Askep & Lp Kk Bina'an Rematik.docx

  • Uploaded by: firman kurniawan
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep & Lp Kk Bina'an Rematik.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,698
  • Pages: 35
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Salah satu aspek yang penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat merupakan klien asuhan keperawatan atau sipenerima asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota keluarga yang sakit. Keberhasilan keperawatan di rumah sakit dapat menjadi sia – sia jika tidak dilanjutkan oleh keluarga di rumah. Secara empiris dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga sangat berhubungan atau sangat signifikan. Keluarga menempati posisi di antara individu dan masyarakat, sehingga dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat mendapat dua keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah memenuhi kebutuhan individu, dan keuntungan kedua adalah memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam pemberian pelayanan kesehatan, perawat harus memperhatikan nilai – nilai dan budaya keluarga, sehingga keluarga dapat menerimanya. Pelayanan keperawatan di rumah merupakan pelayanan keperawatan yang diberikan di tempat tinggal klien dan keluarga sehingga klien tetap memiliki otonomi untuk memutuskan hal – hal yang terkait dengan masalah kesehatannya. Perawat yang melakukan keperawatan di rumah bertanggung jawab untuk meningkatkan kemampuan keluarga untuk mencegah penyakit dan pemeliharaan kesehatan. Namun, di Indonesia belum ada lembaga ataupun organisasi perawat yang mengatur pelayanan keperawatan di rumah secara administratif. Perawatan yang diberikan di rumah khususnya oleh perawat

komunitas masih bersifat sukarela, belum ada aturan terhadap imbalan atas jasa yang diberikan. Pengalaman belajar klinik memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk memperoleh pengalaman nyata asuhan keperawatan keluarga pada keluarga yang mengalami masalah kesehatan dengan penerapan berbagai konsep dan teori keperawatan keluarga serta proses keperawatan sebagai pendekatan. Keluarga masih banyak yang belum mengenal masalah, keputusan yang diambil juga banyak kurang tepat, keluarga belum memahami perawatan penyakit yang diderita anggota keluarga. 1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1 Tujuan umum Setelah menyelesaikan pengalaman belajar klinik mampu menerapkan asuhan keperawatan pada keluarga yang mempunyai masalah kesehatan sesuai tugas dan perkembangan keluarga. 1.2.2 Tujuan khusus Setelah menyelesaikan belajar klinik mahasiswa mampu : a. Mengidentifikasi data yang sesuai dengan masalah kesehatan keluarga b. Merumuskan diagnosa keperawatan keluarga sesuai dengan masalah kesehatan keluarga c. Merencanakan tindakan sesuai dengan diagnosa keperawatan d. Melaksanakan tindakan sesuai rencana yang telah ditentukan e. Mengevaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga. 1.3 Manfaat Penulisan

Manfaat dari Asuhan Keperawatan Keluarga adalah untuk membina & membentuk keluarga secara dini tentang pengertian hidup sehat. Secara umum meningkatkan peran serta masyarakat dalam hal peningkatan status kesehatan individu & keluarga, sehingga setiap masalah kesehatan yang di hadapi dapat segera di ketahui. 1.4 Metodologi Penulisan Metode yang di gunakan penulis dalam menyusun asuhan keperawatan keluarga ini adalah. 1. Metode penyusunan deskriptif Yaitu metode yang di gunakan untuk mengungkapkan peristiwa & bertujuan pada pemecahan masalah yang di hadapi saat ini & hasilnya dapat di evaluasi saat itu juga. 

Studi Pustaka Yaitu mencari informasi melalui beberapa literature yang berasal dari buku-buku ilmiah, majalah ilmiah serta media cetak lainnya yang ada di perpustakaan untuk di jadikan landasan teori dalam memberikan pelayanan maupun penulisan asuhan keperawatan keluarga ini.



Studi Lapangan Yaitu memberikan asuhan keperawatan secara nyata di lapangan untuk memperoleh gambaran sebenarnya tentang perkembangan suatu subyek melalui proses keperawatan.

2. Lokasi & Waktu Lokasi yang di gunakan sebagai sumber pembuatan asuhan keperawatan keluarga ini adalah di wilayah Dusun Palurejo Desa Sumbersewu wilayah kerja Puskesmas Tembokrejo. 3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan pengumpulan data, penyusun menggunakan teknik sebagai berikut : 

Observasi



Wawancara



Pemeriksaan Fisik

4. Jenis Data a.

Data primer di peroleh dari observasi & wawancara langsung

b.

Data sekunder

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Keluarga 2.1.1

Definisi Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi

yang

bertujuan

untuk

menciptakan,

mempertahankan

budaya,

meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan social setiap keluarga (Duval dan Logan). Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena hubungan darah, perkawinan/adopsi, mereka saling interaksi satu dengan yang lain mempunyai peran dan menciptakan dan mempertahankan budaya (Ballon dan maglaya). 2.1.2

Tipe Keluarga 1. Tipe Keluarga Tradisional 

Keluarga inti (nuclear) yaitu dimana keluarga terdiri dari suami, istri, dan anak.



