BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah investasi dan harapan masa depan bangsa serta sebagai penerus generasi di masa mendatang. Dalam siklus kehidupan, masa anak - anak merupakan fase dimana anak mengalami tumbuh kembang yang menentukan masa depannya. Perlu adanya optimalisasi perkembangan anak, karena selain krusial juga pada masa itu anak membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua atau keluarga sehingga secara mendasar hak dan kebutuhan anak dapat terpenuhi secara baik. Anak seyogyanya harus dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang sehat jasmani dan rohani, cerdas, bahagia, bermoral tinggi dan terpuji, karena di masa depan mereka merupakan aset yang akan menentukan kualitas peradaban bangsa. Remaja adalah mereka yang berumur 11-18 tahun, adapun kriteria usia masa remaja awal pada perempuan yaitu 13-15 tahun dan pada laki-laki yaitu 15-17 tahun. Kriteria usia masa remaja pertengahan pada perempuan yaitu 15-18 tahun dan pada laki-laki yaitu 17-19 tahun. Sedangkan kriteria masa remaja akhir pada perempuan yaitu 18-21 tahun dan pada laki-laki 19-21 tahun (Thalib, 2010). Pada masa ini remaja lebih sering mengalami perubahan fisik dan psikologis. Perubahan fisik yang dialami remaja seperti mengalami menstruasi bagi wanita dan perubahan suara pada laki-laki. Psikologis mereka juga sering berubah-ubah dan tidak menentu seperti mengalami perubahan emosi, mereka mudah cemas, frustasi dan sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Remaja biasanya lebih nyaman dengan teman sebayanya dan merasa kesepian apabila jauh dari temannya. Itu menunjukkan bahwa mereka akan lebih sering berada diluar rumah dan jauh dari pantauan orang tuanya. Kita bisa memberikan pendidikan kesehatan kepada mereka atau bahkan orang tua
mereka apabila menghadapi remaja atau dalam menasehati mereka harus dengan penuh perhatian, tidak membentak karena mereka perasaannya sensitive dan juga berusaha menjadi teman untuk mencurahkan isi hati mereka.
B. Rumusan Masalah 1.
Bagaimana konsep dasar pada anak ?
2.
Bagaimana konsep dasar pada remaja?
C. Tujuan 1.
Untuk mengetahui konsep dasar anak.
2.
Untuk mengetahui konsep dasar pada remaja.
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Anak 1.
Pengertian Anak Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan terdapat dalam Undang-undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Pasal tersebut menjelaskan bahwa, anak adalah siapa saja yang belum berusia 18 tahun dan termasuk anak yang masih didalam kandungan, yang berarti segala kepentingan akan pengupayaan perlindungan terhadap anak sudah dimulai sejak anak tersebut berada didalam kandungan hingga berusia 18 tahun (Damayanti,2008)
2.
Kebutuhan Dasar Anak Kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang anak secara umum digolongkan menjadi kebutuhan fisik-biomedis (asuh) yang meliputi, pangan atau gizi, perawatan kesehatan dasar, tempat tinggal yang layak, sanitasi, sandang, kesegaran jasmani atau rekreasi. Kebutuhan emosi atau kasih saying (Asih), pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu atau pengganti ibu dengan anak merupakansyarat yang mutlakuntuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental maupun psikososial. Kebutuhan akan stimulasi mental (Asah), stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar (pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental ini mengembangkan perkembangan mental psikososial diantaranya kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreaktivitas, agama, kepribadian dan sebagainya.
a.
