Askep Teori Kebutuhan Aktivitas Dan Latihan .docx

  • Uploaded by: Reynaldi Rumagit
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Teori Kebutuhan Aktivitas Dan Latihan .docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,884
  • Pages: 15
ASKEP TEORI CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Reynaldi Rumagit 16061137

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO 2018

KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN A. PENGERTIAN Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja.Dengan beraktivitas tubuh akan menjadi sehat, system pernapasan dan sirkulasi tubuh akan berfungsi dengan baik, dan metablisme tubuh dapat optimal. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan muskuloskeletal.Aktivitas fisik yang kurang memadai dapat menyebabkan berbagai gangguan pada system musculoskeletal seperti atrofi otot, sendi menjadi kaku dan juga menyebabkan ketidakefektifan fungsi organ internal lainnya. Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkkan untuk menjaga kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh.Latihan dapat memelihara pergerakan dan fungsi sendi sehingga kondisinya dapat setara dengan kekuatan dan fleksibilitas otot. Selain itu, latihan fisik dapat membuat fungsi gastrointestinal dapat bekerja lebih optimal dengan meningkatkan selera makan orang tersebut dan melancarkan eliminasinya karena apabila seseorang tidak dapat melakukan aktifitas fisik secara adekuat maka hal tersebut dapat membuat otot abdomen menjadi lemah sehinga fungsi eliminasinya kuang efektif. Aktivitas sehari-hari (ADL) merupakan salah satu bentuk latihan aktif pada seseorang termasuk didalamnya adalah makan/minum, mandi, toileting, berpakaian, mobilisasi tempat tidur, berpindah dan ambulasi/ROM. Pemenuhan terhadap ADL ini dapat meningkatkan harga diri serta gambaran diri pada seseorang, selain itu ADL merupakan aktifitas dasar yang dapat mencegah individu tersebut dari suatu penyakit sehingga tindakan yang menyangkut pemenuhan dalam

mendukung pemenuhan ADL pada klien dengan intoleransi aktifitas harus diprioritaskan. Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kesehatannya.Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan misalnya mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas dan sebagainya. B. FISIOLOGI AKTIVITAS DAN LATIHAN (MUSKULOSKELETAL DAN METABOLISME ENERGI) Untuk mampu memenuhi kebutuhan akan aktivitas dan latihan, maka diperlukan serangkaian proses fisiologis yang kompleks yang melibatkan metabolism dari sel-sel tubuh dan terutama sistem lokomotorik yaitu sistem otot dan sistem rangka. Aktivitas dan pergerakan memerlukan energy.Energi untuk sel-sel tubuh manusia adalah dalam bentuk Adenosin Trifosfat (ATP) yang diperoleh dari katabolisme glukosa dalam sel-sel tubuh. Glukosa akan dipecah menjadi energy dan hal ini terutama ditentukan oleh suplai oksigen. Ketika oksigen terpenuhi maka glukosa akan melalui katabolisme aerobic di sitoplasma dan mitokondria sel melalui 4 proses : glikolisis, dekarboksilasi oksidatif asam piruvat, siklus asam sitrat, dan transport elektron dengan hasil akhir ATP, karbondioksida , dan uap air. Jika oksigen tidak terpenuhi, maka katabolisme energy akan dilakukan secara anaerobic dengan produk akhir ATP, asam laktat dan NADH. Namun produksi ATP dari metabolism anaerobic jauh lebih sedikit dibanding metabolism aerobic, yaitu sekitar 1/18 kalinya (36 ATP berbanding 12 ATP).Karena oksigen amat penting bagi konservasi energy tubuh, maka aktivitas dan latihan pada manusia terkait erat dengan kerja sistem kardiovaskuler, respirasi, dan hematologi untuk penyediaan oksigen dan pembuangan karbondioksida dan uap air.Beberapa kondisi seperti anemia, syok hipovolemik, hipertensi, penyakit jantung, dan penyakit pernapasan dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas dari manusia.

