ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FEBRIS Makalah Ini di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak I Dosen Pengampuh : Zakiyah Yasin S.Kep., Ns., M.Kep.
MAKALAH KELOMPOK 10: HIDAYATUL ARIFIN
( 717.6.2.0904 )
YUNISHANDRA MEGAWATI
( 717.6.2.0900 )
MUTFAH ISNAINI
( 717.6.2.0871 )
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP 2019
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah keperawatan anak tentang febris. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen pembimbing kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini. Di sisi lain penulis juga ingin menyampaikan ucapan terimah kasih ini kepada segenap teman teman baik di dalmn kelompok kami maupun di luar kelompok ini, karena juga dengan support dan dukungannyha kita dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Sumenep,23 maret 2019
Penulis
i
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Demam pada anak merupakan salah satu masalah yang masih relevan untuk para praktisi pediatri. Demam merupakan tanda adanya kenaikan setpoint di hipotalamus akibat infeksi atau adanya ketidakseimbangan antara produksi dan pengeluaran panas. Sebaliknya tidak semua anak yang terkena infeksi akan menunjukkan gejala demam, semakin muda umurnya, semakin tidak jelas gambaran klinisnya. Tindakan pada anak dengan demam diawali dengan pertimbangan apakah ada kegawatan, apa penyebabnya dan apakah demam perlu segera diturunkan. Agar tindakan tersebut tepat dan terarah, diperlukan suatu pengelompokan / klasifikasi pasien agar dapat digunakan suatu algoritma umum. Pada tiap kelompok tetap ada kriteria kegawatan, kriteria jenis infeksi yang mengarah kepada tindakan yang diambil, terutama perawatan dan pemberian antibiotik secara empirik. Tindakan yang dilaksanakan sebaiknya bukan tindakan yang sifatnya sesaat, tetapi merupakan tindakan yang berkesinambungan, sampai pasien lepas dari masalahnya. Keputusan untuk dirawat harus dilanjutkan dengan pemeriksaan laboratorium dan pemberian antibiotik empirik. Tindakan lanjutan akan disesuaikan dengan hasil pemeriksaan penunjang, respons pasien terhadap pengobatan sampai masalahnya selesai dengan tuntas. Demam dapat diderita oleh siapasaja, dari bayi hingga orang berusia paling lanjut sekalipun.Demam sesungguhnya merupakan reaksi alamiah dari tubuh manusia dalam usaha melakukan perlawanan terhadap beragam penyakit yang masuk atau berada di dalam tubuh (Widjaja, 2001: 1). Panas atau demam kondisi dimana otak mematok suhu diatas setting normal yaitu diatas 38ºC. Namun demikian, panas yang sesungguhnya adalah bila suhu lebih dari 38.5ºC. Akibat tuntutan peningkatan tersebut tubuh akan memproduksi panas (Purwanti, 2008: 81).
2
Anak yang menderita demam merupakan sebagian dari pasien yang berobat ke dokter anak (19-30%)1 dan pada umumnya tidak ada seorang dokter anak manapun yang merasa nyaman menghadapi anak dengan demam. Demam dapat merupakan tanda permulaan adanya infeksi, namun demam juga bisa disebabkan oleh adanya kelainan metabolik dan sebab-sebab lain2. Masalah demam pada anak sifatnya terbuka, banyak sekali kemungkinan yang tak terduga. Tidak ada prosedur tetap yang pasti berhasil, petunjuk yang ada hanyalah semacam garis besar yang harus diterjemahkan dengan kedalaman pengetahuan, kreasi dan art dari dokter yang menanganinya sesuai dengan keadaan pasien. Setiap dokter anak harus mencoba menemukan kegawatan yang diderita anak dengan demam, apakah demam tersebut merupakan tanda penyakit yang gawat yang harus segera ditangani secara serius atau tidak. Tulisan ini terutama menitikberatkan pada tindakan yang perlu dilakukan pada pasien dengan demam, sesuai dengan klasifikasinya.
1.2 Rumusan masalah 1. Apa yang dimaksud dengan febris? 2. Apa saja tanda dan gejala febris? 3. Bagaimana konsep patofisiologis febris? 4. Bagaimana klasifikasi febris? 5. Apa saja komplikasi dari febris? 6. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien febris?
1.3 Tujuan Tujuan dari di susunnya makalah yang membahas tentang febris ini adalah untuk menyampaikan berbagai hal yang berkaitan dengan febris, baik berupa patofisiologinya gejla dan penata laksanaannya dan juga di makalah ini kami juga akan membahas mengenai konsep asuhan keperawatan pada
3
pada pasien febris dan akan kami berikan contoh kasus beserta auhan keperawatan yang akan di berikan pada pasien tersebut.\
1.4 Manfaat Agar para mahasiswa dan pembaca dapat memahami mengenai febris.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Definisi demam adalah keadaan suhu tubuh di atas suhu normal, yaitu suhu tubuh di atas 38º Celsius. International Union of Physiological Sciences Commission for Thermal Physiology mendefinisikan demam/ febris sebagai suatu keadaan peningkatan suhu inti, yang sering (tetapi tidak seharusnya) merupakan bagian dari respons pertahanan organisme multiselular (host) terhadap invasi mikroorganisme atau benda mati yang patogenik atau dianggap asing oleh host. El-Rahdi dan kawan-kawan mendefinisikan demam (pireksia) dari segi patofisiologis dan klinis. Secara patofisiologis demam adalah peningkatan thermoregulatory set point dari pusat hipotalamus yang diperantarai oleh interleukin 1 (IL-1). Sedangkan secara klinis demam adalah peningkatan suhu tubuh 1oC atau lebih besar di atas nilai rerata suhu normal di tempat pencatatan. Sebagai respons terhadap perubahan set point ini, terjadi proses aktif untuk mencapai set point yang baru. Hal ini dicapai secara fisiologis dengan meminimalkan pelepasan panas dan memproduksi panas. Suhu tubuh adalah suhu visera, hati, otak, yang dapat diukur lewat oral, rektal, dan aksila.1,2,3 Cara pengukuran suhu menentukan tinggi rendahnya suhu tubuh. Pengukuran suhu melalui mulut dilakukan dengan mengambil suhu pada mulut (mengulum termometer dilakukan pada anak yang sudah kooperatif), hasilnya hampir sama dengan suhu dubur, namun bisa lebih rendah bila frekuensi napas cepat. Pengukuran suhu melalui dubur (rektal) dilakukan pada anak di bawah 2 tahun. Termometer masuk ke dalam dubur sedalam 2-3 cm dan kedua pantat dikatupkan, pengukuran dilakukan selama 3 menit. Suhu yang terukur adalah suhu tubuh yang mendekati suhu yang sesungguhnya (core temperature). Dikatakan demam bila suhu di atas 380C. Pengukuran suhu melalui ketiak (axilar) hanya dapat dilakukan pada anak besar mempunyai daerah aksila cukup lebar, pada anak kecil ketiaknya sempit
5
sehingga terpengaruh suhu luar. Pastikan puncak ujung termometer tepat pada tengah aksila dan pengukuran dilakukan selama 5 menit. Hasil pengukuran aksila akan lebih rendah 0,5-1,00C dibandingkan dengan hasil pengukuran melalui dubur. Pengukuran suhu dengan cara meraba kulit, daerah yang diraba adalah daerah yang pembuluh darahnya banyak seperti di daerah pipi, dahi, tengkuk. Meskipun cara ini kurang akurat (tergantung kondisi tangan ibu), namun perabaan ibu cukup bisa dipercaya dan digunakan sebagai tanda demam pada program MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit ). Suhu adalah hasil produksi metabolisme tubuh yang diperlukan untuk kelancaran aliran darah dan menjaga agar reaksi kimia tubuh dapat berjalan baik (enzim hanya bekerja pada suhu tertentu). Sebagai makhluk yang homeotermik, anak selalu berusaha mengatur suhu tubuhnya. Suhu tubuh diatur oleh suatu mekanisme yang menyangkut susunan saraf, biokimia, dan hormonal. Hipotalamus menerima informasi suhu tubuh bagian dalam dari suhu darah yang masuk ke otak dan informasi suhu luar tubuh dari reseptor panas di kulit. Termostat dalam hipotalamus diatur pada set-point sekitar suhu 370C dengan rentang sekitar 10C, dan suhu dipertahankan dengan menjaga keseimbangan pembentukan atau pelepasan panas.
