Askep Leukimia Fela Fix.docx

  • Uploaded by: Anugrah Putri
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Leukimia Fela Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,494
  • Pages: 23
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ............................................................................... 1 1.2 Tujuan ............................................................................................ 1 BAB II. KONSEP DASAR 2.1 Definisi ........................................................................................... 2 2.2 Etiologi ........................................................................................... 3 2.3 Klasifikasi ...................................................................................... 4 2.4 Patofisiologi ................................................................................... 4 2.5 Manifestasi Klinis .......................................................................... 5 2.6 Tanda dan Gejala............................................................................ 6 2.7 Pemeriksaan Penunjang ................................................................. 7 2.8 Penatalaksanaan ............................................................................. 7 2.9 Komplikasi ..................................................................................... 9 2.10 Pencegahan ................................................................................... 10 BAB III. PEMBAHASAN 3.1 Pengkajian ...................................................................................... 11 3.2 Diagnosa......................................................................................... 14 3.3 Intervensi ........................................................................................ 14 3.4 Implementasi .................................................................................. 18 3.5 Evaluasi .......................................................................................... 18 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan..................................................................................... 19 4.2 Penutup ........................................................................................... 19 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keperawatan. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk

memberikan

masukan-masukan

yang

bersifat

membangun

untuk

kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 12 Februari 2019

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Leukemia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio patologis sel hemapoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain (Mansjoer, 2002). Penyakit ini merupakan penyakit darah dan organ-organ yang disebabkan karna pertumbuhan yang subur atau proliferasi sel-sel darah putih yang imatur sehingga mempengaruhi produksi selsel darah merah lainnya. Penyakit ini disebabkan terjadinya kerusakan pada tempat produksi sel darah yaitu pada sum-sum tulang, dimana sum-sum tulang bekerja aktif dalam memproduksi sel-sel darah tapi sel darah yang diproduksi adalah sel-sel darah yang tidak normal sedangkan produksi sel-sel darah normal terhambat. Untuk itu, diharapkan perawat dapat memberikan pelayanan-pelayanan kesehatan yang optimal sehingga dapat membantu meningkatkan kesehatan pasien. Misalnya, memantau kondisi pasien dan juga menjauhkan pasien dari halhal yang dapat membuat penyakit leukemia yang pasien derita bertambah parah.

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan leukemia? 2. Apa saja manifestasi klinis dan etiologi dari leukemia? 3. Apa patofisiologi dari leukemia? 4. Bagaimana Asuhan Keperawatan bagi pasien leukemia?

1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dan pemahaman tentang leukemia. 2. Untuk mengetahui manifestasi klinis dan etiologi dari leukemia. 3. Untuk memahami patofisiologi dari leukemia. 4. Untuk memahami asuhan keperawatan bagi pasien leukemia.

BAB II KONSEP DASAR

2.1 Definisi leukimia Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001). Leukemia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002). Leukemia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain. (Arief Mansjoer, dkk, 2002). Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel – sel pembentuk darah dalam sum – sum tulang dan limfa nadi. (Reeves, 2001) Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sum – sum tulang yang ditandai oleh proliferasi sel – sel darah putih dengan manifestasi adanya sel – sel abnormal dalam darah tepi. Pada leukemia ada gangguan dalam pengaturan sel leokosit. Leukosit dalam darah berfloreferasi secara tidak teratur dan tidak terkendali dan fungsinya pun menjadi normal. Oleh karena proses tersebut fungsi – fungsi lain dari sel darah merah normal terganggu hingga menimbulkan gejala leukemia yang dikenal dalam klinik. (Bambang Permono, 2005) Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa leukemia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan yang sangat cepat (poliferasi) sel darah putih yang abnormal pada jaringan pembentuk darah.

2.2 Etiologi leukimia

Secara pasti penyebat dari penyakit leukemia belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor prediosposisi yang dapat menyebabkan terjadinya leukemia (Suriadi & Rita Yuliani, 2001), yaitu : a.

