Askep Hiperaktif

  • Uploaded by: norman mahendra
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Hiperaktif as PDF for free.

More details

  • Words: 1,594
  • Pages: 10
TUGAS KEPERAWATAN JIWA TENTANG ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ATTENTION DEFICIENCY HYPERACTIVITY DISORDER

OLEH KELOMPOK 4 1.

IKA PURWANTI

2.

NORMAN

MAHENDRA 3.

YUNITA K

4.

SRI RATNASARI

5.

ANIK

MASRUFAH DOSEN PEMBIMBING SHANTI R LEKSONO, S.KEP NS

STIKES PEMKAB JOMBANG

PRODI S-1 ( ANJANG ) KEPERAWATAN TAHUN 2009 KONSEP DASAR HIPERAKTIF A.

Pengertian Sindroma hiperaktivitas merupakan istilah gangguan kekurangan perhatian

menandakan gangguan-gangguan sentral yang terdapat pada anak-anak, yang sampai saat ini dicap sebagai menderita hiperaktivitas, hiperkinesis, kerusakan otak minimal atau disfungsi serebral minimal. (Nelson, 1994) B.

Etiologi Pandangan-pandangan serta pendapat–pendapat mengenai asal usul,

gambaran–gambaran, bahkan mengenai realitas daripada gangguan ini masih berbeda–beda serta dipertentangkan satu sama lainnya. Beberapa orang berkeyakinan bahwa gangguan tersebut mungkin sekali timbul sebagai akibat dari gangguan–gangguan di dalam neurokimia atau neurofisiologi susunan syaraf pusat. Istilah gangguan kekurangan perhatian merujuk kepada apa yang oleh banyak orang diyakini sebagai gangguan yang utamanya. Sindroma tersebut diduga disebabkan oleh faktor genetik, pembuahan ataupun racun, bahaya–bahaya yang diakibatkan terjadinya prematuritas atau immaturitas, maupun rudapaksa, anoksia atau penyulit kelahiran lainnya. Telah

dilakukan

pula

pemeriksaan

kemungkinan merupakan faktor yang

tentang

temperamen

sebagai

mempermudah timbulnya gangguan

tersebut, sebagaimana halnya dengan praktek pendidikan serta perawatan anak dan kesulitan emosional di dalam interaksi orang tua anak yang bersangkutan. Sampai sekarang tidak ada satu atau beberapa faktor penyebab pasti yang tidak dapat diperlihatkan. C.

Patofisiologi Kurang konsentrasi/gangguan hiperaktivitas ditandai dengan gangguan

konsentrasi, sifat impulsif, dan hiperaktivitas. Tidak terdapat bukti yang meyakinkan tentang sesuatu mekanisme patofisiologi ataupun gangguan

biokimiawi. Anak pria yang hiperaktiv, yang berusia antara 6 – 9 tahun serta yang mempunyai IQ yang sedang, yang telah memberikan tanggapan yang baik terhadap

pengobatan–pengobatan

stimulan,

memperlihatkan

derajat

perangsangan yang rendah (a low level of arousal) di dalam susunan syaraf pusat mereka, sebelum pengobatan tersebut dilaksanakan, sebagaimana yang berhasil diukur dengan mempergunakan elektroensefalografi, potensial– potensial yang diakibatkan secara auditorik serta sifat penghantaran kulit. Anak pria ini mempunyai skor tinggi untuk kegelisahan, mudahnya perhatian mereka dialihkan, lingkup perhatian mereka yang buruk serta impulsivitas. Dengan 3 minggu pengobatan serta perawatan, maka angka–angka laboratorik menjadi lebih mendekati normal serta penilaian yang diberikan oleh para guru mereka memperlihatkan tingkah laku yang lebih baik. D.

Manifestasi Klinik Ukuran objektif tidak memperlihatkan bahwa anak yang terkena gangguan

ini memperlihatkan aktifitas fisik yang lebih banyak, jika dibandingkan dengan anak–anak kontrol yang normal, tetapi gerakan–gerakan yang mereka lakukan kelihatan lebih kurang bertujuan serta mereka selalu gelisah dan resah. Mereka mempunyai rentang perhatian yang pendek, mudah dialihkan serta bersifat impulsif dan mereka cenderung untuk bertindak tanpa mempertimbangkan atau merenungkan akibat tindakan tersebut. Mereka mempunyai toleransi yang rendah terhadap perasaan frustasi dan secara emosional mereka adalah orang– orang yang labil serta mudah terangsang. Suasana perasaan hati mereka cenderung untuk bersifat netral atau pertenangan, mereka kerap kali berkelompok, tetapi secara sosial mereka bersikap kaku. Beberapa orang di antara mereka bersikap bermusuhan dan negatif, tetapi ciri ini sering terjadi secara sekunder terhadap permasalahan–permasalahan psikososial yang mereka alami. Beberapa orang lainnya sangat bergantung secara berlebih–lebihan, namun yang lain lagi bersikap begitu bebas dan merdeka, sehingga kelihatan sembrono. Kesulitan-kesulitan emosional dan tingkah laku lazim ditemukan dan biasanya sekunder terhadap pengaruh sosial yang negatif dari tingkah laku mereka. Anak-anak ini akan menerima celaan dan hukuman dari orang tua

