Tugas Mata Kuliah : Keperawatan Anak II Nama Dosen
: Ns.Alfia S.Kep.,M.Kes
“RATINOBLASTOMA (KANKER MATA)”
Oleh Kelompok IV (A1 2016): Agustina Mangande
(NH0116008)
Arni Arsita Arifin
(NH0116020)
Fildza Dea Zakaria
(NH0116050)
Faridah Amin
(NH0116049)
Biriani Tangdi
(NH0116030)
Alfikrifara
(NH0116013)
PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NANI HASANUDDIN MAKASSAR 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan hidayah serta karunia-Nya, sehingga kami masih diberi kesempatan untuk
bekerja
menyelesaikan
makalah
kami
yang
berjudul
“RATINOBLASTOMA (KANKER MATA)” makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak. Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengajar kami Ibu Ns.Alfia, S.Kep.,M.Kes dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan.
Makassar, Desember 2018
Penulis
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .............................................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................................. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................................ B. Rumusan masalah ................................................................................... C. Tujuan ..................................................................................................... BAB II KONSEP MEDIS A. Definisi .................................................................................................. B. Etiologi .................................................................................................. C. Manifestasi Klinis .................................................................................. D. Patofisiologi ........................................................................................... E. Klasifikasi Stadium ............................................................................... F. Penatalaksanaan ..................................................................................... G. Pemeriksaan Diagnostik ........................................................................ H. Penyimpangan KDM ............................................................................. BAB III KONSEP KEPERAWATAN A. Pengkajian Keperawatan ....................................................................... B. Diagnosa Keperawatan .......................................................................... C. Intervensi Keperawatan ......................................................................... D. Implementasi Keperawatan ................................................................... E. Evaluasi Keperawatan ........................................................................... BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN (KASUS) A. Kasus keperawatan ............................................................................... B. Pengkajian Keperawatan ....................................................................... C. Analisa Data ......................................................................................... D. Diagnosa Keperawatan .......................................................................... E. Intervensi Keperawatan ......................................................................... F. Implementasi Keperawatan ...................................................................
G. Evaluasi Keperawatan ........................................................................... BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................ B. Saran ...................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Retinoblastoma adalah salah satu penyakit kanker primer pada mata yang paling sering dijumpai pada bayi dan anak. Penyakit ini tidak hanya dapat mengakibatkan kebutaan, melainkan juga kematian. Di negara berkembang, upaya pencegahan dan deteksi dini belum banyak dilakukan oleh para orang tua. Salah satu sebabnya adalah pengetahuan yang masih minim mengenai penyakit kanker tersebut. (Nelson. 2015) Dalam penelitian menyebutkan bahwa 5-10% anak usia prasekolah dan 10% anak usia sekolah memiliki masalah penglihatan. Namun seringkali anak-anak sulit menceritakan masalah penglihatan yang mereka alami. Karena itu, skrining mata pada anak sangat diperlukan untuk mendeteksi masalah penglihatan sedini mungkin. Skrining dan pemeriksaan mata anak sebaiknya dilakukan pada saat baru lahir, usia 6 bulan, usia 3-4 tahun, dan dilanjutkan pemeriksaan rutin pada usia 5 tahun ke atas. Setidaknya anak diperiksakan ke dokter mata setiap 2 tahun dan harus lebih sering apabila telah ditemukan masalah spesifik atau terdapat faktor risiko. (Nelson. 2015) Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan tujuan berbagi pengetahuan tentang penyakit retina blastoma ke masyarakat luas yang mana di negara Indonesia masih kurang di perhatikan. Dan kami sebagai perawat perlu memahami dan mengetahui mengenai asuhan keperawatan terhadap pasien dengan retino blastoma. (Nelson. 2015) B. Rumusan Masalalah 1.
Bagaimanakah konsep medis retino blastoma?
2.
Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan retinoblastoma?