Faktor genetik, dapat dilihat pada tingginya kasus leukemia pada anak

kembar monozigot. b.

Faktor lingkungan, berupa kontak dengan radiasi ionisasi disertai menifestasi

leukemia timbul bertahun – tahun kemudian. c.

Zat kimia, misalnya benzene, arsen, kloramfenikol, fenilbutazone, dan agen

anti neoplastik. d.

Agen virus, HTLV-1 dari leukemia sel T sejak lama dapat menyebabkan

timbulnya leukemia. e.

Obat – obatan imunosupresif, obat anti kanker, obat – obatan kardiogenik

seperti diethylstilbestrol f.

Neoplasma

Ada persamaan jelas antara leukemia dan penyakit neoplastik lain, misalnya proliferasi sel yang tidak terkendali, abnormalitas morfologi sel, dan infiltrasi organ. Selain dari itu kelainan sum – sum kronis dapat berubah bentuk akhirnya menjadi leukemia akut, misalnya polisefemia vera, mielosklerosis atau anemia plastik. g.

Kelainan kromosom, misalnya pada sindrom down.

2.3 Klasifikasi

Ketika pada pemeriksaan diketahui bahwa leukemia mempengaruhi limfosit atau sel limfoid, maka disebut leukemia limfositik.Sedangkan leukemia yang mempengaruhi sel mieloid seperti neutrofil, basofil, dan eosinofil, disebut leukemia mielositik.

1. Leukemia Mielogenosa Akut AML mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua

kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi. 2. Leukemia MielogenosaKronis CML juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan.CML jarang menyerang individu di bawah 20 tahun.Manifestasi mirip dengan gambaran AML tetapi tanda dan gejala lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar. 3. Leukemia Limfositik Akut ALL dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 ALL jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer, sehingga mengganggu perkembangan sel normal. 4. Leukemia Limfositik Kronis CLL merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain.

2.4 Patofisiologi -

-

-

Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang maligan, imaturnya sel blast. Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dan trombositopenia. Sistem retikuloendotelial akan gterpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi. Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsusm tulang yang akan berdanpak pada penurunan lekosit,eritrosit,faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan. Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe dan nodus limfe dan nyeri persendian.

2.5 Manifestasi klinis Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia menurut Suriadi & Rita Yuliani (2001) adalah sebagai berikut : a.

Pilek tidak sembuh – sembuh

b.

Demam dan anorexia

c.

Pucat, lesu, mudah terstimulasi

d.

Berat badan menurun

e.

Ptechiae, memar tanpa sebab

f.

Nyeri pada tulang dan persendian

g.

Nyeri abdomen

h.

Lumphedenopathy

i.

Hepatosplenomegaly

j.

Abnormal WBC

Manifestasi klinik lainnya, yaitu: 1. Anemia Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari kegagalan sumsum tulang memproduksi sel darah merah. Ditandai dengan berkurangnya konsentrasi hemoglobin, turunnya hematokrit, jumlah sel darah merah kurang. Anak yang menderita leukemia mengalami pucat, mudah lelah, kadang-kadang sesak nafas. 2. Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi Disebabkan karena adanya penurunan leukosit, secara otomatis akan menurunkan daya tahan tubuh karena leukosit

yang berfungsi untuk

mempertahankan daya tahan tubuh tidak dapat bekerja secara optimal. 3. Perdarahan Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahan mukosa seperti gusi, hidung (epistaxis) atau perdarahan bawah kulit yang sering disebut petekia. Perdarahan ini dapat terjadi secara spontan atau karena trauma. Apabila kadar trombosit sangat rendah, perdarahan dapat terjadi secara spontan. 4. Penurunan kesadaran Disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti kejang sampai koma.