Saraf eferen dari
hipotalamus terdiri dari saraf somatik dan saraf autonom, sehingga hipotalamus dapat mengatur aktifitas otot, kelenjar keringat, peredaran darah, dan ventilasi paru. Hipotalamus posterior merupakan pusat pengatur yang bertugas meningkatkan produksi panas dan mengurangi pengeluaran panas. Bila suhu luar lebih rendah, pembentukan panas akan dilakukan dengan meningkatkan metabolisme, dengan mekanisme kontraksi otot / menggigil, pengeluaran panas akan dikurangi dengan vasokonstriksi pembuluh darah kulit dan pengurangan produksi keringat. Hipotalamus anterior merupakan pusat pengatur pengeluaran panas. Bila suhu di luar tubuh lebih tinggi maka pengeluaran panas ditingkatkan dengan cara vasodilatasi, evaporasi (berkeringat), radiasi (dipancarkan), kontak (bersinggungan/ kompres), aliran (dari daerah panas ke dingin), dan konveksi.2,3,4 Permukaan tubuh anak
6
relatif lebih luas dibandingkan dewasa, sehingga proses penguapan dan radiasi sangat penting, terutama untuk daerah tropis.
2.1.1 Pola Demam Interpretasi pola demam sulit karena berbagai alasan, di antaranya anak telah mendapat antipiretik sehingga mengubah pola, atau pengukuran suhu secara serial dilakukan di tempat yang berbeda. Akan tetapi bila pola demam dapat dikenali, walaupun tidak patognomonis untuk infeksi tertentu, informasi ini dapat menjadi petunjuk diagnosis yang berguna (Tabel 1.).1 Tabel 1. Pola demam yang ditemukan pada penyakit pediatrik Pola demam
Penyakit
Kontinyu
Demam tifoid, malaria falciparum malignan
Remitten
Sebagian besar penyakit virus dan bakteri
Intermiten
Malaria, limfoma, endokarditis
Hektik atau septik
Penyakit Kawasaki, infeksi pyogenik
Quotidian
Malaria karena P.vivax
Double quotidian
Kala
azar,
arthritis
gonococcal,
juvenile
rheumathoid arthritis, beberapa drug fever (contoh karbamazepin) Relapsing
atau Malaria tertiana atau kuartana, brucellosis
periodik Demam rekuren
Familial Mediterranean fever
Penilaian pola demam meliputi tipe awitan (perlahan-lahan atau tiba-tiba), variasi derajat suhu selama periode 24 jam dan selama episode kesakitan, siklus demam, dan respons terapi. Gambaran pola demam klasik meliputi:
Demam Kontinyu
7
Demam
kontinyu
atau
sustained
fever
ditandai
oleh
peningkatan suhu tubuh yang menetap dengan fluktuasi maksimal 0,4oC selama periode 24 jam. Fluktuasi diurnal suhu normal biasanya tidak terjadi atau tidak signifikan.
Demam remiten Demam remiten ditandai oleh penurunan suhu tiap hari tetapi tidak mencapai normal dengan fluktuasi melebihi 0,5oC per 24 jam. Pola ini merupakan tipe demam yang paling sering ditemukan dalam praktek pediatri dan tidak spesifik untuk penyakit tertentu. Variasi diurnal biasanya terjadi, khususnya bila demam disebabkan oleh proses infeksi.
demam intermiten Pada demam intermiten suhu kembali normal setiap hari, umumnya pada pagi hari, dan puncaknya pada siang hari. Pola ini merupakan jenis demam terbanyak kedua yang ditemukan di praktek klinis.
Demam septik Demam septik atau hektik terjadi saat demam remiten atau intermiten menunjukkan perbedaan antara puncak dan titik terendah suhu yang sangat besar.
Demam quotidian Demam quotidian, disebabkan oleh P. Vivax, ditandai dengan paroksisme demam yang terjadi setiap hari.
Demam quotidianganda Demam quotidian ganda memiliki dua puncak dalam 12 jam (siklus 12 jam).
Demam rekuren Demam rekuren adalah demam yang timbul kembali dengan interval irregular pada satu penyakit yang melibatkan organ yang sama (contohnya traktus urinarius) atau sistem organ multipel.
8
Demam Bifasik Demam bifasik menunjukkan satu penyakit dengan 2 episode demam yang berbeda (camelback fever pattern, atau saddleback fever). Poliomielitis merupakan contoh klasik dari pola demam ini. Gambaran bifasik juga khas untuk leptospirosis, demam dengue, demam kuning, Colorado tick fever, spirillary rat-bite fever (Spirillum minus), dan African hemorrhagic fever (Marburg, Ebola, dan demam Lassa).
