Askep Meningitis ( Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Meningitis ) Definisi Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur (Smeltzer, 2001). Askep Meningitis Askep Meningitis Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001). Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996). Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piamater,araknoid dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medulla spinalis yang superficial.(neorologi kapita selekta,1996). Etiologi 1. Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa 2. Penyebab lainnya, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia 3. Faktor predisposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering dibandingkan dengan wanita 4. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan 5. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin. 6. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injuri yang berhubungan dengan sistem persarafan Klasifikasi Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu : a) Meningitis serosa Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia. b) Meningitis purulenta Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa. Patofisiologi Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan diikuti dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas. Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri. Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan peningkatan TIK. Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus. Manifestasi klinis Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK : 1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering) 2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma. 3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb: a) Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala
mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher. b) Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna. c) Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan. 4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya. 5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran. 6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal. 7. Infeksi fulminating dengan tandatanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata Pemeriksaan Diagnostik 1. Analisis CSS dari fungsi lumbal : a) Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip terhadap beberapa jenis bakteri. b) Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus. 2. Glukosa serum : meningkat ( meningitis ) 3. LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri ) 4. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksi bakteri ) 5. Elektrolit darah : abnormal . 6. ESR/LED : meningkat pada meningitis 7. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi 8. MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor 9. Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial. Komplikasi 1. Hidrosefalus obstruktif 2. MeningococcL Septicemia ( mengingocemia ) 3. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral) 4. SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone ) 5. Efusi subdural 6. Kejang 7. Edema dan herniasi serebral 8. Cerebral palsy 9. Gangguan mental 10. Gangguan belajar 11. Attention deficit disorder . Asuhan Keperawatan Meningitis 1. Pengkajian Klien Meningitis a) Biodata klien b) Riwayat kesehatan yang lalu (1) Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC ? (2) Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ? (3) Pernahkah operasi daerah kepala ? c) Riwayat kesehatan sekarang (1) Aktivitas Gejala : Perasaan tidak enak (malaise). Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter. (2) Sirkulasi Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK. Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat, takikardi, disritmia. (3) Eliminasi Tanda : Inkontinensi dan atau retensi. (4) Makanan/cairan Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan. Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa kering. (5) Higiene Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri. (6) Neurosensori Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena, kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia, ketulian dan halusinasi penciuman. Tanda : letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi, kehilangan memori, afasia,anisokor, nistagmus,ptosis, kejang umum/lokal, hemiparese, tanda brudzinki positif dan atau kernig positif, rigiditas nukal, babinski positif,reflek abdominal menurun dan reflek kremastetik hilang pada laki-laki. Tes Kernig dalam pengkajian meningitis Tes Kernig dalam pengkajian meningitis (7) Nyeri/keamanan Gejala : sakit kepala(berdenyut hebat, frontal). Tanda : gelisah, menangis. (8) Pernafasan Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru. Tanda : peningkatan kerja pernafasan. 2. Diagnosa keperawatan Meningitis a) Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehubungan dengan diseminata hematogen dari patogen b) Risiko tinggi terhadap