C. Tujuan 1. Umum Mengetahui secara umum mengenai penyakit retiniblastoma serta asuhan keperawatan yang tepat terhadap penyakit retinoblastoma tersebut. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui definisi dari penyakit retinoblastoma. b. Mengetahui etiologi dari penyakit retinoblastoma. c. Mengetahui manifestasi klinis dari penyakit retinablastoma. d. Mengetahui patofisiologi dari penyakit retinoblastoma. e. Mengetahui klasifikasi stadium dari penyakit retinoblastoma f. Mengetahui penatalaksanaan terhadap pasien retinoblastoma. g. Mengetahui pemeriksaan diagnostik dari penyakit retinoblastoma h. Mengetahui penyimpangan KDM dari penyakit retinoblastoma i. Mengetahui retinoblastoma
asuhan
keperawatan
yang
tepat
pada
pasien
BAB II KONSEP MEDIS A. DEFINISI Retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak yang mengenai saraf embrionik retina. Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi secara awal. Rata rata usia klien saat diagnosis adalah 24 bulan pada kasus unilateral, 13 bulan pada kasus kasus bilateral. Beberapa kasus bilateral tampak sebagai kasus unilateral, dan tumor pada bagian mata yang lain terdeteksi pada saat pemeriksaan evaluasi. ini menunjukkan pentingnya untuk memeriksa klien dengan dengan anestesi pada anak anak dengan retinoblastoma unilateral, khususnya pada usia dibawah 1 tahun. (Carpenito, L.J., 2016). B. ETIOLOGI Retinoblastoma terjadi secara familiar atau sporadik. Namun dapat juga diklasifikasikan menjadi dua subkelompok yag berbeda, yaitu bilateral atau unilateral dan diturunkan atau tidak diturunkan. Kasus yang tidak diturunkan selalu unilateral, sedangkan 90 % kasus yang diturunkan adalah bilateral, dan unilateral sebanyak 10%. Gen retinoblastoma (RBI) diisolasi dari kromosom 13q14, yang berperan sebagai pengatur pertumbuhan sel pada sel normal. Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya cenderung diturunkan. Kanker bisa menyerang salah satu mata yang bersifat somatic maupun kedua mata yang merupakan kelainan yang diturunkan secara autosom dominant. Kanker bisa menyebar ke kantung mata dan ke otak (melalu saraf penglihatan/nervus optikus). (Carpenito, L.J., 2016).
C. MANIFESTASI KLINIS Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit lain dimata. Bila letak tumor dimakula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan di vitreus (Vitreous seeding) yang menyerupai endoftalmitis. Bila sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata , akan menyebabkan glaucoma atau tanda-tanda peradangan berupa hipopion atau hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui nervus optikus ke otak, melalui sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol kebadan kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe preaurikular dan submandibula dan, hematogen, ke sumsum tulang dan visera, terutama hati. Kanker retina ini pemicunya adalag faktor genetik atau pengaruh lingkungan dan infeksi virus. Gejala yang ditimbulkan retinoblastoma adalah timbulnya bercak putih di bagian tengah mata atau retina, membuat mata seolah-olah bersinar bila terkena cahaya. Kemudian kelopak mata menurun dan pupil melebar, penglihatan terganggu atau mata kelihatan juling. Tapi apabila stadium berlanjut mata tampak menonjol. Jadi apabila terihat tandatanda berupa mata merah, berair, bengkak, walaupun sudah diberikan obat mata dan pada kondisi gelap terlihat seolah bersinar seperti kucing jadi anak tersebut bisa terindikasi penyakit retinoblastoma. (Carpenito, L.J., 2016). D. PATOFISIOLOGI Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan vitreus yang menyerupai endoftalmitis. Jika sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata, akan menyebabkan glaucoma atau tanda peradangan berupa hipopion atau hifema.
Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui; nervus optikus ke otak, sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh kesumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke badan kaca. Dipermukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe preaurikuler dan submandibula serta secara hematogen ke sumsum tulang dan visera , terutati. (Carpenito, L.J., 2016).
E. KLASIFIKASI STADIUM Menurut (Ngastiyah, 2015), retinobalastoma digolongkan menjadi 5 yaitu : 1. Golongan I a. Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter pupil. b. Tumor multiple tidak lebih dari 4dd,dan terdapat pada atau dibelakang ekuator 2. GolonganII a. Tumor solid dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator b. Tumor multiple dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator 3. Golongan III a. Beberapa lesi di depan ekuator b. Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter papil 4. Golongan IV a. Tumor multiple sebagian besar > 10 dd b. Beberapa lesi menyebar ke anterior ke ora serrata 5. Golongan V a. Tumor masif mengenai lebih dari setengah retina b. Penyebaran ke vitreous
Tumor menjadi lebih besar, bola mata memebesar menyebabakan eksoftalmus kemudian dapt pecah kedepan sampai keluar dari rongga orbita disertai nekrose diatasnya. Menurut Grabowski dan Abrahamson, membagi penderajatan berdasarkan tempat utama dimana retinoblastoma menyebar sebagai berikut : 1. Derajat I intraokular a. tumor retina. b. penyebaran ke lamina fibrosa. c. penyebaran ke ueva. 2. Derajat II orbita a. Tumor orbita : sel sel episklera yang tersebar, tumor terbukti dengan
biopsi.
