Askep Gna.docx

  • Uploaded by: Anggie Maychia Amallia
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Gna.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,095
  • Pages: 20
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan Ridho-Nya penulis dapat diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan Anak Dengan Glumerulonefritis Akut ”. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan namun dengan bimbingan serta pengarahan serta dukungan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kebaikan selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca sebelumnya.

Palembang, Maret 2019

Kelompok 10

1

DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................................... 1 Daftar Isi ................................................................................................................................ 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...................................................................................................... 3 B. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 4 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian ............................................................................................................... 5 B. Etiologi ................................................................................................................... 5 C. Patofsiologi ............................................................................................................ 6 D. Manifestasi Klinis .................................................................................................. 6 E. Komplikasi ............................................................................................................. 7 F. Pemeriksaan Diagnostik ......................................................................................... 8 G. Penatalaksanaan Medis .......................................................................................... 8 H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan…………………………………………….10 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ……………………………………………………………………...19 B. Saran……………………………………………………………………………..19 Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………..21

2

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir dan tingginya angka morbiditas pada anak. Terminologi glomerulonefritis yang dipakai disini adalah untuk menunjukkan bahwa kelainan yang pertama dan utama terjadi pada glomerulus, bukan pada struktur ginjal yang lain. Glomerulonefritis merupakan penyakit peradangan ginjal bilateral. Peradangan dimulai dalam gromleurus dan bermanifestasi sebagai proteinuria dan atau hematuria. Meskipun lesi utama pada gromelurus, tetapi seluruh nefron pada akhirnya akan mengalami kerusakan, sehingga terjadi gagal ginjal. Penyakit yang mula-mula digambarkan oleh Richard Bright pada tahun 1827 sekarang diketahui merupakan kumpulan banyak penyakit dengan berbagai etiologi, meskipun respon imun agaknya menimbulkan beberapa bentuk glomerulonefritis. Indonesia pada tahun 1995, melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat di rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di Surabaya (26,5%), kemudian disusul berturut-turut di Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%), dan Palembang (8,2%). Pasien laki-laki dan perempuan berbanding 2 : 1 dan terbanyak pada anak usia antara 6-8 tahun (40,6%). Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak (akut) atau secara menahun (kronis) seringkali tidak diketahui karena tidak menimbulkan gejala. Gejalanya dapat berupa mual-mual, kurang darah (anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa sembab kelopak mata, kencing sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai hipertensi. Penyakit ini umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan, 10% menjadi kronis, dan 10% berakibat fatal.

3

B.

Tujuan

1.

Tujuan umum

Setelah dilakukan pembahasan tentang Glomerulonefritis Akut diharapkan teman-teman dapat memahami tentang Glomerulonefritis Akut. 2.

Tujuan khusus

Setelah dilakukan pembahasan tentang Glomerulonefritis Akut, diharapkan teman-teman dapat memahami tentang: a.

Teori penyakit Glomerulonefritis Akut dan dapat menjelaskan:

1)

Pengertian Glomerulonefritis Akut

2)

Etiologi

3)

Patofisiologi

4)

Manifestasi klinis Glomerulonefritis Akut

5)

Komplikasi Glomerulonefritis Akut

6)

Pemeriksaan penunjang

7)

Penatalaksanaan medis dan keperawatan

b.

Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Glomerulonefritis Akut:

1)

Menjelaskan pengkajian

2)

Menyebutkan diagnose keperawatan

3)

Menyebutkan intervensi keperawatan

4)

Menyebutkan implementasi keperawatan

5)

Menyebutkan evalusi

4

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A.

Defenisi

a.

Glomerulonefritis akut juga disebut dengan glomerulonefritis akut post sterptokokus

(GNAPS) adalah suatu proses radang non-supuratif yang mengenai glomeruli, sebagai akibat infeksi kuman streptokokus beta hemolitikus grup A, tipe nefritogenik di tempat lain. b.

Istilah yang digunakan yang mengacu pada sekelompok penyakit ginjal dimana

inflamasi terjadi di glomerulus. c.

Glomerulonefritis akut (GNA) adalah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap

bakteri atau virus tertentu.Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus. Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan berbagai ragam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan inflamasi glomerulus yang disebabkan oleh suatu

mekanisme

imunologis.