perubahan serebral dan perfusi jaringan sehubungan dengan edema serebral, hipovolemia. c) Risisko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/fokal, kelemahan umum, vertigo. d) Nyeri (akut) sehubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi. e) Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan neuromuskular, penurunan kekuatan f) Anxietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian. 3. Intervensi Keperawatan Meningitis a) Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehubungan dengan diseminata hematogen dari patogen. Mandiri Beri tindakan isolasi sebagai pencegahan Pertahan kan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yang tepat. Pantau suhu secara teratur Kaji keluhan nyeri dada, nadi yang tidak teratur demam yang terus menerus Auskultasi suara nafas ubah posisi pasien secara teratur, dianjurkan nfas dalam Cacat karakteristik urine (warna, kejernihan dan bau ) Kolaborasi Berikan terapi antibiotik iv: penisilin G, ampisilin, klorampenikol, gentamisin. b) Resiko tinggi terhadap perubahan cerebral dan perfusi jaringan sehubungan dengan edema serebral, hipovolemia. Mandiri Tirah baring dengan posisi kepala datar. Pantau status neurologis. Kaji regiditas nukal, peka rangsang dan kejang Pantau tanda vital dan frekuensi jantung, penafasan, suhu, masukan dan haluaran. Bantu berkemih, membatasi batuk, muntah mengejan. Kolaborasi Tinggikan kepala tempat tidur 15-45 derajat. Berikan cairan iv (larutan hipertonik, elektrolit ). Pantau BGA. Berikan obat : steoid, clorpomasin, asetaminofen. c) Resiko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/vokal, kelemahan umum vertigo. Mandiri Pantau adanya kejang. Pertahankan penghalang tempat tidur tetap terpasang dan pasang jalan nafas buatan. Tirah baring selama fase akut kolaborasi berikan obat : venitoin, diaepam, venobarbital. d) Nyeri (akut ) sehubungan dengan proses infeksi, toksin dalam sirkulasi. Mandiri Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata, berikan posisi yang nyaman kepala agak tinggi sedikit, latihan rentang gerak aktif atau pasif dan masage otot leher. Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman(kepala agak tingi). Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif. Gunakan pelembab hangat pada nyeri leher atau pinggul. Kolaborasi Berikan anal getik, asetaminofen, codein e) Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan neuromuskuler. Kaji derajat imobilisasi pasien. Bantu latihan rentang gerak. Berikan perawatan kulit, masase dengan pelembab. Periksa daerah yang mengalami nyeri tekan, berikan matras udara atau air perhatikan kesejajaran tubuh secara fungsional. Berikan program latihan dan penggunaan alat mobilisasi. f) Perubahan persepsi sensori sehubungan dengan defisit neurologis Pantau perubahan orientasi, kemamapuan berbicara,alam perasaaan, sensorik dan proses pikir. Kaji kesadara sensorik : sentuhan, panas, dingin. Observasi respons perilaku. Hilangkan suara bising yang berlebihan. Validasi persepsi pasien dan berikan umpan balik. Beri kessempatan untuk berkomunikasi dan beraktivitas. Kolaborasi ahli fisioterapi, terapi okupasi,wicara dan kognitif. g) Ansietas sehubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian. Kaji status mental dan tingkat ansietasnya. Berikan penjelasan tentang penyakitnya dan sebelum tindakan prosedur. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan. Libatkan keluarga/pasien dalam perawatan dan beri dukungan serta petunjuk sumber penyokong. Evaluasi Hasil yang diharapkan 1. Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan orang lain. 2. Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi motorik/sensorik, mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil. 3. Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain. 4. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat. 5. Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal dan kekuatan. 6. Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi. 7. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang dan mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi. Daftar
Pustaka Doenges, Marilyn E, dkk.(1999).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa, I Made Kariasa, N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester, Yasmin asih. Ed.3. Jakarta : EGC. 2. Harsono.(1996).Buku Ajar Neurologi Klinis.Ed.I.Yogyakarta : Gajah Mada University Press. 3. Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G.(2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk.Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester.Ed.8.Jakarta : EGC. 4. Tucker, Susan Martin et al. Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And Outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC; 1998. 5. Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC; 1994. 6. Long, Barbara C. perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Bandung : yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan; 1996.
Make Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub
pencegahan infeksi bayi baru lahir Sebagian besar infeksi neonatal dini dapat dicegah dengan:
Higiene dan kebersihan yang baik selama persalinan Perhatian khusus pada perawatan tali pusat Perawatan mata.
Sebagian besar infeksi neonatal lanjut didapat di rumah sakit. Hal ini dapat dicegah dengan:
ASI eksklusif Prosedur cuci tangan yang ketat bagi semua staf dan keluarga sebelum dan sesudah memegang bayi Tidak menggunakan air untuk pelembapan dalam inkubator (Pseudomonas akan mudah berkolonisasi) atau hindari penggunaan inkubator (gunakan perawatan metode kanguru) Sterilitas yang ketat untuk semua prosedur Tindakan menyuntik yang bersih Hentikan pemberian cairan intravena (IV) jika tidak diperlukan lagi Hindari transfusi darah yang tidak perlu