Tingkat perkembangan anak Menurut
Damaiyanti
(2008),
karakteristik
anak
sesuai
tingkat
perkembangan : 1) Usia bayi (0-1 tahun) Pada masa ini bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya dengan kata-kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi lebih banyak menggunakan jenis komunikasi non verbal. Pada saat lapar, haus, basah dan perasaan tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa mengekspresikan perasaannya dengan menangis. Walaupun demikian, sebenarnya bayi dapat berespon terhadap tingkah laku orang dewasa yang berkomunikasi dengannya secara non verbal, misalnya memberikan sentuhan, dekapan, dan menggendong dan berbicara lemah lembut. Ada beberapa respon non verbal yang biasa ditunjukkan bayi misalnya menggerakkan badan, tangan dan kaki. Hal ini terutama terjadi pada bayi kurang dari enam bulan sebagai cara menarik perhatian orang. Oleh karena itu, perhatian saat berkomunikasi dengannya. Jangan langsung menggendong atau memangkunya karena bayi akan merasa takut. Lakukan komunikasi terlebih dahulu dengan ibunya. Tunjukkan bahwa kita ingin membina hubungan yang baik dengan ibunya. 2) Usia pra sekolah (2-5 tahun) Karakteristik anak pada masa ini terutama pada anak dibawah 3 tahun adalah sangat egosentris. Selain itu anak juga mempunyai perasaan takut oada ketidaktahuan sehingga anak perlu diberi tahu tentang apa yang akan akan terjadi padanya. Misalnya, pada saat akan diukur suhu,
anak akan merasa melihat alat yang akan ditempelkan ke tubuhnya. Oleh karena itu jelaskan bagaimana akan merasakannya. Beri kesempatan padanya untuk memegang thermometer sampai ia yakin bahwa alat tersebut tidak berbahaya untuknya. Dari hal bahasa, anak belum mampu berbicara fasih. Hal ini disebabkan karena anak belum mampu berkata-kata 900-1200 kata. Oleh karena itu saat menjelaskan, gunakan kata-kata yang sederhana, singkat dan gunakan istilah yang dikenalnya. Berkomunikasi dengan anak
melalui objek transisional seperti boneka. Berbicara dengan
orangtua bila anak malu-malu. Beri kesempatan pada yang lebih besar untuk berbicara tanpa keberadaan orangtua. Satu hal yang akan mendorong anak untuk meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi adalah dengan memberikan pujian atas apa yang telah dicapainya. 3) Usia sekolah (6-12 tahun) Anak pada usia ini sudah sangat peka terhadap stimulus yang dirasakan yang mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu, apabila berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan anak diusia ini harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak dan berikan contoh yang jelas sesuai dengan kemampuan kognitifnya. Anak usia sekolah sudah lebih mampu berkomunikasi dengan orang dewasa. Perbendaharaan katanya sudah banyak, sekitar 3000 kata dikuasi dan anak sudah mampu berpikir secara konkret.
4) Usia remaja (13-18) Fase remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari akhir masa anak-anak menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola piker dan tingkah laku anak merupakan peralihan dari anak-anak menuju orang dewasa. Anak harus diberi kesempatan untuk belajar memecahkan masalah secara positif. Apabila anak merasa cemas atau stress, jelaskan bahwa ia dapat mengajak bicara teman sebaya atau orang dewasa yang ia percaya. Menghargai keberadaan identitas diri dan harga diri merupakan hal yang prinsip dalam berkomunikasi. Luangkan waktu bersama dan tunjukkan ekspresi wajah bahagia. 3.
Tugas Perkembangan Anak Tugas perkembangan menurut teori Havighurst (1961) adalah tugas yang harus dilakukan dan dikuasai individu pada tiap tahap perkembangannya. Tugas perkembangan bayi 0-2 adalah berjalan, berbicara,makan makanan padat, kestabilan jasmani. Tugas perkembangan anak usia 3-5 tahun adalah mendapat kesempatan bermain, berkesperimen dan berekplorasi, meniru, mengenal jenis kelamin, membentuk pengertian sederhana mengenai kenyataan social dan alam, belajar mengadakan hubungan emosional, belajar membedakan salah dan benar serta mengembangkan kata hati juga proses sosialisasi. Tugas perkembangan usia 6-12 tahun adalah belajar menguasai keterampilan fisik dan motorik, membentuk sikap yang sehat mengenai diri sendiri, belajar bergaul dengan teman sebaya, memainkan peranan sesuai dengan jenis kelamin, mengembangkan konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan
keterampilan
yang
fundamental,
mengembangkan
pembentukan kata hati, moral dan sekala nilai, mengembangkan sikap yang sehat terhadap kelompok sosial dan lembaga. Tugas perkembangan anak usia 13-18 tahun adalah menerima keadaan fisiknya dan menerima peranannya sebagai perempuan dan laki-laki, menyadari hubungan-hubungan baru dengan teman sebaya dan kedua jenis kelamin, menemukan diri sendiri berkat refleksi dan kritik terhadap diri sendiri, serta mengembangkan nilai-nilai hidup.
B. Konsep Masa Remaja 1.
Pengertian Remaja Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan psikologi, dan sosial. Disebagian besar masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun, dan berakhir pada usia 18-22 tahun (Notoatmodjo, 2007).
2.
Tahap perkembangan remaja Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan ada 3 tahap perkembangan remaja : a.
Remaja Awal (early adolescent) 10-12 tahun Pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang erotis.
b.
Remaja madya (middle adolescent) 13-15 tahun
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan. Ia senang kalau banyak teman yang mengakuinya. c.
Remaja Akhir (late adolescent) 16-19 tahun Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal yaitu : 1) Minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek. 2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan pengalaman baru. 3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi. 4) Egosentrisme 5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum (Sarwono, 2010).
3.
Tugas perkembangan remaja Terdapat perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan untuk mencapai kiemampuan bersikap dan berperilaku dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Hurlock (1991) adalah : a.
Mampu menerima keadaan fisik.
b.
Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.
c.
Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlaianan jenis.
d.
Mencapai kemandirian emosional.
e.
Mencapai kemandirian ekonomi.
f.
Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.
g.
Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua.
h.
Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa.
i.
Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
j.
Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga. Tugas-tugas perkembangan fase remaja ini amat berkaitan dengan
perkembangan kognitifnya, yaitu fase operasional formal. Kematangan pencapaian fase melaksanakan memenuhi
dan
kognitif akan sangat
membantu kemampuan
dalam
tugas-tugas perkembangannya itu dengan baik. Agar dapat melaksanakan tugas-tugas
perkembangan, diperlukan
kemampuan kreatif remaja. Kemampuan kreatif ini banyak diwarnai oleh perkembangan kognitifnya (Ali dan Asrori, 2009)
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA REMAJA A. Konsep Asuhan Keperawatan Remaja 1.
Pengkajian a.
Data Inti 1) Sejarah Mengkaji tentang berapa lama remaja tinggal di wilayah tersebut, dan sejak kapan remaja tinggal. Apakah remaja merupakan penduduk asli, musiman, atau pendatang. Juga menjelaskan dengan siapa remaja tinggal dan menetap. 2) Demografi Mengkaji karakteristik remaja seperti apa yang banyak ditemukan, rentang usia remaja terbanyak, perbandingan jumlah antara remaja perempuan dan laki-laki. Juga mengkaji tentang piramida penduduk di wilayah tersebut. 3) Vital statistic Mengkaji tentang banyaknya mortalitas dan morbiditas pada remaja serta penyebabnya, jenis penyakit yang sering diderita oleh para remaja. 4) Etnis Mengkaji tentang berbagai macam suku dan etnis remaja yang dijumpai. Bagaimana sikap remaja dengan adanya perbedaan etnis di kalangannya? 5) Nilai dan keyakinan
Pada masa remaja, seseorang sering kali meyakini bahwa diri mereka unik dan tidak dipengaruhi oleh hukum alam, keyakinan ini disebut “personal fable”. Remaja juga bersifat ambivalen yaitu mereka menginginkan kebebasan tapi takut untuk bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan. Remaja juga meyakini bahwa teman-teman sebayanya dapat menjadi sumber informasi dalam segala hal. Dalam masa ini mulai terjadi perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa. b.
Data Subsistem 1) Lingkungan fisik Mengkaji keadaan lingkungan atau kondisi geografis, batas wilayah, peta, iklim, dan kondisi perumahan 2) Pelayanan kesehatan dan social Mengkaji pelayanan kesehatan yang terdapat pada wilayah tersebut. Mengkaji tentang pelayanan kesehatan yang sering dikunjungi remaja ketika sakit ataupun bermasalah dengan kesehatannya. 3) Ekonomi Mengkaji tentang keadaan perekonomian keluarga remaja. Mengkaji apakah remaja masih bergantung pada orang tua atau sudah mandiri dalam hal perekonomian. 4) Keamanan dan transportasi Mengkaji tentang jenis transportasi yang biasanya digunakan oleh remaja (pribadi/umum), keamanan remaja dalam berkendara, jenis kejahatan yang sering terjadi pada remaja di wilayah tersebut.
5) Pemerintahan dan politik Mengkaji tentang keaktifan remaja dalam organisasi wilayah setempat, misalnya: karang taruna, remas, dll. Juga mengkaji tentang kebijakan pemerintah/ program pemerintah untuk remaja di wilayah tersebut. 6) Komunikasi Mengkaji tentang cara memberikan informasi oleh remaja terhadap orang lain, baik teman sebaya, keluarga, atau masyarakat lain. Alat yang digunakan oleh remaja dalam penyampaian informasi. 7) Pendidikan Mengkaji tentang berbagai jenis institusi pendidikan yang ada untuk remaja, serta ketersediaan program UKS. Juga mengkaji tentang pendidikan remaja di wilayah tersebut. 8) Rekreasi Mengkaji tentang dimana remaja bermain? Apa bentuk umum dari rekreasi? Siapa yang berperan serta? Apa fasilitas rekreasi yang ditemukan?
c.
Persepsi 1) Persepsi penduduk Mengkaji tentang pendapat penduduk setempat mengenai remaja yang ada di wilayah tersebut. 2) Persepsi perawat Mengkaji tentang pendapat perawat mengenai remaja yang ada di wilayah tersebut.
2.
Analisa Data Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Tujuan analisa data;
3.
a.
Menetapkan kebutuhan komunitas
b.
Menetapkan kekuatan
c.
Mengidentifikasi pola respon komunitas
d.
Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.
Prioritas Masalah Masalah Perhatian
Skor
Poin
Tingkat
Kemungkinan
Masyarakat Prevalensi
Bahaya
untuk dikelola
1 : rendah
1 : rendah
1 : rendah
1 : rendah
2 : sedang
2 : sedang
2 : sedang
2 : sedang
3 : tinggi
3 : tinggi
3 : tinggi
3 : tinggi
4 : sangat 4 : sangat 4 : sangat 4 : sangat tinggi tinggi
tinggi
tinggi
TOTAL: perhatian masyarakat x poin prevalensi x tingkat bahaya x kemungkinan untuk dikelola
4.