Keluarga besar (extended) yaitu dimana suatu keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah dengan keluarga lain



Keluarga dyad yaitu dimana keluarga terdiri dari suami, istri,tanpa disertai anak



Keluarga single parent yaitu satu orang tua dengan anak akibat kematian



Single adult yaitu terdiri dari satu orang tua



Keluarga usila yaitu dimana keluarga terdiri dari suami dan istri yang sudah lansia

2. Tipe Keluarga Non Tradisional 

Commune family yaitu dimana suatu keluarga tanpa pertalian darah yang hidup serumah

2.1.3



Suami, istri, anak hidup satu rumah tanpa perkawinan



Homoseksual yaitu dua individu sejenis hidup bersama dalam satu rumah.

Fungsi Keluarga 1.

Fungsi Efektif Yaitu saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga, saling menghargai, ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan mulai hidup baru.

2.

Fungsi Sosialisasi Adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial (Friedman, 80), sosial dimulai sejak lahir, keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melaui hubungan dan interaksi dalam keluarga

3. Fungsi Reproduksi Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan dan menambah sumber daya manusia. 4. Fungsi Ekonomi

Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti makanan, pakaian dan tempat berunding. 5. Fungsi Perawatan Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan yaitu mencegah gangguan kesehatan dan merawat angota keluarga yang sakit.  Adapun Tugas Kesehatan Keluarga (Friedman, 1998)

2.1.4

-

Mengenal masalah kesehatan

-

Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

-

Memberi perhatian kepada anggota keluarga yang sakit

-

Mempertahankan suasana rumah yang sakit

-

Menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat

(Tahap) Perkembangan Keluarga 1. Tahap I Pasangan baru atau Keluarga baru Di mulai saat laki-laki & perempuan membentuk keluarga melalui ikatan perkawinan. Dalam tahap ini dua orang yang membentuk keluarga perlu menyiapkan hidup baru & penyesuaian peran.  Tugas perkembangan keluarga meliputi: a. Membangun perkawinan yang saling memuaskan, b. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, keluarga berencana. c. Mendiskusikan rencana memiliki anak 2. Tahap II Keluarga dengan ”child bearing” ( kelahiran anak pertama) Di mulai pada saat kehamilan,kelahiran & anak pertama berusia 30 bulan.  Tugas perkembangan sebagai berikut : a. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap,

b. Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga, c. Mempertahankan

hubungan

perkawinan

yang

memuaskan,

memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambah peran-peran orang tua, kakek, dan nenek.

3. Tahap III Keluarga dengan anak prasekolah (Families with preschool) Di mulai saat anak pertama berusia 2,5 tahun – 5 tahun.  Tugas perkembangan sebagai berikut : a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga (seperti: rumah, ruang bermain, privasi dan keamanan), b. Mensosialisasikan anak, c. mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-anak yang lain, d. Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga. e. Pembagian waktu individu, anak, pasangan f. Kegiatan atau stimulasi anak 4. Tahap IV Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (Famillies With School Children) Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun.  Tugas perkembangan keluarga : a. Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan daya intelektual, b. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan,

c. Memenuhi kebuuthan kesehatan fisik anggota keluarga. 5. Tahap V Keluarga dengan Anak Remaja (fammilies with Teenagers) Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai pada usia 19/20.  Tugas perkembangan keluarga: a. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remja menjadi dewasa dan semakin mandiri, b. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan, c. Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak. d. Perubahan system peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga. 6. Tahap VI Keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching center famillies) Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.  Tugas perkembangan keluarga : a. Memperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak, b. Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan, c. Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami ataupun istri. d. Membantu anakk untuk mandiri di masyarakat e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga 7. Tahap VII. Keluarga usia pertengan (Middle Age Fammilies)

Tahapan ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal.  Tugas perkembangan keluarga : a. Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan, b. Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orang tua lansia dan anak-anak, c. Mempekokoh hubungan perkawinan. 8. Tahap VIII Keluarga lanjut usia Tahap perkembangan keluarga ini dimulai pada salah satu pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan sampai keduanya meninggal.  Tugas perkembangan keluarga : a. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, b. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan, c. Mempertahankan hubungan dengan anak dan masyarakat. ( Duval , 1985 ) 2.2 KONSEP DASAR PENYAKIT 2.2.1

Definisi Arthritis Rheumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama Poliartrhitis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien arthritis reumatoidterjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresivitasnya. Pasie dapat pula menunjukkan gejala konstitusionalberupa kelemahan umum, cepat lelah, atau gangguan nonartikular lain (Aspiani,2014).

Artrhitis Rheumatoid adalah kumpulan gejala (syndrom) yang berjalan secara kronik dengan ciri : radang non spesifik sendi perifer (di luar axis skeletal), biasanya simetris, mengakibatkan kerusakan yang progrsif (makin lama makin rusak), tergolong penyakit yang tidak diketahui penyebabnya, awal radang sering disertai stres baik fisik maupun emosi (Aspiani,2014). Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit inflamasi non bakterial yang bersifat sistemik, progresif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris (Nurarif et al,2015)