b. Nervous optikus
F. PENATALAKSANAAN Dua aspek pengobatan retinoblastoma harus diperhatikan, pertama adalah pengobatan local untuk jenis intraocular, dan kedua adalah pengobatan sistemik untuk jenis ekstrokular, regional, dan metastatic. Hanya 17% pasien dengan retinoblastoma bilateral kedua matanya masih terlindungi. Gambaran seperti ini lebih banyak pada keluarga yang memiliki riwayat keluarga, karena diagnosis biasanya lebih awal. Sementara 13% pasien dengan retinoblastoma bilateral kedua matanya terambil atau keluar karena penyakit intraocular yang sudah lanjut, baik pada waktu masuk atau setelah gagal pengobatan local. (Staf pengajar FKUI, 2014)
Jenis terapi: 1.
Pembedahan Enukleasi adalah terapi yang paling sederhana dan aman untuk retinoblastoma. Pemasangan bola mata palsu dilakukan beberapa minggu setelha prosedur ini, untuk meminimalkan efek kosmetik. Bagaimanapun, apabila enukleasi dilakukan pada dua tahun pertama kehidupan, asimetri wajah akan terjadi karena hambatan pertumbuhan orbita. Bagaimanapun, jika mata kontralateral juga terlibat cukup parah, pendekatan konservatif mungkin bisa diambil. Enukleasi dianjurkan apabila terjadi glaukoma, invasi ke rongga naterior, atau terjadi rubeosis iridis, dan apabila terapi local tidak dapat dievaluasi karena katarak atau gagal untuk mengikuti pasien secara lengkap atau teratur. Enuklasi dapat ditunda atau ditangguhkan pada saat diagnosis tumor sudah menyebar ke ekstraokular. Massa orbita harus dihindari.
Pembedahan
intraocular
seperti
vitrektomi,
adalah
kontraindikasi pada pasien retinoblastoma, karena akan menaikkan relaps orbita. 2.
External beam radiotherapy (EBRT) Retinoblastroma merupakan tumor yang radiosensitif dan radioterapi merupakan terapi efektif lokal untuk khasus ini. EBRT mengunakan eksalator linjar dengan dosis 40-45 Gy dengan pemecahan konvensional yang meliputi seluruh retina. Pada bayi mudah harus dibawah anestesi dan imobilisasi selama prosedur ini, dan harus ada kerjasama yang erat antara dokter ahli mata dan dokter radioterapi untuk memubuat perencanan. Keberhasilan EBRT tidak hanya ukuran tumor, tetapi tergantung teknik dan lokasi. Gambaran regresi setelah radiasi akan terlihat dengan fotokoagulasi. Efek samping jangka panjang dari radioterapi harus diperhatikan. Seperti enuklease, dapat terjadi komplikasi hambatan
pertumbuhantulang orbita, yang akhirnya akan meyebabkan ganguan kosmetik. Hal yang lebih penting adalah terjadi malignasi skunder. 3.
Radioterapi plaque Radioaktif e piskeral plaque menggunakan 60 Co, 106 Ro, 125 I sekarang makin sering digunakan untuk mengobati retinoblastoma. Cara itu biasanya digunakan untuk tumoryang ukurannya kecil sa,pai sedang yang tidak setuju dengan kryo atau fotokoagulasi, pada kasus yang residif setelah EBRT, tetapi akhir-akhir ini juga digunakan pada terapi awal, khusunya setelah kemoterapi. Belum ada bukti bahwa cara ini menimbulkan malignansi sekunder.
4.
Kryo atau fotokoagulasi Cara ini digunakan untuk mengobati tumor kecil (kurang dari 5 mm) dan dapat diambil. Cara ini sudah secara luas digunakan dan dapat diulang beberapa kali sampai kontrol lokal terapi. Kryoterapi biasanya ditujukan unntuk tumorbagian depan dan dilakukan dengan petanda kecil yang diletakkan di konjungtiva. Sementara fotokoagulasi secara umum digunakan untuk tumor bagian belakang baik menggunakan laser argon atau xenon. Fotokoagulasi tidak boleh diberikan pada tumor dekat makula atau diskus optikus, karena bisa meninggalkan jaringan parut yang nantinya akan menyebabkan ambliopi. Kedua cara ini tidak akan atau sedikit menyebabkan komplikasi jangka panjang.
5.