serta guru dan pengasingan sosial oleh orang-orang yang sebaya dengan mereka. Secara kronik mereka mengalami kegagalan di dalam tugas-tugas akademik mereka dan banyak diantara mereka tidak cukup terkoordinasi serta cukup mampu mengendalikan diri sendiri untuk dapat berhasil di dalam bidang olah raga. Mereka mempunyai gambaran mengenai diri mereka sendiri yang buruk serta mempunyai rasa harga diri yang rendah dan kerap kali mengalami depresi. Terdapat angka kejadian tinggi mengenai ketidakmampuan belajar membaca matematika, mengeja serta tulis tangan. Prestasi akademik mereka dapat tertinggal 1 – 2 tahun dan lebih sedikit daripada yang sesunguhnya diharapkan dari kecerdasan mereka yang diukur. E.

Pemeriksaan Penunjang Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan diagnosis

gangguan kekurangan perhatian. Anak yang mengalami hiperaktivitas dilaporkan memperlihatkan jumlah gelombang-gelombang lambat yang bertambah banyak pada elektorensefalogram mereka, tanpa disertai dengan adanya bukti tentang penyakit neurologik atau epilepsi yang progresif, tetapi penemuan ini mempunyai makna yang tidak pasti. Suatu EEG yang dianalisis oleh komputer akan dapat membantu di dalam melakukan penilaian tentang ketidakmampuan belajar pada anak itu. F.

Komplikasi

1.

Diagnosis sekunder- gangguan konduksi, depresi dan penyakit ansietas. 2.

Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan

mengerjakan aritmatika (sering kali akibat abnormalitas konsentrasi). 3.

Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali akibat perilaku

agresif dan kata-kata yang diungkapkan). G.

Penatalaksanaan Medis Rencana pengobatan bagi anak dengan gangguan ini terdiri atas

penggunaan psikostimulan, modifikasi perilaku, pendidikan orang tua, dan konseling keluarga. Orang tua mungkin mengutarakan kekhawatirannya

tentang penggunaan obat. Resiko dan keuntungan dari obat harus dijelaskan pada orang tua, termasuk pencegahan skolastik dan gangguan sosial yang terus menerus karena pengunaan obat-obat psikostimulan. Rating scale Conners dapat digunakan sebagai dasar pengobatan dan untuk memantau efektifitas dari pengobatan. Psikostimulan- metilfenidat (Ritalin), amfetamin sulfat (Benzedrine), dan dekstroamfetamin sulfat (Dexedrine)- dapat memperbaiki rentang perhatian dan konsentrasi anak dengan meningkatkan efek paradoksikal pada kebanyakan anak dan sebagian orang dewasa yang menderita gangguan ini.

ASUHAN KEPERAWATAN A.

Pengkajian 1.

Kaji riwayat keluarga melalui wawancara atau genogram.

Data yang dapat diperoleh apakah anak tersebut lahir premature, berat badan lahir rendah, anoksia, penyulit kehamilan lainnyan atau ada faktor genetik yang diduga sebagai penyebab dari gangguan hiperaktivitas pada anak. 2.

Kaji riwayat perilaku anak. Riwayat perkembangan, dimana dulu seorang bayi



yang gesit, aktif dan banyak menuntut, yang mempunyai tanggapan – tanggapan yang mendalam dan kuat, dengan disertai kesulitan – kesulitan makan dan tidur, kerap kali pada bulan – bulan pertama kehidupannya, sukar untuk menjadi tenang pada waktu akan tidur serta lambat untuk membentuk irama diurnal. Kolik dilaporkan agak umum terjadi pada mereka. Laporan guru tentang permasalahan – permasalahan



akademis serta tingkah laku di dalam kelas. B.

Diagnosa Keperawatan



Kerusakan interaksi sosial



Gangguan konsep diri



Resiko tinggi penatalaksanaan program terapeutik tidak efektif



Resiko tinggi perubahan peran menjadi orang tua



Resiko tinggi kekerasan



Resiko tinggi mencederai diri sendiri C.

Perencanaan

Intervensi keperawatan umumnya diimplementasikan pada pasien rawat jalan dan komunitas. 1.

Bantu orang tua dalam mengimplementasikan program perilaku

agar mencakup penguatan yang positif.