Diagnosa Keperawatan Anderson dan Mc Farlane (1996) menggunakan teori Neuman dari komunitas dan mengembangkan diagnosis keperawatan berdasarkan system penggabungan penarikan kesimpulan. Pada system ini mereka menggunakan logika berfikir atau penarikan kesimpulan untuk menggambarkan masalah, menjelaskan factor etiologi serta identifikasi tanda dan gejala yang menjadi karakteristik masalah. Tanda dan gejala dari diagnosis keperawatan kesehatan komunitas adalah pernyataan kesimpulan yang menjelaskan durasi atau besarnya masalah. Untuk menentukan masalah kesehatan pada masyarakat dapatlah dirumuskan diagnosa keperawatan komunitas yang terdiri dari : a.
Masalah (Problem) Yaitu kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang terjadi.
b.
Penyebab (Etiologi) Yang meliputi perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, lingkungan fisik dan biologis, psikologis dan sosial serta interaksi perilaku dengan lingkungan.
c.
Tanda dan Gejala (Sign and Sympton) Yaitu informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa serta serangkaian petunjuk timbulnya masalah.
Diagnosa keperawatan NANDA untuk meningkatkan kesehatan yang bisa ditegakkan pada adolesens, yaitu : a.
Risiko cedera yang berhubungan dengan: 1) Pilihan gaya hidup 2) Penggunaan alcohol, rokok dan obat 3) Partisipasi dalam kompetisi atletik, atau aktivitas rekreasi
4) Aktivitas seksual b.
Risiko infeksi yang berhubungan dengan: 1) Aktivitas seksual 2) Malnutrisi 3) Kerusakan imunitas
c.
Perubahan pemeliharaan kesehatan yang berhubungan dengan: 1) Kurangnya nutrisi yang adekuat untuk mendukung pertumbuhan 2) Melewati waktu makan; ikut mode makanan 3) Makan makanan siap saji, menggunakan makanan yang mudah atau mesin penjual makanan 4) Kemiskinan 5) Efek penggunaan alcohol atau obat
d.
Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan: 1) Tidak berpengalaman dengan peralatan rekreasional yang tidak dikenal 2) Kurang informasi tentang kurikulum sekolah
e.
Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan: 1) Perasaan negative tentang tubuh 2) Perubahan maturasional yang berkaitan dengan laju pertumbuhan adolesens
5.
Intervensi (Perencanaan) Keperawatan Perencanaan asuhan keperawatan komunitas disusun berdasarkan diagnosa keperawatan komunitas yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Jadi perencanaan keperawatan meliputi: perumusan tujuan, rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan dan kriteria hasil untuk mencapai tujuan.
Masalah kesehatan adolesens
Intervensi promosi kesehatan
1.
-
Cedera tidak disengaja
Anjurkan
mengikuti
adolesens
program
untuk
pendidikan
mengemudi dan menggunakan sabuk keselamatan -
Informasikan adolesens tentang
risiko yang berkaitan dengan minum dan berkendaraan; penggunaan obat -
Tingkatkan penggunaan helm oleh
adolesens yang menggunakan kendaraan bermotor -
Yakinkan adolesens mendapatkan
orientasi yang tepat untuk penggunaan semua alat olahraga 2.
Penggunaan zat
-
Periksa penggunaan zat, seperti
alcohol, rokok dan obat-obatan serta informasikan risiko penggunaannya 3.
Bunuh diri
-
Berikan informasi tentang bunuh
diri -
Ajarkan metode untuk bertemu
dengan sebaya yang mencoba bunuh diri 4.
Penyakit menular seksual
-
Berikan
adolesens
informasi
mengenai penyakit, bentuk penularan, dan gejala yang berhubungan
-
Dorong
pantangan
terhadap
aktivitas seksual; atau bila aktif seksual, tentang penggunaan kondom -
Berikan informasi akurat tentang
konsekuensi aktivitas seksual
6.
Implementasi Keperawatan Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik (lyer dkk, 1996). Tahap implementasi dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada rencana strategi untuk membantu komunitas untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi factor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan komunitas. Tujuan dari implementasi adalah membantu komunitas dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencangkup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping. Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika komunitas mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam implementasi tindakan keperawatan. Selama tahap pelaksanaan perawat terus melakukan pengumpulan data memilih tindakan keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan komunitas. Prinsip dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, yaitu : a.
Berdasarkan respon masyarakat.
b.
Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia di masyarakat.
c.
Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara diri sendiri serta lingkungannya.
d.
Bekerja sama dengan profesi lain.
e.
Menekankan
pada
aspek
peningkatan
kesehatan
masyarakat
dan
pencegahan penyakit. f.
Memperhatikan perubahan lingkungan masyarakat.
g.
Melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan implementasi keperawatan.
7.
Evaluasi Keperawatan Evaluasi memuat keberhasilan proses dan kerhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut.
B. Asuhan Keperawatan Komunitas pada Remaja 1.
Pengkajian : a.