Modalitas yang lebih baru Pada beberapa tahun terakhir,banyak kelompok yang menggunakan kemoterapi sebagai terapi awal untuk kasus interaokular, dengan tujuan untuk mengurabgi ukuran tumor dan membuat tumor bisa diterapi secara lokal. Kemoterapi sudah dibuktikan tidak berguna untuk kasus intraocular, tetapi dengan menggunakan obat yang lebih baru dan lebih
bisa penetrasi ke mata, obat ini muncul lagi. Pendekatan ini digunakan pada kasus-kasus yang tidak dilakukan EBICT atau enukleasi, khususnya kasus yang telah lanjut. Carboplatin baaik sendiri atau dikombinasi dengan vincristine dan VP16 atau VM26 setelah digunakan. Sekarang kemoreduksi dilakukan sebagai terspi awal kasus retinoblastoma bilateral dan mengancam fungsi mata. 6.
Kemoterapi Protocol adjuvant kemoterapi masih kontrovensial. Belum ada penelitian yang luas, prospektif dan random. Sebagian besar penelitian didasarkan pada sejumlah kecil pasien dengan perbedaan resiko relaps. Selain itu juga karena kurang diterimanya secra luas sistem stadium yang dibandingkan dengan berbagai macam variasi. Sebagian besar penelitian didasarkan pada gambaran factor risiko secara histopatologi. Penentuan stadium secara histopatologi setelah enukleasi sangat penting untuk menentukan risiko relaps. Banyak peneliti memberikan kemoterapi adjuvant untuk pasien-pasien retinoblastoma intraokular dan memiliki faktor risiko potensial seperti nervus optikus yang pendek (< 5 mm), tumor undifferentiated, atau invasi ke nervus optikus prelaminar. Kemoterapi ingtratekal dan radiasi intracranial untuk mencegah penyebaran ke otak tidak dianjurkan. Apabila penyakitnya sudah menyebar ke ekstraokuler, kemoterapi awal dianjurkan. Obat yang digunakan adalah carboplatin, cis;platin, etoposid, teniposid, sikofosfamid, ifosfamid, vinkristin, adriamisin, dan akhir-akhir ini adalah dikombinasi dengan idarubisin. Meskipun laporan terakhir menemukan bahwa invasi keluar orbita dan limfonodi preauricular dihubungkan dengan keluaran yang buruk, sebagian besar pasien ini akan mencapai harapan hidup yang panjang dengan pendekatan kombinasi kemoterapi, pembedahan, dan radiasi. Meskipun
remisi bisa dicapai oleh pasien dengan metastasis, biasanya mempunyai kehidupan pendek. Hal ini biasanya dikaitkan dengan ekspresi yang belebihan p 170 glikoprotein pada retinoblastoma, yang dihubungkan dengan multidrug resistance terhadap kemoterapi. (Staf pengajar FKUI, 2014) G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Pemeriksaan fisik : opthalmoscopy bilateral,foto fundus dimana terdapat gambaran klasifikasi berupa warna putih dan ablasi retina 2. CT scan digunakan untuk melihat perluasan tumor ketulang 3. MRI dapat digunakan untuk melihat perluasan tumor ke nervus optikus. 4. Pemeriksaan laboratorium meliputi enzim LDH dan esterase-D 5. Sensitivitas USG mencapai 97% dan dapat membedakan retinoblastoma dengan retina noprematuritas
H. PENYIMPANGAN KDM Invasi agen-agen penyebab tumor (virus,zat kimia,ultraviolet,dan radiasi
kerusakan integritas kulit Menyerang retina
Iritasi pada retina
Proses peradangan Menghalangi proses penglihatan Pengeluaran mediator kimia (histamine,serotonin,prostaglandin
Penurunan penglihatan Inpuls di sampaikan ke tamalus
Di teruskan ke
Nyeri
Perubahan status kesehatan
ansietas
Kurang pengetahuan tentang penyakit
Merupakan stresor psikologis
BAB II KONSEP KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN 1. Anamnesis a. Identitas pasien Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, agama, nama orang tua, pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua. b. Pemeriksaan fisik 1) Keadaan umum a) Riwayat kesehatan sekarang Gejala awal yang muncul pada anak. Biasa berupa bintik putih pada mata tepatnya retina, terjadi pembesaran, mata merah dan besar. b) Riwayat kesehatan masa lalu Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan kemungkinan makanan/minuman yang terkontaminasi, infeksi di tempat lain misalnya : pernapasan. c) Riwayat kesehatan keluarga Berkaitan dengan penyakit keturunan dalam keluarga, misalnya ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama. 2) Pemberian sistem a) Aktivitas Gejala : kelelahan, malas, kelemahan, ketidak mampuan untuk melakukan aktivitas seperti biasanya. Tanda