2.2.2

Sendi yang terlibat pada Rheumatoid Artrhitis: Sendi yang terlibat Frekuensi ketrlibatan (%) Metacarpophalangeal (MCP) 85 Pergelangan Tangan 80 Proximal Interphalangial (PIP) 75 Lutut 75 Metatarssophalangeal (MTP) 75 Pergelangan Kaki 75 Bahu 60 Midfoot (tarsus) 60 Panggul (Hip) 50 Siku 50 Acromioclavikular 50 Vertebra Servikal 40 Temporomandibular 30 Sternoclavikular 30 EtiologiArtrhitis Rheumatoid Penyebab Arthtitis Rheumatoidbelum diketahui secara pasti walaupun banyak hal mengenai patogenesisnya telah terungkap. Faktor genetik dan beberapa faktor lingkungan telah lama diduga berperan dalam timbulnya penyakit ini. Adapun faktor usia serta imunologi sebagai faktor pencetus penyakit ini. Kecendrungan wanita untuk menderita Artrhitis Rheumatoddan sering dijumpainya remisi pada wanita yang sedang hamil menimbulkan dugaan terdapatanya faktor keseimbangan hormonal sebagai salah satu faktor yang berpengaruh terhadap penyakit ini. Walaupun demikian karena pembenaran hormon estrogen eksternal tidak pernah menghasilkan perbaikan

sebagaimana yang diharapkan, sehingga kini belum berhasil dipastikan bahwa faktor hormonal memang merupakan penyebab penyakit ini (Aspiani,2014). Sejak tahun 1930, infeksi telah diduga merupakan penyebab Artrhitis Rheumatoid. Dugaan faktor infeksi timbul karena umunya omset penyakit ini terjadi secara mendadak dan timbul dengan disertai gambaran inflamasi yang mencolok. Walaupun hingga kini belum berhasil dilakukan isolasi satu organisme dan jaringan sinovial, hal ini tidak menyingkirkan kemungkinan bahwa terdapat suatu komponen peptidoglikanatau endotoksin mikroorganismeyang dapat mencetuskan terjadinya Artrhitis Rheumatoid. Agen infeksius yang diduga merupakan penyebab Artrhitis Rheumatoidantara lain bakteri, mikoplasma atau virus (Aspiani,2014). Hipotesis terbaru tentang penyebab penyakit ini adalah adanya faktor genetik yang akan menjurus pada penyakit setelah terjangkit beberapa penyakit virus, seperti infeksi virus Epstein-Barr. Heat Shock Protein (HSP) adalah sekelompok protein berukuran sedang (60-90 kDa) yang dibentuk oleh seluruh spesies sebagai respin terhadap stres. Walaupun telah diketahui terdapat hubungan antara Heat Shock Poteindan sel T pada pasien Atrhitis Rheumatoid namun mekanisme hubungan ini belum diketahui dengan jelas (Aspiani,2014). 2.2.3

Manifestasi Klinis Artrhitis Rheumatoid Gejala awal terjadi pada berbagai sendi sehingga disebut poli artrhitis rheumatoid. Persendian yang paling sering terkena adalah sendi tangan, pergelangan tangan, sendi lutut, sendi siku, pergelangan kaki, sendi bahu serta sendi panggul dan biasanya bersifat bilateral / simetris, tetapi kadang-kadang hanya terjadi pada satu sendi disebut artrhitis rheumatoid mono-artikular. 1. Stadium awal Malaise, penurunan BB, rasa capek, sedikit demam dan anemia. Gejala lokal yang

berupa pembengkakan, nyeri dan gangguan gerak pada sendi matakarpofalangeal. Pemeriksaan fisik : tenosinofitas pada daerah ekstensor pergelangan tangan dan fleksor jari-jari. Pada sendi besar (misalnya pada sendi lutu) gejala peradangan sendi lokal berupa pembengkakan nyeri serta tanda-tanda efusi sendi. 2. Stadium lanjut Kerusakan sendi dan deformitas yang bersifat permanen, selanjutnya timbul ketidakstabilan sendi akibat ruptur tendo/ligamen yang menyebabkan deformitas rheumatoid yang khas. Berupa deviasi ulnar jari-jari, deviasi radial/volar pergelangan tangan serta valgus lutut dan kaki. Untuk menegakkan diagnosis dipakai kriteria diagnosis dari ACR 1987 dimana untuk mendiagnosis AR diperlukan 4 dari 7 kriteria tersebut. Kriteria 1-4 tersebut harus minimal diderita selama 6 minggu. Kriteria Mendiagnosis RA Kriteria Definis Kaku Pagi Hari Kekakuan pada pagi hari pada persendian dan sekitarnya sekurang-kurangnya selama 1 jam sebelum perbaikan maksimal Artrhitis pada 3 daerah persendian Pembengkakan jaringan lunak atau atau lebih persendian atau lebih efusi (bukan pertumbuhan tulang) pada sekurangkurangnya pada 3 sendi secara bersamaan yang diobservasi oleh seorang dokter Artrhritis pada persendian tangan Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan suatu persendian tangan seperti yang tertera diatas Artrhitis simetris Keterilbatan sendi yang sama (seperti kriteria yang tertera 2 pada kedua belah sisi ) keterlibatan PIP, MCP, atau MTP bilateral. Nodul rheumatoid Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau permukaan ekstensor atau daerah juksta artikuler yang diobservasi oleh seorang dokter. Faktor rhemautoid serum positif Terdapatnya titel abnormal faktor reumatoid serum yang diperiksa dengan cara yang diberikan hasil positif kurang dai 5% kelompok kontrol yang diperiksa. Pemeriksaan hasilnya negatif tidak

Perubahan gambaran radiologis

meningkirkan adanya AR. Perubahan gambaran radiologis yang khas bagi Artrhitis rematoid pada pemerikaan sinar X tangan posterior atau pergelangan tangan yang harus menunjukkan adanya erosi atau deklasifikasi tulang yang verlokasi dengan sendi atau daerah yang berdekatan dengan sendi.