Aktivitas dan latihan adalah proses gerakan tubuh manusia yang melibatkan sistem lokomotorik yaitu tulang dan otot. Tulang berperan sebagai alat gerak pasif, memberikan kesetabilan dalam postur tubuh dan memberi bentuk tubuh.Sedangkan otot berperan sebagai alat gerak aktif dimana tendon-tendon otot melekat pada tulang dan berkontraksi untuk menggerakkan tulang. Tulang merupakan jaringan ikat yang tersusun oleh matriks organik dan anorganik.Tulang secara histologist dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu jaringan tulang keras (osteon) dan jaringan tulang rawan (kartilago).Yang membedakan osteon dan kartilago adalah bahwa kartilago lebih elastic dan lebih tahan terhadap adanya tekanan sehingga cenderung lebih tidak mudah patah, dan osteon cenderung lebih eras tapi mudah patah.Jaringan tulang rawan dapat dibagi menjadi 3 yaitu : kartilago hialin, kartilago fibrosa, dan kartilago elastic. Tiap-tiap tipe tulang rawan membentuk bagian tubuh yang berbeda.Tulang rawan hialin terutama menyusun bagian persendian tulang sebagai sistem bantalan untuk melindungi dari friksi jika terjadi pergerakan.Kartilago fibrosa terutama menyusun bagian diskus intervertebralis, sedangkan kartilago elastic menyusun daun telinga.Matriks organik terdiri atas selsel tulang osteoblast, osteosit, kondroblast, kondrosit, dan osteoklas yang tersimpan pada sistem haverst.Sistem haverst adalah suatu saluran yang didalamnya terdapat pembuluh darah, limfa, dan urat saraf untuk fisiologi tulang.Matriks anorganik tulang tersusun oleh mineral-mineral terutama kalsium dan phospat. Matrisk anorganik inilah yang memberikan massa dan kekuatan pada tulang, sehingga kondisi yang mengganggu kandungan kalsium dan fosfor dalam jaringan tulang akan menyebabkan tulang kehilangan kepadatannya dan mudah patah. Faktor lain yang mempengaruhi kepadatan tulang adalah sistem endokrin terutama hormone kalsitonin dan paratirohormon, serta metabolisme vitamin D. Hormon kalsitonin dan paratirohormon bekerja saling berlawanan dan bekerjasama untuk mengendalikan kadar kalsium dalam darah. Kalsitonin atau disebut juga tirokalsitonin dihasilkan oelh sel parafolikular kelenjar tiroid dan bekerja untuk menurunkan kadar kalsium dalam darah, terutama dengan meningkatkan penyimpanan kalsium dalam matriks anorganik jaringan tulang, menghambat aktivitas osteoklas dalam meresorpsi kalsium tulang, menghambat

reabsorpsi kalsium dari tubulus ginjal, menghambat absorpsi kalisum dari saluran cerna. Sedangkan paratirohormon dihasilkan oleh kelenjar paratiroid dan bekerja dengan meningkatkan kadar kalsium dalam darah, terutama dengan meningkatkan absorpsi kalsium dalam saluran cerna, dan meningkatkan resorbsi kalsium dari tulang melalui jalur aktivasi osteoklas, dan meningkatkan reabsorpsi kalsium pada ginjal. Vitamin D sangat penting sebagai kofaktor dalam proses absorpsi kalsium dalam saluran cerna. proses aktivasi vitamin D dijaringan kulit. Vitamin D adalah vitamin larut lemak yang memiliki struktur molekul steroid. Vitamin ini dibentuk di kulit dari precursor kolesterol (7,8-dehydrocholesterol) atau precursor Vitamin D3. Pajanan ultraviolet dari sinar matahari terhadap epidermis kulit akan menyebabkan transformasi 7,8-dehydrocholesterol ke vitamin D3 (cholecalciferol). Vitamin D3 yang terbentuk dikulit selanjutnya akan dimetabolisme di hepar menjadi 25-hydroxyvitamin D (calcidiol) dan di ginjal menjadi bentuk hormone aktif yaitu 1,25-(OH)2D (calcitriol). Reaksi ini terjadi pada paparan radiasi ultraviolet dengan panjang gelombang 290-300 nm atau disebut UVB.Vitamin D yang terbentuk berperan penting dalam berbagai fungsi fisiologis tubuh yang salah satunya untuk membantu penyerapan kalsium di intestinal. Adanya gangguan dalam membentuk vitamin D ataupun kondisi defisiensi vitamin D akan mengganggu proses mineralisasi tulang sehingga pada akhirnya berdampak pada sistem pergerakan tubuh. Jaringan otot merpakan sistem yang berperan sebagai alat gerak aktif.Hal ini karena kemampuan jaringan otot untuk berontraksi dan relaksasi. Di balik mekanisme otot yang secara eksplisit hanya merupakan gerak mekanikitu, terjadilah beberapa proses kimiawi dasar yang berseri demi kelangsungankontraksi otot. Otot pengisi atau otot yangmenempel pada sebagian besar tulangkita (=skeletal) tampak bergaris-garisatau berlurik-lurik jika dilihat melalui mikroskop. Otot tersebut terdiri daribanyak kumpulan (bundel) serabutparalel panjang dengan diameterpenampang 20-100μm yang disebutserat otot. Panjang serat otot ini mampumencapai panjang otot itu sendiri dan jamak(=multinucleated

cells).