:
kelelahan otot, peningkatan kebutuhan tidur,
somnolen. b) Sirkulasi Gejala
: palpitasi
Tanda
: takikardi, mur-mur jantung, kulit, membran
mukosa pucat. Defisit saraf kranial dan/atau tanda perdarahan cerebral. c) Eliminasi Gejala: diare, nyeri tekan perianal, nyeri, Darah merah terang pada tisu,feses hitam, Darah pada urine, penurunan keluaran urine d) Integritas ego Gejala: perasaan tak berdaya/tak ada harapan Tanda: depresi, menarik diri, ansietas, takut, marah, mudah terangsang perubahan alam perasaan,kacau e) Makanan cairan Gejala: kehilangan nafsu makan,anoreksia,muntah Perubahan rasa/penyimpangan rasa. Penurunan berat badan f) Neuro sensori Gejala: kurang atau penurunan koordinasi, perubahan alam perasaan, kacau, disorientasi, ukuran konsisten, pusing, kebas, kesemutan parastesi. Tanda: otot mudah terangsang, aktivitas kejang g) Nyeri/ketidaknyamanan Gejala: nyeri orbital, sakit kepala, nyeri tulang/sendi, nyeri tekan sternal, kram otot, Tanda: perilaku berhati-hati/distaksi, gelisah, fokus pada diri sendiri. h) Pernafasan Gejala: napas pendek denan kerja minimal Tanda: dispnea, takipnea, batuk, gemericik, ronki, dan penurunan bunyi nafas. i) Keamanan
Gejala:
riwayat
infeksi
saat
ini,
gangguan
penglihatan/kerusakan pada mata, perdarahan spontan tak terkontrol dengan trauma minimal. Tanda: demam, infeksi, kemerahan, purpura, perdarahan retinal, perdarahan gusi, atau epistaksis, pembesaran nodus limfe atau hati (sehubungan dengan invasi jaringan) papil edema dan eksoftalamus. j) Seksualitas Gejala: perubahan libido, perubahan aliran menstruasi, menorgia dan lipopren. B. Diagnosa keperawatan 1. Nyeri b.d metastase ke otak,penekanan tumor kea rah otak 2. Defisit pengetahuan b.d kurang informasi 3. Kerusakan integritas kulit b.d perubahan turgo penurunan iminilogis dan radiasi 4. Ansietas b.d status kesehatan ,infeksi kontaminaninterpersonal dan ancaman kematian
C. Intervensi
DIAGNOSA
NOC
NIC
KEPERAWATAN
(Moorhead Sue dkk,
(Bulechek G.M dkk, 2013)
(Heater. T. Herdman,
2013)
2015)
Nyeri Akut
Tautan NOC:
Manajemen Nyeri:
Kontrol nyeri Batasan Karakteristik: 1. Mengekpsresikan perilaku (meringis)
1. Lakukan pengkajian nyeri Indikator Outcome:
Skala
komprehensif yang meliputi lokasi,
frekuensi,
2. Keluhan
tentang 1. Menggunakan
karakteristik nyeri 3. Laporan
tentang
perilaku nyeri
karakteristik,
tindakan
kualitas dan factor pencetus.
pengurangan tanpa
durasi,
nyeri 2. Gunakan
analgesic,
dipertahankan pada
tindakan
pengontrol nyeri sebelum nyeri bertambah berat
Faktor yang Berhubungan:
3
(Kadang-kadang 3. Dorong istirahat/tidur yang
1. Agens cedera fisik
menunjukkan),
adekuat untuk membantu
ditingkatkan ke 1
penurunan nyeri
(Tidak
pernah 4. Berikan individu penurunan
menunjukkan.
nyeri yang optimal dengan
2. Menggunakan analgesic
peresapan analgesic yang
direkomendasikan, dipertahankan pada 3
(Kadang-kadang
menunjukkan), ditingkatkan ke 1 (Tidak
pernah
menunjukkan. Defisiensi Pengetahuan
Tautan NOC:
Pengajaran: Proses Penyakit:
Pengetahuan:
1. Kaji tingkat pengetahuan
Batasan Karakteristik:
Manajemen Penyakit
pasien terkait dengan proses
1. Ketidakakuratan
Akut
penyakit
mengikuti perintah 2. Kurang pengetahuan
2. Jelaskan Indikator
Skala
Outcome: Faktor yang Berhubungan:
1. Faktor
penyakit 3. Jelaskan tanda dan gejala
penyebab
umum penyakit
1. Kurang informasi
dan
2. Kurang
kontribusi,
pemeriksaan
dipertahankan pada
yang tersedia
pengetahuan
sumber
patofisiologi
factor 4. Berikan informasi mengenai diagnostic
2
(pengetahuan
terbatas), ditingkatkan ke 5 (pengetahuan sangat banyak) 2. Tanda dan gejala penyakit, dipertahankan pada 2
(pengetahuan
terbatas), ditingkatkan ke 5 (pengetahuan sangat banyak)
Ansietas
Tautan NOC
Batasan karakteristik: Penurunan
produktivitas,
Pengurangan kecemasan
Tingkat kecemasan
1. Gunakan
Indikator outcome:
yang
1.
