Askep Kelompok Bayi-1.docx

  • Uploaded by: Abufikri M
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Kelompok Bayi-1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 10,302
  • Pages: 57
LAPORAN KASUS KELOMPOK BAYI DENGAN DIAGNOSA MEDIS PNEUMONIA SUSP. SEPSIS DI RUANG TERATAI (BAYI) RSUD ULIN BANJARMASIN

DI SUSUN OLEH : Kelompok 1 (Satu) Abufikri Madhani

(18NS240)

Chumaira Anindayudina

(18NS244)

Muhammad Rizki Alfian

(18NS262)

Noor Laila Sari

(18NS264)

Evan Rajaki

(17NS238)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS SARI MULIA BANJARMASIN 2019 Bimbingan Konsultasi Mahasiswa (Kelompok) Praktik Profesi Ners Stase Anak Program Studi Profesi Ners Fakultas Kesehatan Universitas Sari Mulia Banjarmasin Tahun Akademik 2018/2019

No.

Nama

Jenis

Pembimbing

Konsultasi

Saran

Paraf

Banjarmasin Februari 2019 Program Studi Profesi Ners Fakultas Kesehatan Universitas Sari Mulia

………………………………………… NIK.

LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL

: Laporan Kasus Bayi Dengan Diagnosa Medis Pneumoni Susp. SepsisDi Ruang Teratai (Bayi)RSUD Ulin Banjarmasin

KELOMPOK

: 1 (Satu)

NAMA ANGGOTA KELOMPOK

: Abufikri Madhani

(18NS240)

Chumaira Anindayudina

(18NS244)

Muhammad Rizki Alfian

(18NS262)

Noor Laila Sari

(18NS264)

Evan Rajaki

(17NS238)

Banjarmasin,Februari2019

Menyetujui,

RSUD Ulin Banjarmasin

Preseptor Klinik (PK)

Program Studi Profesi Ners Fakultas Kesehatan Universitas Sari Mulia Preseptor Akademik (PA)

…………………………………. NIP. ..........................................

………………………………. NIK. ....................................

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL

: Laporan Kasus Bayi Dengan Diagnosa Medis Pneumoni Susp. SepsisDi Ruang Teratai (Bayi)RSUD Ulin Banjarmasin

KELOMPOK

: 1 (Satu)

NAMA ANGGOTA KELOMPOK

: Abufikri Madhani

(18NS240)

Chumaira Anindayudina

(18NS244)

Muhammad Rizki Alfian

(18NS262)

Noor Laila Sari

(18NS264)

Evan Rajaki

(17NS238)

Banjarmasin,Februari2019

Menyetujui,

RSUD Ulin Banjarmasin

Preseptor Klinik (PK)

Program Studi Profesi Ners Fakultas Kesehatan Universitas Sari Mulia Preseptor Akademik (PA)

…………………………………. NIP. ..........................................

………………………………. NIK. ....................................

Mengetahui, Kepala Jurusan Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners Universitas Sari Mulia

Dini Rahmayani, S.Kep. Ns., MPH NIK. 1166122004007

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang Menurut Schult & Videbeck (2008), gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diiri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organisation (WHO), Kesehatan jiwa adalah suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan jiwa dan memiliki sifat positif untuk menggambarkan tentang kedewasaan seta kepribadiannya. Menurut data WHO pada tahun 2016, terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman penduduk, maka jumlah kasus gangguan jiwa tersu bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia jangka panjang (Kemenkes RI, 2016). Menurut Riskesdas (2013), menunjukkan prevalensi gangguan mental emotional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun keatas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia, sedangkan prevalansi gangguan jiwa

berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk Hasil Riskesdas pada 2013 lalu menunjukan prevalensi gangguan jiwa berat di Kalimantan paling tinggi berada di Kalimantan Selatan yakni 1,4 per seribu dari jumlah penduduk, selanjutnya diikuti Kalimantan Tengah yakni 0,9 per seribu dari jumlah penduduk, Kalimantan Barat yakni 0,7 per seribu dan Kalimantan Timur 1,4 per seribu. Salah satu gangguan jiwa adalah harga diri rendah. Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan

akibat

evaluasi

negatif

terhadap

diri

sendiri

dan

kemampuan diri. penulis juga mengamati penampilan seseorang dengan harga

diri

rendah,

terlihat

dari

kurang

memperhatikan

perawatan

diri,berpakaian tidak rapi, selera makan kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat dengan nada suara lemah (Farida,2011). Asuhan berupaya

Keperawatan jiwa

untuk

meningkatkan

adalah

proses

interpersonal

yang

dan mempertahankan perilaku

yang

terkontribusi pada fungsi yang itegritas baik individu, keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. Perawat memberikan asuhan sepanjang rentang asuhan. Upaya meningkatkan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan jiwa, peran utama keluarga bagi pasien yang dirawat adalah sangat penting, karena keluarga merupakan orang terdekat dengan pasien. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari Harga Diri Rendah ? 2. Apa saja etiologi / penyebab Harga Diri Rendah ? 3. Bagaimana patofisiologi Harga Diri Rendah ? 4. Apa manifestasi klinis/tanda gejala Harga Diri Rendah ? 5. Apa komplikasi Harga Diri Rendah ? 6. Bagaimana penatalaksanaan Harga Diri Rendah ?

7. Bagaimana penatalaksanaan keperawatan Harga Diri Rendah ?

C.

Tujuan 1. Umum Untuk

menjadi

acuan

dalam

menganalisis,

melakukan

asuhan

keperawatan, dan memahami serta menambah pengetahuan kita tentang Harga Diri Rendah. 2. Khusus a. Mengetahui pengertian Harga Diri Rendah b. Mengetahui etiologi /penyebab Harga Diri Rendah c. Mengetahui patofisiologi Harga Diri Rendah d. Mengetahui manifestasi klinis/tanda gejala Harga Diri Rendah e. Mengetahui komplikasi Harga Diri Rendah f. Mengetahui penatalaksanaan medis Harga Diri Rendah g. Mengetahui penatalaksanaan keperawatan Harga Diri Rendah h. Mengetahui kesenjangan antara teori dan praktik seperti pada Harga Diri Rendah yang ditemukan dilapangan D. Manfaat 1.

Bagi instansi a. Instansi Pendidikan Bagi pendidikan agar dapat menjadi referensi dalam proses belajar mengajar,sehingga mahasiswa dapat memahami dan mempelajari lebih dalam tentang gangguan jiwa dengan Harga Diri Rendah. b. Instansi Kesehatan RSJ Sambang Lihum dapat lebih meningkatkan asuhan pelayanannya sehingga RSJ Sambang Lihum dapat dikenal lebih unggul dalam segi pelayanan kepada pasien gangguan jiwa

2. Bagi mahasiswa Mahasiswa dapat lebih memahami dan mengerti, serta mampu mengaplikasikan tindakan asuhan keperawatan khususnya pada pasien gangguan jiwa dengan Harga Diri Rendah sesuai teori yang telah di pelajari di pendidikan. 3. Bagi ruangan Sebagai salah satu bahan referensi untuk menambah keilmuan tentang Harga Diri Rendah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kasus (masalah utama) Harga Diri Rendah 2.2 Proses terjadinya masalah 1. Pengertian Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan, serta pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan memengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri belum muncul saat bayi, tetapi mulai berkembang secara bertahap. Bayi mampu mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain serta mempunyai pengalaman dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri dipelajari melalui pengalaman pribadi setiap individu, hubungan dengan orang lain, dan interaksi dengan dunia di luar dirinya (Yusuf dkk., 2015). Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dan menganalisis seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Individu akan merasa harga dirinya tinggi bila sering mengalami keberhasilan. Sebaliknya, individu akan merasa harga dirinya rendah bila sering mengalami kegagalan, tidak dicintai, atau tidak diterima lingkungan. Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian (Yusuf dkk., 2015). Harga diri rendah adalah suatu kondisi dimana individu menilai dirinya atau kemampuan dirinya negatif atau suatu perasaan menganggap dirinya sebagai seseorang yang tidak berharga dan tidak bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri. harga diri rendah dikarenakan penilaian internal maupun penilaian eksternal yang negatif. Penilaian internal merupakan penilaian dari individu itu sendiri, sedangkan penilaian eksternal merupakan penilaian dari luar diri individu (seperti orang tua, teman saudara dan lingkungan)

yang

(Nurhalimah, 2016).

sangat

mempengaruhi

penilaian

terhadap

dirinya

2. Etiologi Menurut (Keliat, 2009) : a. Faktor predisposisi Ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan harga diri rendah yaitu (Budi Ana Keliat, 2009): 1) Perkembangan individu yang meliputi: a) Adanya penolakan dari orang tua, sehingga anak merasa tidak dicintai kemudian dampaknya anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal pula untuk mencintai orang lain. b) Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuan dari orang-orang tuanya atau orang tua yang penting dekat dengan individu yang bersangkutan. c) Sikap orang tua over protecting, anak merasa tidak berguna, orang tua atau orang terdekat sering mengkritik serta merevidasikan individu. d) Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna dan merasa rendah diri. 2) Ideal diri a) Individu selalu dituntut untuk berhasil. b) Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah. c) Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa percaya diri. b. Faktor presipitasi Faktor presipitasi atau stresor pencetus dari munculnya harga diri rendah mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti: (Budi Ana Keliat, 2009). 1) Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga sehingga keluarga merasa malu dan rendah diri. 2) Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan, aniaya fisik, kecelakaan, bencana alam dan perampokan. Respon terhadap trauma pada umumnya akan mengubah arti trauma tersebut dan kopingnya adalah represi dan denial. c. Perilaku Dalam melakukan pengkajian, perawat dapat memulai dengan mengobservasi penampilan klien, misalnya kebersihan, dandanan, pakaian. Kemudian perawat mendiskusikannya dengan klien untuk mendapatkan pandangan klien tentang gambaran dirinya. Gangguan perilaku pada gangguan konsep diri dapat dibagi sebagai berikut :

Perilaku berhubungan dengan harga diri rendah. Harga diri yang rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya disertai oleh evaluasi diri yang negatif membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri (Budi Ana Keliat, 2009).

3. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala harga diri rendah adalah (Townsend, 2008): a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi) b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri) c. Gangguan hubungan sosial (menarik diri) d. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan) e. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya. (Budi Anna Keliat, 2009)

4. Rentang Respon Neurobiologis Adaptif

Maladaptif

Konsep diri positif

Harga diri rendah Keracunan identitas Deporsonalisasi

Konsep diri merupakan aspek kritikal dan dasar dari perilaku individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat

dari

kemampuan

interpersonal,

kemampuan

intelektual

dan

penguasaan lingkungan. Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang maladaptif (Townsend, 2008). Konsep diri positif merupakan bagaimana seseorang memandang apa yang ada pada dirinya meliputi citra dirinya, ideal dirinya, harga dirinya, penampilan peran serta identitas dirinya secara positif. Hal ini akan menunjukkan bahwa individu itu akan menjadi individu yang sukses (Townsend, 2008).

Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap dirinya sendiri, termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa. Adapun perilaku yang berhubungan dengan harga diri yang rendah yaitu mengkritik diri sendiri dan/ atau orang lain, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan kepada orang lain, gangguan dalam berhubungan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri, keluhan fisik, menarik diri secara sosial, khawatir, serta menarik diri dari realitas (Townsend, 2008). Kerancuan identitas merupakan suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak – kanak ke dalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis. Adapun perilaku yang berhubungan dengan kerancuan identitas yaitu tidak ada kode moral, sifat kepribadian

yang

bertentangan,

hubungan

interpersonal

eksploitatif,

perasaan hampa. Perasaan mengambang tentang diri sendiri, tingkat ansietas yang tinggi, ketidak mampuan untuk empati terhadap orang lain (Townsend, 2008). Depersonalisasi merupakan suatu perasaan yang tidak realistis dimana klien tidak dapat membedakan stimulus dari dalam atau luar dirinya (Stuart & Sundeen, 2008). Individu mengalami kesulitan untuk membedakan dirinya sendiri dari orang lain, dan tubuhnya sendiri merasa tidak nyata dan asing baginya.

5. Klasifikasi Klasifikasi HDR berdasarkan teori penyebab, yaitu: a. HDR Situasional Yaitu HDR yang terjadi karena trauma secara tiba-tiba, misalnya pasca operasi, kecelakaan, cerai, putus sekolah, PHK, perasaan malu (korban perkosaan, dipenjara, dituduh KKN) dan sebagainya. HDR terjadi disebabkan oleh: 1) Privacy yang kurang diperhatikan 2) Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat atau sakit

3) Perlakuan yang tidak menghargai b. HDR Kronik Yaitu perasaan negative terhadap diri yang sudah berlangsung lama, klien mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit yang dirawat akan menambah persepsi negative terhadap dirinya.

6. Tingkatan Tingkatan konsep diri : Harga diri rendah, yaitu : a. Aktualisasi diri Pengungkapan pertanyaan atau kepuasan dari konsep diri positif, b.

Konsep diri positif Dapat menerima kondisi dirinya sesuai dengan yang diharpkannya dan sesuai dengan kenyataan,

c. Harga diri rendah Perasaan negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai tujuan, d. Keracunan identitas Ketidakmampuan individu mengidentifikasi aspek psikologis pada masa dewasa, sifat kepribadian yang bertentangan, perasaan hampa, dan lainlain. e. Depersonalisasi Merasa asing terhadap diri sendiri, kehilangan identitas, misalnya malu dan sedih karena orang lain.

7. Penatalaksanaan a. Penatalaksanaan Keperawatan Keliat (2009) menguraikan empat cara untuk meningkatkan harga diri yaitu : 1) Memberi kesempatan untuk berhasil 2) Menanamkan gagaasan 3) Mendorong aspirasi 4) Membantu membentuk koping b. Penatalaksanaan Medis Menurut (Stuart & Sundeen, 2008) : 1) Clorpromazine ( CPZ ) Indikasi: untuk sindrom psikosis yaitu berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, waham, halusinasi,

gangguan perasaan dan perilaku aneh, tidak bekerja, hubungan sosial dan melakukan aktivitas rutin. Efek saamping : sedasi, gangguan otonomik serta endokrin. 2) Haloperidol ( HPL ) Indikasi : berdaya berat dalam kemampuan menilai realitaas dalaam fungsi netral serta fungsi kehidupan sehari-hari. Efek samping : sedasi, gangguan otonomik dan endokrin. 3) Trihexyphenidyl ( THP ) Indikasi : segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pascaa enchepalitis dan idiopatik. Efeksamping : hypersensitive terhadap trihexyphenidyl, psikosis berat, psikoneurosis dan obstruksi saluran cerna. 4) Terapi okupasi / rehabilitasi Terapi yang terarah bagi pasien, fisik maupun mental dengan menggunakan aktivitas terpilih sebagai media. Aktivitas tersebut berupa kegiatan yang direncanakan sesuai tujuan ( Seraquel, 2004) 5) Psikoterapi Psikoterapi yang dapat membantu penderita adalah psikoterapi suportif dan individual atau kelompok serta bimbingan yang praktis dengan maksud untuk mengembalikan penderita ke masyarakat (Seraquel, 2004) 6) Terapi psikososial Kaplan and Sadock (2007), rewncana pengobatan untuk skizofrenia harus ditujukan padaa kemampuan daan kekurangan pasien. Selain itu juga perlu dikembangkan terapi berorientasi keluarga, yang diarahkan untuk strategi penurunan stress dan mengatasi masalah dan perlibatan kembali pasien kedalam aktivitas.

2.2 Pohon Masalah

Effect Effect Core problem causa Sumber: (Townsend, 2008).

2.3 Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul Masalah No Data Subyektif Keperawatan 1 Isolasi sosial : 1. Mengungkapkan 1. menarik diri tidak berdaya dan tidak ingin hidup 2. lagi 2. Mengungkapkan enggan berbicara 3. dengan orang lain 3. Klien malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain

2

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

1. Mengungkapkan

2.

3. 4.

5.

ingin diakui jati dirinya Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli Mengungkapkan tidak bisa apa-apa Mengungkapkan dirinya tidak berguna Mengkritik diri

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Data Obyektif Ekspresi wajah kosong Tidak ada kontak mata ketika diajak bicara Suara pelan dan tidak jelas

Merusak diri sendiri Merusak orang lain Menarik diri dari hubungan sosial Tampak mudah tersinggung Tidak mau makan dan tidak tidur Perasaan malu Tidak nyaman jika jadi pusat perhatian

sendiri

3

Berduka disfungsional

1.

2.

3.

4.

Mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi Mengungkapkan sedih karena tidak naik kelas Klien malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain karena diceraikan suaminya Dan lain – lain…

1. Ekspresi

wajah

sedih 2. Tidak

ada kontak mata ketika diajak bicara 3. Suara pelan dan tidak jelas 4. Tampak menangis

2.4 Data yang Perlu Dikaji Pengkajian harga diri rendah dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada pasiendan keluarga(pelaku rawat).Tanda dan gejala harga diri rendah dapat ditemukan melalui wawancara dengan pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana penilaian Anda tentang diri sendiri? 2. Coba ceritakan apakah penilaian Anda terhadap diri sendiri mempengaruhi hubungan Anda dengan orang lain? 3. Apa yang menjadi harapan Anda? 4. Apa saja harapan yang telah Anda capai? 5. Apa saja harapan yang belum berhasil Anda capai? 6. Apa upaya yang Anda lakukan untuk mencapai harapan yang belum terpenuhi? Ungkapan negatif tentang diri sendiri merupakan salah satu tanda dan gejala harga diri rendah. Selain itu tanda dan gejala harga diri rendah didapatkan dari data subyektif dan obyektif, seperti tertera dibawah ini Data Subjektif : 1. Hal negatif diri sendiri atau orang lain 2. Perasaan tidak mampu 3. Pandangan hidup yang pesimis 4. Penolakan terhadap kemampuan diri 5. Mengevaluasi diri tidak mampu mengatasi situasi Data Objektif : 1. Penurunan produktivitas

2. 3. 4. 5. 6.

Tidak berani menatap lawan bicara Lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi Bicara lambat dengan nada suara lemah Bimbang, perilaku yang non asertif Mengekspresikan tidak berdaya dan tidak berguna

2.5 Diagnose Keperawatan Jiwa a. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan berduka disfungsional. 2.6 Rencana Tindakan Keperawatan Tujuan Diagnosa Umum Khusus Isolasi sosial: Klien tidak Klien dapat menarik diri terjadi membina berhubungan gangguan hubungan dengan konsep diri : saling percaya harga diri harga diri rendah rendah/klien akan meningkat harga dirinya.

Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Tindakan 1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan) 2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya 3. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien 4. Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri 1. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.

Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan

Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian yang realistis 3. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah 1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan 2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien 3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan 1. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan 2. Beri pujian atas keberhasilan klien 3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di ruma 1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien. 2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat. 3. Bantu keluarga menyiapkan

lingkungan di rumah. 4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah berhubungan dengan berduka disfungsional

Klien dapat 1. Sapa ramah klien membina (verbal, non verbal) hubungan 2. Perkenalan diri saling percaya dengan sopan 3. Tanya nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien 4. Jelaskan tujuan pertemuan 5. Jujur, menepati janji 6. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya 7. Beri klien perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien Klien Dapat 1. Diskusikan mengidentifikasi kemampaun dan kemampuan aspek positif yang dan aspek dimiliki klien positif yang di 2. Setiap bertemu klien, miliki hindarkan memberi penilaian yang negatif 3. Utamakan memberi pujian yang realistik

Klien dapat 1. Diskusikan dengan menilai klien kemampian kemampuan yang masih dapat di yang digunakan gunakan selama sakit 2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya

Klien

dapat 1. Rencanakan

menetapkan/ merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang di miliki

bersama klien aktifitas yang dapat di lakukan setiap hari sesuai kemampuan : Kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan sebagian, kegiatan yang membutuhkan bantuan total 2. Tingkatkan kegiatan yang sesuai dengan toleransi kondisi klien 3. Beri contoh cara pelaksanan kegiatan yang boleh di lakukan

Klien dapat 1. Beri kesempatan melakukan pada klien untuk kegiatan sesuai mencoba kegiatan kondisi sakit yang telah di dan rencanakan kemampuannya 2. Beri pujian atas keberhasilan klien 3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah Klien dapat 1. Beri pendidikan memanfaatkan kesehatan pada sistem keluarga tentang cara pendukung merawat klien yang ada dengan Harga Diri dikeluarga. Rendah. 2. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat. 3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah.