Demam Periodik Demam periodik ditandai oleh episode demam berulang dengan interval regular atau irregular. Tiap episode diikuti satu sampai beberapa hari, beberapa minggu atau beberapa bulan suhu normal. Contoh yang dapat dilihat adalah malaria (istilah tertiana digunakan bila demam terjadi setiap hari ke-3, kuartana bila demam terjadi setiap hari ke-4).
Relapsing Fever Relapsing fever adalah istilah yang biasa dipakai untuk demam rekuren yang disebabkan oleh sejumlah spesies Borrelia (Gambar 6.)dan ditularkan oleh kutu (louse-borne RF) atau tick (tick-borne RF). Penyakit ini ditandai oleh demam tinggi mendadak, yang berulang secara tiba-tiba berlangsung selama 3 – 6 hari, diikuti oleh periode bebas demam dengan durasi yang hampir sama. Suhu maksimal dapat mencapai 40,6oC pada tick-borne fever dan 39,5oC pada louse-borne. Gejala penyerta meliputi myalgia, sakit kepala, nyeri perut, dan perubahan kesadaran. Resolusi tiap episode demam dapat disertai Jarish-Herxheimer reaction (JHR) selama beberapa jam (6 – 8 jam), yang umumnya mengikuti pengobatan antibiotik. Reaksi ini disebabkan oleh pelepasan endotoxin saat organisme dihancurkan oleh antibiotik. JHR sangat sering
9
ditemukan setelah mengobati pasien syphillis. Reaksi ini lebih jarang terlihat pada kasus leptospirosis, Lyme disease, dan brucellosis. Gejala bervariasi dari demam ringan dan fatigue sampai reaksi anafilaktik full-blown. Contoh lain adalah rat-bite fever yang disebabkan oleh Spirillum minus dan Streptobacillus moniliformis. Riwayat gigitan tikus 1 – 10 minggu sebelum awitan gejala merupakan petunjuk diagnosis. Demam Pel-Ebstein, digambarkan oleh Pel dan Ebstein pada 1887, pada awalnya dipikirkan khas untuk limfoma Hodgkin (LH). Hanya sedikit pasien dengan penyakit Hodgkin mengalami pola ini, tetapi bila ada, sugestif untuk LH. Pola terdiri dari episode rekuren dari demam yang berlangsung 3 – 10 hari, diikuti oleh periode afebril dalam durasi yang serupa. Penyebab jenis demam ini mungkin berhubungan dengan destruksi jaringan atau berhubungan dengan anemia hemolitik. 2.1.2
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh Perubahan pada suhu tubuh dalam tentang normal terjadi ketika hubungan antara produksi panas dan kehilangan panas di ganggu oleh variable fisiologis ataau perilaku. 1. Usia Pada
saat
lahir,bayi
mekanisme
control
suhu
masih
imatur.Menurut Whaley and Wong (2005),suhu tubuh bayi dapat berespon secara drastic terhadap perubahan suhu lingkungan.Oleh karena itu pakaian yang di gunakan juga harus cukup dan paparan terhadap suhu lingkungan yang ekstrim perlu di hindari.Bayi yang baru lhir pengeluaran lebih dari 30% suhu tubuhnya melalui kepala dan oleh sebab itu bayi perlu menggunakan penutup kepala untuk mencegah pengeluaran panas. 2. Irama sirkadian
10
Suhu tubuh berubah secara normal 0,50C sampai 10C selama periode 24 jam.Bagai mana pun,suhu merupakan Irma paling stabil pada manusian.Suhu tubuh biasanya paling rendah antara pukul 01.00 dan 04.00 dini hari.Sepanjang hari suhu tubuh akan naik sampai sekitar pukul 18.00 dan kemudin turun seperti pada dini hari, 3. Stres Sres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan persarafan.Perubahan fisiologis tersebut meningkatkan panas.Klien yang cemas saat masuk rumah sakit atau tempat praktik dokter suhu tubuhnya akan lebuh tinggi dari normal. 4. Lingkungan Lingkungan juga dapat mempengaruhi suhu tubuh.jika suhu di kaji dalam ruang yang sangat hangat,klien mungkin tidak mampu meregulasi
suhu
tubuh
melalui
mekanisme-mekanisme
pengeluaran panas dan suhu tubuh akan naik.
2.2 Etiologi Demam merupakan akibat kenaikan set point (oleh sebab infeksi) atau oleh adanya ketidakseimbangan antara produksi panas dan pengeluarannya. Demam pada infeksi terjadi akibat mikro organisme merangsang makrofag atau PMN membentuk PE (faktor pirogen endogenik) seperti IL-1, IL-6, TNF (tumuor necrosis factor), dan IFN (interferon). Zat ini bekerja pada hipotalamus dengan bantuan enzim cyclooxygenase pembentuk prostaglandin. Prostaglandin-lah yang meningkatkan set point hipotalamus. Pada keadaan lain, misalnya pada tumor, penyakit darah dan keganasaan, penyakit kolagen, penyakit metabolik, sumber pelepasan PE bukan dari PMN tapi dari tempat lain.1,2,3,4 Kemampuan anak untuk beraksi terhadap infeksi dengan timbulnya manifestasi klinis demam sangat tergantung pada umur. Semakin
11
muda usia bayi, semakin kecil kemampuan untuk merubah set-point dan memproduksi panas. Bayi kecil sering terkena infeksi berat tanpa disertai dengan gejala demam.
2.3 Tanda dan gejala Gejala Febris Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung pada fase demam meliputi: Fase 1 awal ( dingin/ menggigil) Tanda dan gejala a. Peningkatan denyut jantung b. Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan c. Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot d. Peningkatan suhu tubuh e. Pengeluaran keringat berlebih f. Rambut pada kulit berdiri g. Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah Fase 2 ( proses demam) Tanda dan gejala a. Proses mengigil lenyap b. Kulit terasa hangat / panas c. Merasa tidak panas / dingin d. Peningkatan nadi e. Peningkatan rasa haus f. Dehidrasi g. Kelemahan h. Kehilangan nafsu makan (jika demam meningkat) i. Nyeri pada otot akibat katabolisme protein. Fase 3 (pemulihan) Tanda dan gejala a. Kulit tampak merah dan hangat b. Berkeringat c. Mengigil ringan d. Kemungkinan mengalami dehidrasi (Ilmu kesehatan, 2013).