Sumber : Nurarif et. al. 2015 2.2.4

Klasifikasi Rheumatoid Artrhitis Rheumatoid Artrhitis dapat dikelompokkan berdasarkan diagnostik sebagai berikut : kaku pagi hari, nyeri pada pergerakan atau nyeri tekan paling sedikit satu sendi, pembengkakan karena penebalan jaringan lunak atau cairan (bukan pembesaran tulang). Pembengkakan paling sedikit satu sendi dari masa bebas gejala dari kedua sendi yang terkena tidak lebih dari tida bulan, pembengkakan sendi yang simetris dan terkananya sedi yang sama pada kedua sendi sisi yang timbulnya bersamaan. Menurut Cecillia, Nasution & Isbagio tahun 2008 mengklasiikasikan RA sebagai berikut :

1. Rehumatoid klasik Harus terdapat 7 dari kriteria tersebut di atass. Kriteria I sampai 5 tanda dan gejala sendi harus berlangsung terus menerus paling sedikit selama minggu. Jika ditemukan salah satu tanda dari daftar yang tidak termasuk RA, maka penderita tidak dapat digolongkan dalam kelompok ini. 2. Rheumatoid Definit Harus terdapat 5 dari kriteria di atas. Kriteria 1 sampai 5 tanda dan gejala sendi harus berlangsung terus menerus paling sedikit 6 minggu. 3. Probable Rheumatoid Artrhitis Kemungkinana RA terdapat 3 dari kriteria di atas. Paling sedikit satu dari kriteria 1 sampai 5 tanda atau gejala sendi harus berlangsung terus menerus paling sedikit 6

minggu. 4. Possible Rheumatoid Artrhitis Diduga RA harus terdapat dari kriteria di atas, dan lamanya gejala sendi paling sedikit 3 bulan. Termasuk possible rheumatoid artrhritis. Jika memiliki ciri sebagai berikut kaku pagi hari, nyeri tekan atau nyeri gerak dengan riwayat rekurensi atau menetap selama 3 minggu, riwayat atau didapati adanya pembengkakan sendi, nodul subkutan (diamati leh pemeriksaan) peningkatan Laju Endap atau C- Reaktif Protein , Iritis.

2.2.5

Patofisiologi Artrhitis Rheumatoid Dari penelitian mutakhir diketahui bahwa patogenesis Artrhitis Rheumatoid terjadi akibat rantai imunologis sebagai berikut : suatu antigen penyebab Artrhitis Rheumatoid yang berada pada membran sinovial, akan diproses oleh antigen presenting cells(APC). Antigen yang telah diproses akan dikenali dan diikat oleh sel CD

+

4 bersama dengan detrminan HLA-DR yang erdapat pada permukaan membran

APC tersebut dan membentuk suatu komplek trimoleklar. [paa tahap selanjutnya komplek antigen timolekuler terebut akan mengekspresikan sereptor iterleukin-2 (IL+

2) pada permukaaan CD

. IL-2 yang disekresi akan mengakibatan terjadinya 4

mitosis dan proliferasi sel tersebut. Selain IL-2, CD

yang telah teraktivasi juga

+

mensekresi 4 berbagai limfokin lan seperti gamma-interferon,tumor necrosis faktor β untuk (TNF-β), interleukin 3 (IL-3), interleukin 4 (IL-4), granulocyte – makrofage colonystimulating faktor (GSM-CSF) serta berbagai mediator lain yang bekerja merangsang proliferasi dan sktivasi sel β untuk memproduksi antibody. Setelah berikatan dengan antigen yang sesuai antibody yang dihasilkan akan membentuk komplek imun yang akan berdifusi secara bebas ke dalam ruang sendi (Noor, 2016).

Fagositosis komplek imun oleh sel radang akan disertai oleh pembentukan dan pembebasan radikal oksigen bebas, produksi protease, kolagenase dan enzim-enzim hidrolitik lainnya. Enzim-enzim ini akan menyebabkan destruksi jaringan sendi, memcahkan tulang rawan, ligamentum, tendon, dan tulang pada sendi. Proses ini diduga bagian dari suatu respon autoimun terhadap antigen yang diproduksi secara lokal. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial (Noor, 2016). Masuknya sel radang ke dala membran sinovial akibat pengendapan komplek imun yang menyebabkan bentuknya pannus yang merupakan elemen paling destruktif dalam patogenesi Artrhitis Rheumatoid. Pannus merupakan jaringan granulasi yang terdiri dri fibroblas dan berproliferasi, mikrovaskuler dan berbagai jenis sel radang, pannus akan menghancurkan tulang rawan dan mnimbulkan erosi tulang akibatnya dalah menghilangkan permukaan sendi yang akan megganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekauan kontraksi otot. Selain it juga akan timbul rasa nyeri, pemnemgkakan, panas, eriterna dan gangguan fungsi pada sendi akibat proses inflamasi (Noor, 2016).