Data inti 1) Sejarah singkat kelurahan Bunga Kelurahan Bunga adalah sebuah kelurahan di wilayah kecamatan Melati Kota Wangi Sekali. Sebelum tahun 2009 Kelurahan Bunga masih masuk wilayah kelurahan Gading, karena jumlah penduduk yang semakin banyak, keputusan Wali Kota Wangi Sekali memisahkan Kelurahan Bunga berdiri menjadi kelurahan tersendiri, terdiri dari 8 RW. Kelurahan Bunga sebelum pemukiman berupa rawa-rawa tempat pembuangan mahluk halus (mitos warga setempat). Seiring dengan bergesernya waktu dan bertambahnya jumlah penduduk mitos itu sudah tidak dipercaya lagi oleh penduduk setempat. Sebagian warga yang masih percaya tentang hal tersebut setiap tahun melakukan ritual sedekah bumi (nyadranan).
b.
Data subsistem Berdasarkan data pengkajian Keperawatan Komunitas di RT 01 RW 01 Kelurahan Bunga Kecamatan Melati Kota Wangi Sekali pada tanggal 16 – 21 September 2016 diperoleh data sebagai berikut: 1) Daerah perumahan dan lingkungan Bangunan : RT 01 RW 01 Sebagian besar kelompok remaja tinggal di rumah permanen.
Arsitektur : RT 01 RW 01 Bentuk rumah di wilayah RT 01 RW 01 hampir sama antara satu rumah dengan yang lain. Hampir semua lantainya terbuat dari tegel atau keramik, rata-rata di setiap rumah terdapat jendela, sebagian besar pencahayaan terang, dan jarak antar rumah saling berdekatan serta beberapa ada yang menjadi satu. Halaman : RT 01 RW 01: Sebagian besar rumah penduduk di wilayah RT 01 RW 01 tidak memiliki halaman. Sebagian rumah penduduk memiliki halaman, pemanfaatan pekarangan rumah dengan menanami tanaman hias dan sebagian tanaman toga. Keadaan pekarangan sebagian besar bersih. Terdapat tempat sampah disetiap rumah. Sampah setiap hari diambil oleh petugas kebersihan. 2) Lingkungan Terbuka Luas : RT 01 RW 01 Tidak terdapat lahan kosong, hampir semua lahan digunakansebagai lahan perumahan. Halaman di depan mushola banyak digunakan anak usia sekolah untuk bermain bola. Halaman balai RT 01 biasa digunakan untuk kegiatan Posyandu anak posyandu lansia dan kegiatan warga yang lain. 3) Batas Wilayah Batas Daerah :
RT 01 RW 01 Utara : Berbatasan dengan jalan gang. Timur : Berbatasan dengan wilayah RT 9 Selatan : Berbatasan dengan sungai hilir dan jalan Barat
: Berbatasan dengan wilayah RT 7
4) Tingkat sosial Ekonomi Tingkat Sosial : RT 01 RW 01: Masyarakat di RT 01 mempunyai hubungan sosial yang baik antartetangga, kegiatan warga dapat berjalan. Seperti pengajian ibu-ibu, arisan PKK, pengajian yasin tahlil untuk bapak-bapak setiap 1 minggu sekali. Sebagian remaja mengisi waktu luangnya dengan mengikuti kegiatan karang taruna, tetapi pada saat pengkajian karang taruna aktif bila ada kegiatan seperti persiapan kegiatan HUT kemerdekaan RI. Bila tidak ada kegiatan karang tarunanya pasif. Tingkat Ekonomi : RT 01 RW 01 Sebagian besar keluarga dengan anak remaja di RT 01 memiliki tingkat ekonomi menengah kebawah. Sebagian besar keluarga dengan anak remaja bekerja di wiraswasta. 5) Kebiasaan Usia remaja yang masih sekolah atau bahkan ada yang kuliah menghabiskan waktu dari jam 06.30 – 15.00 WIB di sekolah atau kampus masing-masing.
