Askep Osteomielisis.doc

  • Uploaded by: Aditya Dwi
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Osteomielisis.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 2,412
  • Pages: 14
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN OSTEOMIELITIS A. Konsep Dasar Penyakit 1. Definisi 

Osteomielitis adalah infeksi tulang yang biasanya disebabkan oleh bakteri, tetapi kadang-kadang disebabkan oleh jamur.



Osteomyelitis adalah suatu infeksi tulang yang pada umumnya disebabkan oleh bakteri, mencakup mycobacteria, tetapi kadang-kadang disebabkan oleh jamur (Schmitt,2008)

2. Epidemiologi Osteomyelitis terjadi paling umum pada anak-anak muda dan orang-orang lebih tua, tetapi semua kelompok umur berresiko. Perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 2:1. Frekuensi Amerika Serikat, pravalensi keseluruhan adalah satu kasus per 5000 anak. Pravalensi neonatal adalah sekitar satu kasus per 1000. Kejadian tahunaan pada pasien dengan anemia sel sabit adalah sekitar 0,36 %. Pravalensi osteomyelitis setelah tusukan kaki dapat setinggi 16 % atau 30-40% pada pasien dengan diabetes. Insiden osteomyelitis vetebra sekitar 2,4 kasus per 1000 populasi. Data osteomeilitis pasca trauma terjadi sebanyak 47% osteomielits dalam beberapa kasus. Osteomielitis hematogenos utamanya merupakan penyakit pada anak-anak, dengan 85% kasus terjadi pasien yang lebih muda dari 17 tahun, dan hal ini menyumbang sekitar 20% dari kasus osteomielitis secara keseluruhan. (BMJ, 2015). Sekitar 20 kasus pada pasien osteomielitis dewasa adalah hematogenous, yang lebih sering terjadi pada laki-laki untuk alasan yang tidak diketahui. Selama 41 tahun diamerika dari 1969 – 2009 ditemukan 76 kasus baru osteomielitis dengan 59 % merupakan kasus osteomielitis yang didiagnosis dengan minimal dua kali kultur tulang disertai adanya pertumbuhan mikrobial yang sama atau satu kultur tulang posistif yang disertai kombinasi penemuan purulen dengan operasi, inflamasi akut pada pemeriksaan histologi dengan infeksi

yang konsisten atau adanya jalur sinus yang menghubungkan tulang. (kremers, 2015). 3. Penyebab I. Tulang yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami infeksi melalui 3 cara: 

Aliran darah



Penyebaran langsung, seperti fraktur terbuka dan cedera traumatik.



Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya (medicastore,2006), seperti duktus dekubitus.

II. Menurut harnawatiaj (2008) penyebab osteomielitis sebagai berikut: 

Staphylococcus aureus hemolitukus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan jarang oleh streptococcus hemolitikus.



Haemophylus influenzae (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun. Organisme yang lain seperti : Bakteri colli, Salmonella thyposa dan sebagainya.

III. Menurut W King, dkk (2006) bakteri yang menyebabkan osteomylitis akut dan sebagai berikut:  akut Hematogenous osteomyelitis 

Baru lahir: S aureus, Enterobacter jenis, dan menggolongkan Suatu dan B Streptococcus.



Anak-Anak: S aureus, menggolongkan Suatu Streptococcus jenis, Haemophilus influenzae, dan Enterobacter.



Anak-Anak, Anak remaja: S aureus ( 80%), menggolongkan Suatu Streptococcus jenis, H influenzae, dan Enterobacter jenis