12
2.4 Patofisiologi Secara teoritis kenaikan suhu pada infeksi dinilai menguntungkan, oleh karena aliran darah makin cepat sehingga makanan dan oksigenasi makin lancar. Namun kalau suhu terlalu tinggi (di atas 38,5ºC) pasien mulai merasa tidak nyaman, aliran darah cepat, jumlah darah untuk mengaliri organ vital (otak, jantung, paru) bertambah, sehingga volume darah ke ekstremitas dikurangi, akibatnya ujung kaki/tangan teraba dingin. Demam yang tinggi memacu metabolisme yang sangat cepat, jantung dipompa lebih kuat dan cepat, frekuensi napas lebih cepat. Dehidrasi terjadi akibat penguapan kulit dan paru dan disertai dengan ketidakseimbangan elektrolit, yang mendorong suhu makin tinggi. Kerusakan jaringan akan terjadi bila suhu tubuh lebih tinggi dari 410C, terutama pada jaringan otak dan otot yang bersifat permanen. Kerusakan tersebut dapat menyebabkan kerusakan batang otak, terjadinya kejang, koma sampai kelumpuhan. Kerusakan otot yang terjadi berupa rabdomiolisis dengan akibat terjadinya mioglobinemia. 2.5 Klasifikasi Klasifikasi demam diperlukan dalam melakukan pendekatan berbasis masalah. Untuk kepentingan diagnostik, demam dapat dibedakan atas akut, subakut, atau kronis, dan dengan atau tanpa localizing signs. Tabel 2. dan Tabel 3. memperlihatkan tiga kelompok utama demam yang ditemukan di praktek pediatrik beserta definisi istilah yang digunakan.1 Tabel 2. Tiga kelompok utama demam yang dijumpai pada praktek pediatrik Klasifikasi Demam dengan localizing signs
Penyebab tersering
Infeksi saluran nafas atas
Lama
demam
pada umumnya <1 minggu
Demam tanpa localizing Infeksi virus, infeksi saluran <1minggu
13
signs
kemih
Fever of unknown origin
Infeksi, juvenile idiopathic arthritis
>1 minggu
Tabel 3. Definisi istilah yang digunakan Istilah Demam
Definisi dengan Penyakit demam akut dengan fokus infeksi, yang dapat
localization
didiagnosis setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik
Demam tanpa localization
Penyakit demam akut tanpa penyebab demam yang jelas setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik
Letargi
Kontak mata tidak ada atau buruk, tidak ada interaksi dengan pemeriksa atau orang tua, tidak tertarik dengan sekitarnya
Toxic appearance
Gejala klinis yang ditandai dengan letargi, perfusi buruk, cyanosis, hipo atau hiperventilasi
Infeksi bakteri serius
Menandakan
penyakit
yang
serius,
yang
dapat
mengancam jiwa. Contohnya adalah meningitis, sepsis, infeksi tulang dan sendi, enteritis, infeksi saluran kemih, pneumonia Bakteremia
dan Bakteremia menunjukkan adanya bakteri dalam darah,
septikemia
dibuktikan dengan biakan darah yang positif, septikemia menunjukkan adanya
invasi
bakteri
ke
jaringan,
menyebabkan hipoperfusi jaringan dan disfungsi organ
a. Demam dengan Localizing Signs Penyakit demam yang paling sering ditemukan pada praktek pediatrik berada pada kategori ini (Tabel 4.). Demam biasanya berlangsung singkat, baik karena mereda secara spontan atau karena pengobatan spesifik seperti pemberian antibiotik. Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis dan
14
pemeriksaan fisik dan dipastikan dengan pemeriksaan sederhana seperti pemeriksaan foto rontgen dada.1
Tabel 4. Penyebab utama demam karena penyakit localized signs Kelompok
Penyakit
Infeksi saluran nafas ISPA virus, otitis media, tonsillitis, laryngitis, atas
stomatitis herpetika
Pulmonal
Bronkiolitis, pneumonia
Gastrointestinal
Gastroenteritis, hepatitis, appendisitis
Sistem saraf pusat
Meningitis, encephalitis
Eksantem
Campak, cacar air
Kolagen
Rheumathoid arthritis, penyakit Kawasaki
Neoplasma
Leukemia, lymphoma
Tropis
Kala azar, cickle cell anemia
b. Demam Tanpa Localizing Signs Sekitar 20% dari keseluruhan episode demam menunjukkan tidak ditemukannya localizing signs pada saat terjadi. Penyebab tersering adalah infeksi virus, terutama terjadi selama beberapa tahun pertama kehidupan. Infeksi seperti ini harus dipikirkan hanya setelah menyingkirkan infeksi saluran kemih dan bakteremia. Tabel 5. menunjukan penyebab paling sering kelompok ini.1 Demam tanpa localizing signs umumnya memiliki awitan akut, berlangsung kurang dari 1 minggu, dan merupakan sebuah dilema diagnostik yang sering dihadapi oleh dokter anak dalam merawat anak berusia kurang dari 36 bulan.6 Tabel 5. Penyebab umum demam tanpa localizing signs Penyebab
Contoh
Petunjuk diagnosis
Infeksi
Bakteremia/sepsis
Tampak sakit, CRP tinggi, leukositosis
15
Sebagian
virus Tampak baik, CRP normal, leukosit
(HH-6)
normal
Infeksi saluran kemih
Dipstik urine
Malaria
Di daerah malaria
PUO (persistent Juvenile pyrexia
besar
idiopathic Pre-articular,
of arthritis
ruam,
splenomegali,
antinuclear factor tinggi, CRP tinggi
unknown origin)
atau
FUO Pasca vaksinasi
Vaksinasi triple, campak
Waktu demam terjadi berhubungan dengan waktu vaksinasi
Drug fever
Sebagian besar obat
Riwayat
minum
obat,
diagnosis
eksklusi
c. Persistent Pyrexia of Unknown Origin (PUO) Istilah ini biasanya digunakan bila demam tanpa localizing signs bertahan selama 1 minggu dimana dalam kurun waktu tersebut evaluasi di rumah sakit gagal mendeteksi penyebabnya. Persistent pyrexia of unknown origin, atau lebih dikenal sebagai fever of unknown origin (FUO) didefinisikan sebagai demam yang berlangsung selama minimal 3 minggu dan tidak ada kepastian diagnosis setelah investigasi 1 minggu di rumah sakit.1 2.6 Penatalaksanaan Tata laksana anak dengan demam terdiri dari tatalaksana fisis, dan pengobatan baik simtomatik maupun etiologik a.