pendekatan tenang
Otot
tegang,
kontak mata yang buruk,
skala
target
gelisah,insomnia,
outcome
yang
peningkatan rasa ketidak
dipertahanakan
perspektif klien
berdayaan yang persistem.
pada 1 (berat),
dan
dan
meyakinkan. 2. Pahami
situasi terjadi
krisi dari
3. Dengarkan klien
di tingkatkan ke Identifikasi pada saat terjadi Faktor yang berhubungan:
3(sedang)
perubahan tingkat kecemasan
status kesehatan,
Perasaan gelisah, skala
infeksi/kontamina
target
interpersonal dan ancaman
dipertahankan pada 2
kontaminasi interpersonal
(cukup
outcome
berat
)
di
dan ancaman kematian.
tingkatkan
ke
3
(sedang) Kerusakan integritas kulit b.d perubahan turgo penurunan iminilogis dan radiasi
Tautan NOC Resiko cedera Indicator skala outcome : 1. Wajah pucat
Batasan karakteristik: 1. Nyeri akut 2. Area panas lokal 3. Gangguan integritas kulit
skala target out come di pertahankan pada 2(cukup berat) di tingkatkan ke 4(ringan) 2. Abrasi kornea skala target outcome di pertahankan pada 1(cukup berat) di tingkatkan ke 4(ringan) 3. Inegritas kuli skala target outcome di pertahankan pada 3(cukup berat) di tingkatkan ke 5( tidak terganggu)
Manajemn kerusakan integritas kulit 1. Kontrol infeksi 2. Perlindungan infeksi 3. Manajemen pengobatan
Tautan NOC Tingkat kecemasan
Manajemen bimbingan antisipasi 1. bantu pasien untuk beradaptasi dengan
Ansietas b.d status kesehatan ,infeksi kontaminaninterpersonal dan ancaman kematian
Batasan karakteristik: 1. kontak mata yang buruk 2. gelisah 3. khawatir tentang perubahan dalam peristiwa hidup
Indicator skala outcome: 1. perasaan gelisah
adanya perubahan 2. berikan informasi
skala target out
mengenai harapan
come di
harapan yang realistis
pertahankan
terkait dengan perilaku
pada 2(cukup
pasien
berat) di
3. pertimbangkan metode
tingkatkan
yang bisa di gunakan
4(ringan)
klien dalam pemecahan
2. wajah tegang skala target out come di pertahankan pada 3 (sedang) di tingkatkan ke 4(ringan) 3. rasa takut skala target outcome di pertahankan pada 2(cukup berat) di tingkatkan ke 4(ringan) 4. rasa cemas yang di sampaikan secara lisan
masalah
skala target outcome di pertahankan pada 2(cukup berat) di tingkatkan ke 4(ringan)
D. Implementasi Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan klien terpenuhi secara optimal yang mencakup aspek peningkatan, pemeliharaan, dan pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan klien dan keluarga. (Nursalam & Efendi, 2000)
E. Evaluasi Evaluasi keperawatan adalah langkah terakhir proses keperawatan, dimana merupakan suatu upaya untuk menentukan apakah seluruh proses sudah berjalan dengan baik dan apakah tindakan berhasil dengan baik. (Ali, 2009)
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN (KASUS) RETINO BLASTOMA Anak T umur 3 tahun di diagnosa retino blastoma pada mata kanannya setahun yang lalu. Lima bulan yang lalu, mata kanan anak T di lakukan oprasi pengangkatan tumor . Saat ini anak T masuk rumah sakit karena di mata kirinya terdapat
bercak
putih
di
mata
tengahnya.