5. Penurunan nafsu makan 6. Kelemahan dan kelelahan fisik

2.6 Tanda dan gejala      

kelelahan atau kulit pucat infeksi dan demam mudah berdarah atau memar kelelahan ekstrem atau kelemahan sesak napas batuk

Gejala lainnya dapat meliputi:       

nyeri tulang atau sendi pembengkakan perut, wajah, lengan, ketiak, sisi leher, atau selangkangan pembengkakan di atas tulang selangka kehilangan napsu makan atau penurunan berat badan sakit kepala, kejang, masalah keseimbangan, atau kelainan penglihatan ruam masalah gusi

2.7 Pemeriksaan Penunjang Menurut Ngastiyah, (1987) pemeriksaan yang dilakukan pada penderita leukemia adalah sebagai berikut : 1. Pemeriksaan Laboratorium a. Darah Tepi Gejala yang terlihat pada darah tepi berdasarkan pada kelainan sum – sum tulang yaitu adanya pansitupenia, lifositosis yang terkadang menyebabkan gambaran darah tepi terdapat sel blas yang merupakan gejala patonomenik untuk leukemia. b. Kimia Darah Dari hasil pemeriksaan kimia darah biasanya terdapat kolesterol rendah, asam urat dapat meningkat dan hipogamaglobinemia. c. Sum – sum Tulang Dari pemeriksaan sum – sum tulang dapat ditemukan gambaran yang hanya terdiri dari sel limfopeutik patologis. Pada LMA selain gambaran

tersebut terdapat pula adanya liatus leukemia yaitu keadaan yang diperlihatkan sel blas (mie blas), beberapa sel tua (segment) dan sangat kurang bentuk pemotongan sel yang berada diantaranya (promielost, mielosil, metamielosit dan sel batang). 2. Biopsi Limpa Dari hasil pemeriksaan ini akan terlihat proliferasi sel leukemia dan sel yang berasal dari jaringan limpa yang terdesak seperti : limposit normal, RES, Granulosit, pulp cell. 3. Cairan Serebropinalis Leukemia Meningeal terjadi jika terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein. 4. Sistogenik Dari pemeriksaan sistogenik 70 – 90 % dari kasus leukemia menunjukkan adanya kelainan kromosom yaitu pada kromosom 21. Pemeriksaan pada penderita leukemia menurut Betz, Cecily L (2002), yaitu : a. Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang dari 10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik; jumlah lekosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur, hitung darah lengkap biasanya juga menunjukkan normositik, anemia normositik. b. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml c. Retikulosit : jumlah biasaya rendah d. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm) e. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immature f. PTT : memanjang g. LDH : mungkin meningkat h. Asam urat serum : mungkin meningkat i. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik j. Copper serum : meningkat k.

Zink serum : menurun

l.

Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat

keterlibatan m. Pungsi lumbal untuk mengkaji keterlibatan susunan saraf pusat n. o.

Foto toraks untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum. Aspirasi sumsum tulang. Ditemukannya 25% sel blas memperkuat

diagnosis. p.

Pemindaian tulang atau survei kerangka untuk mengkaji keterlibatan

tulang. q. r.

Pemindaian ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat leukemik. Jumlah trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan.

2.8 Penatalaksanaan 1. Pelaksanaan kemoterapi 2. Irradiasi cranial 3. Terdapat tiga fase pelaksanaan keoterapi : a. Fase induksi Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%. b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusat Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat. c. Konsolidasi Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.

4. Program terapi Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996) yaitu: a) 

Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan: Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi

anemi. Apabila terjadi perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari 10.000/mm³, maka diperlukan transfusi trombosit. 

Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.

b) Pengobatan spesifik Terutama

ditunjukkan

untuk

mengatasi

sel-sel

yang

abnormal.

Pelaksanaannya tergantung pada kebijaksanaan masing-masing rumah sakit, tetapi prinsip dasar pelaksanaannya adalah sebagai berikut: 

Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi

kanker sering disebut sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara kombinasi dengan maksud untuk mengurangi sel-sel blastosit sampai 5% baik secara sistemik maupun intratekal sehingga dapat mengurangi gejala-gajala yang tampak. 

Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa

tidak memperbanyak diri lagi. 

Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat

- Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi c) Pengobatan imunologik Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh agar pasien dapat sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus menerus. 5. Penggunaan obat tradisional yaitu perpaduan antara buah mahkota dewa, sambiloto, daun pegagan dan buah mengkudu.

2.9 Komplikasi Penyakit leukemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, diantaranya yaitu:

1. Kelelahan (fatigue). Jika leukosit yang abnormal menekan sel-sel darah merah, maka anemia dapat terjadi. Kelelahan merupakan akibat dari kedaan anemia tersebut. Proses terapi Leukemia juga dapat meyebabkan penurunan jumlah sel darah merah 2. Pendarahan (bleeding). Penurunan jumlah trombosit dalam darah (trombositopenia) pada keadaan Leukemia dapat mengganggu proses hemostasis. Keadaan ini dapat menyebabkan pasien mengalami epistaksis, pendarahan dari gusi, ptechiae, dan hematom. 3. Rasa sakit (pain). Rasa sakit pada leukemia dapat timbul dari tulang atau sendi. Keadaan ini disebabkan oleh ekspansi sum-sum tulang dengan leukosit abnormal yang berkembang pesat. 4. Pembesaran Limpa (splenomegali). Kelebihan sel-sel darah yang diproduksi saat keadaan leukemia sebagian berakumulasi di limpa. Hal ini menyebabkan limpa bertambah besar, bahkan beresiko untuk pecah. 5. Stroke atau clotting yang berlebihan (excess clotting). Beberapa pasien dengan kasus leukemia memproduksi trombosit secara berlebihan. Jika tidak dikendalikan, kadar trombosit yang berlebihan dalam darah (trombositosis)

dapat

menyebabkan

clot

yang

abnormal

dan

mengakibatkan stroke. 6. Infeksi. Leukosit yang diproduksi saat keadaan leukemia adalah abnormal, tidak menjalankan fungsi imun yang seharusnya. Hal ini menyebabkan pasien menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan leukemia juga dapat menurunkan kadar leukosit hingga terlalu rendah, sehingga sistem imun tidak efektif. 7. Kematian.

2.10 Pencegahan 1. Olahraga yang teratur Olahraga yang teratur akan membuat tubuh kita menjadi sehat. Sehat berarti bebas dari penyakit kanker. Menurut American cancer society (ACS), olahraga teratur terbukti mampu mengurangi risiko kanker. ACS merekomendasikan minimal 30 menit perhari untuk berolahraga, bisa dilakukan

minimal 5 hari perminggu. Ada banyak yang bisa kita lakukan untuk berolahraga seperti jalan cepat, jogging, latihan kekuatan atau berenang. Olahraga adalah cara alami mencegah kanker. 2. Diet Penelitian juga mengatakan bahwa diet yang sehat juga dapat membantu mencegah perkembangan kanker, termasuk kanker darah. Diet ini bisa dilakukan dengan cara memperbanyak mengkonsumsi makanan seperti biji-bijian, buahbuahan, sayuran serta meminimalkan konsumsi lemak. Hindari juga makanan siap saji, karena ini juga berbahaya. 3. Menghindari rokok dan alcohol Selain olahraga dan diet, rokok juga harus dihindari,baik yang perokok aktif maupum pasif. Rokok merupakan penyebab sebagian kanker yang terjadi. Rokok selain dapat menyebabkan kanker darah juga dapat menyebabkan kanker paru dan kanker leher rahim. Selain rokok, alcohol juga harus dihindari karena alcohol sama berbahayanya dengan rokok. 4. Deteksi dini Untuk mencegah kanker darah juga bisa dilakukan dengan deteksi dini. Hal ini bisa dilakukan sehingga bisa mencegah kanker lebih cepat. 5. Konsumsi obat herbal Selain cara-cara diatas, juga bisa untuk mencegah kanker darah dengan mengkonsumsi obat herbal.