2.2.6

Pathway Artrhitis Rheumatoid

Reaksi faktor R dengan

cvv antibody, faktor metabolic,

Kekauan sendi

infeksi dengan kecenderungan virus

Reaksi Peradangan

Synovial menebal

Pannus

Nodul

Infiltrasi dalam os subcondria

Hambatan mobilitas fisik Nyeri

Kurangnya informasi tentang penyakit

Defisiensi pengetahuan Ansietas

Deformitas sendi Hambatan nutrisi pada kartilago dan tulang

Kartilago nekrosis

Gangguan body image Erosi kartilago Kerusakan kartilago dan tulang Erosi kartilago Mudah lukasi dari sublukasi

Tendon dan ligamen melemah

Resiko cidera

Hilangnya kekuatan otot

Adhesi pada permukaan sendi

Ankilosis fibrosa

Keterbatasan gerakan Defisit perawatan diri sendi

Hambatan mobilitas fisik Kekuatan sendi

Ankilosis tulang

(Nurarif et. al. 2015)

2.2.7

KomplikasiArtrhitis Rheumatoid Artritis Rheumatoid (RA) sendiri tidak fatal, tetapi komplikasi penyakit dapat mempersingkat hidup beberapa individu. Secara umum, AR progresif dan tidak bisa disembuhkan. Dalam bebrapa waktu penyakit ini secara bertahap menjadi kirang agresif. Namun, jika tulan dan ligamen mengalami kehancuran dan perubahan bentuk apapun dapat menimbulkan efek yang yang permanen. Deformitas dan rasa nyeri dalam kegiatan sehari-hari dapat terjadi atau di alami. Sendi yang terkena bisa menjadi cacat dan kinerja tugas sehari-hari akan menjadi sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan. Menurut satu survey, 70% pasien dengan penyakit RA menyatakan bahwa menghambat produktifitas. Pada tahun 2000 pada sebuah penelitian di inggris menemukan bahwa sekitar sepertiga dari individu berhenti bekerja dalam waktu 5 tahun setelah timbulnya penyakit. Menurut Noor (2016) AR adalah penyakit sistemis yang dapat mempengaruhi bagian laindari tubuh selain sendi. Seperti berikut ini ;

1. Neuropati perifer mempengaruhi sarafyang paling sering terjadi di tangan dan kaki. Hal ini dapat mengakibatkan kesemutan, mati rasa, atau rasa terbakar. 2. Anemia

3. Skleritis adalah suatu peradangan pada pembuluh darah di mata yang dapat merusakkan kornea, skleromalasia dan dalam kasus yang parah skleritis nodular atau perforasi. 4. Infeksi. Pasien dengan RA memiliki risiko lebih tinggi untuk infeksi. Obat-obat imunosupresif perlu dipertimbangkan 5. Masalah GI. Walaupun pasien dengan RA mungkin mengalami gangguan usus atau perut atau bahkan kanker lambung dan kolorektal 6. Osteoporosis adalah lebih umum terjadi pada wanita post menopause dengan AR, terutama pada area pinggul. Resiko osteoporosis juga tampaknya lebih tinggi pada lakai-laki riayat AR yang berusia lebih dari 60 tahun. 7. Penyakit paru , namun hubungan riwayat merokok dan resiko AR masih perlu diteliti. 8. Penyakit jantung. AR dapat mempengaruhi pembuluh darah dan independen meningkatkan resikjo penyakit jantung koroner iskemik. 9. Sindrom sjogren. Sisca keratokonjungtivitis adalah komplikasi umum dari AR 10. Sindrom Ferly, kondisi ditandai oleh kombinasi spenomegali, leukepnea dan infeksi bakteri berulang. Sindrom Felty terkadang merespon terhadap terapi DMARD. 11. Limfoma dan kanker lainnya. Perubahan dalam sistem kekbalan tubuh yang terkait dengan AR mungkin memainkan peran dalam resiko lebih tinggi untuk infoma. Kanker lain mungkin terajdi pada AR termasuk kanker prostat dan paru-paru 12. Sindrom aktivasi makrofag. Ini adalah komplikasi yang mengancam nyawa dan membutuhkan pengobatan steroid dosis tinggi dan sikloporin A. Pasien dengan AR harus menyadari gejala seperti, demam terus-menerus, kelemahan, mengantuk, dan kelesuan. 2.2.8

Pemeriksaan Penunjang Artrhitis Rheumatoid Menurut Nurarif et. al (2015) pemeriksaan penunjang AR sebagai berikut : 1. Faktor Reumatoid, fiksasi lateks, reaksi-reaksi aglutinasi 2. Laju endap darah : umumnya meingkat pesat (80-100 mm/h) mungkin kembali normal sewaktu gejala-gejala meningkat. 3. Protein C-reaktif : positif selama masa eksaserbasi 4. Sel darah putih : meningkat pada waktu timbul prosaes inflamasi. 5. Haemoglobin : umunya menunjukkan anemia sedang.

6. Ig (Ig M dan Ig G) : peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai penyabab AR 7. Sinar X dari sendi yang sendi : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang berdekatan (perubahan awal) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan sublukasio. Perubahan osteoartristik yang secara bersamaan. 8. Scan radionukloida : identifikasi peradangan sinovium 9. Atroskopi langsung, aspirasi cairan sinovial 10. Biopsi membran sinovial : menunjukkan peubahan inflamasi dan perubahan panas. 2.2.9