12 Pencegahan Infeksi pada Bayi Baru Lahir – Wajib Dilakukan Bayi yang baru lahir baik melalui melahirkan normal atau caesar memiliki resiko terkena infeksi yang sangat besar. Kondisi ini sangat berhubungan dengan kondisi sistem kekebalan tubuh bayi yang sangat lemah. Bayi yang baru lahir hanya memiliki sistem kekebalan tubuh termasuk untuk penyakit yang terbatas saja. Karena itu perawatan untuk bayi yang baru lahir memang lebih rumit dibandingkan ketika bayi sudah berusia beberapa bulan. Infeksi bisa menular ke tubuh bayi baik selama dalam kehamilan, persalinan maupun setelah dilahirkan. (baca: proses persalinan – proses kehamilan) Berikut ini adalah beberapa upaya pencegahan infeksi pada bayi baru lahir. 1. Hidung dan mulut bayi segera dibersikan setelah lahir
Segera setelah bayi lahir maka tenaga medis harus membersihkan bagian mulut dan hidung bayi. Cara ini dilakukan dengan alat pengisap yang sangat aman untuk bayi. Ketika bayi lahir normal dan melewati perineum maka kemungkinan bayi menghisap berbagai cairan dan kotoran yang mungkin bisa masuk ke tubuh bayi. Bahkan tindakan ini sangat penting untuk mengeluarkan lendir dan mekonium jika memang ada dalam mulut dan hidung bayi. Tindakan ini juga sangat penting untuk membantu bayi agar bisa bernafas dengan baik melalui hidung dan mulut. Jika bayi tidak bisa bernafas dengan baik maka dokter bisa memberikan alat bantu nafas khusus untuk bayi. 2. Segera mengikat plasenta setelah lahir
Ketika bayi lahir maka bayi masih tali plasenta yang terhubung langsung dengan plasenta. Setelah bayi lahir maka sistem peredaran darah beralih dari plasenta sampai ke tubuh bayi secara mandiri. Sehingga bagian plasenta sebenarnya sudah tidak diperlukan lagi. Kemudian tenaga medis akan menjepit bagian tali plasenta hingga beberapa lama kemudian semua bagian itu akan dipotong dengan alat yang steril. Cara ini bisa membantu bayi agar tidak terkena infeksi dari plasenta yang masih melekat dengan tubuh bayi. (baca: plasenta letak rendah – janin terlilit tali pusat) 3. Bayi menerima suntikan vitamin K
Semua bayi yang baru lahir sangat penting untuk menerima suntikan vitamin K. Suntikan ini sangat penting untuk membantu sistem pembekuan darah dalam tubuh bayi dan juga mencegah adanya pendarahan dalam tubuh bayi. Bahkan tindakan ini sangat penting untuk mencegah adanya infeksi bakteri atau virus yang kemungkinan sudah masuk ke dalam darah bayi selama dalam kandungan. 4. Pemberikan vaksin hepatitis B
Penyakit hepatitis B adalah jenis penyakit infeksi yang ditularkan melalui kontak cairan dan hubungan seksual. Kemungkinan bayi juga bisa mengalami infeksi ini karena tertular dari ibu hamil yang terkena hepatitis B. untuk mengatasi ini maka bayi yang baru lahir sebaiknya langsung menerima vaksin hepatitis B. Biasanya dokter akan mengatakan hal ini ketika bayi sudah menerima vaksin dari rumah sakit. (baca: bahaya hepatitis bagi ibu hamil – gejala hepatitis B pada ibu hamil)
5. Pemberian antibiotik salep ke mata bayi
Bayi yang lahir normal atau caesar kemungkinan juga bisa terkena infeksi akibat penyakit gonore atau clamidya dari ibu hamil. Penyakit ini bisa menular ke bayi melalui cairan mata. Karena itu bayi harus menerima antibiotik agar tidak terkena penyakit infeksi mata pada bayi. Tindakan ini mungkin bisa tidak dilakukan jika memang ibu sudah bebas dari infeksi penyakit seksual ini. Antibiotik bisa menyebabkan pandangan mata bayi kabur namun akan membaik dalam beberapa hari setelah dilahirkan.
Informasi penyakit mata pada bayi:
penyebab belekan pada bayi baru lahir obat belekan pada bayi obat sakit mata untuk bayi penyebab mata merah dan berair pada bayi penyakit mata pada bayi
6. Membersihkan semua cairan dalam tubuh bayi
Ketika bayi baru lahir maka ada banyak cairan dan lendir yang melekat dalam tubuh bayi. Terkadang lapisan lemak juga masih menempel dalam kulit bayi. Semua bahan yang melekat dalam kulit bayi bisa menyebabkan infeksi yang berbahaya untuk bayi. Karena itu semua kotoran ini juga harus segera dibersihkan sehingga bayi langsung bersih. Untuk memandikan bayi biasanya tidak dilakukan kecuali dengan pertimbangkan khusus. Memandikan bayi yang baru lahir bisa meningkatkan resiko penurunan suhu yang menyebabkan hipotermia pada bayi baru lahir.(baca: cara merawat bayi baru lahir) 7. Semua perlengkapan dan ruangan persalinan yang steril
Ketika Anda melahirkan di sebuah rumah sakit maka semua alat dan ruang persalinan harus sangat steril. Infeksi bisa terjadi dimana saja termasuk dari alat yang digunakan atau bahkan kain-kain yang berada dalam ruang persalinan. Karena itu biasanya rumah sakit menerapkan suhu yang rendah untuk mencegah perkembangan bakteri atau infeksi pada bayi baru lahir. Jika Anda tidak mendapatkan fasilitas ini maka segera bicarakan dengan dokter. (baca: tips memilih rumah sakit bersalin) 8. Tenaga medis harus menggunakan sarung tangan dan steril
Tenaga medis yang terlibat dalam persalinan harus menggunakan sarung tangan yang steril. Semua orang harus mencuci tangan dengan cairan antiseptik sehingga bayi tidak tertular infeksi ketika diperiksa atau disentuh. Pemeriksaan yang berhubungan dengan jalur lahir harus dilakukan ketika diperlukan dan semua alat harus steril. Baca: pengertian obstetri dan ginekologi – peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas 9. Pemeriksaan infeksi B Strep pada ibu hamil
Infeksi B strep untuk bayi yang baru lahir adalah kasus yang paling sering terjadi. Sebenarnya infeksi ini akan dimulai semenjak bayi baru lahir hingga berusia kurang lebih 1 minggu. Untuk itu ibu hamil harus bisa melakukan pengujian ketika kehamilan berumur 35 sampai 37 minggu. Jika memang ibu hamil terkena infeksi maka bisa menerima antibiotik yang sangat aman untuk ibu dan bayi dalam rahim. infeksi B strep sering tidak menyebabkan gejala apapun sehingga banyak ibu hamil yang tidak menyadari ketika terkena infeksi ini. Dan jika tidak dicegah maka bayi bisa terkena infeksi dengan cepat.