Orang dewasa: S aureus dan adakalanya Enterobacter atau Streptococcus jenis

 direct osteomyelitis 

Biasanya: S aureus, Enterobacter jenis, dan Pseudomonas jenis



Melalui luka tusuk: S aureus dan Pseudomonas jenis



Penyakit Sel Arit- S aureus dan Salmonellae jenis

4. Patofisiologi

Penyebab dari infeksi tulang ini bisa karena hematogen dan juga karena kontaminasi tulang. Hematogen ini bisa melalui invasi mikroorganisme dari jaringan tubuh lain yang mengalami infeksi yang beredar melalui peredaran darah, sehingga dapat menginvasi kuman ke tulang dan sendi. Apabila disebabkan karena kontaminasi tulang, ini bisa terjadi karena adanya fraktur terbuka yang nantinya juga dapat menginvasi kuman ke dalam tulang dan sendi, sehingga akhirnya menjadi osteomielitis. Pada osteomielitis ini terjadi proses inflamasi. Dimana dalam proses inflamasi ini akan terjadi reaksi antigen-antibodi yang akan memicu sel mast untuk melepaskan histamin, sehingga meningkatkan permeabilitas dari pembuluh darah yang akan menyebabkan perpindahan cairan dan sel-sel dari pembuluh darah ke jaringan interstisiil sehingga terbentuklah eksudat. Inilah yang menyebabkan terjadinya pembengkakan. Pembengkakan ini dapat menyebabkan penekanan saraf yang terdapat pada jaringan sehingga merangsang pelepasan neurotransmitter nyeri untuk mengeluarkan mediator kimia berupa substansi P, serotonin dan prostalglandin. Mediator ini akan meningkatkan sensitivitas ujung-ujung serabut saraf untuk menghantarkan impuls ke dalam serabut saraf aferen ke kornu dorsalis medulla spinalis dan dilanjutkan ke korteks serebri. Dari korteks serebri, impuls ini akan dibawa ke saraf eferen sehingga menimbulkan persepsi nyeri. Dari pembengkakan ini juga dapat mempengaruhi pergerakannya sehingga pasien akan mengalami keterbatasan dalam pergerakan. Selain itu, pembengkakan dapat menyebabkan peningkatan tekanan jaringan medula sehingga pembuluh darah pada sumsum tulang akan tertekan . tertekannya pembuluh darah ini akan menyebabkan penurunan aliran darah ke tulang sehingga dapat menjadi iskemik dan nekrosis sel. Apabila netrofil dan makrofag menelan sejumlah besar bakteri dan jaringan nekrotik, maka netrofil dan makrofag ini akan mati dan menyebabkan terbentuknya abses tulang. Abses tulang ini akan mengakibatkan terjadinya pertumbuhan tulang baru (infolucrum) pada sekeliling abses dan akan terjadi deformitas yang menyebabkan perubahan bentuk tubuh.

Reaksi antigen-antibodi yang akan merangsang polimononuklear untuk mengeluarkan Interleukin 1 yang akan merangsang hipotalamus untuk meningkatkan panas tubuh. Apabila proses inflamasi ini tidak segera diobati, peradangan ini akan meluas ke seluruh tulang sehingga dapat menyebabkan kelumpuhan. 5. Klasifikasi Dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis yaitu: 

Osteomielitis Primer Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah, seperti Tuberkulosis.



Osteomielitis

Sekunder

(Osteomielitis

Perkontinuitatum)

Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya. 6. Gejala klinis 

Demam, malaise.



Septikemia(Menggigil,hiperpireksia,takikardi,malaise umum)



Bengkak dan sangat nyeri tekan



Hangat

7. Pemeriksaan fisik Inspeksi

: terlihat adanya inflamasi, pembengkakan dan terlihat cairan purulen

Palpasi

: adanya nyeri tekan, denyut nadi meningkat

8. Pemeriksaan diagnostik 

Pemeriksaan darah Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endapan darah.



Pemeriksaan

titer

antibodi



anti

staphylococcus

Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas. 

Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri Salmonella.



Pemeriksaan Biopsi tulang.



Pemeriksaan ultra sound Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.Pemeriksaan radiologis



Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik, setelah dua minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus.