Matanya
menonjol
terdapat stabismus. Anak T mata kirinya visusnya 1/60 dan dari hasil pemriksaan patologi anatomi d temukan metastase ke otak dan mata kiri. Dari keterangan keluarga, ternyata nenek pasien pernah menderita kanker servix. A. Pengkajian 1. Anamnesa: a. Identitas pasien 1) Nama : T 2) Usia : 3 Tahun 3) Jenis Kelamin : Laki-laki b. Keluhan Utama Keluhan utama yang di rasakan pasien adanya penurunan fungsi penglihatan c. Riwayat Penyakit Sekarang Satu tahun yang lalu pasien mengalami retino blastoma di mata sebelah kanan. Kemudian dilakukan tindakan operasi pengangkatan mata. Saat ini di mata kiri pasien terdapat retino blastoma. Terdapat bintik putih pada mata tepatnya pada retina, terjadi penonjolan,dan terdapat stabismus. d. Riwayat penyakit keluarga Dari keterangan keluarga di temukan data bahwa nenek dari pasien pernah menderita kanker servix.
e. Riwayat penyakit masa lalu
f.
Pemeriksaan Fisik 1) B1
: Breathing (Respiratory System) Normal
2) B2
: Blood (Cardiovascular system) Normal
3) B3
: Brain (Nervous system)nyeri kepala, visus 1/60, strabismus, bola mata menonjol
4) B4
: Bladder (Genitourinary system) Normal
5) B5
: Bowel (Gastrointestinal System) Normal
6) B6
: Bone (Bone-Muscle-Integument)
Gejala : kelelahan, malaise, kelemahan, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas. g. Biopsisosial spiritual Gejala: Perasaan tidak percaya diri ,berbeda dengan teman sebayanya. Tanda: murung, ansietas, takut, marah, mudah tersinggung
B. Analisis Data No Data
Etiologi
Masalah
1.
Retinoblastoma
Nyeri Akut
Data subjektif :
Mengeluh
di ↓
nyeri
bagian mata kiri
Keluhan
nyeri
saat
menggerakan mata
Metastase lewat aliran darah
Data objektif :
↓
Ekspresi meringis
Sering menangis
Bola mata menonjuol
Ke otak ↓ Nyeri Akut
2.
Data subjektif :
Perubahan penampilan Gangguan citra diri setelah operasi
Klien mengeluh malu
Klien mengeluh takut
Data objektif :
Rasa
↓ Malu
percaya
diri ↓
berkurang
Menutup diri
Gangguan citra diri
C. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan agens cedera biologis ditandai dengan ekspresi wajah nyeri. 2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh D. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA
NOC
NIC
KEPERAWATAN
(Moorhead Sue dkk,
(Bulechek G.M dkk, 2013)
(Heater. T. Herdman,
2013)
2015)
Nyeri Akut
Tautan NOC:
Manajemen Nyeri:
Kontrol nyeri Batasan Karakteristik: 4. Mengekpsresikan
Indikator
perilaku (meringis) 5. Keluhan
Skala
Outcome:
tentang
perilaku nyeri
dan factor pencetus.
pengurangan
nyeri 6. Gunakan
analgesic,
dipertahankan pada Faktor
yang
3
frekuensi,
karakteristik, durasi, kualitas
tindakan
tanpa
komprehensif yang meliputi lokasi,
tentang 3. Menggunakan
karakteristik nyeri 6. Laporan
5. Lakukan pengkajian nyeri
tindakan
pengontrol nyeri sebelum nyeri bertambah berat
(Kadang-kadang 7. Dorong istirahat/tidur yang
Berhubungan:
menunjukkan),
adekuat
2. Agens cedera fisik
ditingkatkan
ke
(Tidak
pernah 8. Berikan individu penurunan
1
menunjukkan.
membantu
penurunan nyeri
nyeri yang optimal dengan
4. Menggunakan analgesic
untuk
peresapan analgesic yang
direkomendasikan, dipertahankan pada 3
(Kadang-kadang
menunjukkan), ditingkatkan
ke
1
(Tidak
pernah
menunjukkan. Gangguan Citra Tubuh
Tautan NOC:
Peningkatan Citra Tubuh:
Citra Tubuh
1. Bantu
Batasan Karakteristik: 1. Menolak
bagian tubuh 3. Perasaan
Skala
Outcome:
2. Menyembunyikan
negative
reaksi
lain
pada
ke
2
(jarang
5
bagian
tubuh yang terkena (dampak),
1. Penyakit
dipertahankan pada
diri
persepsi
dengan cara yang tepat
melihat bagian tubuh mana yang berubah. pasien
untuk
mendiskusikan stressor yang
Berhubungan:
2. Perubahan
perubahan (bagian tubuh)
(konsisten 3. Bantu
positif)
yang
perubahan-
dipertahankan 2. Monitor apakah pasien bisa
2. Deskripsi Factor
internal
positif), ditingkatkan orang
untuk
disebabkan adanya penyakit,
1. Gambaran diri,
tentang tubuh 4. Takut
mendiskusikan
menerima Indikator
perubahan
pasien
2 (jarang positif), ditingkatkan ke 5 (konsisten positif)
mempengaruhi terkait penyakit.