Tindakan Umum Penurunan Demam secara Simtomatik Diusahakan agar anak tidur atau istirahat agar metabolismenya menurun. Cukupi cairan agar kadar elektrolit tidak meningkat saat evaporasi terjadi. Aliran udara yang baik misalnya dengan kipas, memaksa tubuh berkeringat, mengalirkan hawa panas ke tempat lain
16
sehingga demam turun. Jangan menggunakan aliran yang terlalu kuat, karena suhu kulit dapat turun mendadak. Ventilasi / regulasi aliran udara penting di daerah tropik. Buka pakaian/selimut yang tebal agar terjadi radiasi dan evaporasi. Lebarkan pembuluh darah perifer dengan cara menyeka kulit dengan air hangat (tepid-sponging). Mendinginkan dengan air es atau alkohol kurang bermanfaat (justru terjadi vasokonstriksi pembuluh darah), sehingga panas sulit disalurkan baik lewat mekanisme evaporasi maupun radiasi. Pada hipertermi, pendinginan permukaan kulit (surfacecooling) dapat membantu. panas ditingkatkan. Obat yang sederhana adalah asam salisilat dan derivatnya. Rentang daya kerja obat ini cukup panjang, aman untuk dikonsumsi umum. Beberapa golongan antipiretik murni, dapat menurunkan suhu bila anak demam namun tidak menyebabkan hipotermi bila tidak ada demam, seperti: asetaminofen, asetosal, ibuprofen. Obat lain adalah obat yang bersifat antipiretik pada dosis rendah dan menimbulkan hipotermi pada dosis tinggi seperti metamizol dan obat yang dapat menekan pusat suhu secara langsung (chlorpromazine), mengurangi menggigil namun dapat menyebabkan hipotermi dan hipotensi b.
Tatalaksana Demam yang Disebabkan Penyakit Infeksi Pengobatan dilakukan sesuai dengan klasifikasi etiologik. Kesukaran yang dihadapi adalah pola penyakit yang berbeda baik dari aspek geografik maupun umur pasien. Bagan di atas tidak dapat diterapkan begitu saja pada daerah endemik malaria atau daerah endemik demam berdarah. Sekali lagi sifat paparan, letak geografik sangat mempengaruhi etiologi demam pada anak. Pemberian antibiotik pertama dan hospitalisasi sangat juga dipengaruhi oleh fasilitas sarana perawatan dan pemeriksaan penunjang. Setiap rumah sakit seharusnya mempunyai pedoman diagnosis dan terapi tersendiri, tergantung pada pola epidemiologik penyakit tersebut. Pada penelitian MTBS tahun
17
1998, di Indonesia etiologi demam pada anak sebagian besar (lebih dari 80%) adalah infeksi. c.
Tatalaksana Demam Menurut Umur Tatalaksana demam pada bayi kecil telah mengalami perubahan yang cukup signifikan. Pada kelompok bayi dengan usia kurang 2 bulan, pendekatan yang umum dilakukan ialah hospitalisasi untuk mendapatkan pengobatan antimikrobial empirik. Pada tahun 1993, para ahli infeksi, gawat darurat dan kesehatan anak sepakat melakukan pendekatan lebih konservatif dengan cara rawat jalan untuk kasus-kasus ini, bila risiko terhadap SBI rendah. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi perawatan adalah dengan menggunakan penyaring: Yale Acute Illness Observation Scale atau kriteria Rochester. Pada kelompok ini bila hasil laboratorium menunjukkan adanya tanda infeksi (leukosit darah <5.000 atau >15.000, hitung neutrofil darah>1500, leukosit urin di atas 10/lpb, leukosit tinja >5/lpb), anak segera masuk RS dan langsung mendapatkan
pengobatan
antimikrobial
secara
empirik.
Pada
kelompok yang tidak memenuhi kriteria ini, maka ada 2 pilihan yaitu: 1. melakukan kultur urin, kultur darah, kultur cairan serebro spinalis, diberikan ceftriaxon dan diminta kontrol kembali setelah 24 jam. 2. melakukan kultur urin dan observasi dulu. Pada anak dengan usia kurang dari 28 hari, pendekatan sebaiknya lebih agresif dengan langsung memasukan ke RS untuk mendapatkan terapi antimikrobial secara empirik. Pada kelompok usia 336 bulan, risiko adanya bakteriemia pada anak dengan demam sekitar 3-11%. Bakteriemia tidak terjadi pada kelompok ini bila: leukosit <15.000 dengan suhu >390C, sedang kemungkinan bakteriemia akan 5 kali lipat bila lekosit >15.000. Pada kelompok belakangan ini langsung dilakukan kultur darah dan pemberian ceftriaxon. Pada kelompok anak di atas 36 bulan,
18
pengobatan bisa dilakukan secara etiologik, dengan memperhatikan adanya kegawatan. Pada
akhirnya
apapun
yang
dianjurkan
akan
tetap
menimbulkan perdebatan. Tidak ada satu standar yang harus ditaati untuk dijadikan pegangan. Semua tindakan tetap harus dilakukan berdasarkan pada anamnesis yang tajam dan terarah, dan pemeriksaan fisis yang teliti. Kecenderungan
dokter untuk bertindak, sangat
dipengaruhi oleh pengalaman yang mereka dapat dan keluasan pengetahuan yang dimiliki. Pilihan antara melakukan tes atau tidak, melakukan pemberian antibiotik atau observasi, sangat tergantung pada pendirian dan kepribadian dokter. •
Anak yang tampak toksik harus segera mendapat tindakan yang segera
•
Semakin muda, semakin tinggi ketidak tentuan klinisnya
•
Anak yang tidak tampak toksik dapat menyulitkan, karenanya perlu pengamatan yang sangat ketat
•
Tidak perlu selalu melakukan pemeriksaan penunjang dan bila dilakukan pemeriksaan penunjang, tindakan harus sesuai dengan hasilnya
•
Catat dengan cermat apa yang dilakukan atau tidak dilakukan
•
Tidak ada aturan baku yang harus ditaati
2.7 Komplikasi 1. Dehidrasi, kekurangan cairan tubuh Ubun-ubun cekung, kencingnya sedikit dan jarang (>6 jam), punggung tangan jika dicubit, kulitnya lambat kembali. 2. Kejang Demam Jarang terjadi. Kalaupun terjadi umumnya pada anak usia antara 6 bulan – 3 tahun khususnya pada temperatur rektal >40’C. Kejang demam berlangsung sekejap dan tidak menyebabkan kerusakan otak. 2.8 Pencegahan dan pengobatan
19