2.7 Strategi Pelaksanaan Tindakan Pasien SP I

Keluarga SP I

- Mengidentifikasi kemampuan dan - Mendiskusikan masalah yang aspek positif yang dimiliki klien

- Membantu

dirasakan keluarga merawat klien

dalam

klien menilai kemampuan klien yang masih - Menjelaskan pengertian HDR, dapat digunakan tanda dan gejala serta proses terjadinya HDR - Membantu klien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan - Menjelaskan cara merawat klien kemampuan klien dengan HDR

- Melatih

klien sesuai kemampuan yang dipilih

dengan SP II

- Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasian klien

- Menganjurkanklien memasukkan

- Melatih

keluarga mempraktekkan cara merawat klien dengan HDR

dalam jadwal kegiatan harian SP III SP II

- Melatih - Mengevaluasi

jadwal

kegiatan

harian klien

keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien dengan HDR

- Bantu

klien memilih kegiatan kedua yang akan dilatih SP IV

- Latih kegiatan kedua (alat dan cara melakukannya)

- Memasukan pada jadwal kegiatan untuk latihan : dua kegiatan masing-masing dua kali per hari

- Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning)

- Menjelskan

follow setelah pulang.

up

klien

SP III - Evaluasi kegiatan pertama, kedua dan ketiga yang telah SP V dilatih dan berikan pujian - Evaluasi kegiatan keluarga - Bantu klien memilih kegiatan dalam membimbing klien ketiga yang akan dilatih. melakukan kegiatan - Latih kegiatan kedua (alat dan - Nilai kemampuan keluarga cara melakukannya) dalam membimbing klien

- Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan: dua kegiatan masing-masing dua kali perhari. SP IV

- Evaluasi kegiatan pertama kedua dan ketiga yang telah di latih dan berikan pujian - Bantu klien memilah kegiatan ketiga yang akan dilatih - Latih kegiatan (alat dan cara melakukannya) - Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan masing-masing dua kali perhari SP V

- Evaluasi kegiatan latihan dan berikan pujian

- Latih kegiatan dilanjutkan sampai tak terhingga - Nilai kemampuan yang telah mandiri - Masukan nilai apakah harga diri klien meningkat

- Nilai

kemampuan keluarga melakukan kontrol ke RSJ/PKM

BAB III TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN A. Identitas Bayi Tanggal Pengkajian : Rabu, 13 Februari 2019 Nama Bayi

: By. P

Tanggal dirawat

: 10 Februari 2019

Jenis kelamin

: Laki-laki

Tanggal lahir/usia

:21 Januari 2019 (usia 23 hari)

Pendidikan Ayah/Ibu : SMA / SMP Pekerjaan Ayah/Ibu : Buruh swasta / IRT Usia Ayah/Ibu

: 23 th/ 19 th

Diagnosa medis

: Pneumonia susp. sepsis

Alamat

: Banjarmasin

B. Riwayat Bayi APGAR score

: 1” : 7

5” : 8

Usia Gestasi

: 38 minggu (Bayi lahir cukup bulan)

BB Lahir

: 2900 gr (Bayi lahir normal)

BB Sekarang

: 2640 gr

(PB, OB, OS, OK, LD) PB

: 48 cm

OB

: 40 cm

OS

: 33 cm

OK

: 33 cm

LD

: 30 cm

LP

: 29 cm

Komplikasi persalinan ■ Tidak ada ( )

■ Ada (

)…………..

10” : 9

1. Aspirasi mekonium (tidak ada aspirasi mekonium) 2. Denyut jantung janin abnormal (tidak ada) 3. Masalah lain : tidak ada 4. Prolaps tali pusat / lilitan tali pusat (tidak ada masalah pada saat persalinan) 5. Ketuban pecah dini (tidak ada); berapa jam : C. Riwayat Ibu ■ Usia :19 tahun

■ Gravid : 1

■ Partus : 0

■ Abortus : 0

Jenis persalinan ■ Pervaginam (Spontan belakang kepala) ■ Sectio cesarea (-); alasan : Komplikasi kehamilan ■ tidak ada ( )

ada (-)

■ perawatan atenatal (ya oleh bidang kampung) ■ ruptur plasenta / plasenta previa (-) ■ pre eklampsia / toxcemia (-) ■ suspect sepsis ( ) ■ persalinan premature / post matur (-) ■ masalah lain : D. Keluhan Utama Ibu pasien mengatakan anaknya dirawat karena sesak II. RIWAYAT PENYAKIT A. Riwayat Penyakit Sekarang Sebelum masuk rumah sakit pasien demam disertai muntah, sesak dan batuk. Saat dirumah pasien hanya diberi kompres hangat oleh orangtuanya untuk mengurangi demam. Sesak yang dialami pasien semakin parah, kemudin oleh keluarga pada tanggal 09 Februari 2019 pasien dibawa ke RSUD Ulin untuk mendapatkan penanganan dan didiagnosa medis Pneumonia + Susp. Sepsis setelah itu pasien dirawat di NICU dan saat pengkajian pasien sudah dirawat selama 4 hari.

B. Riwayat Penyakit dan Kesehatan Dahulu / Masa Lalu 1. Penyakit sebelumnya yang pernah dialami neonatus/bayi: Demam 2. Pernah dirawat di RS: sebelumnya tidak pernah 3. Obat-obatan yang digunakan: tidak ada 4. Tindakan (operasi): tidak ada 5. Alergi: tidak ada 6. Kecelakaan: tidak ada 7. Status Imunisasi Dasar: HB0, polio dan BCG C. Riwayat Sosial Struktur keluarga (genogram tiga generasi)

23 hari

Keterangan : : Laki-laki : Laki-laki meninggal : Perempuan : Perempuan meninggal : Pasien ---------: Tinggal serumah Berdasarkan hasil pengakajian kesehatan keluarga tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti By. P namun ayah pasien memiliki kebiasaan merokok aktif sudah lama yaitu sekitar 5 tahun sampai sekarang dan kadang merokok di dalam rumah. Budaya Suku

: Banjar : Banjar

Agama Perencanaan makanan bayi Hubungan orang tua dan bayi

: Islam : ASI eksklusif 6 bulan : Anak kandung

IBU TINGKAH LAKU Ya Menyentuh Tidak Memeluk Tidak Berbicara Ya Berkunjung Tidak Memanggil nama Ya Kontak mata Orang terdekat yang dapat dihubungi : Ayah dan ibu bayi Orang tua berespon terhadap penyakit

AYAH Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya

ya ( ) tidak ( )

Respon : Orangtua yakin dengan kesembuhan anaknya Orang tua berespon terhadap hospitalisasi

ya ( ) tidak ( )

D. Pengkajian Hospitalisasi 1. Pengalaman sebelumnya terhadap sakit yang membuat trauma pada ibu dan keluarga: Sebelumnya Ny. M tidak memiliki riwayat masuk rumah sakit yang membuatnya trauma 2. Sistem pendukung yang tersedia saat bayi sakit : Tn. I sebagai kepala keluarga bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya termasuk pengobatan By. P 3. Kemampuan koping yang dimiliki ibu dan keluarga : Tn. I dan Ny. M yakin akan kesembuhan bayinya 4. Responibu dan keluarga terhadap perpisahan yang dialami neonatus/bayi : Sedih karena orangtua bayi tidak dapat bertemu dengan By. P setiap waktu karena sakit yang dialaminya 5. Responibu dan keluarga terhadap perlukaan, prosedur medis dan tindakan keperawatan yang dialami neonatus/bayi : Selama dilakukan tindakan medis keluarga sedih namun mereka yakin apa yang dilakukan tenaga medis adalah untuk kesembuhan anaknya 6. Responibu dan keluarga terhadap kehilangan yang dialami neonatus/bayi : By. P hanya dilakukan perawatan medis jadi mereka yakin By. P untuk sembuh dan tidak bisa membayangkan jika kehilangan

7. Respon ibu dan keluarga terhadap rasa nyeri/ rasa sakit yang dialami neonatus/bayi : Perasaan orangtua sedih terhadap sakit yang dialami By. P 8. Respon ibu dan keluarga terhadap perubahan lingkungan dan kebiasaan sehari-hari: Orangtua By. P sedih pada saat tidak bisa selalu menemani bayinyakarena anaknya sakit ia tidak bisa memberikan ASI secara langsung dan setiap waktu 9. Reaksi ibu dan keluarga terhadap kondisi kesehatan, penyakit yang bertambah parah/buruk/komplikasi : Orangtua By. P takut karena kondisi anaknya yang awalnya saat dilahirkan baik saja namun setelah 2 minggu kelahiran kesehatan anaknya berubah J. Pengkajian Fisik Neonatus/ Bayi Instruksi : Beri tanda cek (√) pada isian yang tepat / sesuai dengan data-data dibawah ini. Gambarkan semua temuan abnormal secara objektif, gunakan kolom data tambahan bila perlu. 1. Reflek Moro ( ) Menghisap ( ); kuat/ lemah Menggenggam ( ); kuat / lemah Rooting ( ); kuat / lemah Babynski ( ); kuat / lemah 2. Tonus / aktivitas Aktif ( )

Tenang ( )

Letargi ( )

Kejang ( )

