BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Poliomielitis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus polio dan biasanya menyerang anak-anak dengan gejala lumpuh layuh akut(AFP=Acute Flaccid Paralysis). Polio adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus. Polio menyerang sistem saraf, dan dapat menyebabkan kelumpuhan total dalamhitungan jam. Virus ini memasuki tubuh melalui mulut dan berkembang biak dalam usus. Gejala awal adalah demam, kelelahan, sakit kepala, muntah,kekakuan pada leher dan nyeri pada anggota badan. Satu dari 200 infeksimenyebabkan kelumpuhan ireversibel (biasanya di kaki). Di antara mereka yanglumpuh, 5% sampai 10% meninggal ketika otot pernapasan mereka lumpuh.(http:// www. Litbang. Depkes.go.id).Di Indonesia banyak dijumpai penyakit polio terlebih pada anak-anak halini disebabkan oleh asupan gizi yang kurang. Disamping asupan gizi juga dapatdipengaruhi oleh faktor keturunan dari orang tua, apalagi dengan kondisi di negeriini yang masih banyak dijumpai keluarga kurang mampu sehingga kebutuhan gizianaknya kurang mendapat perhatian.Peran serta pemerintah disini sangat diharapkan untuk membantu dalam menangani masalah gizi buruk yang masih banyak ditemui khususnya di daerah terpencil atau yang jauh dari fasilitas pemerintah, sehingga sulit terjangkau oleh masyarakat pinggiran.Kalau hal ini tidak mendapat perhatian, maka akan lebih banyak lagi anak-anak Indonesia yang menderita penyakit polio.
B. RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah yang kelompok angkat dalam makalah ini,antara lain : 1. Bagaimana konsep Poliomyelitis? 2. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan Poliomyelitis?
1
C. TUJUAN PENULISAN 1. Tujuan Umum Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan pasien dengan Poliomielitis 2. Tujuan Khusus Mahasiswa mampu : a. Untuk memahami pengertian dari Poliomielitis b. Untuk mengetahui demografi dari Poliomielitis. c. Untuk mengetahui etiologi dari Poliomielitis. d. Untuk mengetahui maninfestasi klinis dari Poliomielitis. e. Untuk mengetahui patofisiologi dari Poliomielitis. f. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Poliomielitis. g. Untuk mengetahui konsep keperawatan dari Poliomielitis.
D. MANFAAT PENULISAN Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1. Bagi Pembaca Agar pembaca dapat menambah pengetahuan tentang Poliomielitis 2. Bagi Penulis Mampu memahami tentang bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Poliomielitis
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR MEDIS 1. DEFINISI Poliomilitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan terjadi kelumpuhan serta autropi otot. Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ketubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir kesistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralysis).
Klasifikasi virus a Golongan: Golongan IV ((+) ssRNA) b Familia: Picornaviridae c Genus: Enterovirus d Spesies: Poliovirus
2. DEMOGRAFI Imunisasi merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mencegah tubuh dari penularan penyakit infeksi. Penyakit infeksi adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteria atau parasit. Contoh penyakit infeksi seperti penyakit measles (campak), rubella, dan poliomyelitis (polio) merupakan penyakit yang sangat berbahaya. Penyakit measles (campak) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus bernama morbillivirus dari golongan paramixovirus, sedangkan penyakit rubella sendiri disebabkan oleh virus rubella dan penyakit poliomyelitis (polio) disebabkan oleh virus
3
poliomielitis. Penyakit- penyakit tersebut dapat menyebar melalui kontak langsung dengan penderita baik melalui udara, batuk atau bersin. Penyakitpenyakit ini dapat menyerang siapa saja tanpa mengenal usia dan jenis kelamin, namun faktanya menunjukan penyakit-penyakit ini lebih sering menyerang anak-anak dari pada orang dewasa. Hal ini disebabkan karena daya tubuh anak yang relatif lemah dibandingkan orang dewasa (WHO, 2007). Hal ini dibuktikan dengan data dari WHO pada tahun 2006 sekitar 242.000 anak diseluruh dunia meninggal dunia akibat penyakit measles (campak) selain itu menurut UNICEF sekitar 302 anak di Indonesia mengalami kelumpuhan akibat poliomyelitis (polio). Besarnya jumlah kematian karena penyakit measles (campak) dan poliomyelitis (polio) menunjukan bahwa penyakit tersebut memang berbahaya dan harus dicegah penyebarannya. Upaya yang dilakukan oleh WHO dan UNICEF untuk mencegah penyebaran penyakit infeksi adalah melakukan program imunisasi. Program imunisasi dilakukan dengan memberikan
senyawa
antigen
yang
berfungsi
untuk
meningkatkan