Penatalaksanaan Setalah diagnosis AR dapat ditegakkan, pendekatan pertama yang harus dilakukan adalah segera berusaha untuk membina hubungan yang baik antara pasien dan keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya. 1. Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksaan yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin ketaatan pasien. 2. OAINS diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang sering jumpai. OAINS yang dapat diberikan aspirin dan ibuprofen 3. DMARD (disease modifying antirheumatic drugs) digunakan untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat arthritis reumatoid. Mula khasiatnya baru terlihat 3-12 bulan kemudian. Setelah 2-5 tabun maka efektivitasnya dalam menekan proses reumatoid akan berkurang, jenis-jenis yang digunakan adalah klorokuin, sulfasalazin dalam bentuk tablet, garam emas, obat imunosupresif dan imunoregulator, kortikosteroid. 4. Riwayat penyakit alamiah Pada umunya 25% pasien akan mengalami maniestasi penyakit yang bersifat monosiklik (hanya mengalami satu episode AR dan selanjutnya akan mengalami remisi sempurna). Pada pihak lain sebagian besar pasien akan menderita penyakit ini sepanjang hidupnya dengan hanya diseselingi oleh beberapa masa remisi yang

singkat (jenis polisiklik). Sebagian kecil lainnya akan mendrita AR yang progresif yang akan disertai penurunan kapasitas fungsional yang menetap pada setiap eksaserbasi. Sampai saat ini belum dijumpai obat yang bersifat sebagai disease controlling anti reumatic therapy (DC-ART). 5. Rehabilitasi Rehabilitasi merupakan tindakan untuk mengembalikan tingkat kemampuan pasien AR dengan tujuan : a. b. c. d. e. f.

Mengurangi rasa nyeri Mencegah terjadnya kekakuan dan keterbatasan gerak sendi Mencegah terjadinya atrofi dan kelemhan otot Mencegah terjadinya deformitas Meningkatkan rasa nyaman dan kepercayaan diri Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung kepada orag lain.

Rehabilitasi dilaksanakan dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat, latihan serta dengan menggunakan modalitas terapi fisis seperti pemanasan pendinginan, peningkatan ambang rasa nyeri dengan arus listrik. (Nurarif. et. al, 2015). 2.3 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA 2.3.1

Pengkajian Adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil informasi secara terus menerus. Terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Sumber informasi dapat menggunakan metode: a. Wawancara keluarga b. Observasi fasilitas rumah c. Pemeriksaan fisik dari anggota keluarga (head to too) d. Data sekunder bisa di ambil dari data hasil laboratorium:X-ray Hal-hal yang perlu di kaji adalah: Data umum pengkajianya meliputi:

Nama kepala keluarga (KK) sebagai penanggung jawab keputusan keluarga, alamat dan nomer tlp: menentukan demografis wilayah lingkungan dalam memuahkan menghubungi keluarga dalam menggali informasi, pekerjaan kepala keluarga: berhubungan dengan setatus sosial ekonomi keluarga untuk menentukan kemampuan derajat kesehatan, pendidikan kepala keluarga: untuk landasan komunikasi dan tingkat pengetahuan dalam menerima pengetahuan kesehatan serta pengetahuan untuk mengubah prilaku yang kurang sehat. Komposisi keluarga: untuk mengetahui siapa saja orang yang tinggal dalam keluarga dan sejauh mana masalah kesehatan keluarga mempengaruhi komposisi keluarga dalam menambil prioritas masalah kesehatan yang di hadapi dan yang perlu diketahui: nama,jeniskelamin,hubungan dengan keluarga,tingkat pendidikan,setatus imunisasi dan keterangan -

Genogram Untuk menentukan dari setatus keturunan dalam keluarga dan resiko penyakit yang di hadapi adalah penyakit keturunan atau menular.menjelaskan tentang siapa saja yang tinggal satu rumah serta ada tidaknya pengaruh terhadap masalah yang di hadapi keluarga.

-

Tipe keluarga Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalahmasalah yang terjadi dengan jeni s tipe keluarga tersebut.

-

Suku bangsa Mengkaji asal usul suku bangsa keluarga tersebut.mengidentifikasi budaya suku bangsa keluarga tersebut terkait dengan kesehatan.

-

Agama Mengkaji agama yang di anut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat

mempengaruhi kesehatan, -

Status sosial ekonomi keluarga Di tentukan oleh pendapatan baik dari keluarga maupun anggota keluarga lainya.selain itu setatus sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan.kebutuhan yang di keluarkan ileh keluarga serta barang barang yang di miliki keluarga.

-

Aktifitas rekreasi keluarga Rekreasi keluarga tidak hanya di lihat kapan saja keluarga pergi bersama sama untuk mengunjungi tempat tempat rekreasi tertentu namun dengan menonto tv dan mendengar radio juga merupakan aktivitas rekreasi.

2.3.2

Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga 1. Tahap perkembangan keluarga saat ini. Dimana ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti. Contoh: keluarga bapak S mempunyai 2 orang anak, anak pertama berumur 25 tahun dan anak ke dua berumur 16 tahun, maka keluarga bapak S berada pada tahapan perkembangan keluarga dengan anak sekolah dan dewasa. 2.

Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi. Menjelaskan bagaimana tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendalanya.

3.

Riwayat keluarga inti. Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit keturunan pada masing – masing anggota keluarga perhatian terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi) sumber pelayanan kesehatan

yang biasa digunakan keluarga serta penagalaman terhadap pelayanan kesehatan. 4.

Riwayat keluarga sebelumnya Dijelaskan mengennai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.