Serat

merupakan sel-sel berinti

ototsendiri

tersusun

dari

kumpulankumpulanparalel

seribu

myofibril

yang

berdiameter

1-2μm

danmemanjang sepanjang sebuahserat otot. Dalam tiap-tiap myofibril, tersusun oleh protein-protein kontraktil otot yang terdiri dar 4 jenis :aktin, myosin, tropomin, dan tropomiosin. Mekanisme kontraksi otot memerlukan peran aktivitas dari keempat tipe protein. Mekanisme kontraksi otot dijelaskan melalui proses pergeseran aktomiosin dimana aktin berperan sebagai rel kereta dan myosin berperan sebagai kereta. Ketika terjadi kontraksi otot, maka myosin akan bergeser di sepanjang aktin sehingga terjadilah pemendekat myofibril. Agar terjadi pergeseran ini maka ikatan troponin pada aktin dan myosin harus hlang dan hal ini memerlukan peran aktomiosin.Aktivitas aktomiosin ini dpengaruhi oleh adanya ion kalisum dan neurottansmitter asetilkolin. Adanya kekurangan kalsium dalam tubuh akan berdampak pada gangguan kontraksi otot. Begitu juga adanya gangguan trasnmiss kolinergik pada pertatan neuromuscular akan berdampak pada gangguan kontraksi otot. C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS DAN LATIHAN Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas dan latihan antara lain : 1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Status nutrisi 4. Budaya 5. Penyakit

terutama

yang

menyerang

Sistema

nervosa,

sistema

musculoskeletal 6. Penyakit kardsiovaskuler dan pulmonary 7. Kondisi psikologis D. DAMPAK IMOBILISASI Mobilisasi sangat penting untuk kesehatan. Imobolisasi yang berkepanjangan dan bedrest akan menyebabkan serangkaian komplikasi pada berbagai sistem tubuh antara lain :  Kontraktur : Jaringan ikat kolagen pada otot dan persendian akan digantikan oleh jaringan fibrosa yang tidak elastis sehingga akan menyebabkan

kekakuan pada pergerakan persendian. Hal ini karena untuk sintesis kolagen diperlukan rangsangan pergerakan  Disuse Atrofi : Atrofi otot adalah berkurangnya massa otot karena berkurangnya lapisan aktin dan myosin pada myofibril.  Konstipasi : Imobilisasi menyebabkan peristaltik menurun sehingga menyebabkan absopsi cairan berlebihan pada intestinum.  Pressure Ulcer : Pasien imobilisasi berisiko untuk mengalami luka tekan sebagai akibat adanya penekanan pada tulang menonjol (bony prominen), keringat, lembab, deficit self care, dan friksi dengan tempat tidur.  Gastritis : Selama bedrest, sekresi bikarbonat lambung menurun sehingga meningkatkan keasaman pada lambung  Ketidakseimbangan mineral dan elektrolit : Imobilisasi dan bedrest yang laka erhubungan dengan duresis dan kehilangan sodium, potassium, zinc, phosphor, sulfur, dan magnesium. Hal ini berhubungan dengan penurunan sekresi antidiuretik hormone selama bedrest  Kehilangan mineral tulang : Immobilisasi dan bedrest berhubungan dengan demineralisasi tulang akibat aktivasi osteoklas dan peningkatan kadar kalsium darah. E. NILAI-NILAI NORMAL Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut : Tingkat aktivitas /

Kategori

mobilitas Tingkat 0

Mampu merawat diri sendiri secara penuh

Tingkat 1

Memerlukan penggunaan alat

Tingkat 2

Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain

Tingkat 3

Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain dan peralatan

Tingkat 4

Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan

Keadaan postur yang seimbang sesuai dengan garis sumbu dengan sentralnya adalah gravitasi. Kemampuan tubuh dalam mempertahankan keseimbangan seperti kemampuan mangangkat beban, maksimal 57 %.

Nilai Kekuatan Otot adalah sebagai berikut : No. Nilai

Kekuatan Keterangan

Otot 1.

0 (0%)

Paralisis, tidak ada kontraksi otot sama sekali

2.

1 (10%)

Terlihat atau teraba getaran kontraksi otot tetapi tidak ada gerak sama sekali

3.

2 (25%)

Dapat menggerakan anggota gerak tanpa gravitasi

4.