Anak usia remaja di RT 01 RW 01 menghabiskan waktu luangnya setelah sekolah yaitu bermain dengan teman-teman sebayanya, duduk-duduk depan balai RT sambil bermain gadget / HP. Saat sore hari senin – jumat sebagian remaja ada yang mengaji di mushola namun ada juga sebagian remaja laki-laki seringkali bermain di warnet. (terdapat warnet di RT 01 RW 01). Malam hari anak remaja menghabiskan waktu untuk belajar, menonton TV, dan bermain dengan teman-temannya. Sebagian orang tua mengatakan anaknya merokok Sebagian anak usia remaja mempunyai kebiasaan merokok depan gang. 6) Transportasi Sebagian besar anak remaja yang masih sekolah atau kuliah menggunakan transportasi motor, atau becak untuk menuju ke fasilitas pelayanan kesehatan. Kondisi jalan besar di RT 01 RW 01 terbuat dari paving, di beberapa bagian jalan terdapat polisi tidur, gang-gang sempit berukuran kurang lebih 1 – 2 meter yang hanya bisa dilalui sepeda motor dan kendaraan kecil lain. 7) Fasilitas Umum Kesehatan : Terdapat Puskesmas Melati sebagai puskesmas induk dan bidan praktik swasta. Sekolah : Terdapat PAUD dan TK
Agama : Terdapat mushola Ekonomi : Terdapat toko kebutuhan sehari-hari, pedagang kaki lima, pedagang keliling, dan warung makan Agen-agen : Air isi ulang dan produk air minerla lainnya. Lain-lain : Poskamling, balai RT, BPS. Dll 8) Suku Bangsa Sebagian besar anak usia remaja merupakan suku Jawa ada sebagian juga ada yang suku madura. 9) Agama Mayoritas anak remaja beragama Islam 10) Health Morbidity Gangguan masalah kesehatan pada anak usia remaja di wilayah RT 01 RW 01 gangguan gizi kelebihan atau kekurangan, kecelakaan, kurangnya pengetahuan remaja tentang penyalahgunaan NAPZA dan kesehatan reproduksi remaja, kurangnya pengetahuan remaja tentang bahaya merokok. 11) Sarana Penunjang Rata-rata mempunyai televisi, radio. Media cetak yang dibaca oleh sebagian besar masyarakat adalah Koran dan majalah.
Sudah ada sumber air bersih yaitu PDAM dan sumur. Air yang dikonsumsi warga untuk kebutuhan makan dan minum ada yang menggunakan PAM, dan juga air isi ulang. Sumber penerangan menggunakan PLN Sumber informasi kesehatan didapatkan anak usia remaja selain dari sekolah dan dari media elektronik TV (Belum pernah ada penyuluhan tentang penyalahgunaan NAPZA dan kesehatan reproduksi remaja). c.
Data Sekunder 1) Proporsi jumlah anak usia remaja di RT 01 RW 01 berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin 00
10 12
Laki Laki
Gambar 1.1
Perempuan
Proporsi Anak Remaja Berdasarkan Jenis Kelamin di RT 01 RW 01 Kelurahan Bunga Kecamatan Melati Kota Wangi Sekali pada tanggal 16-21 September 2016
2) Proporsi jumlah anak usia remaja di RT 01 RW 01 berdasarkan status gizi
Status Gizi 1 1 1
2
17
kurus sekali
Gambar 1.2
kurus
normal
gemuk
obesitas
Proporsi Anak Remaja Berdasarkan Status Gizi di RT 01 RW 01 Kelurahan Bunga Kecamatan Melati Kota Wangi Sekali pada tanggal 16-21 September 2016
3) Proporsi jumlah anak usia remaja di RT 01 RW 01 berdasarkan pengetahuan tentang penyalahgunaan NAPZA
Tingkat Pengetahuan Tentang Penyalahgunaan NAPZA 0 4
10 8
Kurang
Cukup
Baik
Gambar 1.3
Proporsi Anak RemajaBerdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang
1)
Penyalahgunaan NAPZA di RT 01 RW 01 Kelurahan Bunga Kecamatan Melati Kota Wangi Sekali pada tanggal 16-21 September
2) P
2016
r o 3) porsi jumlah anak usia remaja di RT 01 RW 01 berdasarkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja.
Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi 4
11 6
Kurang
Gambar 1.4
Cukup
Baik
Proporsi Anak RemajaBerdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di RT 01 RW 01 Kelurahan
Bunga Kecamatan Melati Kota Wangi Sekali pada tanggal 16-21 September 2016
DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS RT 01 RW 01 KELURAHAN BUNGA KECAMATAN MELATI KOTA WANGI SEKALI
1. Analisa Data Tabel 2.1 Analisa data asuhan keperawatan komunitas di RT 01 RW 01 Kelurahan Bunga , September 2016 Data Subyektif 1. Sebagian besar orang tua mengatakan anaknya
Data Obyektif
Masalah Keperawatan
1. Dari 22 anak usia remaja di wilayah RT Perilaku
kesehatan
mengisi waktu luangnya dengan bermain gadget
01 RW 01 hanya 11 remaja yang cenderung beresiko pada
dan nongkrong dengan teman sebaya.
mengaji di musholla setempat.
2. Sebagian orang tua juga mengatakan anak mereka yang suka bermain di warnet bisa mengganggu
2. Pada jam-jam tertentu warnet selalu ramai dikunjungi oleh anak usia remaja.
waktu belajarnya 3. Sebagian remaja mengatakan mengisi waktu
3. Tampak setiap malam minggu banyak
anak usia remaja
luangnya dengan balapan motor di daerah dekat
anak usia remaja laki laki keluar dengan
wilayah RW 01 (Tempat balapan liar).
membawa motor.