9. Diagnosis Pada skening tulang dengan teknetium, area yang terinfeksi menunjukkan kelainan, kecuali pada anak-anak. Tetapi hal ini tidak akan muncul pada foto rontgen sampai lebih dari 3 minggu setelah gejala pertama timbul. CT scan dan MRI juga bisa menunjukkan daerah yang terinfeksi. Tetapi pemeriksaan ini tidak selalu dapat membedakan infeksi dari kelainan tulang lainnya. Untuk mendiagnosa infeksi tulang dan menentukan bakteri penyebabnya, harus diambil contoh dari darah, nanah, cairan sendi atau tulangnya sendiri. Biasanya untuk infeksi tulang belakang, diambil contoh jaringan tulang melalui sebuah jarum atau melalui pembedahan. 10. Penatalasanaan  Untuk anak-anak dan dewasa yang mendapatkan infeksi tulang melalui aliran darah, pengobatan paling efektif adalah antibiotik.  Tergantung kepada beratnya infeksi, pada awalnya antibiotik diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah), selanjutnya diberikan per-oral (ditelan) selama 4-6 minggu. Beberapa penderita bahkan memerlukan antibiotik sampai berbulan-bulan.  Orang dewasa yang mengalami infeksi tulang belakang, biasanya akan mendapatkan antibiotik selama 6-8 minggu, kadang-kadang disertai dengan istirahat total.  Jika infeksi bisa ditemukan pada stadium awal, biasanya tidak diperlukan pembedahan. Tetapi kadang-kadang suatu abses memerlukan pembedahan untuk mengeluarkan nanahnya.

 Jika infeksi tulang berasal dari jaringan lunak di dekatnya, pengobatannya lebih kompleks. Biasanya semua jaringan dan tulang yang mati diangkat melalui pembedahan, dan ruang kosong yang ditinggalkannya, diisi dengan tulang, otot atau kulit yang sehat. B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian 1).

2).

Identitas Pasien  Nama

: Tn.A

 Umur

: 38 thn

 Jenis kelamin

: Pria

 Status

: Sudah menikah

 Agama

: Hindu

 Pekerjaan

: Wiraswasta

 Pendidikan

: SMA

 Alamat

: Desa Sukamaju

Riwayat penyakit sekarang Keluhan utama Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan badannya terasa hangat, nyeri pada kaki, bengkak, dan kesulitan dalam bergerak.

3).

Riwayat kesehatan terdahulu Pasien mengatakan pernah melakukan operasi sebelumnya karena patah tulang pada bagian paha.

4).

Riwayat penyakit keluarga Di keluarga pasien tidak ada yang pernah mengidap penyakit osteomielitis.

5).

Riwayat psikososial Kaji adanya emosi kecemasan, pandangan pasien terhadap dirinya akibat penyakitnya.

6).

Pola – pola fungsi kesehatan Pola fungsi kesehatan menurut Gordon : a).

Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Pasien tidak mengetahui tentang penyakitnya dan tidak bisa melakukan perawatan diri karena terbatasnya pergerakan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. b). Pola nutrisi dan metabolisme Pasien biasanya tidak mengalami gangguan dalam pemenuhan nutrisi dan metabolisme. c).

Pola eliminasi Pasien biasanya tidak mengalami gangguan dalam pola eleminasi

d).

Pola aktivitas dan latihan Pasien mengalami keterbatasan aktivitas karena rasa nyeri yang ditimbulkan akibat pembengkakan.

e).

Pola tidur dan istirahat Kualitas dan kuantitas istirahat pasien dengan osteomielitis akan berkurang akibat rasa nyeri di bagian ekstremitas bawah dan perubahan situasi karena hospitalisasi dapat juga mempengaruhi pola tidur dan istirahat.

f).

Pola kognitif perseptual Sistem

Penglihatan,

Pendengaran,

Pengecap, Penghidu dan

Peraba tidak mengalami gangguan. g).

Pola persepsi dan konsep diri Pasien dapat mengalami kecemasan karena ketidaktahuan serta kurang informasi tentang penyakitnya.

h).

Pola hubungan dan peran Pasien tidak mengalami gangguan hubungan dan peran selama menjalani perawatan di rumah sakit.

i).

Pola reproduksi seksual Biasanya pada pasien dengan osteomielitis akan mengalami gangguan pada pola reproduksi seksualnya akibat dari perasaan nyeri yang sering dirasakan setelah selesai beraktivitas.

j). Pola penanggulangan stress

Stress dapat dialami pasien karena kurang pengetahuan dan informasi tentang penyakitnya. Kaji juga mekanisme

koping

pasien terhadap stres tersebut. k).

Pola tata nilai dan kepercayaan Pada pasien osteomielitis biasanya tidak mengalami gangguan dalam menjalankan ibadahnya.

Data Subjektif 

:

Pasien mengeluh badannya terasa hangat, nyeri, lemas, pasien mengatakan kurang tidur dan pasien bertanya-tanya tentang penyakitnya.

Data Objektif 

:

Pasien terlihat lemah, takikardia, bagian yang terinfeksi terlihat bengkak, dan hangat, pasien terlihat gelisah.

2. Diagnosa keperawatan  Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan adanya pembengkakan  Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme ditandai dengan peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal  Gangguan perfusi jeringan berhubungan dengan berkurangnya aliran darah ke tulang ditandai dengan adanya iskemik.  Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan menyebarnya infeksi keseluruh tulang ditandai dengan kelumpuhan  Gangguan citra tubuh berhubungan dengan nekronsis sel yang ditandai dengan adanya amputasi.  Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognisi ditandai dengan perilaku gelisah dan bertanya-tanya.  Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal ditandai dengan kelumpuhan 3. Rencana tindakan prioritas Dx1

: Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan adanya pembengkakan

Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .... x 24 jam, nyeri klien dapat berkurang dengan kriteria hasil : 1) Pasien mengatakan nyerinya berkurang dari skala 6 ke skala 3 2) Pasien mengatakan dapat beristirahat dengan baik 3) Wajah pasien tampak relax 4) Tanda-tanda vital normal (suhu:36-370C, nadi:80-100x/menit, RR:14-24x/menit, tekanan darah:100-140mmHg)

Intervensi Rasional Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, Untuk mngawasi tingkat dan kondisi skala nyeri nyeri dan keefektifan obat Posisikan klien dengan posisi yang Untuk mengurangi nyeri pasien nyaman Pertahankan imobilisasi bagian yang Untuk mengurangi nyeri pasien sakit Ajarkan

nafas

dalam

dan

teknik Untuk

meningkatkan

relaksasi

dan

distraksi sebagai teknik relaksasi mengurangi ketegangan Mencatat adanya petunjuk nonverbal, Untuk mengetahui kondisi tubuh dari seperti gelisah dan meringis pasien Lakukan kompres dingin sesuai dengan Untuk keperluan Kolaborasikan pemberian analgesik Dx2

mengurangi

pembentukan

hematoma dan sensasi nyeri pasien Untuk menurunkan rasa nyeri pasien

: Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme ditandai dengan peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal

Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .... x 24 jam, suhu tubuh pasien dapat berkurang dengan kriteria hasil : 1) Suhu tubuh pasien berada pada rentang 36-370C 2) Pasien mengatakan badannya sudah tidak merasa hangat lagi

Intervensi Pantau suhu tubuh pasien

Rasional Untuk mengetahui perubahan kondisi

Memberikan kompres hangat pada

pasien Kompres dapat menurunkan suhu

kening dan ketiak

tubuh

Kolaborasi pemberian obat penurun Obat panas Dx3

pemberian

merupakan

obat

penurun panas : Gangguan

perfusi

jaringan

berhubungan

dengan

berkurangnya aliran darah ke tulang ditandai dengan adanya iskemik. Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .... x 24 jam, perfusi jeringan pasien menjadi adekuat dengan kriteria hasil : 1) Nadi teraba 2) Kulit hangat 3) Tantavital stabil (suhu 36-370C, RR=14-24x/menit, Nadi 80100x/menit, tekanan darah 100-140 mmHg)

Intervensi Palpasi nadi, evaluasi pengisian

Rasional Penurunan/tak adanya nadi,waktu

kapiler serta warna kulit,dan suhu.

pengisian kapiler dan kulit dingin menunjukan penurunan

Awasi tanda vital

sirkulasi/perfusi. Untuk mengetahui perubahan

Berikan perendaman salin hangat

kondisi pasien. Untuk meningkatkan aliran darah

selama 20 menit Dx4

: Kerusakan

mobilitas

fisik

berhubungan

dengan

menyebarnya infeksi keseluruh tulang ditandai dengan kelumpuhan Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .... x 24 jam, pasien dapat bermobilisasi dalam batas-batas tertentu dengan kriteria hasil : 1) Pasien mengatakan mampu memenuhi kebutuhannya seharihari secara mandiri dalam batas-batas tertentu 2) Pasien dapat mempertahankan fungsi ekstremitas yang sehat 3) Pasien mampu menggunakan alat bantu imobilitas dengan aman

Intervensi 1. Lakukan program pengobatan

Rasional 1. Untuk mencegah tejadinya fraktur

dengan membatasi aktivitas 2. Lindungi tulang dengan alat

2. Untuk mengurangi stres pada

imobilisasi

tulang yang lemah akibat infeksi

3. Berikan pemahaman tentang

3. Agar pasien tidak bertanya-tanya

rasional pembatasan aktivitas 4. Dorong pasien untuk

tentang tujuan dari terapi 4. Untuk mempertahankan rasa

berartisipasi aktif dalam

sehat secara umum

kehidupan sehari-hari dalam batas fisik 4. Evaluasi Dx1

: Nyeri akut

berhubungan dengan proses inflamasi ditandai

dengan adanya pembengkakan Evaluasi

:

Subjektif :

1) Pasien mengatakan berkurang dari skala 6 ke skala 3 2) Pasien mengatakan dapat beristirahat dengan baik

Objektif

:

1) wajah pasien tampak relax 2) Tanda Tanda Vital normal (suhu:370C, nadi:80x/menit, RR:18x/menit, tekanan darah:120/80mmHg)

Assesement: Masalah teratasi seluruhnya Planning : Dx2

Pertahankan kondisi

: Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme ditandai dengan peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal

Evaluasi

:

Subjektif

: pasien mengatakan badannya sudah tidak terasa hangat lagi

Objektif

: suhu tubuh pasien 370C

Assesement: Masalah teratasi seluruhnya

Planning : Dx3

Pertahankan kondisi

: Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan berkurangnya aliran darah ke tulang ditandai dengan adanya iskemik.

Evaluasi

:

Subjektif :

-

Objektif

1) nadi pasien teraba dan kulit pasien teraba hangat

:

2) Tanda Tanda Vital normal (suhu:370C, nadi:80x/menit, RR:18x/menit, tekanan darah:120/80mmHg) Assesement: Masalah teratasi seluruhnya Planning :

Dx4

Pertahankan kondisi

: Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan menyebarnya infeksi keseluruh tulang ditandai dengan kelumpuhan.

Evaluasi

:

Subjektif :

Pasien mengatakan mampu memenuhi kebutuhannya sehari-hari secara mandiri dalam batas-batas tertentu

Objektif

:

1) Pasien dapat mempertahankan fungsi ekstremitas yang sehat 2) Pasien mampu menggunakan alat bantu imobilitas dengan aman

Assesement: Masalah teratasi seluruhnya Planning :

Pertahankan kondisi

PATHWAY

hematogen

Kontaminasi tulang

Invasi mikroorganisme melalui perdaran darah

Fraktur terbuka

Invasi kuman ke tulang dan sendi osteomielitis

Kurang informasi

Kurang pengetahuan

Proses inflamasi Reaksi antigenantibodi Pelepasan histamin

PMN

↑ permeabilitas pembuluh darah

Interleukin 1

Perpindahan cairan dan sel-sel dari aliran darah ke jaringan interstisiil

Hipotalamus

Hipertermi

Pembengkakan

Penekanan saraf dan jaringan Pelepasan neurotransmitter nyeri

Kelumpuhan Keterbatasan gerak

Prostalglandin

↑ suhu tubuh Membentuk eksudat

Menyebar ke seluruh tulang

Peningkatan tekanan jaringan medula Menekan pembuluh darah di sumsum tulang

Kerusakan mobilitas fisik

Defisit perawatan diri

Pelepasan neurotransmitter nyeri

Menekan pembuluh darah di sumsum tulang

Pelepasan mediator-mediator biokimia (substansi P, serotonin dan prostaglandin) Meningkatkan sensitivitas ujung-ujung serabut saraf nyeri Nyeri akut

↓ aliran darah ke tulang

iskemi

nekrosis

gangguan perfusi jaringan

Amputasi

gangguan citra tubuh Abses Tulang Infolucrum (pertumbuhan tulang baru) deformitas

Related Documents

Askep
October 2019 90
Askep
July 2020 51
Askep
May 2020 71
Askep Malaria.docx
April 2020 6
Askep Parkinson.pptx
November 2019 14

More Documents from ""

Doc1.docx
May 2020 15
Teguh Saputra.docx
May 2020 13
Adit.docx
May 2020 10