3 (50%)

Dapat menggerakkan anggota gerak untuk menahan berat (gravitasi)

5.

4 (75%)

Dapat menggerakkan sendi dengan aktif dan melawan tahanan

6.

5 (100%)

Kekuatan normal

F. HAL-HAL YANG PERLU DIKAJI PADA KLIEN YANG MENGALAMI GANGGUAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN 1. Tingkat aktivitas sehari-hari Pola aktivitas sehari-hari Jenis, frekuensi dan lamanya latihan fisik

2. Kemampuan melakukan ADL (Mandi, Keramas, Oral Care, Berpakaian, Makan, Toileting) 3. Tingkat kelelahan Aktivitas yang membuat lelah Riwayat sesak napas 4. Gangguan pergerakan Penyebab gangguan pergerakan Tanda dan gejala Efek dari gangguan pergerakan 5. Pemeriksaan fisik Tingkat kesadaran Pemeriksaan kekuatan otot Postur/bentuk tubuh (Skoliosis, Kiposis, Lordosis, Cara berjalan) Ekstremitas (Kelemahan, Gangguan sensorik, Tonus otot, Atropi, Tremor, Gerakan tak terkendali, Kekuatan otot, Kemampuan jalan, Kemampuan duduk, Kemampuan berdiri, Nyeri sendi, Kekakuan sendi) II.

DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Intoleransi aktivitas

4. Nyeri akut

2. Gangguan mobilitas fisik

5. Risiko kerusakan integritas

3. Keletihan

III. 1

kulit

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN Intoleransi aktivitas Definisi : Ketidakcukupan energui secara fisiologis maupun psikologis untuk meneruskan atau menyelesaikan aktifitas yang diminta atau aktifitas sehari hari.

NOC :  Energy conservation  Self Care : ADLs Kriteria Hasil :  Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan

NIC : Energy Management  Observasi adanyapembatasan klien dalam melakukan aktivitas  Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan

Batasan karakteristik : a. melaporkan secara verbal adanya kelelahan atau kelemahan. b. Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas c. Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivitas. Faktor faktor yang berhubungan :  Tirah Baring atau imobilisasi  Kelemahan menyeluruh

2

Hambatan Mobilitas Fisik Definisi : Keterbatasan dalam kebebasan untuk pergerakan fisik tertentu pada bagian tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah Batasan karakteristik : - Postur tubuh yang tidak stabil selama melakukan kegiatan rutin harian - Keterbatasan kemampuan untuk melakukan

tekanan darah, nadi dan RR  Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri

 Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat  Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan  Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas  Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien Activity Therapy  Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalammerencanakan progran terapi yang tepat.  Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan

NOC : NIC :  Mobility Level Exercise therapy :  Self care : ADLs ambulation  Transfer  Monitoring vital performance sign sebelum/sesudah Kriteria Hasil :  Klien meningkat latihan dan lihat dalam aktivitas respon pasien saat fisik latihan  Mengerti tujuan  Ajarkan pasien atau dari peningkatan tenaga kesehatan mobilitas lain tentang teknik  Memverbalisasikan ambulasi perasaan dalam  Kaji kemampuan meningkatkan pasien dalam kekuatan dan mobilisasi kemampuan  Latih pasien dalam berpindah pemenuhan  Memperagakan kebutuhan ADLs penggunaan alat

-

-

keterampilan motorik kasar Keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan motorik halus Keterbatasan ROM Usaha yang kuat untuk perubahan gerak

Bantu untuk mobilisasi (walker) 

 

Faktor yang berhubungan : - Kurang pengetahuan tentang kegunaan pergerakan fisik - Tidak nyaman, nyeri - Kerusakan muskuloskeletal dan neuromuskuler - Intoleransi aktivitas/penurunan kekuatan dan stamina

3

Keletihan

secara mandiri sesuai kemampuan Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps. Berikan alat Bantu jika klien memerlukan. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan

NOC : NIC :  Energy conservation Energy Management  Nutritional status :  Observasi adanya energy pembatasan klien dalam melakukan Kriteria Hasil :  Memverbalisasikan aktivitas peningkatan energi dan  Dorong anal untuk merasa lebih baik mengungkapkan  Menjelaskan perasaan terhadap penggunaan energi keterbatasan untuk mengatasi  Kaji adanya factor kelelahan yang menyebabkan kelelahan  Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat

4

Nyeri akut Definisi : Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional): serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan. Batasan karakteristik : - Laporan secara verbal atau non verbal - Fakta dari observasi - Gerakan melindungi - Tingkah laku berhatihati - Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai) - Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)

 Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan  Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien NOC : NIC :  Pain Level, Pain Management  Pain control,  Lakukan pengkajian  Comfort level nyeri secara komprehensif Kriteria Hasil :  Mampu mengontrol termasuk lokasi, nyeri (tahu penyebab karakteristik, durasi, nyeri, mampu frekuensi, kualitas menggunakan tehnik dan faktor nonfarmakologi presipitasi untuk mengurangi  Observasi reaksi nyeri, mencari nonverbal dari bantuan) ketidaknyamanan  Melaporkan bahwa  Gunakan teknik nyeri berkurang komunikasi dengan terapeutik untuk menggunakan mengetahui manajemen nyeri pengalaman nyeri  Mampu mengenali pasien nyeri (skala,  Evaluasi intensitas, frekuensi pengalaman nyeri dan tanda nyeri) masa lampau  Menyatakan rasa  Evaluasi bersama nyaman setelah nyeri pasien dan tim berkurang kesehatan lain  Tanda vital dalam tentang rentang normal ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan  Kurangi faktor presipitasi nyeri  Ajarkan tentang teknik non farmakologi

-



Perubahan dalam nafsu makan dan minum

Faktor yang berhubungan : Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)

5

Risiko kerusakan integritas kulit b.d immobilisasi fisik.

NOC : Risk Control Dengan kriteria hasil :  Pasien mengerti tentang faktor risiko yang dapat menyebabkan kerusakan integritas kulit  Tanda-tanda vital dalam batas normal.  Memodifikasi lingkungan untuk mengurangi faktor risiko.

6.

Kerusakan integritas NOC : Risk Control Dengan kriteria hasil : jaringan Definisi : kerusakan  Pasien mengerti membran mukosa, kornea, tentang faktor risiko integumenter, atau yang dapat jaringan subkutan menyebabkan Batasan Karakteristik : kerusakan integritas - Gangguan sirkulasi kulit - Iritasi kimia  Tanda-tanda vital - Kurang volume cairan dalam batas normal.

Evaluasi keefektifan kontrol nyeri  Tingkatkan istirahat  Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil  Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri Pressure Management  Memberitahukan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar.  Memonitor status nutrisi pasien.  Memonitor area kulit yang dapat terjadi kemerahan dan luka.  Melakukan perubahan posisi pada pasien, minimal setiap 2 jam.  Mengajari pasien ROM aktif dan pasif.  Mengajari pasien tentang faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan integritas kulit. Pressure Management  Memberitahukan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar.  Memonitor status nutrisi pasien.  Memonitor area kulit yang dapat

-

-

-

IV.

Kurang pengetahuan Kelebihan cairan tubuh Gangguan mobilitas fisik Faktor mekanis (tekanan, regangan, gesekan) Faktor nutrisi (kekurangan atau kelebihan) Radiasi Temperatur ekstrem



Memodifikasi lingkungan untuk mengurangi faktor  risiko.

 

terjadi kemerahan dan luka. Melakukan perubahan posisi pada pasien, minimal setiap 2 jam. Mengajari pasien ROM aktif dan pasif. Mengajari pasien tentang faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan integritas kulit.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta. Elis J.R, Nowlis E.A. 1985.Nursing a Human Needs Approach. Third Edition. Houghton Mefflin Company. Boston. Johnson, M., Maas, M., Moorhead, S. 2008.Nursing Outcomes Classification Fifth Edition. Mosby, Inc : Missouri. McCloskey, J.C., Bulechek, G.M. 2008. Nursing Intervention Classification Fifth Edition. Mosby, Inc : Missouri. Mubarak, W.I., Chayatin, N. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan Aplikasi dalam praktik. EGC: Jakarta North American Nursing Diagnosis Association. 2012. Nursing Diagnoses : Definition & Classification 2012-2014. Philadelphia. Towarto, Wartonal. 2007. Kebutuhan Dasar & Prose Keperawatan.Edisi 3. Salemba Medika. Jakarta. Wilkinson, J.M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. EGC. Jakarta. Knight, john; Nigam, Yamni; Jones, Aled. Effects of bedrest 2: gastrointestinal, endocrine, renal, reproductive and nervous systems. Nursing Times; (2009), 105; 22

Ganong, William F. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Guyton, AC; Hall, JE. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Volume 11. Jakarta : EGC Gunawan, Adi. Mekanisme dan Mekanika Pergerakan Otot.INTEGRAL, vol. 6, no. 2, Oktober 2001

Related Documents


More Documents from "Mawaridi 11"