Berbagai Penyebab Demam Pada Anak Sebagain besar demam disebabkan oleh infeksi atau penyakit lainnya. Demam itu sendiri sebenarnya berguna untuk membantu tubuh melawan infeksi dengan merangsang sistem kekebalan tubuh (pertahanan alami tubuh terhadap infeksi dan penyakit). Dengan meningkatnya suhu tubuh, maka akan membuat bakteri dan virus menjadi susah untuk bertahan hidup dalam tubuh manusia. Secara garis besar penyakit infeksi penyebab demam pada anak antara lain: a. Infeksi virus - Infeksi virus merupakan penyebab demam terbanyak, virus ini menyebabkan banyak penyakit seperti pilek, batuk, flu, diare, dll, namun terkadang infeksi virus dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius. Untuk demam yang disebabkan oleh infeksi virus seperti flu, obat non-steroid anti-inflamasi – seperti Tylenol (Parasetamol) atau naproxen (Aleve) dapat membantu meringankan beberapa gejala yang tidak nyaman b. Infeksi bakteri - Lebih jarang dibanding infeksi virus tetapi juga dapat menyebabkan demam dan biasanya lebih serius. Untuk demam yang disebabkan oleh infeksi bakteri seperti radang tenggorokan, dokter mungkin menyarankan menggunakan antibiotic. Contoh penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri antara lain: pneumonia, infeksi saluran kencing (ISK), septikemia dan meningitis. Lebih lanjut berikut berbagai penyakit yang menyebabkan demam:
Infeksi Saluran Pernafasan Atas
Infeksi telinga
Roseola infantum (infeksi virus yang menyebabkan demam dan ruam)
Radang amandel
Infeksi Saluran Kencing (ISK)
Cacar air
Batuk rejan
Diare
Demam Tifoid (penyakit tipes) Demam Berdarah
20
Terkadang, demam tinggi pada anak-anak disebabkan oleh penyakit infeksi bakteri yang serius seperti:
Meningitis - infeksi meninges (selaput pelindung yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang)
Septicemia - infeksi darah
Pneumonia - peradangan pada jaringan paru-paru, yang biasanya disebabkan oleh infeksi
Sangat penting untuk diingat bahwa penyebab yang berpotensi serius itu relatif jarang. Suhu anak juga dapat meningkat ketika akan tumbuh gigi, setelah vaksinasi atau imunisasi, atau ketika kurang minum dan kelelahan. Jika anak demam, hal utama yang penting dilakukan untuk mengatasi demam yaitu menjaga agar mereka cukup terhidrasi dengan baik dengan cara memberinya banyak minum. Bahkan ketika anak tidak haus, berilah minum sedikit-sedikit tapi sering. Yang kedua yaitu membuat anak nyaman. Demam bisa membuat anak merasa tidak nyaman sehingga akan rewel. Oleh karena itu, agar anak nyaman dan Untuk membantu menurunkan panas pada anak, maka lakukanlah hal-hal berikut ini:
Beri Pakaian - Jika ruangan hangat atau panas, maka jagalah anak agar tetap sejuk dengan memberinya pakaian tipis, jangan memberi selimut tebal atau pakaian tebal dan rapat. Hal ini bertujuan untuk mencegah panas berlebih (overheating).
Kompres Hangat, Bukan Dingin - Jangan menggunakan kompres dingin pada anak demam. Karena dapat menyebabkan pembuluh darah di bawah kulit menjadi sempit (konstriksi) sehingga akan mengurangi hilangnya panas dan bukannya mengatasi demam, malah panas akan terperangkap di bagian-bagian yang lebih dalam dari tubuh.
Berikan Obat Penurun Panas - Obat-obat seperti parasetamol atau ibuprofen dapat dengan efektif mengatasi demam pada anak (pilih salah satu). Lebih lanjut silahkan baca: Memilih Obat Demam yang Tepat Perlu diingat! obat-obat ini tidak mengobati penyebab demam.
21
Mereka hanya membantu meringankan ketidaknyamanan. Oleh karena itu tidak perlu memberi anak obat jika mereka nyaman dan tidak terganggu oleh demam. Kapan Harus Ke dokter? Hubungi dokter asegera jika anak Anda:
Berusia di bawah tiga bulan demam dengan suhu 38 ° C (101 ° F) atau lebih
Berusia antara 3 - 6 bulan demam dengan suhu 39 ° C (102 ° F) atau lebih
Berusia diatas enam bulan dengan demam disertai tanda-tanda lain seperti sesak, mengantuk, kejang, nyeri otot, atau sakit kepala berat.
Demam telah belangsung selama tiga hari.
Pada usia berapa pun, seorang anak dengan infeksi serius biasanya kondisi semakin memburuk meskipun telah dilakukan upaya untuk menurunkan suhu tubuhnya. Jika menurut Anda anak semakin parah, tanpa mengetahui pasti penyebab demam nya maka sebaiknya langsung periksakan saja ke dokter
22
BAB III TEORI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FEBRIS
1. Pengkajian Berdasarkan tanda dan gejala penyakit kejang demam, maka asuhan keperawatan yang prioritas ditegakkan adalah pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, perencanaan pemulang yaitu : A. Riwayat Keperawatan Kaji gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh, terutama pada malam hari, terjadinya kejang dan penurunan kesadaran. a. Data biografi : nama, alamat, umur, status perkawinan, tanggal MRS, diagnose medis, catatan kedatangan, keluarga yang dapat dihubungi. b. Riwayat kesehatan sekarang Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluhan utama pasien, sehingga dapat ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang dapat muncul. c. Riwayat kesehatan dahulu Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama. d. Riwayat kesehatan keluarga Apakah ada dalam keluarga pasien yang sakit seperti pasien. e. Riwayat psikososial Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas / sedih) Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
23
f. Pola Fungsi kesehatan 1) Pola nutrisi dan metabolisme : Pola nutrisi klien perlu dikaji untuk menentukan terjadinya gangguan nutrisi atau tidak pada klien 2) Pola istirahat dan tidur Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena pasien merasakan demam terutama pada malam hari g. Pemeriksaan Fisik 1) Kesadaran dan keadaan umum pasien Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar-tidak sadar (composmentis-coma) untuk mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien. 2) Tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik kepala-kaki TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan umum pasien / kondisi pasien dan termasuk pemeriksaan dari kepala sampai kaki dengan menggunakan prinsip-prinsip
(inspeksi,
auskultasi,
palpasi,
perkusi),
disamping itu juga penimbangan BB untuk mengetahui adanya penurunan BB karena peningkatan gangguan nutrisi yang terjadi, sehingga dapat dihitung kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan (Wijaya,2013). 2. Diagnosa keperawatan a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses patologis
24
b. Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhann tubuh b.d peningkatan suhu
tubuh
c. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d peningkatan sekresi mucus d. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat (Doengoes, 2007)
3. Perencanaan Perencanaan asuhan keperawatan pada anak dengan kejang demam sederhana adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Rencana Tindakan keperawatan NO 1.