Sedangkan

istilah

akut

(glomerulonefritis

akut)

mencerminkan adanya korelasi klinik selain menunjukkan adanya gambaran etiologi, patogenesis, perjalanan penyakit dan prognosis. B.

Etiologi

Faktor etiologinya banyak dan bervariasi : - Reaksi imunologi : infeksi lupus erythematosus, streptococus. - Cedera vaskuler : Hipertensi, DM. - Koagulasi koagulan yang menyebar [ DIC ]

5

C.

Patofisiologi

Sebenarnya bukan sterptokokus yang menyebabkan kerusakan pada ginjal. Diduga terdapat suatu antibodi yang ditujukan terhadap suatu antigen khsus yang merupakan unsur membran plasma sterptokokal spesifik. Terbentuk kompleks antigen-antibodi didalam darah dan bersirkulasi kedalam glomerulus tempat kompleks tersebut secara mekanis terperangkap

dalam

membran

basalis.selanjutnya

komplomen

akan

terfiksasi

mengakibatkan lesi dan peradangan yang menarik leukosit polimorfonuklear (PMN) dan trombosit menuju tempat lesi, yang kemudian terbentuk jaringan parut dan kehilangan permukaan penyaring. Fagositosis dan pelepasan enzim lisosom juga merusak endothel dan membran basalis glomerulus (IGBM). Sebagai respon terhadap lesi yang terjadi, timbu proliferasi sel-sel endotel yang diikuti sel-sel mesangium dan selanjutnya sel-sel epitel. Semakin meningkatnya kebocoran kapiler gromelurus menyebabkan protein dan sel darah merah dapat keluar ke dalam urine yang sedang dibentuk oleh ginjal, mengakibatkan proteinuria dan hematuria. Agaknya kompleks komplomen antigen-antibodi inilah yang terlihat sebagai nodul-nodul subepitel pada mikroskop elektron dan sebagai bentuk granular dan berbungkah-bungkah pada mikroskop imunofluoresensi, pada pemeriksaan cahaya glomerulus tampak membengkak dan hiperseluler disertai invasi PMN. D.

Gejala klinis

a.

Sakit kepala

b.

Malaise

c.

Edema

d.

Proteinuria

e.

Hematuria

f.

Oliguria

6

g.

Anoreksia

h.

Kadang-kadang demam

i.

Mual

j.

Muntah

k.

Nyeri panggul

l.

Hipertensi

E.

Komplikasi

a.

Gagal ginjal akut & kronik

b.

Hipertensi ensefalopati yang merupakan gejala serebrum karena hipertensi. Terdapat

gejala berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-kejang. Ini disebabkan spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan edema otak. c.

Gagal jantung kongestif

d.

Edema pulmoner

e.

Gangguan sirkulasi berupa dispne, ortopne, terdapatnya ronki basah, pembesaran

jantung dan meningginya tekanand arah yang bukan saja disebabkan spasme pembuluh darah, melainkan juga disebabkan oleh bertambahnya volume plasma. f.

Jantung dapat membesar dan terjadi gagal jantung akibat hipertensi yang menetap dan

kelainan di miokardium. g.

Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia di samping sintesis eritropoetik

yang menurun.

7

F.

Pemeriksaan diagnostik

a.

Urinalisis menunjukkan adanya proteinuria (+1 sampai +4),

b.

Hematuria makroskopik ditemukan hampir pada 50% penderita

c.

Kelainan sedimen urine dengan eritrosit disformik

d.

Leukosituria serta torak selulet

e.

Granular

f.

Eritrosit(++)

g.

Albumin (+)

h.

Silinder lekosit (+).

i.

Kadang-kadang kadar ureum dan kreatinin serum meningkat dengan tanda gagal

ginjal seperti hiperkalemia, asidosis, hiperfosfatemia dan hipokalsemia. j.

Kadang-kadang tampak adanya proteinuria masif dengan gejala sindroma nefrotik.

Komplomen hemolitik total serum (total hemolytic comploment) dan C3 rendah pada hampir semua pasien dalam minggu pertama, tetapi C4 normal atau hanya menurun sedikit, sedangkan kadar properdin menurun pada 50% pasien. Keadaan tersebut menunjukkan aktivasi jalur alternatif komplomen. G.

Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan adalah untuk melindungi fungsi ginjal dan menangani komplikasi dengan tepat. a. 1)

Medis Pemberian penisilin pada fase akut. Pemberian antibiotika ini tidak mempengaruhi

beratnya glomerulonefritis, melainkan mengurangi menyebarnya infeksi Streptococcus yang mungkin masih, dapat dikombinasi dengan amoksislin 50 mg/kg BB dibagi 3 dosis 8

selama 10 hari. Jika alergi terhadap golongan penisilin, diganti dengan eritromisin 30 mg/kg BB/hari dibagi 3 dosis. 2)

Pengobatan terhadap hipertensi. Pemberian cairan dikurangi, pemberian sedativa

untuk menenangkan penderita sehingga dapat cukup beristirahat. Pada hipertensi dengan gejala serebral diberikan reserpin dan hidralazin. Mula-mula diberikan reserpin sebanyak 0,07 mg/kgbb secara intramuskular. Bila terjadi diuresis 5-10 jam kemudian, maka selanjutnya reserpin diberikan peroral dengan dosis rumat, 0,03 mg/kgbb/hari. Magnesium sulfat parenteral tidak dianjurkan lagi karena memberi efek toksis. 3)

Pemberian furosemid (Lasix) secara intravena (1 mg/kgbb/kali) dalam 5-10 menit

tidak berakibat buruk pada hemodinamika ginjal dan filtrasi glomerulus 4)

Bila timbul gagal jantung, maka diberikan digitalis, sedativa dan oksigen.

b.

Keperawatan

1)

Istirahat mutlak selama 3-4 minggu. Dulu dianjurkan istirahat mutlah selama 6-8

minggu untuk memberi kesempatan pada ginjal untuk menyembuh. Tetapi penyelidikan terakhir menunjukkan bahwa mobilisasi penderita sesudah 3-4 minggu dari mulai timbulnya penyakit tidak berakibat buruk terhadap perjalanan penyakitnya. 2)

Pada fase akut diberikan makanan rendah protein (1 g/kgbb/hari) dan rendah garam (1

g/hari). Makanan lunak diberikan pada penderita dengan suhu tinggi dan makanan biasa bila suhu telah normal kembali. 3)

Bila ada anuria atau muntah, maka diberikan IVFD dengan larutan glukosa 10%.

Pada penderita tanpa komplikasi pemberian cairan disesuaikan dengan kebutuhan 4)

Bila ada komplikasi seperti gagal jantung, edema, hipertensi dan oliguria, maka

jumlah cairan yang diberikan harus dibatasi.

9

H.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian keperawatan 1. Identitas Klien: GNA adalah suatu reaksi imunologi yang sering ditemukan pada anak umur 3-7 tahun lebih sering pada pria 2. Riwayat penyakit sebelumnya : Adanya riwayat infeksi streptokokus beta hemolitik dan riwayat lupus eritematosus atau penyakit autoimun lain. 3. Riwayat penyakit sekarang : Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak sekitar mata dan seluruh tubuh. Tidak nafsu makan, mual , muntah dan diare. Badan panas hanya sutu hari pertama sakit. 4. Pertumbuhan dan perkembangan : - Pertumbuhan : BB = 9x7-5/2=29 kg [ Behrman ], menurut anak umur 9 tahun Bbnya adalah BB umur 6 tahun = 20 kg ditambah 5-7 lb pertahun = 26 - 29 kg, tinggi badan anak 138 cm. Nadi 80—100x/menit, dan RR 18-20x/menit,, tekanan darah 65-108/60-68 mm Hg. Kebutuhan kalori 70-80 kal/kgBB/hari. Gigi pemanen pertama /molar ,umur 6-7 tahun gigi susu mulai lepas, pada umur 10—11 tahun jumlah gigi permanen 10-11 buah. - Perkembangan : Psikososial : Anak pada tugas perkembangan industri X inferioritas, dapat menyelesaikan tugas menghasilkan sesuatu Psikoseksual : 5. Pengkajian Perpola 1]. Pola nutrisi dan metabolik: Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit.Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air, edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh.Klien mudah mengalami infeksi karena adanya depresi sistem imun. Adanya mual , muntah dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat. BB meningkat karena adanya edema.Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia. 10

2]. Pola eliminasi : eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi uri : gangguan pada glumerulus menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat diekskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada tubulus yang tidak mengalami gangguan yang menyebabkan oliguria sampai anuria ,proteinuri, hematuria.