Akral teraba hangat 3. Respirasi/respon spontan menangis segera Menangis keras ( )

Lemah ( )Melengking ( )

Sulit Menangis ( )

Respirasi : 40 x/ menit 4. Kepala / leher a. Fontanel anterior teraba : Lunak ( ) Tegas ( ) Bentuk fontanel anterior : Datar ( ) Menonjol ( ) Cekung ( )

b. Sutura sagitalis posisi

: Tepat ( ) Terpisah ( ) Menjauh ( ) Tumpang tindih ( )

c. Gambar wajah bentuk

: Simetris ( ) Asimetris ( )

d. Kepala terdapat

: Molding ( ) Caput sucedaneum ( ) Cephalhematoma ( )

5. Mata Bersih ( )

Sekresi ( )

Jarak Interkantus normal

Joundice ( ) Skelera : tidak ikterik

a. Telinga

: Normal ( ) Abnormal ( )

b. Hidung

: Simetris ( ) Asimetris ( )

c. Mulut

: a. tonge tie (-) b. Kelainan daerah mulut Bibir sumbing

: (-)

Sumbing langit-langit / palatum

: (-)

Kelainan lain : kebersihan mulut By. P kurang dan tercium bau mulut

6. Abdomen a. Lunak ( )

Tegas ( )

Datar ( )

Kembung ( ) Cekung ( )

b. Lingkar Perut:29 cm c. Liver : Teraba ( )

kurang 2 cm ( )

lebih 2 cm ( ) Tidak teraba ( )

7. Toraks a. Simetris ( )

Asimetris ( )

b. Retaksi derajat 0 ( ); Derajat 1 ( ); Derajat 2 ( ) c. Klavikula normal ( ) Abnormal ( ) 8. Paru-paru a. Suara nafas kanan kiri sama ( )

Tidak sama ( )

b. Suara nafas bersih ( ) ronchi ( ) sekresi ( ) wheezing ( ) vesikuler ( ) c. Respirasi spontan ( )

tidak spontan ( )

Terdapat retraksi dinding dada Alat bantu nafas ( ) Headbox

( ) O2/ incubator

( ) Nasal Kanul Konsentrasi O2 :

ltr/menit

10. Jantung a. Bunyi Normal sinus rhthym (NSR) () dengan Frekuensi : normal a. Murmur ( ) PMI (+): Lokasi ICS 5 b. Waktu pengisian kapiler < 2 detik c. Denyut nadi : 134x/menit Nadi Perifer Brakial kanan Brakial kiri Femoral kanan Femoral kiri

Keras

Lemah

Tidak ada

11. Ekstrimitas Gerakan bebas ( ) Ekstremitas atas

:

ROM Terbatas ( )

Tidak terkaji ( )

Normal ( )

Abnormal ( )

Sebutkan:terpasang neoflon pada ekstrimitas atas sinistra Ekstremitas bawah :

Normal ( )

Abnormal ( ) Sebutkan

12. Umbilikus Normal ( ) Omphalokel (

Abnormal ( )Inflamasi ( ) )

Drainase ( )

gastroskizis ( )

13. Genital Perempuan normal ( ) Laki-laki normal ( ) Paten ( )

Abnormal ( ) Sebutkan

Imperforata ( )

By. P terpasang pampers 14. Anus Normal ( )

Abnormal ( ) Sebutkan

15. Kulit Pucat ( )

Jaundice ( )

Warna pink ( )

Sianosis ( )

Jika bayi tampak kuning, Kramer test : Derajat ........ Jika sianosis, sebutkan daerah mana yang sianosis : Kuku ( )

sirkumolar Periobital ( )

16. Kelainan/gangguan pada kulit : Kemerahan (rash)

Sebutkan :

Seluruh tubuh ( )

Tanda lahir ( )

Tidak elastis ( )

Turgor kulit : elastis ( )

Edema ( )

tidak elastis ( ), berapa lama kembali?<2 detik

Lanugo ( ) 17. Suhu Pengaturan suhu ( ) penghangatan suhu ruang ( )

Box terbuka ( )

Inkubator ( ) Pemeriksaan pada suhu kulit 37,7°C

Pengkajian Resiko Jatuh Pada Bayi/ Anak Parameter Kriteria < 3 tahun 3 – 7 tahun Umur 7 – 13 tahun ≥ 13 tahun Laki-laki Jenis Kelamin Perempuan Kelainan neurologi Perubahan dalam oksigenasi (masalah sal. Nafas, anemia, dehidrasi, anoreksia, sakit Diagnosis kepala, sinkop/pusing, dll) Kelainan psikis/ perilaku Diagnosis lain Tidak menyadari keterbatasan Gangguan Lupa akan keterbatasan diri Kognitif Sadar akan kemampuan sendiri Riwayat jatuh dari tempat tidur saat bayi – anak Pasien menggunakan alat bantu atau Faktor tempat tidur bayi/ pencahayaan Lingkungan Pasien berada di tempat tidur Rawat Jalan Respon Dalam 24 jam terhadap Dalam 48 jam operasi/ obat >48 jam/ tidak ada penenang/ efek anastesi Bermacam-macam obat digunakan: obat sedative (diluar pasien ICU yang sedang mengalami sedasi dan paralisis), hipnotik, Penggunaan barbiturate, fenotiazin, antidepresan, obat laksatif, diuretic, narkotik Salah satu dari pengobatan diatas Pengobatan lain/tidak ada Skor 7 – 11 : Risiko rendah Skor Minimal : 7 untuk jatuh Skor Maksimal : 23 Skor ≥ 12 : Risiko tinggi

SKRINING RISIKO JATUH (Humpthy Dumpty)

4.

Lingkungan ( )

Nilai 4 3 2 1 2 1 4 3

2 1 3 2 1 4

Skor 4

2

3

1

3

3

2 1 3 2 1

1

3

2 1

1

TOTAL

15

untuk jatuh 5. Pengkajian Flebitis Tanda dan gejala: o Tempat penusukan tampak sehat o Adanya nyeri : o Di dekat tempat penusukan o Pada tempat penusukan o Di sepanjang kanula

o o o o

Adanya kemerahan Adanya pembengkakan Vena teraba keras Pireksia

*) Beri tanda centang () pada tanda dan gejala dari phlebitis yang muncul () Grade Phlebitis/ Interpretasi 0 / tidak ada plebitis Visual Infusion Phlebitis Scale Tanda dan Gejala Grade/ Intervensi Interpretasi Derajat Tempat penusukan Tidak ada tanda Observasi tempat 0 tampak sehat phlebitis penusukan kanula Terdapat salah satu dari tanda berikut: Kemungkinan  Nyeri didekat tempat tanda-tanda Observasi tempat 1 penusukan pertama penusukan kanula phlebitis  Kemerahan di dekat tempat penusukan Terdapat dua dari tanda berikut:  Adanya nyeri tempat Ganti tempat penusukan Stadium dini penusukan 2 kanula phlebitis Pikirkan terapi lanjutan  Adanya kemerahan  Adanya pembengkakan Terdapat semua dari tanda berikut:  Nyeri disepanjang Stadium Ganti tempat penusukan kanula 3 moderat kanula phlebitis Pikirkan terapi lanjutan  Adanya kemerahan  Adanya pembengkakan Terdapat semua dari tanda berikut:  Nyeri disepanjang Tahap lanjutan Ganti tempat penusukan kanula phlebitis atau 4 kanula  Adanya kemerahan awal Pikirkan terapi lanjutan thrombophlebitis  Adanya pembengkakan  Vena teraba keras

Terdapat semua dari tanda berikut:  Nyeri disepanjang kanula  Adanya kemerahan  Adanya pembengkakan  Vena teraba keras  Pireksia

5

Stadium lanjutan thrombophlebitis

6. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 11 Februari 2019 (00.15 WITA) Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Lakukan terapi Ganti kanula dan tempat penusukannya

Satuan

Metode

HEMATOLOGI Hemoglobin

12.7*

14.0-18.0

g/dl

Colorimetric

Lekosit

12.0*

4.0-10.5

ribu/ul

Impedance

Eritrosit

4.05*

4.10-6.00

juta/ul

Impedance

Hematokrit

39.4*

42.0-52.0

%

Analyzer Calculates

Trombosit

551*

150-450

ribu/ul

Impedance

RDW-CV

17.8*

12.1-14.0

%

MCV

97.3*

75.0-96.0

fl

Analyzer Calculates

MCH

31.4

28.0-32.0

pg

Analyzer Calculates

MCHC

32.2*

33.0-37.0

%

Analyzer Calculates

Basofil%

51.9*

0.0-1.0

%

Eosinofil%

36.1*

1.0-3.0

%

Gran%

12.0*

50.0-81.0

%

Impedance

Limfosit%

6.30*

20.0-40.0

%

Impedance

Monosit%

4.30

2.0-8.0

%

Basofil#

1.4*

<1.00

ribu/ul

<3.00

ribu/ul

2.50-7.00

ribu/ul

MCV, MCH, MCHC

HITUNG JENIS

Eosinofil# Gran#

Impedance

Limfosit#

1.25-4.00

ribu/ul

Monosit#

0.30-1.00

ribu/ul

112

<200.00

mg/dl

48.0*

<6.00

mg/dl

Impedance

KIMIA DIABETES GDS

Hexokinase/G-6-PDH

IMUNOSEROLOGI REMATIK CRP

Tanggal 10 Februari 2019 (20.19 WITA) Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Satuan