Diagnosa Keperawatan Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses patologis
Tujuan Tupan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 suhu tubuh normal. Tupen: Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam proses patologis teratasi dengan kriteria: TTV stabil Suhu tubuh dalam batas
Perencanaan Intervensi Rasional 1. Pantau suhu 1. Suhu 38,9-41,1 0C pasien (derajat menunjukkan proses dan pola): penyakit infeksius perhatikan akut. menggigil?diafore si. 2. Ajarkan pada 2. Suhu 38,9-41,10C pasien cara dapat menyebabkan mencegah keletihan pada pasien keletihan akibat 3. Suhu ruangan, panas jumlah selimut harus 3. Pantau suhu dirubah untuk lingkungan, mempertahankan batasi/tambahkan suhu mendekati linen tempat tidur normal sesuai indikasi. 4. Dapat membantu mengurangi demam, 4. Berikan kompres penggunaan air hangat: hindari es/alkohol mungkin
25
normal
2
penggunaan kompres alkohol.
menyebabkan kedinginan 5. Digunakan untu kengurangi demam 5. Berikan selimut umumnya lebih besar pendingin dari 39,5-40 0C pada waktu terjadi gangguan pada otak.
6. Digunakan untuk Kolaborasi: mengurangi demam 6. Berikan antipiretik dengan aksi sentral sesuai indikasi. Resiko tinggi Tupan: setelah 1. Ukur/catat 1. Penurunan haluaran kekurangan dilakukan haluaran urin. urin dan berat jenis volume cairan tindakan akan menyebabkan berhubungan perawatan hipovolemia. absorbsi cairan selama 3 x 24 2. Pantau tekanan 2. Pengurangan dalam tidak normal jam kekurangan darah dan denyut sirkulasi volume volume cairan jantung cairan dapat tidak terjadi 3. Dorong dan mengurangi tekanan anjurkan pasien darah/CVP, Tupen: setelah untuk mendapat mekanisme dilakukan intake cairan kompensasi awal tindakan dari takikardia peroral perawatan untuk meningkatkan selama 2 x 24 curah jantung dan jam peningkatan meningkatkan suhu tubuh tekanan darah teratasi, dengan sistemik. kriteria: 3. Cairan yang masuk Tidak ada tanda- 4. Palpasi denyut peroral dapat perifer. tanda dehidrasi membantu Menunjukan kekurangan cairan 5. Kaji membran adanya pada pasien. mukosa kering, keseimbangan 4. Denyut yang lemah, turgor kulit yang cairan seperti mudah hilang dapat tidak elastis output urin menyebabkan adekuat hipovolemia. Turgor kulit baik 5. Hipovolemia/cairan Kolaborasi: Membran ruang ketiga akan 6. Berikan cairan mukosa mulut memperkuat tandaintravena, lembab tanda dehidrasi. misalnya kristaloid dan
26
koloid
7. Pantau nilai laboratorium
3
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat
Tupan: setelah 1. Monitor adanya dilakukan penurunan berat tindakan badan perawatan selama 5 x 24 jam perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan 2. Gunakan tidak terjadi pendekatan konsisten, duduk Tupen: setelah dengan pasien saat dilakukan makan, sediakan tindakan dan buang perawatan makanan tanpa selama 3 x 24 persuasi jam intake dan/komentar. nutrisi adekuat, 3. Berikan makan dengan kriteria: sedikit dan Makan klien makanan kecil habis tambahan, yang BB klien normal tepat. 4. Ajarkan keluarga pasien untuk membuat catatan makanan harian
6. Sejumlah besar cairan mungkin dibutuhkan untuk mengatasi hipovolemia relatif (vasodilasi perifer), menggantikan kehilangan dengan meningkatkan permeabilitas kapiler. 7. Mengevaluasi perubahan didalam hidrasi/viskositas darah. 1. Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang menyebabkan depresi, agitasi dan mempengaruhi fungsi kognitif/pengambila n keputusan. 2. Pasien mendeteksi pentingnya dan dapat beraksi terhadap tekanan, komentar apapun yang dapat terlihat sebagai paksaan memberikan fokus padad makanan. 3. Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat setelah periode puasa. 4. Pola makan dan jenis makanan pasien sangat
27
5. Kolaborasikan dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang di butuhkan pasien
berpengaruh terhadap pemenuhan nutrisi pasien 5. Pemenuhan kalori dan nutrisi yang baik sesuai kebutuhan akan mempercepat proses penyeimbangan antara kebutuhan nutrisi
4. Pelaksanaan Menurut
Iyer
et
al
(1996)
yang
dikutip
oleh
Nursalam
(2008).Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditujukkan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
5. Evaluasi Fase terakhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan dengan melihat perkembangan masalah klien sehingga dapat diketahui tingkatan-tingkatan keberhasilan intervensi. Evaluasi hasil perencanaan keperawatan dari masing-masing diagnosa keperawatan dapat dilihat pada kriteria hasil intervensi keperawatan.
28
BAB IV PATHWAY FEBRIS
Agen infeksius Mediator inflamasi
Dehidrasi
Monosit/makrofag
kebutuhan O2 meningkat
Tubuh kehilangan cairan Difusi membran
Sitokin pirogen
lepas muatan listrik
Mempengaruhi hipothalamus Anterior
penurunan cairan intrasel
Demam Peningkatan evaporasi
meningkatnya
Ph,.berkurang agen infeksius
Metabolik.tubuh anoreksia Mk:
resiko Kelemahan
defisit volume
Mk
intake makanan berkurang
:
hipertermi
cairan mk: absorbsi cairan tdk normal R.ketidak seimbangan cairan
Mk: intoleransi
Mk:
aktivitas
kurang
r.nutrisi dari
kebutuhan Penurunan intake cairan
gangguan rasa nyaman
Mk
:
gangguan
mobilitas fisik Mk: resiko syok hipovelemik
gelisah
tidak bisa tidur
Mk:
stress
hospitalisasi peningkatan sekresi mukus
kurang pengetahuan Mk: gangguan
Mk:Ketidak efektifan nafas
jalan
Mk : ansietas
istirahat tidur
29
BAB V ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS PASIEN DENGAN FEBRIS 1. Data Demografi a) Biodata - Nama - Usia / tanggal lahir - Jenis kelamin - Alamat - Suku / bangsa - Status pernikahan - Agama / keyakinan - Pekerjaan / sumber penghasilan - Diagnosa medik - No. Medical record - Tanggal masuk - Tanggal pengkajian - Terapi medik
: An. S : ( 4 th ) Jember. 15 Maret 2012 : Perempuan : Sukorambi. Rt. 3. Rw. 4 : Jawa : Belum menikah : Islam :: Febris : 20 – 08 - 1989 : 28 November 2016 (Jam. 15.00 WIB) : 29 November 2016 (Jam. 20.00) : - Antipiretik - Cairan infus NS - Antibiotik
b) Penanggung Jawab - Nama : Tn. W - Usia : 30 tahun - Jenis kelamin : Laki - laki - Pekerjaan / sumber penghasilan : Tenaga Pengajar - Hubungan dengan klien : Ayah Klien 2. Keluhan Utama Orang tua klien mengatakan, klien mengalami panas tinggi, dan tidak turun – turun. 3. Riwayat Kesehatan a. Riwayat kesehatan sekarang - Orang tua klien mengatakan klien sudah 3 hari yang lalu mengalami panas. - Panas muncul secara tiba – tiba dan semakin hari panasnya semakin naik. - Setelah dilakukan tindakan baik keperawatan maupun tindakan medis selama 3 kali 24 jam panas klien turun secara berangsur – angsur. - Memberikan kompres air hangat kepada klien Memberikan obat antipiretik kepada klien
30
b.