BAB III PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK LEUKIMIA

3.1 Pengkajian 1. Anamnese · Identitas Anak a. Umur : ALL lebih sering terjadi pada umur kurang dari 5 tahun. Angka kejadian tertinggi adalah pada umur 3 tahun. b. Jenis kelamin : leukemia limpfositik akut paling sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan. · Identitas Orang Tua a. Pendidikan : Pendidikan yang rendah pada orang tua mengakibatkan kurangnya pengetahuan terhadapa penyakit anaknya. b. Pekerjaan : Pekerjaan orang tua yang berhubungan dengan bahan kimia , radiasi sinar X , sinar radioaktif, berpengaruh kepada anaknya. Selain itu sejauh mana orang tua mempengaruhi pengobatan penyakit anaknya. 2. Keluhan Utama Nyeri sendi dan tulang sering terjadi, lemah , nafsu makan menurun, demam (jika disertai infeksi) bisa juga disertai dengan sakit kepala, purpura, penurunan berat badan dan sering ditemukan suatu yang abnormal. Kelelahan dan petekie berhubungan dengan trombositopenia juga merupakan gejala-gejala umum terjadi 3. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran Saat hamil ibu sering mengkomsumsi makanan dengan bahan pengawet dan penyedap rasa. Radiasi pada ibu selama kehamilan dapat meningkatkan resiko Saat hamil ibu sering mengkomsumsi makanan dengan bahan pengawet dan penyedap rasa. Radiasi pada ibu selama kehamilan dapat meningkatkan resiko pada janinnya. Lebih sering pada saudara sekandung, terutama pada kembar. 4. Riwayat Keluarga Insiden ALL lebih tinggi berasal dari saudara kandung anak-anak yang terserang terlebih pada kembar monozigot (identik). 5. Riwayat Tumbuh Kembang a. Riwayat Perkembangan · Motorik Kasar Pada anak normal © Mengangkat kepala saat tengkurap © Dapat duduk sebentar dengan ditopang © Dapat duduk dengan kepala tegak © Jatuh terduduk di pangkuan ketika disokong pada posisi berdiri

© Control kepala sempurna © Mengangkat kepala sambil berbaring terlentang © Berguling dari terlentang ke miring © Posisi lengan dan tungkai kurang fleksi © Berusaha untuk merangkak (Betz, Cecily, 2002 : 539) Pada anak dengan penyakit ALL pada umumnya dapat melakukan aktivitas secara normal, tapi mereka cepat merasa lelah saat melakukan aktivitas yang terlalu berat (membutuhkan banyak energi). · Motorik Halus Pada keadaan normal © Melakukan usaha yang bertujuan untuk memegang suatu objek © Mengikuti objek dari sisi ke sisi © Mencoba memegang benda tapi terlepas © Memasukkan benda ke dalam mulut © Memperhatikan tangan dan kaki © Memegang benda dengan kedua tangan © Menahan benda di tangan walaupun hanya sebentar (Betz, Cecily, 2002 : 539) Pada umumnya anak dengan ALL masih dapat melakukan aktivitas ringan seperti halnya anak-anak normal. Karena aktivitas ringan tidak membutuhkan energi yang banyak dan anak tidak mudah lelah. 6. Riwayat Psiko-sosial Spiritual Psikologi: Anak belum tahu tentang penyakitnya, sehingga anak tidak merasa memiliki penyakit. Orang tua mengalami kecemasan mengenai penyakit yang dialami anak, kondisinya apakah bisa sembuh atau tidak, serta masalah financial keluarga. Sosial: Anak jarang bermain dengan teman-temannya, karena kondisi anak lemah sehingga orangtua tidak mengizinkan anak untuk beraktivitas yang berat. Dirumah anak bermain dengan orang tua dan saudaranya, tetapi bermain yang ringan. Spiritual: Sebelum tidur anak diingatkan oleh orang tua untuk berdoa. Saat anak melihat orang tuanya berdoa anak mengikuti cara orang tuanya berdoa. 7. Riwayat ADL - Nutrisi: Anak makan 2 kali sehari, pada ALL terjadi penurunan nafsu makan. Anak suka makan makanan siap saji maupun jajan diluar rumah. Anak tidak suka makan sayur-sayuran, makan buah kadang-kadang sehingga zat besi yang diperlukan berkurang. Selain itu pengaruh ibu yang suka masak menggunakan penyedap rasa dan sering menyediakan makanan siap saji dirumah. Gizi merupakan komponen penting lain dalam pencegahan infeksi. Asupan protein-kalori yang adekuat akan memberikan hospes pertahanan yang lebih baik terhadap infeksi dan