3]. Pola Aktifitas dan latihan : Pada Klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan klien perlu istirahat karena adanya kelainan jantung dan dan tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk dimulai bila tekanan ddarah sudah normaal selama 1 minggu. Adanya edema paru maka pada inspeksi terlihat retraksi dada, pengggunaan otot bantu napas, teraba , auskultasi terdengar rales dan krekels , pasien mengeluh sesak, frekuensi napas. Kelebihan beban sirkulasi dapat menyebabkan pemmbesaran jantung [ Dispnea, ortopnea dan pasien terlihat lemah] , anemia dan hipertensi yang juga disebabkan oleh spasme pembuluh darah. Hipertensi yang menetap dapat menyebabkan gagal jantung. Hipertensi ensefalopati merupakan gejala serebrum karena hipertensi dengan gejala penglihatan kabur, pusing, muntah, dan kejang-kejang. GNA munculnya tiba-tiba orang tua tidak mengetahui penyebab dan penanganan penyakit ini. 4]. Pola tidur dan istirahat : Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya uremia.keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus 5]. Kognitif &perseptual : Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa gatal. Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati hipertensi. Hipertemi terjadi pada hari pertama sakit dan ditemukan bila ada infeksi karena inumnitas yang menurun. 6]. Persepsi diri : Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema dan perawatan yang lama. Anak berharap dapat sembuh kembali seperti semula 7]. Hubungan peran : 11

Anak tidak dibesuk oleh teman – temannya karena jauh dan lingkungan perawatann yang baru serta kondisi kritis menyebabkan anak banyak diam. 8]. Toleransi koping 9]. Nilai keyakinan : Klien berdoa memohon kesembuhan sebelum tidur. Pemeriksaan penunjang : 1. LED tinggi dan Hb rendah 2. Kimia darah: Serum albumin turun sedikit, serum komplemen turun, ureum dan kreatinin naik. Titer antistreptolisin umumnya naik [ kecuali infeksi streptokok yang mendahului mengenai kulit saja ]. 3. Jumlah urin mengurang, BJnya rendah , albumin +, erittrosit ++, leukosit + dan terdapat silinder leukosit, Eri dan hialin. 4. Kultur darah dan tenggorokan : ditemukan kuman streptococus Beta Hemoliticus gol A 5. IVP : Test fungsi Ginjal normal pada 50 % penderita 6.

b.

Biopsi Ginjal : secara makroskopis ginjal tampak membesar, pucat dan terdapat titik-titik perdarahan pada kortek. Mikroskopis ttampak hammpir semua glomerulus terkena. Tampak proliferasi sel endotel glomerulus yang keras sehingga lumen dan ruang simpai Bowman , Infiltrasi sel epitelkapsul dan sel PMN dan monosit. Pada pemeriksaan mikroskop elektron tampak BGM tidak teratur. Terdapat gumpalan humps di sub epitel mungkin dibentuk oleh globulingama, komplemenn dan antigen streptokokus. Diagnosa keperawatan

a.

Ketidakmampuan dalam aktifitas b.d Penurunan protein dan disfungsi ginjal

b.

Resiko kelebihan volume cairan b.d Retensi air dan disfungsi ginjal

c.

Resiko infeksi (uti, lokal, sistemik) b.d Penekanan pada sistem imun

d. Resiko perubahan perfusi jaringan: Serebral cardiopulmonary b.d resiko Krisis hipertensi

12

e. Kurang pengetahuan b.d kurang Informasi tentang proses penyakit, Perawatan di rumah dan instruksi Tindakan lanjut c.

Perencanaan keperawatan

a.

Diagnosa keperawatan 1

Ketidakmampuan dalam aktifitas b.d Penurunan protein dan disfungsi ginjal Tujuan

: Pasien akan meningkat toleransi terhadap aktifitas

Kriteria hasil : -

Mengikuti rencana aktiftas

-

TD dalam batas normal tanpa pengeluaran protein berlebihan

Rencana Tindakan: -

Monitor adanya penurunan protein scr. Berlebihan (Proteinuria, Albuminuria)

-

Gunakan diet protein untu mengganti protein yang hilang

-

Berikan diet tinggi Kalori, diet tinggi KH

-

Anjurkan Bedrest

-

Berikan latihan dalam batas aktifitas yang dianjurkan

-

Rencanakan aktifitas dengan memberikan periode waktu istirahat

b.