Baca: ciri kehamilan bermasalah – gejala torch pada ibu hamil – manfaat pemeriksaan VDRL pada ibu hamil 10. Menerima antibiotik selama persalinan
Jika ibu dinyatakan terkena infeksi B Strep maka ibu harus menerima antibiotik selama proses persalinan. Antibiotik akan diberikan melalui cairan IV dan sangat aman untuk bayi dan ibu. Dokter bisa memberikan antibiotik ini jika memang ibu terkena infeksi dan obat yang diberikan setelah pengujian tidak berhasil membunuh bakteri yang ada dalam tubuh ibu. Baca: bahaya antibiotik bagi ibu hamil – amankah antibiotik bagi ibu hamil
11. Persalinan caesar
Ketika ibu menderita beberapa infeksi penyakit menular seksual maka kemungkinan dokter bisa memberikan alternatif persalinan caesar. Persalinan normal akan membuat bayi melewati jalan lahir dan kemungkian bayi akan terkena infeksi dari bakteri atau sumber penyakit lain pada ibu. Namun pertimbangan ini juga bisa dilakukan jika ibu mengalami kondisi seperti preeklampsia atau bayi besar dalam kandungan. Informasi persalinan caesar:
resiko melahirkan normal setelah caesar resiko operasi caesar bahaya operasi caesar pemulihan rahim pasca caesar
12. Bayi menerima vaksin lengkap sesuai jadwal
Kemudian ketika semua cara untuk mencegah infeksi sudah dilakukan sejak proses persalinan hingga bayi lahir, maka bayi juga harus menerima vaksin secara rutin sesuai jadwal. Bayi yang sudah menerima berbagai vaksin atau imunisasi bisa terhindari dari bahaya bayi tidak imunisasi. Cara ini juga sangat penting untuk mencegah berbagai penyakit pada bayi hingga tumbuh menjadi anak-anak. Baca: imunisasi polio – vaksin BCG pada bayi – bahaya bayi tidak imunisasi – bahaya imunisasi – infeksi paru paru pada bayi Pencegahan infeksi pada bayi baru lahir menjadi peran penting bagi ibu hamil, keluarga dan semua tenaga medis yang menolong persalinan. Jadi semua orang yang berada dalam tahap tersebut harus menjaga agar bayi tetap sehat hingga tumbuh tanpa infeksi apapun.
TINJAUAN TEORI Iinfeksi pada bayi cepat sekali meluas. Infeksi BBL lebih sering ditemukan di RS daripada di rumah, dari ibu, petugas kesehatan, (dokter atau perawat) dan petugas kesehatan yang lain jga pengunjung yang datang keruangan. Macam – macam infeksi pada neonates: a.
Tetanus neonatorum
b.
CMV
c.
Virus herpes simplex.
Penyebab : Infeksi neonatus dapat melalui beberapa cara blane (1961) dan dibagi dalam 3 golongan yaitu : 1.
Infeksi intranatal
Kuman dari vagina naik dan masuk dalam rongga amnion setelah ketuban pecah.Infeksi dapat terjadi walaupaun ketuban masi utuh.Misalnya pada partus lama dan sering dilakukan pemeriksaan dalam.Janin terkena infeksin karena inhalasi likuor yang septik sehingga terjadi pneumonia congenital/karena kuman memasuki peredaran darahnya dan menyebabkan seplikerta.Infeksi inranatal dapat juga dengan jalan kontak langsung dengan kuman yang terdapat dalam vagina mis blenorea.
2.
Infeksi antenatal
Kuman mencapai janin melalui peredaran darah ibu ke plaseta dan selanjutnya infeksi melalui sirkulasi umbilikus masuk ke janin.
3.
Infeksi pascanatal
Infeksi terjadi sesuda bayi lahir lengkap, infeksi terjadi akibat penggunaan alat-alat perawatan yang tidak steril atau karena cross intection.
CARA PENULARAN MIKROORGANISME Proses penyebaran rnikroorganisme ke dalam tubuh, baik pada manusia maupun hewan, dapat meialui berbagai cara, di antaranya: 1. Kontak Tubuh. Kuman masuk ke dalam tubuh melalui proses penyebaran secara langsung, maupun tidak langsung. 2.
Makanan dan minuman
3.
Serangga
4.
Udara
FAKTOR YANG MEMENGARUHI PROSES INFEKSI a.
Sumber Penyakit
Sumber penyakit dapat memengaruhi apakah infeksi berjalan cepat atau lambat.
b.
Kuman penyebab
Kuman penyebab dapat menentukan jumlah mikroorganisme, kemampuan mikroorganisme masuk ke dalam tubuh, dan virulensinva.
c.
Cara Membebaskan Sumber dari Kuman
kuman dapat menentukan apakah proses infeksi cepat/lambat, seperti tingkat keasaman (pH), suhu, dll.
d.
Cara Penularan
Cara penularan seperti kontak melalui makanan atau udara, dapat menyebabkan penyebar.
e.
Cara Masuknya Kuman.
Proses penyebaran tergantung dari sifatnya. Kuman dapat masuk melalui pernapasan, saluran pencernaan, kulit, dan lain-lain.
f.
Daya Tahan Tubuh
Daya tahan tubuh yang baik dapat memperlambat proses infeksi atau mempercepat proses penyembuhan.