meningkatkan toleransi terhadap kemoterapi dan iradiasi. - Aktivitas istirahat dan tidur: Saat beraktivitas anak cepat kelelahan. Anak kebanyakan istirahat dan tidur karena kelemahan yang dialaminya. Sebagaian aktivitas biasanya dibantu oleh keluarga. Saat tidur anak ditemani oleh ibunya. Tidur anak terganggu karena nyeri sendi yang sering dialami oleh leukemia. - ElIminasi: Anak gangguan ALL pada umumnya mengalami diare, dan penurunan haluran urin. BAB 3-5x sehari, dengan konsistensi cair. Haluan urin sedikit yang disebabkan susahnya masukan cairan pada anak, warna urine kuning keruh. Saat BAK anak merasa nyeri karena nyeri tekan diperianal. - Personal Hygine: Anak mandi 2x sehari, gosok gigi 2x setelah makan dan mau tidur. Sebagaian aktivitas hygiene personal sebagaian dibantu oleh orang tua. 8. Keadaan Umum Pada anak –anak tampak pucat, demam, lemah, sianosis

c. Pemerikasaan Fisik

1. Keadaan Umum Keadaan umum pada penderita leukemia tampak lemah, kesadaran bersifat composmentis selama belum terjadi komplikasi. 2. Tanda-Tanda Vital Tekanan darah : tidak normal (TD normal 120/80 mmHg) Nadi : Suhu : meningkat jika terjadi infeksi RR : Dispneu, takhipneu 3. Pemeriksaan fisik head to toe a.

Pemeriksaan kepala Bentuk : perhatikan bentuk kepala apakah simetris atau tidak. Biasanya pada penderita leukemia betuk kepala simetris. Rambut: perhatikan keadaan rambut mudah dicabut atau tidak,warna, hygiene Nyeri tekan: palpasi nyeri tekan, ada atau tidak. Biasanya pada penderita tidak ada nyeri tekan.

b. Pemeriksaan mata Palpebra: perhatikan kesimetrisan kiri dan kanan

Konjungtiva : anemis atau tidak. Pada penderita leukemia akan ditemukan konjungtiva yang anemis. Sclera : ikterik atau tidak. Sclera penderita leukemia akan terlihat tidak ikterik. c.

Pemeriksaan hidung Inskpeksi kesimetrisan bentuk hidung, mukosa hidung, palpasi adanya polip. Penderita leukemia memiliki pemeriksaan hidung yang normal.

d. Pemeriksaan mulut Inspeksi apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau bakteri ), perdarahan gusi. Biasa papa penderita leukemia, ditemukan bibir pucat, sudut – sudut bibir pecah – pecah. e.

Pemeriksaan telinga Inspeksi simetris kiri dan kanan, sirumen. Palpasi nyeri tekan. Periksa fungsi pendengaran dan keseimbangan. Pada penderita leukemia biasanya tidak ditemukan kelainan dan bersifat normal.

f.

Pemeriksaan leher Inspeksi dan palpasi adanya pembesaran getah bening kelenjer tiroid, JVP, normalnya 5-2. Penderita leukemia tidak mengalami pembesaran kelenjer tiroid.

g. Pemeriksaan thorak Jantung Inspeksi : iktus terlihat atau tidak, inspeksi kesimetrisan. Pada penderita leukemia, iktus terlihat Palpasi : raba iktus kordis. Normalnya, iktus teraba. Perkusi : tentukan batas jantung. Auskultasi : terdengar bunyi jantung 1 dan 2, normal. Paru – paru Inspeksi

: kesimetrisan kiri dan kanan saat inspirasi dan ekspirasi, biasanya

normal. Palpasi : vokal femoris teraba, simetris kiri dan kanan. Perkusi

:

Auskultasi : biasanya bunyi nafas vesikuler. h. Pemeriksaan abdomen Inspeksi : apakah dinding abdomen mengalami memar, bekas operasi, dsb.