perlindungan pada tubuh sehingga dapat terhindar dari virus dan penyakit. Dengan demikian, angka kejadian akibat penyakit infeksi akan menurun dan kecacatan serta kematian yang ditimbulkannya akan semakin berkurang (WHO, 2007). Menurut WHO imunisasi sudah terbukti sebagai salah satu upaya peningkatan kesehatan masyarakat yang sangat penting. program imunisasi sudah menunjukan keberhasilan yang sangat baik dan merupakan usaha dalam mencegah terjadinya penyakit menular. Sejak diberlakukannya The Expended Progaram oleh WHO, presentase imunisasi dasar anak dari 50% mendekati 80% diseluruh dunia pada tahun 2008. WHO telah mencanangkan program ini (Global Programme For Vaccines and Immunication) dengan organisasi pemerintah di seluruh dunia bersama UNICEF, WHO dan World Bank (WHO, 2008). Di Indonesia sendiri imunisasi merupakan upaya pemerintah untuk mencapai Millennium Development Goals (MDGs) yang salah satu tujuannya
4
yaitu untuk menurunkan angka kematian anak (Kepmenkes, 2010). Pemerintah berkomitmen untuk setiap kelurahan/desa mencapai target 100% untuk
UCI
(Universal
Child
Immunization)
berdasarkan
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) pada tahun 2014 (Anton, 2014). Hasil Survei dan Demografi Kesehatan Indonesia SDKI, tahun 2007 menunjukkan bahwa angka kematian bayi di Indonesia sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini lebih rendah dibandingkan angka kematian bayi pada tahun 2002 - 2003 yang mencapai 35 per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi pada tahun 2015 diharapkan mengalami penurunan dan dapat mencapai 23 per 1000 kelahiran hidup (Kepmenkes, 2010). Namun hasil SDKI tahun 2015 menunjukan angka kematian belum mencapai target 23 per 1000 kelahiran hasilnya yaitu 32 per 1000 kelahiran hidup (Riskesdas, 2015). Menurut Media Indonesia tahun 2010 upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan sumber daya manusia guna menurunkan angka kematian bayi adalah dengan melakukan pendekatan melalui Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD). Program ini menekankan upaya promotif seperti melakukan imunisasi, memberikan Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi, pemenuhan nutrisi serta kebersihan diri dan lingkungan. Program PKMD juga melakukan upaya preventif seperti perluasan cakupan imunisasi yang sesuai dengan kebijakan Menteri Kesehatan Indonesia. Wujud nyata dari Program Kesehatan Masyarakat Desa adalah dibentuknya Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) bayi. Posyandu bayi merupakan kerjasama dari tenaga kesehatan dan masyarakat terutama dalam upaya menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB). Salah satu upaya menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) yang dilakukan dalam posyandu adalah pemberian imunisasi dasar pada bayi usia 0-12 bulan (Media Indonesia, 2010).
5
3. ETIOLOGI Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV) dengan diameter 20-32 nm, berbentuk sferis, tahan pada pH 3-10 sehingga dapat tahan terhadap asam lambung dan empedu. Virus tidak rusak beberapa hari dalam temperatur 2-8 derajat celcius. Virus masuk ke tubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus, dan menyebar ke sistem saraf melalui aliran darah (Zulkifli, 2007). Virus poliomyelitis (virus RNA) tergolong dalam genus Enterovirus dan famili Picornaviridae, mempunyai 3 strain yaitu tipe 1 (Brunhilde), tipe 2 (Lansing) dan tipe 3 (Leon). Infeksi dapat terjadi oleh satu atau lebih dari tipe virus tersebut. Epidemi yang luas dan ganas biasanya disebabkan oleh virus tipe 1, tipe 2 kadang-kadang menyebabkan kasus yang sporadik dan tipe 3 menyebabkan epidemi ringan. Imunitas yang diperoleh setelah terinfeksi maupun imunisasi bersifat seumur hidup dan spesifik untuk satu tipe (Pasaribu, 2005).
4. MANIFESTASI KLINIS Poliomielitis terbagi menjadi empat bagian yaitu : a. Poliomielitis asimtomatis : Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala karena daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali. b. Poliomielitis abortif : Timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala berupa infeksi virus seperti malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi dan nyeri abdomen. c. Poliomielitis non paralitik : Gejala klinik hampir sama dengan poliomyelitis abortif , hanya nyeri kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari kadang-kadang diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau masuk kedalam fase ke2 dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini dengan hipertonia, mungkin
6
disebabkan oleh lesi pada batang otak, ganglion spinal dan kolumna posterior. d. Poliomielitis paralitik : Gejala sama pada poliomyelitis non paralitik disertai kelemahan satu atau lebih kumpulan otot skelet atau cranial. Timbul paralysis akut pada bayi ditemukan paralysis fesika urinaria dan antonia usus. Adapun bentuk-bentuk gejalanya antara lain : 1) Bentuk spinal. Gejala kelemahan / paralysis atau paresis otot leher, abdomen, tubuh, diafragma, thorak dan terbanyak ekstremitas. 2) Bentuk bulbar. Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak dengan atau tanpa gangguan pusat vital yakni pernapasan dan sirkulasi. 3) Bentuk bulbospinal. Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan bentuk bulbar. 4) Kadang ensepalitik. Dapat disertai gejala delirium, kesadaran menurun, tremor dan kadang kejang.