Diagnosa keperawatan 2

Resiko kelebihan volume cairan b.d Retensi air dan disfungsi ginjal Tujuan

: Pasien akan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

Kriteria hasil : -

Tidak memperlihatkan Tanda-tanda kelebihan cairan dan elektrolit

-

Intake dan output dalam keadaan seimbang

Rencana tindakan: -

Monitor dan laporkan tanda dan gejala kelebihan cairan

13

-

Ukur dan dokumentasikan intake dan output setiap 4 – 8 jam

Catat jumlah dan karakteristik urine; laporkan bila ada penurunan output urine pada dokter -

Timbang BB setiap hari, dengan timbangan dan waktu yang sama

-

Ukur BJ urin setiap 8 jam, lapor bila ada peningkatan

-

Konsultasikan ke ahli diet untuk pembatasan Natrium dan Protein.

-

Berikan cairan sesuai dengan cairan yang hilang

-

Berikan batu es untuk mengontrol haus

-

Monitor hasil pemeriksaan elektrolit, laporkan bila ada

-

Ketidaknormalan

-

Kaji efektifitas pemeberian elektrolit scr. Parenteral/oral

c.

Diagnosa keperawatan 3

Resiko infeksi (uti, lokal, sistemik) b.d Penekanan pada sistem imun Tujuan

: Pasien akan memperlihatkan tidak adannya tanda-tanda infeksi

Kriteria hasil : -

Memiliki hasil pemeriksaan temperatur dan lab dalam batas normal

-

Memiliki suara paru yang bersih

-

Urinnya bening dan kuning

-

Kulit utuh

Rencana tindakan -

Kaji efektifitas pemeberian imunosupresive

-

Monitor serum sel darah merah, antibodi, nilai set T

-

Periksa Temp. tubuh setiap 4 jam

-

Catat karakteristik urine

14

-

Hindari pemasangan kateter pada saluran perkemihan

-

Jika dipasang kateter, pertahankan closed gravity drain system

-

Monitor adanya Tanda & gejala UTI, lakukan tindakan pencegahan UTI

-

Asuskultasi suara paru setiap 4 jam

-

Anjurkan untuk batuk dan nafas dalam

-

Instruksikan pasien u/ menghindari orang yang menglamai infeksi

-

Lakukan tindakan untuk mencegah kerusakan kulit

-

Anjurkan untuk ambulasi lebih awal

d.

Pelaksanaan

Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien. e.

Evaluasi

a.

Intake dan output cairan seimbang.

b.

Tidak ada udema.

c.

Tanda-tanda vital: TD: 120/80 mmHg, RR: 20 X/m, HR: 80 X/mt, suhu: 367o C.

d.

Kadar elektrolit darah normal.

e.

Tidak ada mual, muntah.

f.

Pasien dapat menghabiskan porsi makanan yang dihidangkan.

g.

Tidak ada gatal-gatal dan lecet pada kulit.

h.

Tahan terhadap aktivitas tanpa ada kelelahan.

6.

Penkes

15

a. Instruksikan pada pasien mencakup penjelasan dan penjadwalan evaluasi tindak lanjut terhadap tekanan darah, tindakan urinalisis untuk protein, dan kadar BUN serta kreatinin untuk menentukan perkembangan penyakit. b. Pasien diinstruksikan untuk member tahu dokter jika gejala gagal ginjal terjadi (seperti: keletihan, mual, muntah, haluaran urine berkurang).

16

BAB III PENUTUP

A.