Metode

HEMATOLOGI Hemoglobin

15.9

14.0-18.0

g/dl

Colorimetric

Lekosit

9.5

4.0-10.5

ribu/ul

Impedance

Eritrosit

5.33

4.10-6.00

juta/ul

Impedance

Hematokrit

47.9

42.0-52.0

%

Analyzer Calculates

Trombosit

450

150-450

ribu/ul

Impedance

RDW-CV

22.7*

12.1-14.0

%

MCV

89.9

75.0-96.0

fl

Analyzer Calculates

MCH

29.8

28.0-32.0

pg

Analyzer Calculates

MCHC

33.2

33.0-37.0

%

Analyzer Calculates

Basofil%

0.6

0.0-1.0

%

Eosinofil%

5.1*

1.0-3.0

%

Gran%

47.9*

50.0-81.0

%

Impedance

Limfosit%

36.3

20.0-40.0

%

Impedance

Monosit%

10.1*

2.0-8.0

%

Basofil#

0.06

<1.00

ribu/ul

Eosinofil#

0.48

<3.00

ribu/ul

Gran#

4.53

2.50-7.00

ribu/ul

MCV, MCH, MCHC

HITUNG JENIS

Impedance

Limfosit#

3.43

1.25-4.00

ribu/ul

Monosit#

0.96

0.30-1.00

ribu/ul

Impedance

7. Terapi Farmakologi Cara pemberian

Nama obat

Dosis

Ampicilin

3x 40 Mg

IV

Gentamicin

13/24 jam

IV

Indikasi

ISPA, seperti pneumonia faringitis, bronkitis, laringitis

Berguna melawan Yersinia pestis dan Francisella tularensis

Mercotin

2 ml

Ambroxol

Batuk kering

Oral

Interlac

5 ml

Oral

Enystin

0,5 ml

Oral

Bronkitis (radang saluran napas bagian bawah) Menjaga kesehatan fungsi pencernaan pada bayi baru lahir

Kontraindikasi

Efek samping

Hipersensitivitas Mual muntah, terhadap diare, Anemia, penisilin trombositopenia

Jangan digunakan untuk penderita yang mengalami reaksi hipersensitivitas terhadap gentamicin

Asma bronkial, peningkatan TIK, depresi pernafasan

-

Juga menyebabkan efek toksisitas yang bervariasi antar pasien dengan ciri-ciri yang sering terjadi adalah kehilangan keseimbangan, pandangan kabur dan dering ditelinga Sakit kepala atau pusing, hilangnya koordinasi anggota tubuh, mual atau muntah Mual, muntah, nyeri perut

Gatal-gatal, ruam pada kulit, pembengkakan pada bibir, wajah, mata dan sesak nafas Pengobatan Tidak diberikan Iritasi pada candidiasis rongga kepada mulut, kulit, mulut pengguna yang mual muntah, diketahui sakit maag, memiliki alergi diare atau hipersensitif

135

IV

Ceftazidime

terhadap penggunaan Enystin. Bakteriema, Hipersensitif meningitis, terhadap pneumonia, antibiotik bronchopneumonia, cephalosporin pleuritis, empyema

Hipersensititas : erupsi kulit, demam pruritus, angloedema, anafilaksis

III. DATA FOKUS Data Subjektif: -

Ibu pasien mengatakan anaknya dirawat karena sesak

-

Keluarga mengatakan ayah pasien yaitu Tn. I memiliki kebiasaan merokok dan terkadang merokok didalam rumah

-

Ibu pasien mengatakan anaknya batuk

-

Riwayat saat masuk kerumah sakit anaknya demam disertai muntah

-

Ibu pasien mengatakan karena anaknya sakit ia tidak bisa memberikan ASI secara langsung dan setiap waktu

Data Objektif: Inspeksi -

Skor humpty dumpty 15 (risiko tinggi jatuh)

-

By. P terpasang pampers

-

Tampak By. P terpasang neoflon pada ekstremitas atas sinistra

-

Tampak kulit By. P kering

-

Respirasi 40x/menit

-

Tampak retraksi dinding dada

-

Tampak By. P diberikasn ASI yang ditampung dalam botol kaca khusus ASI

-

Kebersihan mulut By. P kurang dan tercium bau mulut

-

Tampak ada sedikit selaput putih pada bagian mulut pasien

-

BB bayi turun saat lahir 2900 gr dan sekarang 2640 gr

-

Profil darah abnormal Tanggal 10 Februari 2019 (00.15 WITA) Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan HEMATOLOGI

Satuan

Metode

Hemoglobin

12.7*

14.0-18.0

g/dl

Colorimetric

Lekosit

12.0*

4.0-10.5

ribu/ul

Impedance

Eritrosit

4.05*

4.10-6.00

juta/ul

Impedance

Hematokrit

39.4*

42.0-52.0

%

Analyzer Calculates

Trombosit

551*

150-450

ribu/ul

Impedance

RDW-CV

17.8*

12.1-14.0

%

MCV

97.3*

75.0-96.0

fl

Analyzer Calculates

MCHC

32.2*

33.0-37.0

%

Analyzer Calculates

Basofil%

51.9*

0.0-1.0

%

Eosinofil%

36.1*

1.0-3.0

%

Gran%

12.0*

50.0-81.0

%

Impedance

Limfosit%

6.30*

20.0-40.0

%

Impedance

Basofil#

1.4*

<1.00

ribu/ul

MCV, MCH, MCHC

HITUNG JENIS

Palpasi -

Suhu tubuh 37.7oC

-

Saat diraba kulit terasa hangat

-

Akral teraba hangat

Perkusi Auskultasi -

Terdengar rhonki saat diauskulatasi pada paru bagian kanan

-

Bayi terdengar batuk pada saat dilakukan pengkajian

IV. Analisis Data DATA KLIEN (Data Subyektif dan Data Obyektif) DS:

DO: - RR 40x/menit - Terdengar rhonki pada saat diauskultasi pada paru dekstra - Tampak retraksi dinding dada - By. P terdengar batuk saat dilakukan pengkajian DS: - Ibu pasien mengatakan anaknya dirawat karena sesak dan batuk DO: - Terdengar rhonki pada saat diauskultasi pada paru dekstra - RR 40x/menit - Bayi terdengar batuk saat dilakukan pengakajian DS: - Ibu pasien mengatakan karena anaknya sakit ia tidak bisa memberikan ASI secara langsung dan setiap waktu DO: - Akral teraba hangat - Suhu tubuh 37,7oC - Pasien dirawat di NICU didalam inkubator - Saat diraba kulit terasa hangat DS: - Ibu pasien mengatakan saat umur By. P 15 hari ia demam disertai batuk dan sesak DO: - Keluarga mengatakan ayah pasien yaitu Tn. I memiliki kebiasaan meroko dan terkadang merokok dalam rumah - Menurut catatan medis By. P mulai sakit setelah umurnya 15 hari Faktor risiko - Ibu pasien mengatakan karena anaknya sakit ia tidak bisa memberikan ASI secara

ETIOLOGI Akumulasi sekret

MASALAH KEPERAWATAN Ketidakefektifan pola napas

Akumulasi sekret

Ketidakefektifan bersihan jalan napas

Proses inflamasi

Hipertermi

Kurang sumber Defisit pengetahuan pengetahuan

Risko defisit volume cairan

langsung dan setiap waktu - Akral teraba hangat - Tampak kulit By. P kering - Suhu tubuh 37,7oC - Saat diraba kulit terasa hangat - By. P diberikan ASI yang ditampung dalam botol khusus ASI Faktor risiko - Akral teraba hangat - Suhu tubuh 37,7oC - Pasien dirawat di NICU didalam inkubator - Saat diraba kulit terasa hangat - BB bayi turun saat lahir 2900 gr dan sekarang 2640 gr Faktor Risiko - Profil darah abnormal - Lekosit 12.0 ribu/ul - Kebersihan mulut By. P kurang dan tercium bau mulut - Tampak ada sedikit selaput putih pada bagian mulut pasien - By. P terpasang pampers - Tampak By. P terpasang neoflon pada ekstremitas atas sinistra - BB bayi turun saat lahir 2900 gr dan sekarang 2640 gr Faktor Risiko - Skor humpty dumpty 15 (risiko tinggi jatuh) - Diagnosa medis pneumoni + susp. Sepsis

Risiko ketidakefektifan termoregulasi

Risiko Infeksi

Risiko Jatuh

V. Prioritas Masalah 1. Hipertermi b.dproses inflamasi 2. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d akumulasi sekret 3. Pola napas tidak efektif b.dakumulasi sekret 4. Risko defisit volume cairan 5. Risiko ketidakefektifan termoregulasi 6. Risiko infeksi 7. Risiko jatuh 8. Defisit pengetahuan b.d kurang sumber pengetahuan tentang merokok dekat bayi

VI. Rencana Keperawatan Tgl Pengkajian : 13-02- Nama Pasien : By. P 2019 Umur : 23 hari Nama Mhs : Kel. 1 Jenis Kelamin : Laki-laki Ruang Praktek : Bayi No. Rekam Medis : 1-xx Nama Dokter : Hari/ Tanggal Rabu, 13 - 02 2019

Diagnosa Keperawatan Hipertermi proses inflamasi

b.d

Rabu, Bersihan jalan 13 - 02 - napas tidak 2019 efektif b.d akumulasi sekret

Alamat rumah : Banjarmasin Nama ayah / ibu : Tn. I & Ny. M Telepon yang dihubungi : Diagnosa Medis : Pneumonia + susp. sepsis

Perencanaan Intervensi keperawatan Tujuan keperawatan, Kriteria Evaluasi Setelah dilakukan tindakan Fever Treatment keperawatan selama 1 x 15 1. Observasi suhu tubuh secara menit hipertermi teratasi berkala dengan kriteria hasil: 2. Berikan kompres hangat Thermoregulation dibagian lipatan tubuh (Paha 1. Bayi menunjukan suhu dan aksila) dalam rentan normal 3. Berikan informasi tentang 2. Bayi tidak menunjukan penyebab demam pasien dan dehidrasi cara menanganinya. 3. Kulit taraba hangat 4. Berkolaborasi dengan dokter dengan memberikan terapi farmakologi antipiretik seperti obat paracetamol Setelah dilakukan tindakan Airway Management keperawatan selama 1 x 20 1. Monitor respirasi menit bersihan jalan napas 2. Monitor apakah pasien ada teratasi dengan kriteria hasil: batuk Respiratory status : Airway 3. Posisikan bayi untuk patency memaksimalkan ventilasi Kriteria Hasil : 4. Auskultasi suara nafas, catat 1. Bayi menunjukan suara adanya suara tambahan nafas yang bersih, tidak 5. Keluarkan sekret dengan ada sianosis dan dyspneu suction jika perlu mampu 6. Kolaborasi untuk pemberian 2. Menunjukkan jalan napas terapi farmakologi yang paten (bayi tidak 7. Kolaborasi untuk merasa tercekik, irama pemeriksaan foto thorax jika nafas, frekuensi perlu pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) 3. Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan

nafas

Rabu, Pola napas 13 - 02 tidak efektif b.d – 2019 akumulasi sekret

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 20 menit pola napas efektif dengan kriteria hasil: Respiratory Status (Ventilation) 1. Bayi tidak sesak napas 2. RR dalam batas normal 40-60 x/menit 3. Tidak terdapat otot bantu napas maupun retraksi dinding dada