Diagnosis infeksi tidak mudah karena tanda khas seperti yang terdapat pada bayi lebih tua sering kali tidak ditemukan, diagnosis dapat dibuat dengan pengamatan yang cermat. Diagnosis ini dapat dibuat apabila terdapat kelainan tingka laku bayi dapat merupakan tanda – tanda permulaan infeksi umum. Tada infeksi pada bayi biasanya tidak khas sperti yang terdapat pada bayi yang lebih tua, ada beberapa gejala yaitu : a.
Malas minum
b.
Gelisa
c.
Frekuensi pernafasan meningkat
d.
Berat badan turun
e.
Pergerakan kurang
f.
Munta
g.
Diare
h.
Odema
i.
Perdarahan, ikterus, kejang, suhu meningkat, normal atau kurang dari normal.
2. 1 Pencegahan Infeksi Pencegahan Infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus dilakukan pada bayi baru lahir karena bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi.Pada saat penanganan bayi baru lahir, pastikan penolong untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi. Tindakan-tindakan pencegahan infeksi bayi baru lahir sbb. 1.
Mencuci tangan secara seksama sebelum dan sesudah melakukan kontak dengan bayi
2.
Memakai sarung tangan bersih saat melayani bayi yang belum dimandikan
3.
Memastikan semua peralatan telah disterilkan
4.
Memastikan semua perlenkapan bayi dalam keadaan bersih,
5.
Memastikan semua alat-alat yang bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih,
6.
Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama payu dara,
7. Membersihkan muka, pantat,dan tali pusat bayi dengan air bersih hangat dan sabun setiap hari, 8.
Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi.
Upaya lain untuk mencegah infeksi sbb. 1.
Pencegahan infeksi pada tali pusat,
Upaya dilakukan dengan cara merawat tali pusat agar luka tersebut tetap bersih. Dilarang membubuhkan atau mengoleskan ramuan, abu dapur, dan sebagainya pada luka tali pusat sebab akan menyebabkan infeksi, tetanus, dan kematian. Tanda infeksi tali pusat yang harus di waspadai antara lain : kulit disekitar tali pusat berwarna kemerahan, ada pus/nanah dan berbau busuk. 2.
Pencegahan infeksi pada kulit,
Beberapa cara yang diketahui dapat mencegah terjadinya infeksi pada kulit bayi baru lahir adalah meletakkan bayi di dada ibu, agar terjadi kontak kulit langsung antara ibu dan bayi, sehingga menyebabkan terjadinya kolonisasi mikroorganisme ibu yang cenderung bersifat patogen, serta adanya zat antibodi bayi yang sudah terbentuk dan terkandung dalam ASI. 3.
Pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir,
Cara mencegah infeksi pada mata bayi baru lahir adalah dengan memberikan salep mata atau obat tetes mata dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir untuk mencegah oftalmia neonatorium, biarkan obat pada mata bayi dan obat yang ada disekitarnya jangan dibersihkan, keterlambatan memberikan salep mata pada bayi baru lahir merpakan seringnya kegagalan upaya pencegahan infeksi pada mata.
4.
Imunisasi
Pada daerah risiko tinggi infeksi TBC , Imunisasi BCG harus segera di berikan pada bayi segera setelah bayi lahir, pemberian dosis pertama tetesan polio dianjurkan pada umur 2 minggu, maksud pemberian imunisasi polio secara dini adalah untuk meningkatkan perlindungan awal, imunisasi hepatitis B sudah merupakan program nasional meskipun pemberiannya secara bertahap. Tanda bahaya bayi dengan satu atau lebih tanda berikut ini perlu di rujuk ke dokter · Sulit menyusui · Litargi ( tidur terus sehingga tidak menyusu) · Demam atau hipotermia · Tidak BAB selama 3 hari ( kemungkinan anus tidak mempunyai lobang · Sianosis pada kulit atau bibir · Ikterus berat · Muntah terus menerus · Muntah dan perut membesar · Kesulitan bernafas · Perilaku tangis yang tidak normal · Mata bengkak dan bernanah/ berair · Mekonium cair berwarna hijau gelap dengan lendir/darah
2. 2 Prinsip Dasar Amati prakte-praktek di bawah ini untuk melindungi bayi, ibu da petugas kesehatan terhadap infeksi. Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah penyebaran infeksi : · Setiap orang (pasien dan petugas pelayanan kesehatan ) harus dianggaap berpotensI menularkan infeksi ·
Cuci tangan adalah prosedur yang paling praktis dalam mencegah kontaminasi langsung
· Pakailah sarung tangan sebelum menyentuh setiap kulit yang luka, selaput lendir ( mukosa ), darah dan cairan tubuh lainnya ( secret ) · Gunakan pelindung ( barier ) seperti kacamata ( goggles ), makes celemek ( apron ) pada setiap kali yang melakukan kegiatan pelayanan yang diantisipasi dapat terkena percikan atau terkena darah dan cairn tubuh pasien · Selalu melakukan tindakan/prosedur menurut langkah yang aman seperti tidak membengkokkan jarum dengan tangan, memegang alat medik dan prosesnya dengan benar, membuang proses samppah medik dengan benar · Bersihkan dan bila perlu lakukan disinfeksi peralatan dan barang yang digunakan sebelum daur ulang ·
Bersihkan ruang perawatan pasien secara rutin
· Letakkan bayi yang mungkin dapat mengkontaminasi lingkungan ( misalnya bayi dengan diare yang terinfeksius ) di dalam ruangan khusus
2. 3 Cuci Tangan a. Cuci tangan dengan sabun dan air atau menggunakan cairan pembersih tangan berbasis alkohol :
§ Sebelum dan sesudah merawat bayi serta sebelum melakukan tindakan §
Sesudah melepas sarung tangan
§ Sesudah memegang instrument atau barang yang kotor b. Beri petunjuk pada ibu dan anggota lainnya untuk cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
Cara cuci tangan : § Basahi kedua tangan § Cuci tangan selama 10-15’ dengan sabun dan air mengalir § Biarkan tangan kering di udara atau keringkan denga kertas bersih atau handuk pribadi · Membersihakn tangan dengan caiaran pembersih berbasis alkohol ( dibuat dari 2 ml gliserin dan 100 ml alkohol 60 % ), lebih efektif dibanding dibanding dengan cuci tangan, kecuali kalua tangan memeang kelihatan kotor. Cara membersihkan tangan dengan memakai cairan pembersih tangan berbasis alkohol : § Basahi seluruh permukaan tangan dan jari dengan cairan pembersi tangan § Basuh dan gosokkan cairan ketangan sampai kering
2. 4 Perlengkapan Perlindungan Mandiri Cegah paparan terhadap infeksi denga menggunakan barier atau pelindung untuk melindungi diri dari semburan dan jejkas dari benda tajam. ·
Bila mungkin pakai sepatu tertutup, jangan telanjang kaki.
· Bila sarung tangan diperlukan tindakan, gunakan sepasang sarung tangan untuk tiap bayi guna menghindari kontaminasi silang dan buanglah sarung tangan yang sudah kotor. Gunakan sarug tangan yang berbeda untuk setiap situasi : § Sarung tangan steril atau sarung tangan desinfeksi tinggi bila memegang atau kontak langsung dengan kulit lecet, jaringan dibawah kulit atau darah § Sarung tangan yang bersih bila ada kontak dengan membrane mukosa atau cairan tubuh ( misalnya mengambil sample darah ) § Sarung tangan tebal dari bahan karet atau lateks untuk memegang barang yang terkontaminasi serta akan membersihkan atau membuang kotoran · Sarung tangan sekali pakai sangat dianjurkan, tetapi dibeberapa tempat karena keterbatasan sarana sarung tangan untuk tindakan bedah dapat dipakai ulang setelah : § Dilakukan dekontaminasi direndam dalam larutan klorin selam a10 menit § Cuci dan bilas § Disterilkan dengan autoklaf ( membunuh organisme ) atau desinfeksi tingkat tinggi dengan direbus atau dikukus ( membunuh organisme kecuali beberapa endospora ) § Catatan: bila sarung tangan bedah dipakai ulang, tidak boleh lebih dari tiga kali karena dikhawatirkan terjadi robekan yang tidak dapat terlihat
2. 5 Perawatan Secara Umum Petunjuk untuk mwengurangi risiko infeksi pada bayi sesudah lahir adalah sebagai berikut : · Gunakan sarung tangan dan celemek plastik atau karet waktu memegang BBL sampai dengan kulit bayi bersih dari darah, mekonium dan cairan · Bersihkan darah dari cairan tubuh bayi lainnya dengan menggunakan lapas yang direndam air hangat kemudian dikeringkan · Bersihkan pantat dan daerah sekitar anus bayi etiap selesai mengganti popok atau setiap diperlukan dengan menggunakan kapas yang direndam air hangat, air larutan sabun dan kemudian keringkan dengan hati-hati ·
Gunakan sarung tangan waktu merawat tali pusat
· Ajari ibu werawat payudara dan bagaimana cara mengurangi trauma pada payudara dan putting agar tidak terjadi mastitis
2. 6 Teknik Aseptik Untuk Melakukan Tindakan Teknik aseptik membuat tindakan lebih aman bagi BBL maupun tenaga kesehatan dengan mengurangi atau menghilangkan organisme dikulit, jaringan atau benda mati ketingkat lebih aman. Meliputi aspek-aspek sebagai berikut : · Cuci tangan selama 3-5 menit dengan menggunakan sekat yang lembut dan sabun antiseptic ·
Kenakan sarung tangan steril atau sarung tangan yang DTT
· Siapkan kulit untuk dilakukan tindakan dengan mencuci dengan menggunakan cairan antiseptik dengan gerakan melingkar, gerakan dari sentral keluar seperti membentuk spiral · Bila ragu-0ragu apakah peralatannya terkontaminasi atau tidak, anggaplah saja terkontaminasi
2.7 Cairan Antiseptik dan Desinfektan Meskipun kedua istilah ini sering tertukar, cairan anti septic dan cairan desinfektan masingmasing mempunyai manfaat yang berbeda.Cairan antiseptic digunakan untuk kulit dan biasanya tidak sekuat desinfektan.Desinfektan digunakan dekontaminasi alat atau bahan yang terkontaminasi derajat tinggi.
Cara mencegah kontaminasi cairan antiseptic dan desinfektan : ·
Bila perlu pengenceran, hanya menggunakan air yang dimasak.
