Askep Hipertensi Dalam Kehamilan.docx

  • Uploaded by: Ellindt AdhiAdmaja
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Hipertensi Dalam Kehamilan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,249
  • Pages: 8
BAB III KONSEP ASUHAN KEPEREWATAN HIPERTENSI PADA KEHAMILAN

A. Pengkajian Anamnesa 1. Identitas Pasien 

Nama



Umur



Jenis kelamin



Pendidikan



Pekerjaan



Status perkawinan



Agama



Suku



Alamat



Tanggal masuk rumah sakit



Tanggal pengkajian



Sumber informasi

Identitas Penanggung Jawab 

Nama



Tempat tanggal lahir



Umur



Jenis kelamin



Agama



Pendidikan



Pekerjaan



Suku bangsa



Status



Hubungan dengan klien

2. Riwayat Penyakit a. Keluhan Utama Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat pengkajian. Pasien dengan hipertensi pada kehamilan didapatkan keluhan berupa seperti sakit kepala terutama area kuduk bahkan mata dapat berkunang-kunang, pandangan mata kabur, proteinuria (protein dalam urin), peka terhadap cahaya, nyeri ulu hati. b. Riwayat Penyakit Sekarang Riwayat penyakit sekarang ditemukan pada saat pengkajian dari keluhan utama. Pada pasien jantung hipertensi dalam kehamilan, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda mudah letih, nyeri kepala (tidak hilang dengan analgesik biasa ), diplopia, nyeri abdomen atas (epigastrium), oliguria (<400 ml/ 24 jam) serta nokturia dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan apakah klien menderita diabetes, penyakit ginjal, rheumatoid arthritis, lupus atau skleroderma, perlu ditanyakan juga mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhan tersebut. c. Riwayat Penyakit Dahulu Merupakan riwayat penyakit yang pernah dialami klien sebelum MRS. Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti kronis hipertensi (tekanan darah tinggi sebelum hamil), Obesitas, ansietas, angina, dispnea, ortopnea, hematuria, nokturia dan sebagainya. Ibu beresiko dua kali lebih besar bila hamil dari pasangan yang sebelumnya menjadi bapak dari satu kehamilan yang menderita penyakit ini. Pasangan suami baru mengembalikan resiko ibu sama seperti primigravida. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi. d. Riwayat Penyakit Keluarga Saat dikaji apakah anggota keluarga memiliki riwayat penyakit seperti yang diderita klen saat ini. Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita

penyakit-penyakit

yang

disinyalir

sebagai

penyebab

jantung hipertensi dalam kehamilannya. Ada hubungan genetik yang telah diteliti. Riwayat keluarga ibu atau saudara perempuan meningkatkan resiko empat sampai delapan kali. e. Riwayat Psikososial Meliputi

perasaan

pasien

terhadap

penyakitnya,

bagaimana

cara

mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.

B. Pemeriksaan Fisik Pengkajian Sistem Tubuh B1 (Breathing) Pernafasan meliputi sesak nafas sehabis aktifitas, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok, penggunaan obat bantu pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis B2 (Blood) Gangguan

fungsi

kardiovaskular

pada

dasarnya

berkaitan

dengan

meningkatnya afterload jantung akibat hipertensi, terdapat perubahan hemodinamik, perubahan volume darah berupa hemokonsentrasi. Pembekuan darah terganggu waktu trombin menjadi memanjang, trombositopenia dan gangguan faktor pembekuan lain seperti menurunnya kadar antitrombin III. Sirkulasi meliputi adanya riwayat hipertensi, penyakit jantung coroner, episodepalpitasi, kenaikan tekanan darah, takhicardi, kadang bunyi jantung terdengar S2 pada dasar , S3 dan S4, kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, takikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin. B3 (Brain) Lesi ini sering karena pecahnya pembuluh darah otak akibat hipertensi. Kelainan radiologis otak dapat diperlihatkan dengan CT-Scan atau MRI. Otak dapat mengalami edema vasogenik dan hipoperfusi. Pemeriksaan EEG juga memperlihatkan adanya kelainan EEG terutama setelah kejang yang dapat bertahan dalam jangka waktu seminggu.Integritas ego meliputi cemas, depresi, euphoria, mudah marah, otot muka tegang, gelisah, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara. Neurosensori meliputi keluhan kepala pusing, berdenyut , sakit kepala sub oksipital, kelemahan pada salah satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (diplopia, pandangan kabur), epitaksis, kenaikan terkanan pada pembuluh darah cerebral. B4 (Bladder) Riwayat penyakit ginjal dan diabetes mellitus, riwayat penggunaan obat diuretic juga perlu dikaji. Seperti pada glomerulopati lainnya terdapat peningkatan permeabilitas terhadap sebagian besar protein dengan berat molekul tinggi. Sebagian besar penelitian biopsy ginjal menunjukkan

pembengkakan endotel kapiler glomerulus yang disebut endoteliosis kapiler glomerulus. Nekrosis hemoragik periporta dibagian perifer lobulus hepar kemungkinan besar merupakan penyebab meningkatnya kadar enzim hati dalam serum. B5 (Bowel) Makanan/cairan meliputi makanan yang disukai terutama yang mengandung tinggi garam, protein, tinggi lemak, dan kolesterol, mual, muntah, perubahan berat badan, adanya edema. B6 (Bone) Nyeri/ketidaknyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada tungkai,sakit kepala sub oksipital berat, nyeri abdomen, nyeri dada, nyeri ulu hati. Keamanan meliputi gangguan cara berjalan, parestesia, hipotensi postural.

C. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan perfusi jaringan b/d pembekuan darah terganggu 2. Gangguan pola pernafasan b/d edema paru

D. Intervensi Keperawatan Diagnosa

Tujuan dan Kriteria

Intervensi

Hasil 1. Gangguan jaringan pembekuan terganggu

perfusi NOC

NIC

b/d Perfusi darah Organ

Jaringan: Monitor TTV (6680) Abdominal



(0404)

klien berbaring, duduk dan

Perfusi

Jaringan

berdiri

(0407) dilakukan

tindakan



keperawatan

dan

mencapai kriteria hasil : Tekanan sitolik (5)

darah

Monitor

tekanan

darah

setelah klien minum obat

3x24jam

diharapkan klien dapat 

sebelum

setelah perubahan posisi.

Setelah

selama

Monitor tekanan darah saat

jika memungkinkan. 

Monitor irama dan tekanan jantung.



Tekanan



darah

diastolik (5) 

Output urine (5)



Mual,

Monitor warna kulit, suhu dan kelembapan.



Monitor sianosis sentral dan perifer.

muntah

Managemen Cairan (4120)

(5) 

Sianosis (5)



Rubor (5)



Monitor

status

cairan

(intake dan keluaran). 

Monitor tanda-tanda vital klien.



Monitor

status

hemodinamik,

termasuk

CVP, MAP, PAP, dan PCWP jika ada. 

Berikan terapi IV, seperti yang ditentukan.



Monitor status gizi klien.



Monitor

reaksi

klien

terhadap terapi elektrolit yang diresepkan. 1. Gangguan

pola NOC

pernafasan b/d edema Perfusi paru (0422)

Perfusi

NIC

Jaringan Monitor pernafasan (3350) 

Setelah tindakan selama

kedalaman dan kesulitan

Jaringan

Pulmonari (0408)

bernafas. 

dilakukan

penggunaan otot-otot bantu

3x24jam

nafas, dan retraksi pada otot

diharapkan klien dapat

supraclaviculas

mencapai kriteria hasil : Sesak napas (5)



Nyeri dada (5)

Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan,

keperawatan



Monitor kecepatan, irama,

dan

intercosta. 

Monitor (misalnya takipneu, dll)

pola

nafas

bradipneu,



Monitor keluhan sesak nafas klien

termasuk

kegiatan

kegiatan

yang

menungkatkan

atau

memperburuk sesak nafas tersebut. 

Berikan bantuan terapi nafas jika diperlukan (misalnya nebulizer).



Kaji adanya edema.

Manajemen Nyeri (1400) 

Lakukan

pengkajian

komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, durasi, kualitas, intensitas beratnya nyeri dan faktor pencetus nyeri. 

Gali bersama klien faktorfaktor

yang

dapat

menurubkan

atau

memperberat nyeri. 

Kurangi

atau

faktor-faktor

eliminasi

yang

dapat

mencetuskan

atau

meningkatkan

nyeri

(misalnya

ketakutan,

kelelahan, dll). 

Ajarkan

prinsip-prinsip

manajemen nyeri. 

Berikan klien penurun nyeri yang

optimal

peresepan analgesik.

dengan



Beritahu

dokter

jika

tindakan tidak berhasil atau jika keluhan klien saat ini berubah

signifikan

pengalaman

dari nyeri

sebelumnya. 

Libatkan keluarga dalam modalitas penurun nyeri, jika memungkinkan.

https://dcolz.wordpress.com/2010/12/28/164/

DAFTAR PUSTAKA Craven, R, F., & Hirnle, C. J. (2003). Vital sign assessment. In Fundamentals of nursing: Human health and function (4th ed., pp. 443-476). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Errickson, R. S., & Yount, S. J. (1991). Comparison of tympanic and oral temperatures in surgical patients. Nursing Research, 40(2), 90-93. Thelan, L. A., & Urden, L.D. (1998). Critical care nursing: diagnosis and management (3rd.ed.) St. Louis: Mosby. Titler, M. G. (1992). Interventions related to Surveilans. In G. M. Bulechek & J. C. McCloskey (Eds), Symposium on nursing interventions. Nursing Clinics of North America, 27(2), 495-516. Amerika Assosiasi Perawat Critical Care (2006). Kurikulum inti untuk keperawatan perawatan kritis (6 ed). G. Alpach, Ed. J. Philadelphia: Saunders. Baer, C. L. (1993). Keseimbangan cairan dan elektrolit. Dalam MR Kinney, DR Packa, & SB Dunbar (Eds.), Referensi AACN klinis untuk perawatan kritis keperawatan (pp. 173-208). St. Louis: Mosby Cullen, L. M. (1992). Intervensi yang berkaitan dengan keseimbangan cairan dan elektrolit. Dalam GM Bulechek & JC McCloskey (Eds.), Simposium intervensi keperawatan. Klinik Perawatan Dari Amerika Utara, 27 (2), 569-598. Horne, M. & Swearingen, P. (1997). Saku Panduan untuk cairan dan elektrolit (3rd ed.). St. Louis: Mosby. Wong, D. L. (1995). Whaley dan Wong perawatan bayi dan anak-anak (5 ed.). St. Louis: Mosby.

Related Documents


More Documents from "Heni Yulianti"