Rabu, Risko defisit Setelah dilakukan tindakan 13 - 02 volume cairan keperawatan selama 1 x 24 – 2019 jam diharapkan volume cairan dapat seimbang dengan kriteria hasil: Fluid balance 1. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi 2. Mempertahankan urine output sesuai dengan intake cairan 3. Tanda-tanda vital dalam rentang normal Rabu, Risiko Setelah dilakukan tindakan 13 - 02 ketidakefektifan keperawatan selama 1 x 15 – 2019 termoregulasi menit ketidakefektifan termoregulasi teratasi dengan kriteria hasi : Thermoregulation 1. Suhu tubuh bayi normal yaitu anatar 35,5oC – 37,5oC 2. Status hidrasi bayi kuat 3. Pasien tidak mengalami tanda-tanda dehidrasi

Oxygen Therapy

1. Monitor ketat pernapasan bayi 2. Monitor saturasi oksigen 3. Auskultasi suara napas apakah terdengar rhonki (Jurnal Karolina tahun 2014 “Chest Physiotherapy For Patient Pneumonia In Children” Vol. 114 No. 5 4. Atur posisi bayi 5. Ukur intake dan output 6. Kolaborasi dalam pemberian terapi O2 jika perlu Fluid management 1. Monitor status hidrasi seperti kelembaban kulit dan membran mukosa 2. Monitor masukan cairan 3. Timbang popok/pembalut jika di perlukan 4. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat 5. Anjurkan pada ibu selalu menyediakan ASI untuk bayi 6. Kolaborasikan pemberian cairan IV jika diperlukan Temperature Regulation 1. Monitor suhu tubuh secara berkala 2. Monitor nadi dan status pernapasan bayi 3. Tingkatkan intake caian yaitu ASI pasien 4. Beri tau keluarga kenapa bayi harus dirawat 5. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik seperti paracetamol

Rabu, Risiko infeksi 13 - 02 2019

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 30 menit pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil: Immune Status 1. Bayi bebas dari tanda dan gejala infeksi 2. Menggambarkan faktor yang menunjang penularan infeksi 3. Jumlah leukosit dalam batas normal 4. Mengindikasikan status gastrointestinal, pernapasan, genitourinaria, dan imun dalam batas normal

Rabu, Risiko jatuh 13 - 02 – 2019

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama1x 8 jam masalah keperawatan teratasi dengan kriteria hasil: Risk Control 1. Bayi diberikan lingkungan yang aman 2. Pasien tidak mengalami jatuh

Rabu, Defisit 13 - 02 pengetahuan – 2019 b.d kurang sumber pengetahuan tentang merokok dekat bayi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama1x 24 jam keluarga menunjukkan pengetahuan tentang proses penyakit dengan kriteria hasil: Knowledege: disease Process 1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan 2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan

Infection Control 1. Pantau tanda dan gejala infeksi (misalnya suhu tubuh 2. Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentangan terhadap infeksi 3. Pantau hasil laboratorium (hitung darah lengkap, lihat lekosit dan granulosit) 4. Batasi jumlah pengunjung, bila diperlukan 5. Bersihkan lingkungan bayi dengan membersihkan area box atau inkubator setiap hari 6. Jelaskan kepada pentingnya menjaga kebersihan tangan 7. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik jika perlu Environment Management 1. Observasi perilaku bayi yang membahayakan 2. Lakukan identfikasi tentang kebutuhan keamanan bayi berdasarkan fungsi kognitif, tingkat fisik, dan riwayat penyakit 3. Ciptakan lingkungan yang aman untuk pasien agar terhindar dari risiko jatuh 4. Hati-hati saat mengangkat bayi 5. Gunakan bedrail Teaching: Disease Process 1. Lakukan penilaian terhadap tingkat pengetahuan keluarga saat ini 2. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat 3. Sediakan informasi pada keluarga tentang kondisi, dengan cara yang tepat 4. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat 5. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan.

secara benar 3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya

VII. Catatan Perkembangan Tanggal Pengkajian : 13-02-2019 Nama Mhs : Kel. 1 Ruang Praktek : Bayi Nama Dokter : Hari/ Tanggal Rabu, 13 02 - 2019

Nomor Diagnosa Keperawatan

Jam

Hipertermi b.d 11.00 proses inflamasi 11.02

Nama Pasien : By. P Umur : 23 hari Jenis Kelamin : Laki-laki No. Rekam Medis : 1-xx-xx-xx Implementasi keperawatan

Evaluasi keperawatan

1.Memonitor suhu S:tubuh 15 menit setelah tindakan keperawatan 2.Mengatur suhu inkubator

Rabu, 13 - Bersihan jalan 11.00 1. Menghitung 02 - 2019 napas tidak pernapasan bayi efektif b.d dalam 1 menit akumulasi penuh sekret 2. Mengatur posisi 11.05 bayi untuk memaksimalkan ventilasi 3. Mendengar 11.10 suara paru bayi 12.00 4. Mendengarkan apakah bayi ada

O:

-

Suhu tubuh pasien 36,6oC Kuit tampak kering Kulit teraba hangat

A: Hipertermi b.d pemajanan suhu lingkungan Belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan S:O: - Pasien terdengar batuk - Pasien dibaringkan dengan posisi terlentang - Suara paru terdengar ronkhi dibagian dekstra - Seperti terdapat sekret akibat batuk

Tanda tangan

batuk 5. Berkolaborasi untuk pemberian terapi farmakologi

A: Bersihan jalan napas tidak efektif b.d akumulasi sekret belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan

Rabu, 13 - Pola napas 11.15 1. Memonitor status S:02 – 2019 tidak efektif b.d pernapasan bayi O: hiperventilasi - Pasien tampak 11.05 2. Memonitor sesak saturasi oksigen 11.02 3. Mengatur posisi - RR: 43x/menit bayi dengan - SPO2 98% posisi terlentang - Tidak tampak adanya otot bantu 11.06 4. Mendengarkan suara napas napas maupun apakah retraksi dinding terdengar rhonki dada 12.00 5. Mengukur intake - Saat diauskultasi dan output terdengar rhonki pada paru bagian dekstra - Pasien ada BAK dan BAB A: Pola napas tidak efektif b.d hiperventilasi teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan Rabu, 13 - Risiko defisit 11.17 1. Memonitor S:02 – 2019 volume cairan status hidrasi O: seperti - Tampak By. P tidak kelembaban ada mengalami kulit dan dehidrasi membran - By. P tampak mukosa diberikan ASI oleh ibunya dengan 11.20 2. Memberikan ASI yang telah menampung ASInya ditampung - RR: 43x/menit N: dalam botol 134x/menit, T: kaca 37,7oC 3. Mempertahan - Kulit By. S tampak 11.21 intake dan kering ouput cairan - Pasien ada BAK dan bayi BAB

A: n pada ibu Defisit volume cairan pasien untuk tidak terjadi P: selalu Intervensi dilanjutkan menyediakan ASI untuk By. P Mengukur suhu S: tubuh bayi - Orangtua mengatakan paham Monitor nadi dengan penjelasan dan status yang diberikan pernapasan O: bayi - Suhu tubuh bayi Meningkatkan 36,6oC intake caian yaitu ASI pada - Nadi : 102x/menit bayi saat bayi - RR : 43x/menit haus - By. P tampak Memberikan diberikan ASI oleh informasi pada ibunya dengan keluarga menampung ASInya tentang - By.P saat diberikan perawatan yang ASI oleh perawat didapatkan bayi tampak menghisap untuk kuat mengatasi - RR: 43x/menit penyakitnya - Kulit By. S tampak kering - Pasien ada BAK dan BAB A: Ketidakefektifan termoregulasi tidak terjadi P: Intervensi dilanjutkan S:Memantau tanda dan O: gejala infeksi - Tampak tidak ada dengan tanda-tanda infeksi mengukur suhu yang dialami By. P tubuh - Suhu tubuh bayi Mengkaji faktor 36.6oC yang dapat - Hasil lab terakhir meningkatkan tanggal 10 februari kerentangan 2019 menunjukan terhadap infeksi lekosit12.0 ribu/ul Memantau hasil - Pasien tampak laboratorium lab

4. Memberitahuka 11.22

Rabu, 13 - Risiko 02 – 2019 ketidakefektifan termoregulasi

11.10 1. 11.13 2.

11.25 3.

11.30 4.

Rabu, 13 - Risiko infeksi 02 - 2019

11.30 1.

11.32

11.33

2.

3.