Auskultasi : bising usus normal Palpasi : palpasi apakah ada nyeri tekan, hepar teraba atau tidak. Biasaya terdapat nyeri tekan, dan hepar akan teraba. Perkusi : lakukan perkusi, biasa didapat bunyi tympani untuk semua daerah abdomen i.

Pemeriksaan Ekstremitas inspeksi kesemetrisan, palpasi adanya nyeri tekan pada ekstremitas atas dan bawah. Biasanya pada penderita leukemia akan mengalami nyeri pada tulang dan persendian. 3.2 Diagnosa Keperawatan 1.

Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem

pertahanan tubuh 2.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat

anemia 3.

Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan

penurunan jumlah trombosit 4.

Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan

pengeluaran berlebihan seperti muntah, dan penurunan intake 5.

Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan

dengan efek samping agen kemoterapi 6.

Resiko Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang

berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis 7.

Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia

8.

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens

kemoterapi, radioterapi, imobilitas.

3.3 Intervensi keperawatan -

Anak tidak akan mengalami gejala- gejala infeksi Anak tidak akan menunjukan adanya tanda – tanda pendarahan dan dilindungi terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan. Anak tidak akan mengalami mual atai muntah Anak akan menerima supply nutrisi yang adekuat aumtuk pertumbuhan dan perkembangan normal

-

Anak akan mempertahankan keutuhan kulit dan menunjukan efek negatif kemoterapi yang minimal Anak tidak akan mengalami rasa nyeri atau dapat mengurasi rasa nyeri sesuai dengan tingkat adaptasi anak Keluarga akan mendapatkan dukungan yang adekuat Anak/keluarga akan mwngejrpresika persaannya/kekuatannya terhadap proses penyakit dan kemungkinan meninggal

3.4 Implementasi keperawatan

-

-

-

1. Mencegah resiko infeksi Tempatkan anak dalam ruanagan khusus anak untuk meminimalkan terpaparnya ana dari sumber infeksi Anjurkan pengunjung atau staf teknik menci tangan yang baik Gunakan teknik aseptik untuk seluruh prosedur invasif Monitor tanda vital anak Evaluasi keadaan anak terhadap tempat –tempat munculnya infeksi seperti tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, masalah gigi, Hindari penggunaan temperatur rektal, supositoria atau enema Berikan waktu yang sesuai antara altivitas dan istirahat Berikan diet nutrisi secara lengkap Berikan vaksinasi dari virus yang tidak diaftifkan (misalnya varicella,polio salk, influenza) Monitor penurrunan jumlah leukosit yang menunjukan anak memilikin resiko yang besar untuk terkena infeksi Kolaborasi untuk pemberian antibiotik 2. Mencegah resiko injury, perdarahan Evaluasi kulit dan membran mukosa setiap hari Laporkan setiap tanda- tanda terjadi perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi cepat,pucat, diaforesis,meningkatkan kecemasan) Periksa setiap urin atau tinja terhadap adanya tanda –tanda perdarahan Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi Gunakan sikat ggi yang lembut atau lunak dan oral hygiene Hindari untuk pemberian aspirin Lakukan pemeriksaan darah secara teratur Kaji adannya tanda – tanda terlibatnya sistem saraf pusat (sakit kepaka, penglihatan kabur) 3. Mencegah resiko kurangnya volume cairan Berikan antimetik awal sebelum dilakukan kemoterapi Berikan antimetik secara beraturan pada awal program kemoterapi Kaji respon anak terhadap antimetik

