menunjukkan
masalah Ansietas berkurang
aman
menggunakan
Kriteri Hasil:
relaksasi
Gejala dan Tanda Minor
yang
perasaan
instruksikan
dengan
klien
mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan Mengidentifikasi saat terjadi
perubahan
tingkat kecemasan pada pasien
klien teknik
Memberikan objek yang menunjukkan
perasaan
aman Menginstruksikan klien menggunakan relaksasi
Klien mengatakan gelisah sudah teratasi
Peningkatan Koping
28
pada
Health Education
Health Education
…… X 24 jam diharapkan
3. Sulit tidur
1.Anoreksia
terjadi
keperawatan dalam waktu berikan
Objektif
Subjektif
Identifikasi
Tujuan:
3. Sulit berkonsentrasi
Tampak
yang memicu kecemasan
tingkat kecemasan
dihadapi
1.Tampak
klien
mengidentifikasi situasi
mengelola
:
Membantu
Kemampuan untuk fokus Mandiri
Peningkatan Koping Mandiri
teknik
2.
Mengeluh
Pusing
3. Merasa tidak berdaya
tegang sudah teratasi
Objektif
Kondisi
bantu
Klien mengatakan sulit tidur sudah dapat teratasi
1. Tremor klinis
Terkait
(mis.kanker,
Klien
penyakitautoimun)
Klien
sesak
nafas
mengidentifikasi respon
bantu
pasien
mengidentifikasi mengatakan
peningkatan
nadi
sudah
teratasi
dalam
positif dari orang lain
sudah stabil
pasien
mengidentifikasi
respon positif dari orang lain
dalam tujuan
jangka
pendek
dan
jangka
panjang
yang
mengidentifikasi
dalam tujuan
jangka
pendek
dan
jangka
panjang
yang
tepat
tepat
Klien mengatakan tekanan darah yang tinggi sudah
Health Education
teratasi
dalam
Membantu
mengatakan
peningkatan
1. Penyakit kronis progesif
Membantu pasien pasien
mengatakanrasa Mandiri
Klien
rasa instruksikan pasien untuk menggunakan teknik gugupnya sudah teratasi Klien
mengatakan
relaksasi sesuai dengan kebutuhan
Health Education Menginstruksikan pasien
untuk
menggunakan
teknik
relaksasi sesuai dengan kebutuhan Mendukung pasien untuk
29
dukung
pasien
untuk
mengidentifikasi
mengidentifikasi
kekuatan
kekuatan dankemampuan
kemampuan diri mendukung pasien untuk
diri dukung
dan
pasien
untuk
mengevaluasi perilakunya sendiri
mengevaluasi perilakunya sendiri
Terapi Relaksasi Terapi Relaksasi Mandiri Mandiri tunjukkan dan praktikan teknik
relaksasi
pada
klien
untuk
pasien
mengulang
praktik
relaksasi,
memungkinkan
30
dan
praktikan
teknik
relaksasi pada pasien mendorong klien untuk
Dorong
teknik
menunjukkan
jika
mengulang teknik
praktik
relaksasi,
jika
memungkinkan memberikan
informasi
Berikan tertulis
informasi
tertulis
mengenai
persiapan
persiapan
dan
keterlibatan
di
dalam
mengenai dan
keterlibatan
di
dalam
teknik relaksasi
teknik relaksasi Health Education Health education
mendorong
Dorong kontrol sendiri ketika
relaksasi
klien
untuk
dilakukan
mengambil posisi yang
mengambil posisi yang
nyaman
nyaman
yang longgar dan mata
dengan
mata
yang longgar dan mata Dorong teknik
dengan
mata
tertutup mendorong pengulangan
tertutup
31
sendiri ketika relaksasi mendorong klien untuk
dilakukan Dorong
kontrol
pengulangan praktik-praktik
teknik
praktik-praktik
tertentu secara berkala
tertentu secara berkala 5
Nyeri Kronis ( D.0078 )
NOC :
Kategori : Psikosologis
Subkategori
:
Nyeri
Kontrol Nyeri : Tindakan Manajemen Nyeri pribadi untuk mengeontrol
dan
Nyeri
Kenyamanan Definisi
NIC :
:
Pengalaman
dari Nyeri yang diamati atau
sensorik atau emosional yang
dilaporkan
aktual
fungsional,
dengan
Setelah dilakukan tindakan
onset
keperawatan selama...X 24
mendadak atau lambat dan
jam,
diharapkan
pasien
berintensitas
ringan
dapat
memenuhi
kriteria
berat
konstan,
dan
yang
berlangsung lebih dari 3 bulan.