citra
diri
E. Implementasi Keperawatan Hari/
Diagnosa
Implementasi
Tanggal
Keperawatan
Keperawatan
11/11/18
Nyeri Akut
Evaluasi Keperawatan
1. Melakukan pengkajian S: Klien mengatakan nyeri nyeri
komprehensif pada telinga kanan
yang meliputi lokasi, frekuensi, karakteristik, O: Klien tampak meringis durasi,
kualitas
dan
Nyeri skala 2 (ringan)
factor pencetus. Hasil:
A: Masalah belum teratasi
Nyeri pada mata kiri, nyeri skala 2`
P: Lanjutkan intervensi
2. Menggunakan tindakan 1. Lakukan
pengkajian
pengontrol
nyeri
nyeri
komprehensif
sebelum
nyeri
yang meliputi lokasi,
bertambah berat
frekuensi,
Hasil:
karakteristik,
Latihan relaksasi nafas
kualitas
dalam, nyeri berkurang.
pencetus.
3. Mendorong
2. Berikan
istirahat/tidur adekuat membantu
yang untuk
penurunan
nyeri Hasil: Klien menurunkan
mampu nyeri
dengan beristirahat
4. Memberikan
individu
dan
durasi, factor
individu
penurunan nyeri yang optimal
dengan
peresapan analgesic
penurunan nyeri yang optimal
dengan
peresapan analgesic Hasil: Pemberian anti nyeri
1. Membantu
pasien
Gangguan Citra
untuk
mendiskusikan S: Klien mengatakan malu
Tubuh
perubahan-perubahan (bagian
tubuh) O:
Klien
tampak
disebabkan
adanya menghindar, klien tampak
penyakit, dengan cara malu. yang tepat Hasil:
A: Masalah belum teratasi
Pasien
memahami
perubahan
yang
terkait
ada P: Lanjutkan intervensi
dengan 1. Bantu
penyakitnya
pasien untuk
mendiskusikan
2. Memonitor
apakah
perubahan-perubahan
pasien
bisa
melihat
(bagian
tubuh)
bagian
tubuh
disebabkan
adanya
mana
yang berubah.
penyakit, dengan cara
Hasil:
yang tepat
Pasien
tahu
bagian 2. Bantu
tubuh yang berubah 3. Membantu untuk
pasien
mendiskusikan
stressor
yang
mempengaruhi
citra
diri terkait penyakit
pasien untuk
mendiskusikan stressor
yang
mempengaruhi
citra
diri terkait penyakit
Hasil: Pasien
mempu
mengontrol stresnya
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel kerucut sel batang) atau sel glia yang bersifat ganas. Merupakan tumor ganas intraokuler yang ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional. Dapat terjadi unilateral (70%) dan bilateral (30%). Sebagian besar kasus bilateral bersifat herediter yang diwariskan melalui kromosom. B. Saran Pasien dengan retinoblastoma harus diberikan perawatan secara intensif dan perlunya pengetahuan dari pihak keluarga agar penyakit tersebut tidak mengalami komplikasi. Dan kita sebagai perawat harus mampu memberikan edukasi tentang gejala dini retinoblastoma agar dapat segera diobati.
DAFTAR PUSTAKA Ali Zaidin, 2009. Pengantar Keperawatan Keluarga. EGC; Jakarta. Bulechek G.M, dkk, 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi Bahasa Indonesia, Ed. VI.Elsevier; Singapore. Carpenito, L.J., 2016, Ilmu Keperawatan Anak Edisi III, Buku Kedokteran, Jakarta : EGC. Heather.T.Herdman, 2015. NANDA. Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi. Jakarta; EGC. Nelson. 2015. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume 1.Editor Richard E, dkk.Editor Edisi Bahasa Indonesia A. Samik W.Edisi 15. Jakarta: EGC Ngastiyah, 2015, Keperawatan Anak Sakit, Jakarta : EGC. Nursalam & Efendi, 2000. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta; Salemba Medika. Moorhead Sue, dkk, 2013. Nursing Outcomes Classification. (NOC) Edisi Bahasa Indonesia, Ed.VI. Elsevier; Singapore. Permono, Bambang, dkk. 2014. Buku ajar hematologi-onkologi Jakarta:Badan Penerbit IDAI.
anak.
Staf pengajar FKUI, 2014, Ilmu Kesehatan Anak (Edisi ketiga), Jakarta : FKUI.