Rabu, 13 - Risiko jatuh 02 – 2019

terakhir dikunjungi bergantian oleh 12.00 4. Membatasi orangtuanya jumlah pengunjunghan - Setiap orangtua ya diijikan pada yang mengunjungi jam besuk dan bayinya selalu orangtua yang dianjurkan untuk mendampingi mencuci tangan hanya satu guna mencegah orang penyebaran infeksi yang mungkin saja 5. Membersihkan 09.00 terjadi lingkungan bayi dengan - Keluarga tampak membersihkan paham dengan inkubator setiap penjelasan yang hari diberikan 6. Menjelaskan - By.P diberikan kepada Gentamicin via IV, orangtua interlac 5 ml dan 12.26 pentingnya cuci enystin 0,5 ml per tangan sebelum oral menyentuh bayi A: Risiko infeksi tidak terjadi P: Intervensi dilanjutkan 11.05 1. Melihat apakah S:O: terdapat perilaku bayi - Pasien dimasukan yang kedalam inkubator membahayakan yang memiliki 11.06 kemungkinan kecil 2. Melakukan untuk membuat By. tentang P terjatuh kebutuhan keamanan bayi Inkubator tampak 11.07 selalu ditutup dan 3. Menciptakan jika akan tindakan lingkungan hanya membuka yang aman sedikit yang hanya untuk bayi agar muat satu tangan terhindar dari 11.08 risiko jatuh - Saat mengangkat bayi perawat selalu 4. Selalu berhatiberhati-berhati hati saat 11.09 A: mengangkat Risiko jatuh tidak terjadi bayi P: 5. Gunakan inkubator yang Intervensi dilanjutkan sesuai

Rabu, 13 - Defisit 12.30 1. Melakukan S: 02 - 2019 pengetahuan penilaian - Orangtua bayi b.d kurang terhadap tingkat mengatakan paham sumber pengetahuan dengan penjelasan pengetahuan keluarga saat ini yang diberikan tentang - Tn. I mengatakan 12.32 2. Memberikan merokok dekat contoh yang memang sudah bayi mungkin lama memiliki menyebabkan kebiasaan merokok proses penyakit O: yang diderita By. - Saat diberikan P penjelasan 3. Menyediakan kemungkinan hal 12.33 bagi keluarga yang dapat informasi tentang menyebabkan By. P kemajuan pasien sakit keluarga dengan cara tampak mengerti yang tepat A: Defisit pengetahuan b.d kurang sumber pengetahuan teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan Tanggal Pengkajian : 14-02-2019 Nama Mhs : Kel. 1 Ruang Praktek : Bayi Nama Dokter : Hari/ Tanggal Kamis, 14 - 02 - 2019

Nama Pasien : By. P Umur : 23 hari Jenis Kelamin : Laki-laki No. Rekam Medis : 1-xx-xx-xx

Nomor Implementasi Diagnosa Jam keperawatan Keperawatan Hipertermi b.d 10.00 1. Memonitor suhu proses tubuh 15 menit inflamasi setelah tindakan keperawatan 2. Mengatur suhu 10.02 inkubator

Evaluasi keperawatan S:O:

-

Suhu tubuh pasien 37oC Kuit tampak kering Kulit teraba hangat

A: Hipertermi b.d pemajanan suhu lingkungan Belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan

Tanda tangan

Kamis, 14 Bersihan jalan 10.00 - 02 - 2019 napas tidak efektif b.d akumulasi sekret 10.05

10.10 11.00

1. Menghitung pernapasan bayi dalam 1 menit penuh 2. Mengatur posisi bayi untuk memaksimalkan ventilasi 3. Mendengar suara paru bayi 4. Berkolaborasi untuk pemberian terapi farmakologi

Kamis, 14 Pola napas 10.05 1. Memonitor 02 – tidak efektif b.d statuspernapasa 2019 hiperventilasi n bayi 10.06 2. Memonitor pernapasan bayi 3. Memonitor 10.07 saturasi oksigen 4. Mengatur posisi 10.10 bayi dengan terlentang 10.15 5. Mengukur intake dan output 11.00 6. Berkolaborasi dalam pemberian terapi farmakologi

Kamis, 14 Risiko defisit 10.15 1. Memonitor status 02 – volume cairan hidrasi seperti 2019 kelembaban kulit dan membran mukosa 10.20 2. Memberikan ASI yang telah ditampung dalam botol kaca 3. Mempertahan intake dan ouput 10.25 cairan bayi

S:O:

- Pasien dibaringkan dengan posisi terlentang - Suara paru masih terdengar ronkhi dibagian dekstra - Batuk pada pasien sudah mulai berkurang A: Bersihan jalan napas tidak efektif b.d akumulasi sekret belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan S:O: - Pasien tidak sesak nafas lagi - RR: 33x/menit - SPO2 97% - Tidak tampak adanya otot bantu napas maupun retraksi dinding dada - Pasien ada BAK dan BAB A: Pola napas tidak efektif b.d hiperventilasi teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan S:O: - By. P tampak diberikan ASI oleh ibunya dengan menampung ASInya - RR: 31x/menit N: 120x/menit, T: 37,3oC - Kulit By. S tampak kering - Pasien ada BAK dan

4. Memberitahukan pada ibu pasien untuk selalu menyediakan 10.27 ASI untuk By. P Kamis, 14 Risiko 02 – ketidakefektifan 2019 termoregulasi

10.10 1.

Mengukur suhu tubuh bayi nadi 10.15 2. Monitor dan status pernapasan bayi 10.20 3. Meningkatkan intake caian yaitu ASI pada bayi saat bayi haus 4. Memberikan 10.25 informasi pada keluarga tentang perawatan yang didapatkan bayi untuk mengatasi penyakitnya

Kamis, 14 Risiko infeksi - 02 - 2019

10.03 1. Memantau tanda dan gejala infeksi dengan mengukur suhu 10.11 tubuh 2. Mengkaji faktor yang dapat 10.29 meningkatkan kerentangan terhadap infeksi 11.00 3.Memantau hasil laboratorium lab terakhir 4.Membatasi

BAB A: Defisit volume cairan tidak terjadi P: Intervensi dilanjutkan S: - Orangtua mengatakan paham dengan penjelasan yang diberikan O: - Suhu tubuh bayi 37,1oC - Nadi : 104x/menit - RR : 33x/menit - By. P tampak diberikan ASI oleh ibunya dengan menampung ASInya - By.P saat diberikan ASI oleh perawat tampak menghisap kuat - Kulit By. S tampak kering - Pasien ada BAK dan BAB A: Ketidakefektifan termoregulasi tidak terjadi P: Intervensi dilanjutkan S:O: - Tampak tidak ada tanda-tanda infeksi yang dialami By. P - Suhu tubuh bayi 36.6oC - Hasil lab terakhir tanggal 10 februari 2019 menunjukan lekosit12.0 ribu/ul - Pasien tampak dikunjungi bergantian oleh

09.00

11.34

Kamis, 14 Risiko jatuh 02 – 2019

jumlah pengunjunghany a diijikan pada jam besuk dan orangtua yang mendampingi hanya satu orang 5.Membersihkan lingkungan bayi dengan membersihkan inkubator setiap hari 6.Menjelaskan kepada orangtua pentingnya cuci tangan sebelum menyentuh bayi

orangtuanya - Setiap orangtua yang mengunjungi bayinya selalu dianjurkan untuk mencuci tangan guna mencegah penyebaran infeksi yang mungkin saja terjadi - Keluarga tampak paham dengan penjelasan yang diberikan - By.P diberikan Gentamicin via IV, interlac 5 ml dan enystin 0,5 ml per oral A: Risiko infeksi tidak terjadi P: Intervensi dilanjutkan S:O: - Pasien masih didalam inkubator - Inkubator tampak selalu ditutup dan jika akan tindakan hanya membuka sedikit yang hanya muat satu tangan - Saat mengangkat bayi perawat selalu berhati-berhati A: Risiko jatuh tidak terjadi P: Intervensi dilanjutkan

10.00 1. Melihat apakah terdapat perilaku bayi yang membahayakan 10.02 2. Melakukan tentang kebutuhan 10.03 keamanan bayi 3. Menciptakan lingkungan yang aman untuk bayi 10.05 agar terhindar dari risiko jatuh 10.08 4. Selalu berhatihati saat mengangkat bayi 5. Gunakan inkubator yang sesuai Kamis, 14 Defisit 11.31 1. Melakukan S: - 02 - 2019 pengetahuan penilaian - Orangtua bayi b.d kurang terhadap tingkat mengatakan paham sumber pengetahuan dengan penjelasan pengetahuan keluarga saat ini yang diberikan

tentang 11.33 2. Memberikan merokok dekat contoh yang bayi mungkin menyebabkan proses penyakit yang diderita By. P 3. Menyediakan 11.35 bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat

- Tn. I mengatakan dia masih merokok sampai saat ini O:

- keluarga tampak tentang bayinya

sudah mengerti kondisi

A: Defisit pengetahuan b.d kurang sumber pengetahuan teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan

Tanggal Pengkajian : 15-02-2019 Nama Mhs : Kel. 1 Ruang Praktek : Bayi Nama Dokter : Hari/ Tanggal Jumat, 15 - 02 - 2019

Nama Pasien : By. P Umur : 23 hari Jenis Kelamin : Laki-laki No. Rekam Medis : 1-xx-xx-xx

Nomor Implementasi Diagnosa Jam keperawatan Keperawatan Hipertermi b.d 09.00 1. Memonitor suhu proses tubuh 15 menit inflamasi setelah tindakan keperawatan 2. Mengatur suhu 09.02 inkubator

Jumat, 15 Bersihan jalan 09.00 1. - 02 - 2019 napas tidak efektif b.d akumulasi sekret 09.05 2.