Latih kefokusan anak

Jangan tekan anak, terima keadaannya. Perlakukan anak dengan hangat dan sabar, tapi konsisten dan tegas dalam menerapkan norma dan tugas. Kalau anak tidak bisa diam di satu tempat, coba pegang kedua tangannya dengan lembut, kemudian ajak untuk duduk dan diam. Mintalah agar anak menatap mata anda ketika bicara atau diajak berbicara. Berilah arahan dengan nada lembut. ♥

Telatenlah

Jika anak telah betah untuk duduklebih lama, bimbinglah anak untuk melatih koordinasi mata dan tangan dengan cara menghubungkan titik – titik yang membentuk angka atau huruf. Selanjutnya anak diberi latihan menggambar bentuk sederhana dan mewarnai. Bisa pula mulai diberikan latihan berhitung dengan berbagai variasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Mulailah dengan penjumlahan atau pengurangan dengan angka-angka di bawah 10. Setelah itu baru diperkenalkan konsep angka 0 dengan benar. ♥

Bangkitkan kepercayaan diri anak

Gunakan teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif. Misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib. Tujuannya untuk meningkatkan rasa percaya diri anak. ♥

Kenali arah minatnya

Jika anak bergerak terus jangan panik, ikutkan saja dan catat baik-baik, kemana sebenarnya tujuan keaktifan dari anak. Yang paling penting adalah mengenali bakat anak secara dini. ♥

Minta anak bicara

Anak hiperaktif cenderung susah berkomunikasi dan bersosialisasi. Karena itu Bantu anak dalam bersosialisasi agar ia mempelajari nilai – nilai apa saja yang diterima di kelompoknya. 2.

Sediakan struktur kegiatan harian Anak hendaknya mempunyai daftar kegiatan harian yang berjalan dengan teratur menurut jadwal yang ditetapkan dan hendaknya segera mengikuti serta melaksanakan kegiatan rutinnya itu, sebagaimana iharkn dari dirinya dan untuk itu anak dihadiahi kata – kata pujian.

Perangsangan yang berlebihan serta kelelahan yang sangat hebat hendaknya dihindarkan. Anak membutuhkan saat santai setelah bermain, terutama setelah ia melakukan kegiatan fisik yang kuat dan keras. Periode sebelum tidur harus merupakan masa tenang, dengan cara menghindarkan acara televisi yang merangsang, permainan yang keras dan jungkir balik. 3.

Beri obat stimulans sesuai instruksi. a.

Stimulans dapat dihentikan sementara pada akhir pekan dan hari libur. Di mana untuk menentukan apakah kemampuan pengendalian yang dimiliki oleh anak itu sendiri telah mengalami suatu kemajuan.

b.

Stimulans tidak diberikan sesudah pukul 3 atau 4 sore, dimana efek samping stimulans adalah insomnia. Insomnia dapat dicegah dengan tidak lagi memberikan pengobatan perangsang setelah jam 3 sore serta mengatur sedemikian rupa, sehingga periode sebelum tidur itu merupakan saat yang tenang serta tidak merangsang.

D.

Perencanaan Pemulangan (Discharge Planning) dan Perawatan

di Rumah 1.

Didik dan bantu orang tua dan anggota keluarganya. 2.

Berkolaborasi dengan guru dan libatkan orang tua. Dorong orang

tua untuk menjamin bahwa guru dan perawat sekolah mengetahui tentang nama, dosis dan waktu minum obat. 3.

Pastikan bahwa anak mendapatkan evalusi dan bimbingan

akademik yang diperlukan. Memasukkan anak dalam kelas pendidikan khusus sering kali diperlukan. 4.

Pantau kemajuan dan respons anak terhadap pengobatan.

5.

Rujuk ke spesialis jiwa dan usahakan agar orang tua dapat

mengembangkan dan mengimplementasikan rencana perilaku. E.

Hasil yang Diharapkan 1.

Prestasi di sekolah meningkat, dibuktikan oleh nilai dan tugas-tugas

yang diselesaikan anak.

2.

Perilaku anak semakin baik menurut penilaian guru dan orang tua.

3.

Anak menunjukkan hubungan yang positif dengan teman sebaya.

DAFTAR PUSTAKA

L. Betz, Cecily, A. Sowden, Linda. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Alih Bahasa Jan Tambayong. Jakarta, EGC, 2002 Nelson. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian 1. Alih Bahasa Hunardja S. Jakarta, Widya Medika, 2002 Nelson, Ilmu Pediatri Perkembangan. Alih Bahasa Moelia Radja Siregar. Jakarta, EGC, 1994 Pilliteri, Adelle, Child Health Nursing Care of The Child and Family. Philadelphia, Lippincott, 1999 Mengarahkan Anak Hiperaktif . 2004. HTTP://WWW.SUARAMERDEKA.COM Penanganan Anak Hiperaktif. 2004. http://www.republika,co.id

Related Documents

Askep Hiperaktif
July 2020 17
Askep
October 2019 90
Askep
July 2020 51
Askep
May 2020 71

More Documents from ""

Leaflet Kb Suntik
June 2020 25
Sap Kontrasepsi
July 2020 18
Askep Hiperaktif
July 2020 17
Askep Demensia
July 2020 18
Leallet Senam Hamil
June 2020 22
Leaflet Kontrasepsi
July 2020 14