· Jaga jangan sampai mulut botol besar tempat cairan terkontaminasi waktu menuangkan cairan kedalam botol/tempat yang lebih kecil. · Kosongkan dan cuci tabung dengan sabun dan air kemudian keringkan di udara terbuka paling tidak seminggu. · Tuangkan cairan antiseptic keatas gulungan kapas atau kain kasa, jangan mencelupkan kapas/kain kasa kedalam caian antiseptk. ·
Simpan caira ditempat dingn dan gelap
2.8 Pembersihan dan Pembuangan Tempat Sampah Membersihkan secara teratur dan teliti akan mengurangi mikro organisme dipermukaan dapat mencegah infeksi dan luka. ·
Setiap perawatan BBL harus mempunyai jadwal membersihkan.
·
Ikuti petunjuk membersihkan.
· Yakinkan selalu tersedia ember bersih yang berisi cairan clorin 0,5% atau cairan local yang ada atau cairan pembersih yang aman. · Segera bersihkan darah dengan menyemprot cairan clorin 0,5%. Bungkus dan tutup dengan kain linen yang bersih dan simpan dalam lemari tertutup untuk mnghindari kontaminasi dengan debu.
Ø Sesudah digunakan, basuh tempat tidur, meja, dan troli untuk tindakan menggunakan cairan pembersih dengan larutan clorin 0,5% atau cairan diterjen. · Lantai dan permukaan yang horizontal harus dibersihkan setiap hari atau sesuai dengan kebutuhan dengan cairan pembersih larutan clorin 0,5% dan cairan diterjen. · Pisahkan cairan yang terkontaminasi misalnya darah, nanah, dan barang yang kotor dari beda yang tidak tekontaminasi dan bakarlah.
·
Yakinkan bahwa barang tajam yang terkontaminasi telah dibakar dan dikubur.
2.9 Cara Lain Pencegahan Infeksi · Ruang perawatan resiko di lokasi diare yang tidak terlalu banyak dilewati orang dan jalur masuknya terbatas. · Bila mungkin, sediakan ruangan khusus dan bayi baru lahir yakinkan bahwa tenaga yang berhubungan langsung dengan BBL telah di imunisasikan rubella, campak, hepatitis B, dan parotitis serta mendapat vaksin influenza setiap tahun. · Tenaga yang mempunyai lesi atau infeksi kulit tidak boleh dating dan berhubungan langsung dengan bayi baru lahir. · Pengunjung atau staf yang sedang menderita infeksi akut, misalnya virus pernafasan tidak diperbolehka masuk ke ruangan perawatan bayi resiko tinggi. · Hindari staf yang berlebih atau staf yang kurang. Jangan meletakkan dua bayi dalam boks dan incubator yang sama. ·
Batasi jumlah tenaga yang menangani bayi.
Virus-sitomegalo virus, enterovirus, respiratory sincytial virus dan rhinovirus.
2.10 Infeksi Janin dan Bayi Baru Lahir Infeksi janin dan bayi baru lahir diklasifikasi atas dasar : 1.
In utero (transplacenta).
2.
Sewaktu melalui jalan lahir (transmisi vertical)
3.
Pada masa neonatal (yaitu dalam 28 hari ertama setelah melahirkan)
Infeksi in utero termasuk yang disebabkan oleh : § Virus-sitomegalovirus, rubella, varisela,HIV, dan parovirus. § Protozoa-toksoplasmosis gondii, dan § Bakteri-sifilis congenital.
Intrapartum(ibu ke bayi baru lahir) dan infeksi bayi baru lahir pasca persalinan termasuk yang disebabkan oleh ; Virus hepatitis B, hepatitis C, HIV, Virus herpes simpleks (HSV), human papiloma virus dan parovirus. Bacteria-E.coli, group streptococcus, jamur (species candida) konjungtivitis karena klamidia; gonorea, atau listeria monositogenes, dan sejumlah hasil anaerob grand negative.
Infeksi bayi baru lahir selama bulan pertama, termasuk : § Protozoa-malaria banyak dinegara tropis dan § Bacteria-tuberculosis dan tetanes.
2.11 Pencegahan Penyakit Infeksi Janin dan Bayi Baru Lahir Pencegahan telah lama menjadi satu satunya alternative dalam memerangi penyakit infeksi baya baru lahir. Selama 50 tahun terakhir ini upaya pencegahan berhasil mengurangi resiko infeksi janin dan bayi baru lahir di Negara-negara berkembang.keberhasilan ini telah dilaksanakan melalui :
§ Imunisasi maternal (tetanus, rubella, varisella, dan hepatitis B). § Pengobatan antenatal sifilis maternal, gonorhoe, klamidea. § Penggunaan profilaksia obat tetes mata postnatal untuk mencegah infelsi mata (konjungtivitis) karena klamidea, gonorhoe dan jamur (kandida). § Pengobatan profilaksis perempuan hamil yang beresiko terhadap penyakit groupB streptococcus. § Pengobatan dengan anti retroviral (ARV) maternal (antenatal dan intrapartum) dan bayi baru lahir (post natal) untuk mencegah HIV.