hasil sebagai berikut :
Gejala dan Tanda Mayor Subjektif
pengkajian Untuk
berapa berat nyeri yang
meliputi
dialami pasien
lokasi,
frekuensi,
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus Observasi petunjuk
adanya Agar dapat mengetahui nonverbal
Pasien mampu mengenali
mengenai
kapan nyeri terjadi
ketidaknyamanan
pasien
mengetahui
nyeri komperhensif yang
onset/durasi,
atau
hingga
Observasi
karakteristik,
berkaitan dengan kerusakan Tujuan : jaringan
Observasi Lakukan
Tingkat Nyeri : Keparahan
Manajemen Nyeri
mampu
32
terutama pada mereka
ketidak nyamanan pasien
Mengeluh nyeri
menggambarkan
Merasa depresi (tertekan)
tidak
dapat
penyebab
berkomunikasi
secara
pasien mampu melaporkan
efektif
yang
Objektif
nyeri
Tampak meringis
berkurang
Mandiri
0 : tidak nyeri
Berikan
Gelisah
Tidak mampu menuntaskan aktivitas
yang
faktor
dirasakan
1-3 : nyeri ringan
penurun
4 -6 : nyeri sedang
optimal
Mandiri individu Untuk menurunkan nyeri nyeri
yang
pada pasien
dengan
peresapan analgesik Gunakan
Gejalah dan Tanda Minor Subjektif Merasa takut mengalami cedera berulang
tindakan Agar
terkontrol sebelum nyeri
nyeri bertambah berat
bertmbah berat
Kolaborasi Bersifat protektif ( mis. Posisi menghindari nyeri )
Kolaborasi dengan Untuk
kebutuhan penuruan rasa
dam
nyeri
dan
33
mengtahui
pasien, orang terdekat tim
kesehatan
lainnya untuk memilih
Waspada
dapat
pengontrol nyeri sebelum
Kolaborasi
Objektif
nyeri
dengan
nonfarmakologi
terapi
Pola tidur berubah
mengimplementasikan
Anoreksia
tindakan penurun nyeri
Fokus menyempit
nonfarmakologi,
Berfokus pada diri sendiri
kebutuhan
sesuai
Health Education
Health Education
Ajarkan
metode Agar
farmakologi
untuk
menurunkan nyeri
klien
mampu
mengetahui
metode
farmakologi
dalam
management nyeri yang dirasakan Pemberian Analgesik
Pemberian Analgesik
Observasi Monitor sebelum
tanda dan
memberikan
vital setelah
analgesik
narkotik pada pemberian dosis pertama kali atau
34
Observasi Untuk mengetahui tanda vital dan tanda yang tak biasa sebelum
pada dan
pasien setelah
jika
ditemukan
tanda-
pemberian analgesic
tanda yang tak biasanya
Mandiri berikan analgesik sesuai Mandiri waktu
paruhnya, Pemberian
analgesik
terutama pada nyeri yang
dapat mengurangi rasa
berat
nyeri pada pasien
berikan tambahan
analgesik dan/atau Untuk
pengobatan
jika
diperlukan
untuk
meningkatkan
meningkatkakan
efek penguranagan rasa nyeri pada pasien
efek
pengurangan nyeri lakukan tindakan menurunkan samping
tindakanuntuk Agar efek analgesik
(misalnya, konstipasi dan
35
pasien
mengetahui
dapat tindakan
yang dilakukan saat efek samping
analgesik
iritasi lambung)
muncul
Kolaborasi Kolaborasikan dokter
apakah
dengan Kolaborasi obat, Berkolaborasi
dengan
dosis, rute pemberian,
dokter untuk membuat
atau perubahan interval
rekomendasi
dibutuhkan,
berdasarkan analgesic
buat
rekomendasi
khusus
berdasarkan
prinsip
khusus
analgesic
Health Education Ajarkan
tentang Health Education
pengguanaan analgesik, Agar pasien mengetahui strategi menurunkan
untuk efek
samping, dan harapan terkait
36
dengan
penggunaan
analgesik
dalam penurunan rasa nyeri
keterlibatan keputusan
dalam pengurangan
nyeri
6
Pola Nafas Tidak Efektif
(D.0005)
NIC
Status Pernapasan Status
: Manajemen jalan napas
Pernapasan
Observasi :
Ventilasi
Kategori: Lingkungan
Observasi
Monitor tekanan balon Untuk melihat terdapat
Sub Kategori: Respirasi
Manajemen jalan napas
Tujuan : setelah dilakukan
setiap 4-8 jam selama
ekpirasi menggunakan
Definisi:
Inspirasi
dan/atau
tindakan keperawatan dalam
ekspirasi
ekspirasi
yang
tidak
waktu….x24 jam pola nafas
menggunakan tuga katup
tidak efektif
penutup/stopcock
dapat diatasi
37
dengan
dengan katup
tertutup selama 4-8 jam
memberikan ventilasi adekuat
dengan
threeway Monitor suara ronki dan Untuk
Kriteria Hasil :
Subjektif:
Status Pernapasan :
Dyspnea