5. PATOFISIOLOGI Poliomielitis merupakan infeksi dari virus jenis enteroviral yang dapat bermanifestasi dalam 4 bentuk yaitu, infeksi yang tidak jelas, menetap, nonparalitik, dan paralitik. Poliovirus merupakan RNA virus yang di transmisikan memalalui rute oral-fekal, melalui konsumsi dari air yang terkontaminasi feses (kotoran manusia). Terdapat tiga jenis yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Masa inkubasi membutuhkan waktu 5 – 35 hari. Apabila virus masnuk kedalam tubuh melalui jalur makan, akan menetap dan berkembang biak di kelenjar getah bening nasofaring atau usus, dan kemudian menyebar melalui darah ke seluruh tubuh. Setelah virus masuk kedalam jaringan tubuh, virus akan mengeluarkan neurotropik yang akan merusak akhiran saraf pada otot, yang menyebabkan kelumpuhan dari organ gerak bahkan sampai otot mata. Berdasarkan keluhan awal penderita akan mengeluh seperti adanya infeksi ringan seperti akibat flu, atau batuk. Pada kasus infeksi yang tidak jelas, keluhan disertai dengan adanay mual, muntah, nyeri perut, yang berlangsung
7
selama kurang dari 5 hari, dan berkembang menjadi iritasi dari selaput otak. Pada paralitik osteomyelitis keluhan akan terus berkembang dari kelemahan anggota gerak sampai gangguan pernafasan. Penderita yang telah sembuh dari polio akan menimbulkan gejala sindroma postpolio berupa kelemahan dan ketidak seimbangan pada anggota gerak yang terinfeksi sebelumnya (Dinkes Siak, 2013). Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf tertentu. Tidak semua neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan sekali dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbul gejala. Daerah yang biasanya terkena poliomyelitis ialah : a. Medula spinalis terutama kornu anterior, b. Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf cranial serta formasio retikularis yang mengandung pusat vital, c. Sereblum terutama inti-inti virmis, d. Otak tengah “midbrain” terutama masa kelabu substansia nigra dan kadang-kadang nucleus rubra, e. Talamus dan hipotalamus, f. Palidum dan g. Korteks serebri, hanya daerah motorik.
6. PENATALAKSANAAN MEDIS a. Poliomielitis aboratif 1) Diberikan analgetk dan sedative 2) Diet adekuat 3) Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari,sebaiknya dicegah aktifitas yang berlebihan selama 2 bulan kemudian diperiksa neurskeletal secara teliti. b. Poliomielitis non paralitik 1) Sama seperti aborif 2) Selain diberi analgetika dan sedative dapat dikombinasikan dengan kompres hangat selama 15 – 30 menit,setiap 2 – 4 jam.
8
c. Poliomielitis paralitik 1) Perawatan dirumah sakit 2) Istirahat total 3) Selama fase akut kebersihan mulut dijaga 4) Fisioterafi 5) Akupuntur i. Interferon d. Poliomielitis asimtomatis tidak perlu perawatan.Poliomielitis abortif diatasi dengan istirahat 7 hari jika tidak terdapat gejala kelainan aktifitas dapat dimulai lagi.Poliomielitis paralitik/non paralitik diatasi dengan istirahat mutlak paling sedikit 2 minggu perlu pemgawasan yang teliti karena setiap saat dapat terjadi paralysis pernapasan. Pengobatan sesuai dengan fase akut dan post akut adalah sebagi berikut. a. Fase akut 1) Antibiotik untuk mencegah infeksi pada otot yang flaccid 2) Analgetik untuk mengurangi nyeri kepala, myalgia, dan spasme 3) Antipiretik untuk menurunkan suhu. 4) Foot board, papan penahan pada telapak kaki, agar kaki terletak pada sudut yang tetap terhadap tungkai. 5) Bila terjadi paralisis pernafasan seharusnya dirawat di unti perawatan khusus karena penderita memerlukan bantuan pernafasan mekanis. 6) Pada poliomyelitis tipe bulbar kadang-kadang refleks menelannya terganggu sehingga beresiko terjadinya pneumonia aspirasi. Dalam hal ini kepala anak diletakkan lebih rendah dan dimiringkan ke salah satu sisi. b. Fase post-akut Kontraktur, atrofi dan atoni otot dikurangi dengan fisioterapi. Tindakkan ini dilakukan setelah 2 minggu. Penatalaksanaan fisioterapi yang dilakukan yaitu: 1) Heating dengan menggunakan IRR (infra red radiation)
9
2) Exercise (active/passive) terutama pada ekskremitas yang mengalami kelemahan atau kelumpuhan 3) Breathing exercise jika diperlukan 4) Bila perlu pemakaian braces, bidai, hingga operasi ortopedik.