2.12 Perawatan Postnatal Bayi Baru Lahir Meminimalkan resiko infeksi bayi baru lahir dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: § Pakai sarung tangan dan apron plastic atau karet kalau menangani bayi sampai darah, mekonium atau cairan amnion dibersihkan dari kulit bayi. § Bersihkan darah dan cairan tubuh lainnya secara berhati-hati dengan menggunakan kapas, bukan kasa yang dicelupkan kedlam air hangat diikuti dengan pengeringan kulit. § Cuci tangan sebelum memegang atau merawat bayi. Alternatifnya dapat menggunakan produk antiseptic berbasis alcohol tak berair. § Tunda membersihkan bayi baru lahir sampai suhunya stabil ( biasanya 6 jam). Yang sangat penting adalah area pantat dan perineal. Area ini harus selalu dibersihkan pada setiap penggantian popok, atau sesering yang diperlukan, dengan menggunakan kapas yang dicelupkan kedalam air sabun hangat, kemudian dikeringkan dengan hati-hati. § Gaun penutup atau masker tidak diperlukan sewaktu menangani bayi. § Tidak ada satu perawatan tali pusat yang terbukti superior dalam mencegah kolonisasi atau infeksi.
Secara umum adalah :
§ Cuci tangan , atau pakai anticeotik pencuci tangan sebelum dan sesudah perawatan tali pusat. §
Tali pusat harus selalu bersih dan kering.
§ Jangan tutupi tali pusat dengan gurita. § Diaper/ popok dilipat dibawah puntung tali pusat. § Jika puntung tali pusat kotor, hati-hati cuci dengan air matang yang diberi sabun, bersihkan dengan air matang, keringkan dengan kain bersih. § Jelaskan pada ibu, jika puntung tali pusat menjadi merah atau bernana, bawa bayi ke klinik atau rumahsakit secepatnya.
PENCEGAHAN
I.
Pencegahan infeksi pada tali pusat
Upaya ini lakukan dengan cara merawat tali pusat yang berarti menjaga agar luka tersebut tetap bersi, tidak terkena air kencing, kotoran bayi atau tanah. Pemakaian popok bayi diletakan disebelah bawah tali pusat.Apabila tali pusat kotor, cuci luka tali pusat dengan air bersih yang mengalir dan sabun, segera dikeringkan kain kasa kering dan dibungkus dengan kasa tipis yang steril dan kering. Dilarang membubukan atau mengoleskan ramuan abu dapur dan sebagainya pada luka tali pusat, sebab akan menyebabkan infeksi dan tetanus yang dapat berakhir dengan kematian neonatal. Tanda-tanda infeksi yang harus diwaspadai, antara lain kulit sekitar tali pusat berwarna kemerahan, nanah dan berwarna busuk. Mengawasih dan segera melaporkan kepada dokter, jika tali pusat ditemukan pendarahan, pembebakan, keluar cairan tampak merah atau berbau busuk.
II.
Pencegahan infeksi pada kulit
Beberapa cara yang diketahui dapat mencega terjadinya infeksi pada kulit bayi baru lahir atau penyakit infeksi lain adalah meletakan bayi didada ibu agar terjadi kontak langsung ibu dan bayi sehingga mengyebabkan kolonisasi mikro organisme ada dikulit dan saluran pencernaan bayi dengan mikroorganisme ibu dan cenderung bersipat non patogen, serta adanya zat anti body bayi yang sudah terbentuk dan terkandung dalah air susu ibu.
III.
Pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir
Cara mencega infeksi pada mata bayi baru lahir adalah merawat mata bayi baru lahir dengan mencuci tangan terlebih dahulu, membersikan kedua mata bayi segerah setela lahir dengan kapas atau sapu tangan yang halus dan bersih yang telah dibersikan dengan air hangat. Dalam waktu satu jam setelah bayi lahir berikan salep atau obat tetes mata untuk mencegah optalmia neonatorium (tertrasilin 1%, eritrozin 0,5% atau nitras argensi) biarkan obat tetap pada mata bayi dan obat yang ada disekitar mata jangan dibersikan setelah selesai merawat mata bayi cuci tangan kembali. Keterlambatan memberikan salap mata misalnya bayi baru lahir diberikan salep mata setelah lewat 1 jam setelah lahir merupakan sebab tersering kegagalan upaya pencegahan infeksi pada mata bayi yang baru lahir
IV.
Tindakan pencegahan infeksi pada bayi secara umum
a. Gunakan sarung tangan dan celemek plastik atau karet waktu memegang bayi baru lahir sampai dengan kulit dengan kulit bayi bersi dari darah dan cairan. b. Bersikan darah dan cairan tubuh bayi lainnya dengan menggunakan kapas yang direndam di dalam air hangat kemudian keringkan. c.
Bersikan pantat dan daerah sekitar anus bayi setiap selesai mengganti popok.
d.
Gunakan sarung tangan waktu merawat tali pusat.
e. Ajari ibu merawat payudara dan bagaimana cara mengurangi trauma pada payudara dan puting agar tidak terjadi mastitis. f. Rungan perawat bayi resiko diarea yang tidak terlazlu banyak dilewati orang dan jarungan masuknya terbatas.