c.
4.
5. 6. A.
Memberikan obat antibiotik kepada klien - Kondisi klien saat dikaji orang tua klien mengatakan panasnya sudah agak menurun dari pada yang sebelumnya, temperatur klien saat dikaji 38,5 derajat. Riwayat kesehatan lalu - Orang tua klien mengatakan bahwa klien tidak pernah mengalami atau menderita penyakit berat sebelumnya. - Orang tua klien mengatakan klien pernah mendapatkan program imunisasi BCG, DPT, MMR. - Orang tua klien mengatakan klien tidak pernah mengalami kecelakaan sebelumnya. - Orang tua klien mengatakan klien tidak pernah mendapatkan tindakan medis maupun keperawatan sebelumnya. - Orang tua klien mengatakan klien tidak pernah mempunyai riwayat alergi sebelumnya, baik alergi makanan, obat – obatan, zat/ substansi dll. - Orang tua klien mengatakan sebelum dibawah kerumah sakit klien mendapatkan pengobatan bebas ( parasetamol) dirumah. Riwayat Kesehatan Keluarga. - Orang tua klien mengatakan tidak mempunyai penyakit berat sebelumnya akan tetapi nenek klien pernah menderita penyakit asma. - Nenek klien pernah menderita penyakit asma. - Genogram keluarga klien. : Riwayat Psikososial - Orang tua klien mengatakan apabila dirumah klien aktif dalam melakukan tindakan. - Orang tua klien mengatakan jika dirumah klien bermain dengan teman sejawatnya. - Orang tua klien mengatakan apabilah dirumah klien tidak rewel, akan tetapi saat dirumah sakit klien cenderung rewel. - Orang tua klien mengatakan tidak terlalu memfikirkan beban biaya rumah sakit karena orang tua klien memiliki asuransi kesehatan keluarga. - Klien cenderung pendiam dan tidak aktif dalam bermain. Riwayat Spiritual. - Ritual yang biasa dijalankan : Pemeriksaan Fisik Keadaaan umum klien - Tanda – tanda dari distress : klien sering rewel - Penampilan dihubungkan dengan usia : -
31
-
B.
C.
D.
E.
Ekspresi wajah,bicara, mood : wajah klien nampak pucat, bicaranya lemah, kliean tidak terlalu mood dalam melakukan aktivitas. - Berpakaian dan kebersihan umum : kliean mandi 2 hari sekali dan selalu mengati pakaiannya. - Tinggi badan, BB, gaya berjalan : 100 cm, 20 Kg, Gaya berjalan normal seperti anak - anak pada umumnya. Tanda - tandaVital : - Suhu : 38,5 derajat - Nadi : 77 kali/menit - Pernafasan : 29 kali/ menit - Takanan darah : Sistem Pernafasan - Hidung : Inspeksi :kesimetrisan (+), pernafasan cuping hidung (-) adanya secret atau polip (-), passase udara (-). - Leher : Inspeksi dan palpasi : pembesaran kelenjar (-), tumor (-). - Dada : Inspeksi ;bentuk dada ( normal), ukuran ( sama ), gerakan dada ( kiri dan kanan seimbang, retraksi (-), keadaan PX ( normal) Auskultasi :suara nafas ( normal), suara nafas tambahan (-). Palpasi : Clubbing finger (-). Sistem Kardiovaskuler. - Inspeksi : Conjungtiva (anemia), bibir (pucat), pembesaran jantung (-) - Palpasi :Arteri carotis (normal), Tekanan vena jugularis (normal), Ictus cordis/apex (teraba diantara costa 4) - Auskultasi : suara jantung tambahan (-), bising aorta (-), murmur (-), gallop (-), tricuspidalis dan mitral (-). Sistem Pencernaan. - Inspeksi : seklera (-), bibir (kering), Mulut (stomatitis (-), jumlah gigi (22 buah), kemampuan menelan (-), gerakan lidah (-). - Gaster : kembung (-), gerakan peristaltik (-) - Abdomen Inspeksi ; tidak ditemukan luka, bentuk simetris. Palpasi : Tidak ditemukan pembesaran di kuadran I - IV Tidak ditemukan nyeri tekan Perkusi : suara timpani Auskultasi : bising usus (+) - Anus : kondisi (normal).
32
F. Sistem Indra 1) Mata - Kelopak mata (+), bulu mata (+), alis (+), lipatan epikantus dengan ujung atas telinga (+). - Visus (+) - Lapang pandang (+) 2) Hidung - Penciuman (+), perih dihidung (-), trauma (-), mimisan (-). - Secret yang menghalangi penciuman (-). 3) Telinga - Keadaan daun telinga (+), operasi telinga (-) - Kanal auditoris (+) - Membran tympani (+) - Fungsi pendengaran (+). G. Sistem Saraf. 1. Fungsi celebral - Status mental : daya ingat (+), perhatian dan perhitungan (+), bahasa (+). - Kesadaran : GCS 7 - Bicara : expresive dan reseptive (-). 2. Fungsi cranial - Saraf cranial I s/d XII (+) 3. Fungsi motorik - Massa (-) - Tonus dan kekuatan otot (+4) 4. Fungsi sensorik - Suhu : 38,5 derajat - Nyeri : (+) - Getaran posisi dan diskriminasi : (-) 5. Fungsi cerebellum - Koordinasi dan keseimbangan (+) 6. Refleks - Ekstermitas atas : (+4) - Ekstermitas bawah : (+4) - Superficial : (+4) H. Sistem Muskuloskeletal - Kepala : bentuk kepala bundar - Vertebrae : Normal
33
I.
J.
K.
L.
M.
7.
- Pelvis : Normal - