LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH A. Definisi Harga diri (self esteem) adalah penilaian tentang individu dengan menganalisa kesesuaian prilaku dengan ideal diri. Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan-perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif,yang
dapat
diekspresikan
secara
langsung
maupun
tidak
langsung.individu yang mempunyai harga diri rendah cenderung untuk menilainya negatif dan merasa dirinya lebih rendah dari orang lain. (Stuart dan sundeen,1991). Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan merasa rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. B. Rentang Respon Respon adaptif Aktualisasi diri
Respon Maladaptif Konsep Diri Positif
Harga Diri Rendah
Kerancuan Identitas
Depersonalisasi positif
1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif
dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima 2. Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya. 3. Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain. 4. Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspekaspek identitas masa kanak-kanak kedalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain. C. Etiologi 1. Faktor Predisposisi Ideal diri tidak realistik merupakan salah satu penyebab rendahnya harga diri. Individu yang tidak mengerti maksud dan tujuan dalam hidup gagal untuk menerima tanggung jawab diri sendiri dan gagal untuk mengembangkan potensi yang dimilki. Dia menolak dirinya bebas berekspresi, termasuk kebenaran untuk kesalahan dan kegagalan, menjadi tidak sabaran, keras, dan menuntut diri. Dia mengatur standar yang tidak dapat ditemukan. Kesadaran dan pengamatan diri berpaling kepada penghinaan diri dan kekalahan diri. Hasil ini lebih lanjut dalam hilangnya kepercayaan diri. 2. Faktor Presipitasi a. Trauma Masalah khusus tentang konsep diri disebabakan oleh setiap situasi dimana individu tidak mampu menyesuaikan. Situasi dapat mempengaruhi konsep diri dan komponennya. Situasi dan stressor yang dapat mempengaruhi gambaran diri dan hilangnya bagian badan, tindakan operasi, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh kembang, dan prosedur tindakan dan pengobatan. b. Ketegangan peran Ketegangan peran adalah stres yang berhubungan dengan frustasi yang dialami individu dalam peran. 1) Transisi perkembangan Transisi perkembangan adalah perubahan normatif berhubungan dengan pertumbuhan. Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap tahap perkembangan harus dilakukan inidividu dengan menyelesaikan tugas perkembangan yang berbeda-beda. Hal ini dapat merupakan stressor bagi konsep diri. 2) Transisi situasi Transisi situasi terjadi sepanjang daur kehidupan. Transisi situasi merupakan bertambah atau berkurangnya orang yang penting
dalam kehidupan individu melalui kelahiran atau kematian orang yang berarti, misalnya status sendiri menjadi berdua atau menjadi orang tua. 3) Transisi sehat sakit Transisi sehat sakit berkembang berubah dari tahap sehat ke tahap sakit. Beberapa stressor pada tubuh dapat menyebabakan gangguan gambaran diri dan berakibat perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu gambaran diri, peran, dan harga diri. D. Manifestasi Klinis Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah antara lain : 1. Data Subjektif a. Mengkritik diri sendiri atau orang lain b. Perasaan tidak mampu c. Pandangan hidup yang pesimis d. Perasaan lemah dan takut e. Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri f. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri g. Hidup yang berpolarisasi h. Ketidakmampuan menentukan tujuan i. Mengungkapkan kegagalan pribadi j. Merasionalisasi penolakan 2. Data Objektif a. b. c. d. e. f. g.
Produktivitas menurun Perilaku destruktiv pada diri sendiri dan orang lain Penyalahgunaan zat Menarik diri dari hubungan social Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan) Tampak mudah tersinggung /mudah marah
E. Diagnosa Keperawatan Dari pengkajian dapat disimpulkan masalah keperawatan yang dapat ditemukan pada klien dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah yaitu : 1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah 2. Isolasi sosial : menarik diri 3. Gangguan citra tubuh F. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan perencanaan asuhan keperawatan oleh perawat dan klien. Petunjuk dalam implementasi: 1. Intervensi dilakukan sesuai dengan rencana. 2. Keterampilam interpersonal, intelektual, tekhnikal dilakukan dengan cermat dan efisien dalam situasi yang tepat. 3. Dokumentasi intrvensi dan respon klien. Dalam pelaksanaan implementasi, penulis menggunakan langkah-langkah komunikasi terapeutik yang terdiri dari : 1. Fase Pra Interaksi Pra interaksi dimulai sebelum kontak pertama dengan klien, perawat mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutannya sehingga kesadaran dan kesiapan perawat untuk melakukan hubungan dengan klien dapat dipertanggung jawabkan. 2. Fase Perkenalan Pada fase ini dimulai dengan pertemuan dengan klien, hal-hal yang perlu dikaji adalah alasan klien meminta pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya rasa percaya antara perawat dengan klien. 3. Fase Orientasi a. Memberi salam terapeutik b. Mengevaluasi dan memvalidasi data subjektif dan objektif yang mendukung diagnosa keperawatan. c. Membuat kontrak untuk sebuah topik disertai waktu dan tempat dan serta mengingatkan kontrak sebelumnya. 4. Fase Kerja Fase kerja merupakan inti hubungan perawat dengan klien yang terkait dengan pelaksanaan perencanaan yang sudah ditentukan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Pada fase ini perawat mengeksplorasi stressor yang
tepat
mendorong
perkembangan
kesadaran
diri
dengan
menghubungkan persepsi, fikiran, perasaan dan perbuatan klien. 5. Fase Terminasi Fase terminasi merupakan fase yang amat sulit dan penting dari hubungan intim terapeutik yang sudah terbina dan berada dalam tingkat optimal. Fase terminasi terbagi menjadi : a. Terminasi sementara Adalah terminasi akhir dari tiap pertemuan antara perawat dengan klien. b. Terminasi Akhir
1) Mengevaluasi respon klien setelah tindakan keperawatan. 2) Merencanakan tindak lanjut. 3) Mengeksplorasi perasaan klien.
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. EGC. Jakarta Carpenito, L. 2008. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis (terjemahan). EGC. Jakarta Dalami,W. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Tiras Info Medika: Jakarta. FKUI dan WHO. 2006. Modul Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. (MPKP Jiwa). FKUI&WHO Mubarak, W. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi Dalam Praktik. EGC. Jakarta