2.3.3

Pengkajian Lingkungan 1. Karakteristik rumah. Diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaat ruangan, peletakan perabotan rumah, jenis septitank, jarak septitank dengan sumber air, sumber air yang digunakan serta denah rumah. 2. Karakteristik tetangga komunitas RW Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga dan komunitas setempat yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan penduduk setempat, budaya yang mempengaruhi kesehatan. 3. Mobilitas geografis keluarga. Mobilitas geografis keluarga yang ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat. 4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat. Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga interaksinya dengan masyarakat. 5. Sistem pendukung keluarga. Yang termasuk sistem pendukung adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan yang meliputi

fasilitas fisik, psikologis, atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan masyarakat setempat. 2.3.4

Struktur Keluarga a. Pola komunikasi keluarga. Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga. b. Struktur kekuatan keluarga. Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk mengubah perilaku. c. Struktur peran. Menjelaskan peran dari masing – masing anggota keluarga baik secara formal maupun informal. d. Nilai atau norma keluarga. Menjelaskan mengenai nilai norma yang dianut keluarga, yang berhubungan dengan kesehatan.

2.3.5

Fungsi Keluarga 1. Fungsi afektif. Mengkaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, kehangatan pada keluarga dan keluarga mengembangkan sikap saling menghargai. 2. Fungsi sosialisasi. Bagaimanaa interaksi atau hubungan dalam keluarga dan sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma atau budaya dan perilaku. 3. Fungsi reproduksi. Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah : a. Berapa jumlah anak,

b. Merencanakan jumlah anggota keluarga, c. Metode apa yang digunakan keluarga dalam mengendalikan jumlah anggota keluarga. 4. Fungsi ekonomi. Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga : a. Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan, b. Memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya meningkatkan status kesehatan keluarga. 5. Fungsi perawatan kesehatan. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit, kesanggupan keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga dapat dilihat dari kemempuan keluarga melaksanakan 5 tugas keluarga yaitu, keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan, melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap orang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan kealuarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat dilingkungan setempat. 2.3.6

Stress dan Koping Keluarga a. Stressor jangka pendek dan jangka panjang 1. Stressor jangka pendek yaitu yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu < 6 bulan 2. Stressor jangka panjang yaitu yang memerlukan penyelesaian > 6 bulan. b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor. Mengkaji sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi atau stressor. c. Strategi koping yang digunakan. Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.

d. Strategi adaptasi disfungsional. Dijelaskan mengenai adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan. e. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluargaa. Metode yang digunakan pada pemeriksaan, tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik. 2.3.6

Harapan Keluarga Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.

2.3.7

Perumusan Diagnosis Keperawatan Keluarga. Diagnosis

keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang

didapatkana pada pengkajian. Tipologi dari diagnosis keperawatan : 1. Aktual (terjadi deficit atau gangguan kesehatan). Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari gangguan kesehatan. 2. Resiko (ancaman kesehatan) Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan. Misal : lingkungan rumah yang kurang bersih, pola makan yang tidak adekuat, stimulasi tumbuh kembang yang tidak adekuat. 3. Potensial (keadaan sejahtera atau “wellness”) Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan. Dalam satu keluarga perawat dapat menemukan lebih dari satu diagnosa keperawatan. Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosa keperawatan

keluarga yang ditemukan dihitung dengan menggunakan skala prioritas.

SKALA UNTUK MENENTUKAN PRIORITAS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA ( Bailon & Maglaya , 1978 )

No Kriteria 1 Sifat Masalah

Skor

Bobot 1

Skala :

2

 Tidak / Kurang sehat

3

 Ancaman Kesehatan

2

 Keadaan Sejahtera

1

Kemungkinan Masalah Dapat Di Ubah

2

Skala :

3

 Mudah

2

 Sebagian

1

 Tidak Dapat

0

Potensial Masalah Dapat Di Cegah

1

Skala :

4

 Tinggi

3

 Cukup

2

 Rendah

1

Menonjolnya Masalah

1

Skala :  Masalah berat harus segera di atasi

2

 Ada masalah tapi tidak perlu di

1

tangani  Masalah tidak di rasakan

0

Skoring :  Tentukan Skor untuk setiap kriteria  Skor di bagi dengan angka tertinggi & di kalikan dengan bobot skor

X bobot

angka tertinggi  Jumlahkan score untuk semua criteria Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas dengan melihat criteria pertama yaitu sifat masalah, bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang sehat karna pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga. Untuk criteria kedua yaitu untuk kemungkinan masalah dapat diubah, perawat tidak perlu memperhatikan terjangkau factor-faktor tersebut sebagai berikut : 

Pengetahuan yang ada sekarang, tekhnologi dan tindakan bermasalah



Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik keuangan,tenaga.



Sumber daya perawat dalam bentuk pengetauan, ketrampilan dan waktu.



Sumber daya masyarakta dalam bentuk fasilitas organisasi dalm masyarakat.

Dalam bentuk fasilitas, organisasi, dan masyrakat serta sokong masyarakat. Untuk criteria ketiga yaitu potensial masalah dapat dicegah, factor-faktor yang perlu diperhatikan : 

Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau

masalah 

Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada



Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan- tindakan yang tepat dalam memperbaiki masalah



Adanya kelompok “ high risk “ atau kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah.