-

-

-

-

Hindari memberikan makanan yang memiliki aroma yang merangsang mual atau muntah Anjurkan makan dengan porsi kecil tapi sering Kolaborasi untuk pemberian cairan infus untk mempertahankan hidrasi 4. Memberikan nutrisi yang adekuat Berikan dorongan orang tua untuk tetap rileks pada saat anak makan Ijinkan abak untuk menahan makanan yang dapat ditoleransi anak, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi Ijinkan anak untuk terlibat dalam persaiapandan pemilihan makanan 5. Mencegah kerusakan integritas kulit Kaji secara dini tanda – tanda kerusakan integritas kulit Berikan perawatan kulit khususnya daerah perianal dan mulut Ganti posisi dengan sering Anjurkan intake dengan kalori dan protein yang adekuat 6. Mencegah atau mengurangi nyeri Kaji tingkat nyeri dengan skala nyeri Kaji adanya kebutuhan klien untuk mengurangi rasa nyeri Evaluasi efektivitas terapi pengurangan rasa hreri dengan melihat derajat kesadaran dan sedasi Berikan teknik mengurangi rasa nyeri nonfaemakologi Berikan pengobatan anti yeri secara teratur untuk mencegah timbulnya nyeri yang berulang 7. Meningkatkan peran keluarga Jelaskan alasan dilakukannya setiap tindakan Hindari untuk menjelaskan hal – hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada Jelaskan orang tua tentang proses penyakit Jelaskan seluruh tindakan yang dapat dilakukan oleh anak Jadwalkan waktu bagi keluarga dan anak bersama – sama tanpa diganggu oleh staf RS Dorong keluarga untuk mengekpresikan perasaannya sebelum anak didiagnosis menderita keganasan dan prognosis anak buruk Diskusikan dengan keluarga bagaimana mereka akan mengataka kepada anak tentang pengobatan anak dan kemungknan terapi tambahan 8. Antisipasi berduka Kaji terhadap berduka pada anak/keluarga Berikan dukungan pada respon adaptif yang diberikan klien rubah respon maladatif

-

Luangkan waktu bersama anak untuk memberikan dukungan pada anak mengekpresiksn perasaannya atau ketakutannya Fasilitasi anak untuk mengekpresikan perasaannya memalui bermain 3.5 Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan ata subjektif dan objektif yang akan menunjukkan apakah tujuan asuhan keperawatan sudah tercapai sepenuhnya atau belum tercapai. Tujuan tahap evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana keperawatan, menilai,meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui perbandingan asuhan keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan standart yang telah ditetapkan lebih dahulu. Pada tahap ini yang perawat lakukan adalah melihat apakan masalah yang telah diatasi sesuai dengan kriteria waktu yang telah ditentukan.

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Di Indonesia kasus leukemia sebanyak ± 7000 kasus/tahun dengan angkakematian mencapai 83,6 % (Herningtyas, 2004). Data dari International Cancer Parent Organization (ICPO) menunjukkan bahwa dari setiap 1 juta anak terdapat120 anak yang mengidap kanker dan 60 % diantaranya disebabkan oleh leukemia(Sindo, 2007). Data dari WHO menunjukkan bahwa angka kematian di AmerikaSerikat karena leukemia meningkat 2 kali lipat sejak tahun 1971 (Katrin, 1997).Di Amerika Serikat setiap 4 menitnya seseorang terdiagnosa menderita leukemia.Pada akhir tahun 2009 diperkirakan 53.240 orang akan meninggal dikarenakan leukemia (TLLS, 2009). Kemoterapi merupakan jenis pengobatan yang menggunakan obat - obatan untuk membunuh sel - sel leukemia, tetapi juga berdampak buruk karena membunuh sel- sel normal pada bagian tubuh yang sehat.

4.2

Saran

Bagi para pembaca kami berharap agar tidak merasa puas dengan makalah yang kami tulis ini sehingga menambah minat untuk mencari sumber lain. Karena kami pun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Related Documents


More Documents from "Ersi Ghaisani Masturah"