Kesimpulan

Glomerunefritis merupakan penyakit perdangan ginjal bilateral. Glomerulonefritis akut paling lazim terjadi pada anak-anak 3 sampai 7 tahun meskipun orang dewasa muda dan remaja dapat juga terserang , perbandingan penyakit ini pada pria dan wnita 2:1. GNA ialah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu.Yang sering terjadi ialah akibat infeksi2. tidak semua infeksi streptokokus akan menjadi glomerulonefritis, hanya beberapa tipe saja. Timbulnya GNA didahului oleh infeksi ekstra renal, terutama di traktus respirotorius bagian kulit oleh kuman streptokokus beta hemolitikus golongan A tipe 12, 4, 16, 25 dan 49. dari tipe tersebut diatas tipe 12 dan 25 lebih bersifat nefritogen disbanding yang lain. Mengapa tipe tersebut lebih nefritogen dari pada yang lain tidak di ketahui. Gejala-gejala umum yang berkaitan dengan permulaan penyakit adalah rasa anoreksia dan kadang demam,sakit kepala, mual, muntah. Gambaran yang paling ditemukan adalah :hematuria, oliguria, edema, hipertensi. Tujuan utama penatalaksanaan glomerulonefritis adalah untuk Meminimalkan kerusakan glomerulus, Meminimalkan metabolisme pada ginjal, Meningkatkan fungsi ginjal.

lelah, sering dalam pada

Tidak ada pengobatan khusus yang mempengaruhi penyembuhan kelainan glomerulus. Pemberian pinisilin untuk membrantas semua sisa infeksi,tirah baring selama stadium akut, diet bebas bila terjadi edema atau gejala gagal jantung danantihipertensi kalau perlu,sementara kortikosteroid tidak mempunyai efek pada glomerulofritis akut pasca infeksi strepkokus.

B.

Saran

1.

Bagi Klien dan keluarga

a)

Dapat mengenal gejala Glomerulonefritis Akut sedini mungkin

b)

Mengetahui tindakan pencegahan terhadap penyakit Glomerulonefritis Akut

c)

Segera berobat ke fasilitas kesehatan terdekat 17

2.

Bagi perawat

a) Terus belajar tentang konsep penyakit dan asuhan keperawatan Glomerulonefritis Akut sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan secara profesional kepada klien. 3.

Bagi institusi / lembaga

a) Memberikan bimbingan dan latihan kepada mahasiswa tentang penulisan karya tulis dalam bentuk penugasan. b)

Menerapkan budaya membaca dikalangan mahasiswa di kampus.

c) Menyiapkan fasilitas yang memadai terutama buku-buku yang berhubungan dengan kesehatan atau keperawatan. 4.

Bagi mahasiswa

a) Belajar terus-menerus dengan banyak membaca di perpustakaan, latihan menulis karya tulis sederhana sesuai dengan teori yang diberikan oleh dosen.

18

DAFTAR PUSTAKA

Arvin , Behrman Klirgman.2000.Ilmu Kesehatan Anak.,Jakarta : EGC Betz Cecily L., Sowden Linda A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri, Ed. 5. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC Corwin, Elizabeth.J.2007.Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta EGC. Lumenta, Nico A., dkk. 2006. Kenali Jenis Penyakit dan Cara Penyembuhanya Manajemen Hidup Sehat.Jakarta: Gramedia Marylin E. Doengoes, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: Peneribit Buku Kedokteran EGC. Nelson.2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC Nettina, Sandra M. (2001). Pedoman Praktik Keperawatan.Jakarta: EGC Price, Sylvia,dkk. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta EGC Smeltzer and Brenda. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner and Suddarth edisi 8 volume 2, Jakarta: EGC Tucker, S.M, et all .1998. Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan evaluasi , Edisi V. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

19

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GLUMERULONEFRITIS AKUT ( GNA )

Disusun Oleh Nama Kelompok : Kelompok 10 Nama Anggota : 1. Anggie Maychia Amallia 2. Indah Tri O. 3. Inga Dwi O. 4. Kris Ilandes Berry P. Tingkat : 2.A Dosen Pembimbing : Jawiah S.Pd, S.Kep , M.kes

PRODI DIII KEPERAWATAN PALEMBANG POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG TAHUN AJARAN 2018-2019 20

Related Documents

Askep
October 2019 90
Askep
July 2020 51
Askep
May 2020 71
Askep Malaria.docx
April 2020 6
Askep Parkinson.pptx
November 2019 14

More Documents from ""

Doc1.docx
November 2019 23
Askep Gna.docx
May 2020 16
Soal K3.docx
November 2019 19
Wa600-3+.pdf
December 2019 45