2.3.8

DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA 1. Pengertian Adalah keputusan klinis mengenai individu,keluarga/masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisa cermat dan sistematis.Memberikan dasar untuk mendapat tindakan dimana perawat bertanggung jawab melaksanakannya(shoemaker,1984). Diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan Nanda 1995: a. Diagnosa keperawatan keluraga pada masalah lingkungan b. Diagnos keperawatan keluarga pada masalah struktur komunikasi c. Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur peran d. Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi social e. Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi afektif f. Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi keperawatan keluarga g. Diagnosa keperawan keluarga pada masalah koping Contoh: 

Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah



Resiko terhadap cedera yang berdasarkan kurangnya pengetahuan terhadap biaya lingkungan



Resiko terhadap penularan infeksi



Komunikasi keluarga disfungsional



Perubahan proses keluarga berdasarkan dampak anggota keluarga yang sakit dalam sitem keluarga



Perubahan menjadi orang tua



Perubahan penampilan peran



Gangguan citra diri



Koping keluarga menurun



Prilaku mencari bantuan kesehatan



Konflik peran orangtua



Perubahan perkembangan dan pertumbuhan



Perubahan pemelliharaan kesehatan



Kurang pengetahuan



Isolasi social



Kerusakaan interaksi social



Ketidakpatuhan



Gangguan identitas pribadi



Penatalaksanaan aturan terapeutik keluarga tidak efektif

Faktor-faktor yang berhubungan dengan etiologi Pada diagnose keperawatan actual, factor yang berhubungan merupakan etiologi adalah factor penunjang lain yang telah mempengaruhi perubahan status kesehatan sedangkan factor dapat dikelompokan kedalam

4 kategori yaitu patofisiologi, tindakan yang berhubungan, situasional, (lingkungan personal), dan maturasional. Memperhatikan tingkat berfungsi dengan keluarga yang fungsional unutk keluarga yang fungsional, tindakan yang berseifat prematif atau preventif untuk keluarga yang disfungsional tindakan bersifat suportif. 2.3.9

Implementasi  Intervensi keperawatan keluarga berdasarkan macam masalah: 1. Masalah tugas perkembangan keluarga 2. Masalah sosial budaya 3. Masalah kesehatan lingkungan 4. Masalah komunikasi keluarga 5. Masalah struktur peran keluarga 6. Masalah kekuatan keluarga 7. Intervensi pada fungsi sosialisasi keluarga 8. Intervensi padfas masalah koping keluarga 9. Intervensi terhadap masalah fungsi perawatan keluarga  Perubahan pemeliharaan kesehatan 

Tingkat pemahaman keluarga tentang prilaku atau kebiasaan yang tidak sehat: 

Intervensi aspek aspek negatif dan kebiasaan yang tidak sehat



Intervensi aspek aspek yang positif dari kebiasaan yang tidak sehat(fisik, lingkungan, sosial, finansial,psikologis)



Berikan informasi tentang resiko yang akan timbul darikebiasaan tidak sehat:





Resiko terhadap yang bersangkutan



Resiko terhadap orang lain



Keuntungan merubah perilaku tidak sehat

Diskusikan bersama keluarga strategi yang dapat di gunakan untuk merubah kebiasaan yang tidak sehat.



Berikan dorongan dan dukungan pada keluarga untuk mencapai keberhasilan



Bantu klaien untuk mengupayakan lingkungan yang dapat mendukung perubahan kebiyasaan yang tidak sehat



Ajarkan keluarga untuk mengatur nutrisi yang seimbang dan pola makan yang sehat.



Ajarkan tentang latihan latihan tertentu yang berkaitan dengan masalah



Bantu keluarga menyusun program latihan dan jadwal pelatihan



Berikan penyuluhan kesehatan dan rujukan sesui indikasi

 Masalah prilaku mencari bantuan a. Tingkatkan prilaku hidup sehat b. Lakukan penyuluhan kesehatan dan rujukan sesuai dengan masalah c. Diskusikan strategi yang dapat di gunakan untuk mengembangkan jangkauan layanan kesehatan yang tersedia di masyarakat d. Beri informasi tentang macam macam layanan kesehatan

e. Dorong keluarga meningkatkan hubungan dengan layanan kesehatan yang ada  Masalah pelaksanaan aturan terapiutik  Tingkat kepercayaan dan kekuatan keluarga dalam menyalurkanaturan terapiutik 

Bantun keluarga menganalisis kehilangn dalam proses pembentukan untuk menjalankan aturan terapiutik secara efektif



Evaluasi perubahan prilaku atau gaya hidup keluarga untuk membutuhkan pencapaian hasil belajar yang di harapkan

2.3.10 EVALUASI Kegiatan

evaluasi

meliputi

pengkajian,

status

kesehatan

keluarga,

membandingkan respon dengan kriteria hasil dan menyimpulkan hasil kemajuan masalah dan kemajuan pencapaian tujuan keperawatan keluarga. Dalam menelaah kemajuan keluarga dalm pencapaian hasil perawatan akan mencatat salah satu dari keputusan berikut dalam lembar evaluasi dalam catatan kemajuan: 

Lanjutkan:diagnosa masih berlaku, tujuan dan kriteria standart relevan



Teratasi: tujuan keperawatan telah di capai dan rencanakan keperawatan tindak lanjut



Dipakai lagi: diagnosa yang teratasi di pakai lagi

Mengevaluasi tujuan keperawatan: 

apakah respon keluarga sesuai dengan kriteria standard yang di terapkan



apakah tujuan yang telah di capai sudah menggambarkan fokus keperawatan

Related Documents

Kk
August 2019 58
Kk
May 2020 34
Kk
November 2019 57
Lp Askep Aids.docx
December 2019 22

More Documents from "Ajeng Ciptaning Dyah Ayumonika"

Draf Kelompok Diskusi.docx
November 2019 3
Draf Notulen Masalah.docx
November 2019 3
Modul
August 2019 101