Restraksi dindig dada (4)
Objektif:
sianosis (4)
gangguan kesadaran (4)
saluran nafas tambahan (4)
pernapasan cuping hidung
Gejala dan TandaMayor:
Penggunaan
otot
bantu
pernapasan Fase ekspirasi memanjang Pola napas abnormal (mis, takipnea,
bradibnea,
keterangan :
hiperventilasi,
kussmaul,
sangat berat
Gejala dan Tanda Minor : Subjektif Ortopnea
adanya suara ronki dan crakles di jalan nafas
Monitor volume
penurunan Agar ekspirasi
peningkatan
dan
tekanan
inspirasi
pada
pasien
yang
menggunakan
penurunan
ekspirasi
dapat
meningkat menggunakan
dengan ventilasi
mekanik pada klien
ventilasi mekanik
(4)
cheyne-stokes)
crakles di jalan nafas
mengetahui
Mandiri
Mandiri Menyediakan
berat
cukup
ringan
tidak ada
system Agar tersedianya hidrasi
hidrasi
yang
adekuat
yang
melalui
oral
maupun
oral maupun pemberian
pemberian
cairan
adekuat
melalui
cairan intervena
intervena Agar
38
fisoterapi
dada
Lakukan fisioterapi dada Objektif : Pernapasan pursed-lip Pernapasan cuping hidung
status Pernapasan ventilasi
penggunaan otot nafas (4)
Diameter thoraks anterior-
Kapasitas vital menurun Tekanan ekspirasi menurun
dengan
gangguan
suara
Pernapasan Observasi
saat Observasi Monitor
suara
nafas
tambahan, seperti ngorok
keterangan :
Tekanan inspirasi menurun Ekskursi dada berubah
atau mengi
sangat berat
berat
cukup
ringan
tidak ada
jika
Monitor Pernapasan Monitor
auskultasi (4)
berjalan
diperlukan
jika di perlukan
bibir
mengerucut (4)
posterior meningkat Ventilasi semenit menurun
pernapasan
dapat
Monitor kelelahan,,
peningkatan kecemasan
dan kekurangan udara pada pasien
Adanya suara tambahan pada klien seperti ngorok dan mengi Mengetahui
apakah
adanya peningkatan serta kecemasan
udara
dan
kekurangan udara pada klien Mandiri
Mandiri
39
Untuk
mengetahui
Catat pergerakan dada, catat
ketidaksimetrisan,
penggunaan
otot-otot
bantu nafas, dan retraksi pada
otot
supraclaviculas
dan
adanya pergerakan dada serta
catat
ketidaksimetrisan
hasil pada
otot bantu nafas klien
Adanya suara nafas, dan
interkosta Auskultasi suara nafas,
catat hasil area yang
catat area dimana terjadi
terjadi penurunan atau
penurunan
tidak adanya ventilasi
adanya
atau
tidak
ventilasi
dan
suara nafas tambahan
keberadaan suara nafas Adanya bantuan terapi
tambahan Berikan bantuan terapi nafas
jika
diperlukan
(misalnya, nebulizer)
40
nafas
yang
diperlukan oleh klien
jika
41
42
43
BAB IV TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN Jurnal 1 Efektivitas Radiosurgery Gamma Knife Pascaoperasi ke Tumor Bed setelah Reseksi Metastasis Otak Untuk pasien dengan metastasis otak yang diobati dengan reseksi bedah, GKS (Gamma Knife Surgery)
pasca operasi ke area reseksi merupakan
pilihan pengobatan yang efektif dan aman. Terutama, GKS pasca bedah bersamaan dengan rongga bedah dengan GKS (Gamma Knife Surgery) sendiri untuk beberapa kecil lesi metastasis adalah strategi pengobatan yang layak untuk beberapa metastasis otak. Jurnal 2 long-term effectiveness and safety of Stereotactic gamma knife surgery as a primary sole treatment in the management of glomus jagulare tumor Bedah pisau gamma dapat digunakan secara efektif dan aman sebagai alat perawatan utama tunggal di manajemen tumor glomus jugulare. Jurnal 3 Gamma Knife Surgery for Metastatic Brain Tumors from Gynecologic Cancer GKS efektif untuk mengontrol perkembangan tumor pada pasien dengan metastase otak dari kanker ginekologi, dan dapat memberikan manfaat neurologis dan pelestarian kualitas hidup. Jurnal 4 Gamma Knife Radiosurgery for Low-Grade Gliomas: Clinical Results at Long-Term Follow-Up on Tumor Control and Patients’ Quality of Life Studi ini menegaskan keamanan dan efektivitas GKRS untuk LGGs di mengendalikan pertumbuhan tumor, secara relevan meningkatkan pasien secara
keseluruhan
dan
kelangsungan
hidup
bebas
perkembangan.