09.10

Menghitung pernapasan bayi dalam 1 menit penuh Mengatur posisi bayi untuk memaksimalkan ventilasi 3. Mendengar

Evaluasi keperawatan S:O:

-

Suhu tubuh pasien 37,2oC Kuit tampak kering Kulit teraba hangat

A: Hipertermi b.d pemajanan suhu lingkungan teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan S:O: - Pasien dibaringkan dengan posisi terlentang - Suara paru masih terdengar ronkhi dibagian dekstra sudah terdengar

Tanda tangan

suara paru bayi samar-samar - Pasien sudah tidak 09.20 4. Berkolaborasi untuk pemberian terdengar batuk lagi terapi A: farmakologi Bersihan jalan napas tidak efektif b.d akumulasi sekret teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan Jumat, 15 Pola napas 09.02 1. Memonitor status 02 – tidak efektif b.d pernapasan bayi 2019 hiperventilasi 09.06 2. Mengatur posisi bayi dengan terlentang 3. Memonitor 09.15 saturasi oksigen 4. Mengukur intake 09.22 dan output 5. Berkolaborasi dalam pemberian terapi farmakologi Jumat, 15 Risiko defisit 10.02 1. Memonitor status 02 – volume cairan hidrasi seperti 2019 kelembaban kulit dan membran mukosa 10.10 2. Memberikan ASI yang telah ditampung dalam botol kaca 3. Mempertahan 10.16 intake dan ouput cairan bayi 4. Memberitahukan 10.20 pada ibu pasien untuk selalu menyediakan ASI untuk By. P Jumat, 15 Risiko 02 – ketidakefektifan 2019 termoregulasi

10.10 1. Mengukur suhu tubuh bayi 10.15 2. Monitor nadi dan status pernapasan bayi

S:O:

- Pasien

tidak ada sesak nafas - RR: 31x/menit - SPO2 97% - Pasien ada BAK dan BAB A: Pola napas tidak efektif b.d hiperventilasi teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan S:O: - By. P tampak selalu diberikan ASI oleh ibunya dengan menampung ASInya - RR: 32x/menit N: 121x/menit, T: 37,3oC - Kulit By. S teraba kering - Pasien ada BAK dan BAB A: Defisit volume cairan tidak terjadi P: Intervensi dilanjutkan S: - Orangtua mengatakan paham dengan penjelasan yang diberikan

Jumat, 14 Risiko infeksi - 02 - 2019

3. Meningkatkan O: intake caian - Suhu tubuh bayi yaitu ASI pada 37,2oC 10.20 bayi saat bayi - Nadi : 108x/menit haus - RR : 32x/menit 4. Memberikan - By. P tampak selalu informasi pada diberikan ASI oleh keluarga tentang ibunya dengan 10.25 perawatan yang menampung ASInya didapatkan bayi - By.P saat diberikan untuk mengatasi ASI oleh perawat penyakitnya tampak menghisap kuat - Kulit By. S tampak kering - Pasien ada BAK dan BAB A: Ketidakefektifan termoregulasi tidak terjadi P: Intervensi dilanjutkan 11.05 1. Memantau tanda S:dan gejala O: infeksi dengan - Tampak tidak ada mengukur suhu tanda-tanda infeksi 11.10 tubuh yang dialami By. P 2. Mengkaji faktor - Suhu tubuh bayi yang dapat 37,2oC meningkatkan - Hasil lab terakhir 11.15 kerentangan tanggal 10 februari terhadap infeksi 2019 menunjukan 3. Memantau hasil lekosit12.0 ribu/ul 11.20 laboratorium lab - Pasien tampak terakhir dikunjungi 4. Membatasi bergantian oleh jumlah orangtuanya pengunjunghany - Orang tua By.P yang 09.00 a diijikan pada mengunjungi nya jam besuk dan tampak selalu orangtua yang mencuci tangan mendampingi sebelum dan hanya satu sesudah menyentuh orang 11.30 bayinya 5. Membersihkan - By.P diberikan lingkungan bayi Gentamicin via IV, dengan interlac 5 ml dan

6.

Jumat, 15 Risiko jatuh 02 – 2019

09.10 1.

09.12 2. 09.14 3.

09.16 4. 09.18 5.

membersihkan inkubator setiap hari Menjelaskan kepada orangtua pentingnya cuci tangan sebelum menyentuh bayi Melihat apakah terdapat perilaku bayi yang membahayakan Melakukan tentang kebutuhan keamanan bayi Menciptakan lingkungan yang aman untuk bayi agar terhindar dari risiko jatuh Selalu berhatihati saat mengangkat bayi Gunakan inkubator yang sesuai

Jumat, 15 Defisit 12.00 1. Melakukan - 02 - 2019 pengetahuan penilaian b.d kurang terhadap tingkat sumber pengetahuan pengetahuan keluarga saat ini 12.02 tentang 2. Memberikan merokok dekat contoh yang bayi mungkin menyebabkan proses penyakit 12.03 yang diderita By. P 3. Menyediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat

enystin 0,5 ml per oral A: Risiko infeksi tidak terjadi P: Intervensi dilanjutkan S:O:

- Pasien sudah tidak didalam inkubator lagi - Pasien diletakkan didalam box bayi yang sudah dihalang oleh kaca plastik dan disanggah oleh besi supaya mencegah terjadinya resiko jatuh - Saat mengangkat bayi perawat selalu tetap berhati-berhati A: Risiko jatuh tidak terjadi P: Intervensi dilanjutkan S: - Orangtua bayi mengatakan paham dengan penjelasan yang diberikan - Tn. I mengatakan dia masih merokok sampai saat ini O: - keluarga tampak selalu mengerti tentang kondisi bayinya A: Defisit pengetahuan b.d kurang sumber pengetahuan teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan

BAB IV PEMBAHASAN

Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-infeksi yang akan menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain virus dan bakteri seperti Pneumokokus, Staphilococcus Pneumoniae,

dan

H.

influenzae.

Biasa

pasien

akanmengalami

demam,

meningismus, anoreksia, muntah, diare, nyeri abdomen, sumbatan, nasal, keluaran nasal, batuk, bunyi pernafasan dan sakit tenggorokan. Berdasarkan kasus kelompok pada tanggal 21 Januari 2019 By. P dilahirkan pukul 01.00 WITA dibantu oleh bidan kampung secara spontan, setelah 15 hari kelahiran pasien demam, muntah, kemudian disertai batuk dan sesak. Akhirnya pada tanggal 09 februari 2019 pasien dibawa oleh keluarga By. P dibawa ke RSUD Ulin untuk mendapatkan penanganan setelah dilakukan penanganan medis pasien didiagnosa Pneumoni + susp. Sepsis dan dirawat di NICU selama 4 hari. Pada saat dirawat di NICU pasien dirawat didalam inkubator, pasien dilakukan monitor pernapasan, suara napas, suhu tubuh, warna kulit dan keadaan umum yang tampak pada bayi. By. P diberikan terapi farmakologi Ampicilin 3 x 24 jam, Gentamicin 13/24 jam, Po. Mercotin 3 x 2 ml, Ambroxol, Interlac 1 x 5 ml, Enystin 3 x 0.5 ml dan Inj. Ceftazidine 3 x 135 mg. selain itu orangtuan By. P diberikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit yang diderita anaknya tentang apa yang menyebabkan dan halhal yang dapat memicu serta memperburuk kondisi By. P. Berdasarkan hasil review jurnal yang berjudul “Chet Physiotherapy For Pneumonia In Children” sesuai dengan kondisi kasus yang dilakukan kelompok

dimana pasien dengan pneumonia tidak diberikan terapi CPAP. Pada pasien kelolaan diberikan intervensi seperti monitor pernapasan, monitor saturasi oksigen, auskultasi suara paru, monitor apakah pasien ada batuk, monitor suhu tubuh dan pemberian terapi tekanan ekspirasi positif dan farmakologi yaitu Ampicilin 40 mg, Mercotin 2 ml, Ambroxol dan Enystin 0,5 ml serta memonitor pernapasan pasien yang membantu untuk mengurangi gejala klinis dari pasien agar tidak berubah menjadi pneumonia yang parah. BAB V PENUTUP A. Simpulan Pneumonia biasanya disebabkan oleh virus atau bakteri. Sebagian besar episode yang serius disebabkan oleh bakteri. Biasanya sulit untukmenentukan penyebab spesifik melalui gambaran klinis atau gambaranfoto thoraks. Pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai pneumonia ringan, pneumonia berat, dan bukan pneumonia. Pada peneumonia berat biasanya ditemukan gejala hipoksia, gejala hipoksemia dan adanya komplikasi. Hal ini tidakditemukan pada pneumonia ringan beda halnya dengan bukan pneumonia yang hanya diberikan edukasi lanjut dengan infeksi respiratorik akut atas. Penatalaksanaan pada pasien pneumoni Perhatikan hidrasi, memberikan cairan IV sekaligus antibiotika bila oral tidak memungkinkan, perhatikan volume cairan agar tidak ada kelebihan cairan karena seleksi ADH juga akan berlebihan, disstres respirasi diatasi dengan oksidasi, konsentrasi tergantung dengan keadaan klinis pengukuran pulse oksimetrin dan pengobatan antibiotik. B. Saran 1. Bagi instansi a. Instansi Pendidikan Bagi pendidikan agar dapat menjadi referensi dalam proses belajar mengajar,sehingga mahasiswa dapat memahami dan mempelajari lebih dalam tentang penyakit khususnya pada kasus Pneumoni. b. Instansi Kesehatan

RSUD Ulin Banjarmasin dapat lebih meningkatkan asuhan pelayanannya sehingga RSUD. Ulin Banjarmasin dapat dikenal lebih unggul dalam segi pelayanan kepada pasien. 2. Bagi mahasiswa Mahasiswa

dapat

lebih

memahami

dan

mengerti,

serta

mampu

mengaplikasikan tindakan asuhan keperawatan khususnya pada pasien Pneumoni sesuai teori yang telah di pelajari di pendidikan.

3. Bagi ruangan Sebagai salah satu bahan referensi untuk menambah keilmuan tentang Pneumoni.

DAFTAR PUSTAKA Bennete

M.J. 2013. Pediatric Pneumonia. http://emedicine.medscape.com/article/967822-overview. (15 Februari 2018 pukul 18.50 WITA)

Bradley J.S., Byington C.L., Shah S.S, Alverson B., et al. 2011. The Management of Community-Acquired Pneumonia in Infants and Children Older than 3 Months of Age: Clinical Practice Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society and the Infectious Diseases Society of America. Clin Infect Dis 53 (7): 617-630 Dahlan, Zul. 2013. Pneumonia : Buku Ajar Penyakit Dalam Edisi 2 Jilid 4. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012. Panduan Pelayanan Medis Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Penerbit IDAI Nanda. 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2018 - 2020 Edisi 11 editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC. World Health Organization (WHO), 2013. Prevalensi Pasien Pneumonia

Related Documents


More Documents from "Melita Ramadhani"