4. Sebagian
remaja
penyalahgunaan reproduksi remaja.
tidak
mengerti
NAPZA
dan
tentang
4. Terdapat karang taruna yang hanya aktif
kesehatan
bila akan mengadakan suatu kegiatan misalnya peringatan HUT RI, dan di wilayah RT 01 RW 01 belum ada kegiatan posyandu remaja, kegiatan di TPA hanya mengaji belum ada kegiatan penyuluhan NAPZA
tentang
dan
penyalahgunaan
kesehatan
reproduksi
remaja Berdasarkan pengkajian sebelumnya 30 remaja mempunyai pengetahuan tentang penyalahgunaan NAPZA kurang.
Berdasarkan pengkajian sebelumnya 30 remaja mempunyai pengetahuan tentang 5. Beberapa orang tua mengatakan tidak tahu bagaimana melihat status gizi anak mereka. 6. Beberapa
orang
tua
mengatakan
kesehatan reproduksi kurang. 5. 1 remaja yang mengalami obesitas dan 1
belum
mengetahui mendetail tentang pola diit yang sesuai dengan anjuran kesehatan.
remaja status gizinya kurus sekali. 6. Orang
tua
membiarkan
anak
mengkonsumsi makanan siap saji.
7. Sebagian orang tua mengatakan anaknya merokok. 7. Tampak sebagian remaja yang merokok depan gang.
2. Penapisan Masalah Dari hasil analisa data, dilaporkan data yang kemudian dilakukan penapisan masalah untuk menentukan prioritas masalah, adapun penapisan tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.2 Penapisan masalah asuhan keperawatan komunitas RT 01 RW 01 Kelurahan Bunga, September 2016 Diagnosa keperawatan pada agregat usia remaja
Pentingnya penyelesaian masalah 1 : rendah
Perilaku
kesehatan
cenderung beresiko pada ak usia remaja
Perubahan positif untuk
Penyelesaian untuk
penyelesaian di
peningkatan kualitas
komunitas
hidup
2 : sedang
0 : tidak ada
0 : tidak ada
3 : tinggi
1 : rendah
1 : rendah
2 : sedang
2 : sedang
3 : tinggi
3 : tinggi
3
3
Total Score
3
9
3. Diagnosa Keperawatan Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada anak usia remaja di RT 01 RW 01 Kelurahan Bunga Kecamatan Melati Kota Wangi Sekali
Intervensi Keperawatan untuk Pokja Anak Usia Remaja di RT 01/RW01 Kelurahan Bunga Kecamatan Melati Kota Wangi Sekali Dari hasil analisa data yang telah dilakukan, maka didapatkan diagnosa keperawatan komunitas sesuai prioritas. Adapun perencanaan yang akan kami laksanakan adalah sebagai berikut.
Tabel 5.1 Intervensi kperawatan asuhan keperawatan komunitas RT 01/RW01 Kelurahan Bunga Kecamatan Melati Kota Wangi Sekali Diagnosa Keperawatan
Rencana
NOC
NIC
Kegiatan Perilaku
kesehatan
cenderung beresiko pada anak usia remaja di RT 01 RW 01 Kelurahan Bunga Kecamatan Melati Kota Wangi Sekali
Prevensi Primer
1. Kontrol
risiko
penggunaan Pendidikan kesehatan (5510) 1. Targetkan sasaran pada kelompok
tembakau (1906) a. Mengetahui
efek
ketergantungan rokok (3) b. Mengidentifikasi faktor risiko penggunaan rokok (3) c. Mengetahui kerugian personal terkait penggunaan rokok (4) d. Mengetahui konsekuensi terkait penggunaan rokok (4)
beresiko tinggi dan rentang usia yang akan mendapat mnfaat besar daroi pendidikan kesehatan. 2. Identifikasi faktor internal maupun eksternal yang dapat meningkatkan atau
mengurangi
motivasi
untuk
berperilaku sehat. 3. Bantu
indidividu,
keluarga
dan
e. Mengenali kemampuan untuk merubah perilaku (3)
masyarakat
untuk
memperjelas
keyakinan dan nilai-nilai kesehatan. 4. Gunakan
peer
leaders
dalam
mengimplementasikan program. 5. Berikan
ceramah
untuk
menyampaikan informasi 6. Diskusi kelompok dan bermain peran. 7. Rencanakan
tindak
lanjut
jangka
panjang untuk memperkuat perilaku 2. Perilaku berhenti merokok (1625) a. Mengekspresikan Prevensi Skunder
keinginan
untuk berhenti merokok (3) b. Mengidentifikasi manfaat dan kerugian merokok (3)
kesehatan.