7. KOMPLIKASI Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita poliomielitis antara lain : a. Melena cukup berat sehingga memerlukan transfusi, yang mungkin diakibatkan erosi usus superfisial. b. Dilatasi lambung akut dapat terjadi mendadak selama stadium akut atau konvalesen (dalam keadaan pemulihan kesehatan/ stadium menuju kesembuhan
setelah
serangan
penyakit/
masa
penyembuhan),
menyebabkan gangguan respirasi lebih lanjut. c. Hipertensi ringan yang lamanya beberapa hari atau beberapa minggu , biasanya pada stdium akut, mungkin akibat lesi pusat vasoregulator dalam medula. d. Ulkus dekubitus dan emboli paru, dapat terjadi akibat berbaring yang lama di tempat tidur, sehingga terjadi pembususkan pada daerah yang tidak ada pergerakan (atrofi otot) sehingga terjadi kematian sel dan jaringan) e. Hiperkalsuria, yaitu terjadinya dekalsifikasi ( kehilangan zat kapur dari tulang/ gigi) akibat penderita tidak dapat bergerak. f. Kontraktur sendi,yang sering terkena kontraktur antara lain sendi paha, lutut, dan pergelangan kaki. g. Pemendekan anggota gerak bawah,biasanya akan tampak salah satu tungkai lebih pendek dibandingkan tungkai yang lainnya, disebabkan karena tungkai yang pendek mengalami antropi otot. h. Skoliosis,tulang belakang melengkung ke salah satu sisi, disebabkan kelumpuhan sebagian otot punggung dan juga kebiasaan duduk atau berdiri yang salah.
10
i. Kelainan telapak kaki, dapat berupa kaki membengkok ke luar atau ke dalam.
8. PENCEGAHAN Cara pencegahan dapat dilalui melalui : a.
Imunisasi
b.
Jangan masuk daerah endemis
c.
Jangan melakukan tindakan endemis Tempatkan anak yang sakit di kamar terpisah, jauh dari anak-anak
lainnya. Ibu harus mencuci tangan setiap kali menyentuhnya. Perlindungan terbaik terhadap polio ialah dengan memberikan vaksin polio/pemberian kekebalan. Seorang anak yang cacat akibat polio harrus makan makanan bergizi dan melakukan gerak badan untuk memperkuat otot-ototnya. Selama tahun pertama, sebagian kekuatan dapat pulih kembali.
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG Virus polio dapat di isolasi dan dibiakkan dari bahan hapusan tenggorok pada minggu pertama penyakit, dan dari tinja sampai beberapa minggu. Berbeda dengan enterovirus lainnya, virus polio jarang dapat di isolasi dari cairan serebrospinalis. Bila pemeriksaan isolasi virus tidak mungkin dapat dilakukan, maka dipakai pemeriksaan serologi berupa tes netralisasi dengan memakai serum pada fase akut dan konvalesen. Dikatakan positif bila ada kenaikan titer 4 kali atau lebih. Tes netralisasi sangat spesifik dan bermanfaat untuk menegakkan diagnosa Poliomielitis. Selain itu bisa juga dilakukan pemeriksaan CF (Complement Fixation). Pemeriksaan likuor serebrospinalis akan menunjukkan pleiositosis biasanya
kurang
dari
500/mm3,
pada
permulaan
lebih
banyak
polimorfonukleus dari limfosit, tetapi kemudian segera berubah menjadi limfosit yang lebih dominan. Sesudah 10-14 hari jumlah sel akan normal kembali. Pada stadium awal kadar protein normal, kemudian pada minggu kedua dapat naik sampai 100 mg, dengan jumlah set menurun sehingga
11
disebut dissociation cytoalbuminique, dan kembali mencapai normal dalam 46 minggu. Glukosa normal. Pada pemeriksaan darah tepi dalam batas normal dan pada urin terlihat gambaran yang bervariasi dan bisa ditemukan albuminuria ringan (Pasaribu, 2005).
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK Ruangan
: Ruangan tempat pasien di rawat
Tgl. / Jam MRS Dx. Medis
: Tanggal dan waktu pasien masuk rumah sakit : poliomielitis
No. Reg. : No Registrasi perawat dari rekam medis TGL/Jam Pengkajian : Tanggal dan waktu saat perawat melakukan pengkajian pada pasien anak a
Identitas Klien Nama/Nama panggilan : Nama lengkap pasien/Nama panggilan yang disukai pasien Tempat tgl lahir/usia
: Biasanya anak yang sering terkena penyakit polio adalah yang berusia kurang dari 3 tahun
Jenis kelamin
: Laki-Laki
Agama
: Agama pasien
Pendidikan
: Pendidikan pasien, biasanya belum sekolah
Alamat
: Alamat pasien
Tgl masuk
: Tanggal dan waktu pasien masuk rumah sakit
Tgl pengkajian
: Tanggal perawat melakukan pengkajian
Diagnosa medik
: Poliomielitis
Rencana terapi
: Rencana terapi pasien
12
b. Identitas Orang tua 1) Ayah a) N a m a : Nama ayah pasien b) U s i a : Usia ayah pasien c) Pendidikan : Pendidikan terakhir ayah pasien d) Pekerjaan/sumber penghasilan : Pekerjaan dan sumber penghasilan e) A g a m a : Agama ayah pasien f) Alamat : Alamat ayah pasien 2) Ibu a) N a m a : Nama ibu pasien b) U s i a : Usia ibu pasien c) Pendidikan : Pendidikan terakhir ibu pasien d) Pekerjaan/sumber penghasilan : Pekerjaan dan sumber penghasilan e) A g a m a : Agama ibu pasien f) Alamat : Alamat ibu pasien
c. Riwayat Kesehatan 1) Riwayat Kesehatan Sekarang : a) Keluhan Utama : Pasien biasanya mengeluh aktivitasnya terganggu karena kelemahan, kelelahan, serta kelumpuhan. b) Riwayat Keluhan Utama : Awalnya pasien mengeluh semakin hari berat badannya semakin berkurang disertai dengan keluahan kelemahan, kelelahan, serta kelumpuhan. c) Keluhan yang biasanya dikeluhkan pasien pada saat pengkajian : (1) Pasien mengeluh aktivitasnya terganggu karena kelemahan, kelelahan, serta kelumpuhan. (2) Keluarga pasien mengatakan bahwa akhir-akhir ini anaknya rewel (3) Keluarga mengatakan bahwa pasien demam sudah 3 hari yang lalu 2) Riwayat penyakit terdahulu : Riwayat penyakit yang pernah diderita pasien, biasanya sebelumnya pasien belum pernah mengalami penyakit poliomielitis. d. Riwayat penyakit keluarga Riwayat penyakit yang pernah diderita keluarga pasien. Apabila terdapat keluarga yang menderita polio, maka kemungkinan besar keluarga yang lain dapat terserang polio dengan mudah.
13
e. Pengkajian sosial Baisanya pada pasien dengan poliomielitis akan mengalami gangguan konsep diri, karena pasien malu dengan kondisi tubuh yang sedang dialaminya. f. Riwayat sirkulasi Pasien biasanya mengeluh nyeri punggung saat beraktifitas, perubahan pada tekanan darah, serta perubahan pada frekuensi jantung. g. Riwayat eliminasi Pasien biasanya sering sembelit saat BAB. Usus mengalami gangguan fungsi. Urine yang keluar sedikit (retensi urin) h. Riwayat neurosensori Pasien biasanya mengeluh kelemahan, kelelahan, serta kelumpuhan. Gejala : Amnesia, vertigo, synkop, tinitus, kehilangan pendengaran, tingling dan baal pad aekstremitas, gangguan pengecapan dan penghidu. Tanda : perubahan kesadaran sampai koma, perubahan status mental, perubahan pupil, deviasi pada mata ketidakmampuan mengikuti, kehilangan penginderaan, wajah tidak simetris, genggaman lemah tidak seimbang, reflek tendon dalam lemah, apraxia, hemiparese, quadriplegi, kejang, sensitiv terhadap gerakan. i. Riwayat nyeri/keamanan Pasien biasanya akan mengeluh nyeri dan kejang otot, sakit kepala, gatal (pruritus), serta sensasi yang abnormal. Gejala : nyeri kepala dengan intensitas yang berbeda dan biasanya lama Tanda : wajah menyeringai, respon menarik dri rangsangan nyeri yang hebat, gelisah, tidak bisa istirahat / tidur. j. Riwayat pernafasan Tanda : perubahan pola napas, irama napas meningkat, dispnea, potensial obstruksi. k. Riwayat nutrisi Pasien biasanya mengalami nafsu makan menurun, berat badan menurun, mual dan muntah, dan kesulitan menelan (batuk, air liur keluar, disfagia)..
j. Pemeriksaan fisik 1) Keadaan umum : Biasanya keadaan umum pasien polio lemah 2) Kesadaran : Biasanya pasien dating ke rumah sakit dengan kesadaran yang menurun 3) Tanda – tanda vital : a) Tekanan darah : Tekanan darah pasien kemungkinan akan 14
b) Denyut nadi
meningkat : Denyut nadi pasien kemungkinan akan Meningkat
c) Suhu : Biasanya pasien mengalami hipertermi d) Pernapasan : Pernapasan pasien biasanya meningkat 4) Berat Badan : BB pasien biasanya turun karena anoreksia 5) Tinggi Badan : Tinggi pasien 6) Kepala : warna rambut hitam, penyebaran rambut merata, rambut tidak rontok, tidak ada benjolan, tidak ada lesi, tekstur ranbut halus, dan tidak ada nyeri tekan, bentuk mata bulat, konjungtiva berwarna merah muda, tidak adanya nyeri tekan, bentuk telinga simetris, telinga bersih tidak ada kotoran dan tidak ada nyeri tekan, bibir tampak pucat. 7) Leher : warna kulit merata (sama dengan sekitarnya), tida ada lesi, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada nyeri tekan 8) Thorax dan pernapasan : bentuk dada simetris, tidak ada lesi, pengembangan dada saat bernafas simetris, suara nafas vesikuler dan tidak ada suara nafas tambahan 9) Abdomen : warna kulit merata dengan sekitarnya, tidak ada lesi, peristaltik usus 16x permenit, tidak ada hepatomegali, tidak ada nyeri tekan, pada saat diperkusi timpani. 10) Genetalia : Keadaan genetalia normal, tidak ada kelainan atau gangguan pada kondisi fisik genetalianya. 11) Rektum : Keadaan rektum normal tidak ada hemoroid, prolaps maupun tumor. l. Pemeriksaan Diagnostik Biasanya pasien poliomielitis hanya cukup dilakukan pemeriksaan fisik.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah. b. Hipertermi b/d proses infeksi. c. Nyeri b/d proses infeksi yang menyerang syaraf. d. Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis. e. Kecemasan pada anak dan keluarga b/d kondisi penyakit.
15
3. INTERVENSI KEPERAWATAN No. Tujuan dan Kriteria Intervensi Dx 1
Rasional
Hasil Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan
1. Kaji pola makan anak.
output anak.
2. Berikan makanan secara adekuat. 3. Berikan nutrisi
perubahan nutrisi
kalori, protein,
membaik,
vitamin dan
Kriteria hasil:
mineral.
Mual muntah berkurang Intake output adekuat
4. Timbang
1. Mengetahui intake dan
2. Untuk
mencakupi
masukan sehingga output dan intake seimbang. 3. Mencukupi kebutuhan nutrisi dengan seimbang. 4. Mengetahui
berat
badan.
perkembangan anak. 5. Menambah masukan dan
5. Berikan makanan
merangsang anak untuk
kesukaan anak.
makan lebih banyak.
6. Berikan
6.
makanan tapi
proses pencernaan.
Mempermudah
sering. 2
Tujuan : Suhu tubuh kembali normal Kriteria hasil : Suhu tubuh normal : 36,537,5oC
1. Pantau
suhu
tubuh. 2. Jangan pernah menggunakan usapan alcohol saat mandi/kompres.
1. Untuk mencegah kedinginan tubuh yang berlebih. 2. Dapat menyebabkan efek neurotoksi. 3. Mengurangi penguapan tubuh.
3. Hindari mengigil.
4.
Dapat membantu
4. Kompres mandi
mengurangi demam
hangat durasi 2030 menit.
16
3. Tujuan:
1. Lakukan strategi 1. Teknik-teknik
seperti
Setelah dilakukan
non farmakologis
relaksasi,
asuhan keperawatan
untuk membantu
berirama, dan distraksi
selama 3x24 jam,
anak
dapat membuat
diharapkan klien
nyeri.
mampu melakukan
2. nyeri
2. Libatkan
orang
mengontrol
tua
nyeri, Kriteria
memilih strategi.
hasil:
mengatasi
anak
dan
dapat
lebih di toleransi.
dalam 3. Karena
3. Ajarkan
pernafasan
adalah
orang yang
tua lebih
mengetahui anak.
Menjelaskan
untuk
factor penyebab
menggunakan
nyeri Mengikuti
strategi
pengobatan yang
farmakologis
ini mungkin diperlukan
diberikan
khusus
untuk membantu anak
Mengontrol
nyeri.
nyeri secara mandiri
4. Pendekatan ini tampak paling non
sebelum
efektif
pada
nyeri ringan. Latihan
berfokus pada tindakan
4. Minta orang tua membantu
anak
yang
diperlukan
mengurangi nyeri.
dengan menggunakan srtategi
selama
nyeri. 5. Berikan analgesic
sesuai
indikasi.
17
1. Tentukan aktivitas
1. Memberikan informasi
atau keadaan fisik Setelah dilakukan asuhan keperawatan anak. selama 3x24 jam, 2. Catat dan terima diharapkan klien mampu melakukan keadaan aktivitas lain kelemahan sebagai pengganti (kelelahan yang pergerakan,menjaga kestabilan postur, ada). Kriteria hasil: Dapat mengikuti 3. Indetifikasi factorfaktor yang latihan yang
untuk mengembangkan
4. Tujuan:
diberikan
Dapat meminimalisir tremor
dalam
melakukan pergerakan
rencana perawatan bagi program rehabilitasi. 2. Kelelahan yang dialami dapat mengindikasikan keadaan anak. 3. Memberikan kesempatan untuk memecahkan masalah
mempengaruhi
untuk mempertahankan
kemampuan untuk
atau meningkatkan
aktif seperti
mobilitas.
pemasukan
4. Latihan berjalan dapat
makanan yang
meningkatkan
tidak adekuat.
keamanan dan efektifan
4. Evaluasi
anak untuk berjalan
kemampuan untuk melakukan mobilisasi secara aman. 5. Tujuan :
1. Kaji tingkat realita
1. Respon keluarga
Kecemasan
bahaya bagi anak
bervariasi tergantung
menurun
dan keluarga
pada pola kultural yang
Kriteria hasil:
tingkat ansietas
dipelajari.
(mis. renda, Anak tenang dan dapat sedang, parah). mengekspresika 2. Nyatakan retalita n perasaannya Orang tua dan situasi seperti merasa tenang apa yang dilihat dan keluarga tanpa berpartisipasi
2. Pasien mungkin perlu menolak realita sampai siap menghadapinya. 3. Informasi yang menimbulkan ansietas dapat diberikan dalam
18
dalam perawatan anak.
menayakan apa
jumlah yang dapat
yang dipercaya.
dibatasi
3. Sediakan informasi yang akurat sesuai
setelah
periode yang diperpanjang. 4. Harapan–harapan palsu
kebutuhan jika
akan diintervesikan
diminta oleh
sebagai kurangnya
keluarga.
pemahaman atau
4. Hindari harapan –
kejujuran.
harapan kosong mis ; pertanyaan seperti “ semua akan berjalan lancar”.
19
BAB III TINJAUAN KASUS
A. P E N G K A J I A N 1. I d e n t i t a s a. Ident i t as P asi en Nama
: An. W
Usia
: 3 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Suku / bangsa
: Jawa/ Indonesia
Alamat
: Setro BaruUtara Gg.7 No.50, Surabaya
Agama
: Islam
Diagnosa
: Poliomyelitis
b. Identitas Penanggung Jawab : Nama
: Tn. P
Umur
: 40 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pendidikan/ pekerjaan : SLTA/ wiraswasta Hubungan dg klien
: ayah klien
2. Riw ayat Keseh atan Kep erawatan a. Keluhan Utama : pasien merasa lemas di sekujur tubuhnya. b. Riwayat Penyakit Sekarang : Ibu pasien menyatakan bahwa anaknya tibatiba merasa lemas di sekujur tubuhnya, dengan gejala awal demam (Suhu 38,9 C), kemudian disertai pusing, hingga sekarang tidak mampu berdiri dan berjalan. Imunisasi polio (-). c. Riwayat Penyakit sebelumnya : tidak ada d. Riwayat Tumbuh Kembang anak : 1) Imunisasi : Hepatitis B-1 diberikan waktu 12 jam setelah lahir, BCG diberikan saat lahir, Polio oral belum pernah diberikan
20
2) Status Gizi : Baik Tahap perkembangan anak menurut teori psikososial : Klien An. W mencari kebutuhan dasarnya seperti kehangatan, makanan dan minuman serta kenyamanan dari orang tua sendiri. e. Riwayat Kesehatan Keluarga: 1) Komposisi keluarga : Keluarga berperan aktif terutama ibu klien An. W dalam merawat klien. 2) Lingkungan rumah dan komunitas : Lingkungan sekitar rumah berada di area pemukiman kumuh. 3. Pengkajian Pemenuhan Kebutuhan a. Pola Nutrisi Sebelum sakit : n o r m a l . Selama sakit b.
: nafsu makan berkurang, BB : 10 kg, TB : 80 cm.
Pola Eliminasi Sebelum sakit : 1) BAB : normal 1X sehari, warna kulit kecoklatan, tekstur lunak, aroma terapik. 2) BAK : normal, warna kunimg, aromatik. Selama sakit
:
1) BAB : konstipasi 2) BAK : normal, warna kuning, aromatik. c. Aktivitas dan Latihan Kemampuan Perawatan Diri
0
1
2
Kemampuan melakukan ROM
√
Kemampuan Mobilitas di tempat tidur
√
Kemampuan makan/minum
√
Kemampuan toileting
√
Kemampuan Mandi
√
Kemampuan berpindah
√
3
4
21
Kemampuan berpakaian
√
Ket. : 0 = Mandiri 1 = Menggunakan alat bantu 2 = dibantu orang lain 3 = Dibantu orang lain dan alat 4 = Tergantung Total d. Tidur dan Istirahat Sebelum sakit : 1 0 j a m s e h a r i , 2 j a m t i d u r s i a n g d a n 8 jam tidur malam. Selama sakit
: sering terbangun.
e. Konsep diri : Klien belum mampu memaparkan konsep dirinya karena klien masih berusia 3tahun. f. Sexual dan Reproduksi : Klien belum berkeluarga g. Pola Peran Hubungan Sebelum sakit : Interaksi dengan keluarga, teman, dan lingkungan baik. Selama sakit : pasien mengalami perubahan pada interaksi keluarga, teman, dan lingkungan. Aktivitas meningkat, tetapi terganggu. h. Manajemen Koping Stress Sebelum Sakit : Baik. Selama sakit : klien belum mampu memaparkan secara tepat keadaan jiwanya karena klien masih balita, klien dibantu dengan orang tua (ibu) untuk menyelesaikan masalahnya. i. Sistem Nilai dan Keyakinan Sebelum sakit : pasien beragama Islam. Selama sakit : pasien tidak pernah melaksanakan sholat karena keterbatasan aktivitas akibat nyeri sendi.
22
4. Pemeriksaan Fisik a. B1 (breath) : RR normal, Tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan Suhu 38,9°C b. B2 (blood) : normal c. B3(brain) : gelisah (rewel) dan pusing d. B4 (bladder) : normal e. B5 (bowel)
: mual muntah, anoreksia.
f. B6 (bone)
: letargi atau kelemahan, tungkai kanan mengalami
kelumpuhan, pasien tidak mampu berdiri dan berjalan, kaki kiri klien nampak bengkok
5. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium : pada pemeriksaan sampel feses ditemukan adanya Poliovirus. Pada pemeriksaan serum ditemukan adanya peningkatan antibody.
6. Analisa Data NO. 1.
DATA DS :
ETIOLOGI
MASALAH
penyakit
Hipertermia
Ibu pasien mengatakan belum pernah diimunisasi polio
Ibu klien mengatakan anaknya pusing
DO :
Demam, S: 38,9°C, adanya
peningkatan
antibody
Klien nampak rewel
23
2.
DS :
Ibu klien mengatakan
Ketidakmampuan
Ketidakseimbangan
makan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
anaknya kurang nafsu makan
Ibu klien mengatakan anaknya lemas
Ibu klien mengatakan mual muntah.
DO :
BB : 10 kg TB : 80 cm
3.
DS :
Ibu pasien
Gangguan
Hambatan
muskuloskeletal
mobilitas fisik
mengatakan badan pasien lemas disekujur tubuhnya, tungkai kanan sulit digerakkan DO :
tidak mampu berdiri dan berjalan, letargi
kaki kiri klien nampak bengkok
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Hipertermia b.d penyakit 2. Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
b.d
ketidakmampuan makan 3. Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan muskuloskeletal
24
25
26
27
28
29
30
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan
oleh virus.
Agen
dinamakan poliovirus (PV),
pembawa
masuk
penyakit
ini,
sebuah virus yang
ke tubuh melalui mulut,
mengifeksi
saluran usus. Virus ini dapat memasuki alirandarah dan mengalir ke sytem syaraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis). Poliomielitis adalah penyakit menular yang dikategorikan sebagai penyakit peradaban. Polio menular melalui kontak antarmanusia. Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi feses. Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda dan amat menular. Virus akan menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan jam. Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak berusia antara 3 hingga 5 tahun. Masa inkubasi polio dari gejala pertama berkisar dari 3 hingga 35 hari. Polio dapat menyebar luas diam-diam karena sebagian besar penderita yang terinfeksi poliovirus tidak memiliki gejala sehingga tidak tahu kalau mereka sendiri sedang terjangkit. Setelah seseorang terkena infeksi, virus akan keluar melalui feses selama beberapa minggu dan saat itulah dapat terjadi penularan. B. SARAN Kepada masyarakat agar terhindar dari penginfeksian penyakit poliomeilitis yang disebabkan oleh virus yang disebut dengan polio virus ini adalah: Jagalah sanitasi lingkungan anda, sanitasi lingkungan merupakan hal yang sepele namun sangat penting. Apabila sanitasi lingkungan kita tidak dijaga, maka dapat menimbulkan berbagai macam penyakit tidak hanya penyakit poliomielitis, Jagalah makanan ataupun minuman yang akan dikonsumsi karena hal ini sangat penting dimana makanan atau minuman menjadi tempat perantara penyebaran penyakit poliomielitis. Untuk pencegahannya yaitu diberikan vaksin polio idealnya pada anak-anak agar dapat diantisipasi penyakit poliomielitis ini.
31