Radiosurgery menunjukkan untuk meningkatkan kinerja fungsional dan kualitas
hidup
pasien,
mengoptimalkan
fungsi
meminimalkan dampak psikologis terkait penyakit
44
sosial
mereka
dan
Jurnal 5 Delayed complications after Gamma Knife surgery for intractable epilepsy Meskipun kontroversi mengenai kegunaan klinis dari operasi Gamma Knife (GKS; Elekta AB, Stockholm, Swedia) untuk epilepsi keras kepala, modalitas pengobatan ini telah menarik perhatian karena sifatnya invasi rendah. Kami melaporkan hasil jangka panjang dari empat pasien, dengan fokus terutama pada kemanjuran dan komplikasi GKS. Kami meninjau data dari empat pasien dengan epilepsi medis yang sulit dipecahkan menjalani GKS antara 1998 dan 2000 di rumah sakit kami. Dosis marginal ke garis isodosa 50% adalah 24 Gy dalam satu pasien dan 20 Gy pada tiga pasien yang tersisa. Dua dari empat pasien dirawat di lobus temporal yang tepat, satu dirawat di lobus parietal kiri, dan satu dirawat di frontal kanan cuping. Ratarata tindak lanjut adalah 12,5 tahun (kisaran 12-14 tahun). Satu pasien bebas kejang (kelas Engel IA) 24 bulan setelah GKS, dan dua pasien gagal menunjukkan pengurangan kejang (Engel kelas IVA). Namun, kejengkelan jelas terbukti pada satu pasien (Engel kelas IVC). Keempat pasien menjalani respective operasi karena radiasi necrosis (RN) 7, 10, 10 dan 12 tahun setelah GKS. Tiga pasien kejang bebas (Engel kelas IA), dan satu dianggap memiliki status
IB
kelas
Engel
setelah
operasi
resektif.
Pengobatan
GKS
mengakibatkan kontrol kejang tidak memadai dan membawa risiko RN yang signifikan setelah beberapa tahun. Kelemahan seperti keterlambatan dalam kontrol kejang dan risiko RN harus dipertimbangkan ketika aplikasi klinis dari perawatan ini dievaluasi. Berdasarkan beberapa jurnal di atas dapat disimpulkan bahwa Gamma Knife Surgery efektif untuk mengendalikan pertumbuhan Tumor Otak. Sinar gamma bisa digunakan untuk membunuh sel tumor serta kelainan lainnya karena sinar gamma dapat menghancurkan sel-sel tersebut. Terapi ini disebut gamma knife. Gamma knife ialah suatu metode terapi sinar gamma ( radiosurgery ) yang digunakan untuk pengobatan tumor dan kelainankelainan lainnya di otak tanpa membuka tulang tengkorak. Radiasi sinar
45
gamma ini digunakan untuk menghancurkan sel-sel yang sakit sementara menjaga sel-sel lainnya yang masih sehat.
46
BAB V PENUTUP 4.1. Kesimpulan Tumor otak adalah pertumbuhan sel-sel abnormal di dalam atau disekitar otak secara tidak abnormal di dalam atau disekitar otak secara tidak wajar dan tidak terkendali. Tumor otak merupakan salah satu bagian dari tumor pada sistem saraf, di samping tumor spinal dan tumor saraf perifer. Ada beberapa macam jenis tumor otak yang dibedakan ke dalam dua kelompok berdasarkan perkembangannya, yaitu tumor jinak yang bersifat kanker dan tumor ganas yang menyebabkan kanker. Penyebab dari tumor ini belum diketahui secara pasti, namun adapun factor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu herediter, sisasisa sel embrional, radiasi, virus, substansi-substansi karsinogenik, dan trauma kepala. 4.2. Saran Diharapkan perawat dapat menerapkan pengetahuan mereka tentang penyakit tumor otak ini untuk diterapkan ditempat mereka bekerja. Dan diharapkan pula perawat dapat menerapkan konsep asuhan keperawatan pada pasien tumor otak dengan maksimal. Dengan tujuan agar pasien-pasien pengidap penyakit tumor otak ini dapat segera sembuh.
47
DAFTAR PUSTAKA Nst Lestari Yeni, Mesran, Suginam, Fadlina. Sistem Pakar Untuk Mendiagnosis Penyakit Tumor Otak Menggunakan Metode Certainty Factor (CF). INFOTEK 2017; 82:2502-6968
YSP Radinal, Amroisa Neilan. Primery Brain Tumor With Hemiparese Dextra And Parese Nerve II, III, IV, VI. Medula Unila.2014;2(3):79-85
American Society of Clinical Oncology, 2015. Brain Tumor. United States of America: American Society of Clinical Oncology. Tersedia di: http://www.cancer.net/cancer-types/brain-tumor/risk-factors [Diakses 20 Novembar 2018]
48