Bantuan penghentian merokok (4490) 1. Catat status merokok dan riwayat merokok
c. Membangun
strategi
yang
efektif untuk berhenti merokok (3)
untuk berhenti merokok. 3. Bantu pasien untuk mengembangkan
d. Berpartisipasi dalam skrening untuk
2. Tentukan dan pantau kesiapan pasien
membantu
masalah
kesehatan yang terkait (3) e. Menggunakan
srategi
rencana
berhenti
merokok
membahas aspek psikososial yang mempengaruhi perilaku merokok.
untuk
4. Bantu pasien untuk mengembangkan
koping dengan gejala putus
metode
rokok (3)
keinginan merokok
f. Mendapatkan
bantuan
yang
dari
profesional kesehatan (3) g. Menggunakan terapi pengganti nikotin dan terapi alternatif (3)
praktis
untuk
menolak
5. Kelola terapi pengganti nikotin. 6. Bantu pasien merencanakan strategi koping tertentu dan menyelesaikan masalah merokok
dari
rencana
berhenti
7. Sarankan untuk menghindari diit ketika
mencoba
untuk
berhenti
merokok karena dapat melemahkan kemungkinan berhenti merokok. 8. Sarankan untuk merencanakan cara bertahan
dari
orang
lain
yang
merokok dan menghindari berada disekitar mereka
Prevensi Tersier
3. Kontrol
risiko
tembakau (1906)
penggunaan
a. Memonitor lingkungan sekitar terkait faktor yang mendukung penggunaan rokok (3) b. Mengetahui
pengaruh
teman Dukungan kelompok (5430)
terhadap penggunaan merokok (3)
dalam penggunaan rokok (3) budaya
dalam penggunaan rokok (3) e. Menggunakan
fasilitas
kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan (4) f. Memanfaatkan
kelompok
pendukung
selama masa transisi untuk membantu
c. Mengenali perilaku lingkungan
d. Mengenali pengaruh
a. Manfaatkan
pasien beradaptasi dengan kondisinya b. Tentukan tujuan dan fungsi kelompok pendukung. c. Identifikasi
kelompok–kelompok
pendukung yang telah ada sebagai pilihan kepada pasien d. Buat kelompok dengan anggota yang
dukungan
sesuai 5-12 orang / kelompok
kelompok
untuk
mencegah
penggunaan merokok (3) g. Memanfaatkan sumber-sumber dimasyarakat untuk mencegah penggunaan merokok (4)
e. Lakukan pertemuan secara rutin f. Monitor
keaktifan
setiap
peserta
dalam kelompok g. Tekankan pentingnya koping yang efektif. h. Bantu kelompok melalui semua tahap dalam proses mulai dari orientasi sampai terbangun kedekatan antar anggota. i. Rujuk pasien kedokter spesialis bila diperlukan
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan Masa remaja merupakan masa yang penuh dengan gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis. Remaja merupakan tahapan seseorang di mana ia berada di antara fase anak dan dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis, dan emosi. Untuk mendeskripsikan remaja dari waktu ke waktu memang berubah sesuai perkembangan zaman. Ditinjau dari segi pubertas, 100 tahun terakhir usia remaja putri menapatkan haid pertama semakin berkurang dari 17,5 tahun menjadi 12 tahun, demikian pula remaja pria. Kebanyakan orang menggolongkan remaja dari usia 12-24 tahun dan beberapa literature yang menyebutkan 15-24 tahun. Hal yang terpenting adalah seseorang mengalami perubahan pesat dalam hidupnya di berbagai aspek. 3.2 Saran Berdasarkan hasil diskusi kami pada makalah ini, telah dipelajari berbagai pembahasan mengenai asuhan keperawatan komunitas khusus yaitu pada kelompok anak dan remaja. Harapan kami, semoga dengan terus belajar akan memperbaiki mutu Perawat di masa yang akan datang.
BAB IV DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. (2008.). Diambil kembali dari http://drsuparyanto.blogspot.co.id/2010/09/penyimpangan-seksual-sexualdeviation.html (diakses pada tanggal 10 Oktober 2016). BKKBN.(2012). Materi Pegangan Kader Tentang Bimbingan Dan Pembinaan Keluarga Remaja. Jakarta: Direktorat Bina Ketahanan Remaja BKKBN Depkes, T. P. (2010). Kesehatan Remaja : Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika. Dianawati, A. (2006). Pendidikan Seks untuk Remaja. Jakarta: Kawan Pustaka. Effendi, Ferry, & Makfudhli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Efendi, Ferry dan Makhfudli. (2013). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta : Salemba Medika Gunarsa, S. D. (2008). Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. Hawari, D. (2003). Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol dan Zat Aditif). Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI). Indonesia, D. P. (1997). Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Jakarta: Lembaran Negara Republik Indonesia No. 67 Tahun 1997 Sekretariat Negara.
Joewana, S. (2004). Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif. Jakarta: EGC. Junaedi, D. (2010). 17+ Seks Menyimpang. Jakarta: Semesta Rakyat Merdeka. Kusmiran, Eny. (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika Martono, et. al. (2006). Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Sekolah. Jakarta: Balai Pustaka. RI, D. K. (2005). Pedoman Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja. Jakarta. Santrock, John W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta : Erlangga Sartono, S. (1985). Pengukuran Sikap Masyarakat terhadap Kenakalan Remaja. Jakarta: Laporan Penelitian UI. Sarwono, S. W. (2002). Psikologi Remaja Edisi Enam. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Stuart , & Sundeen. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3 alih. Jakarta: EGC.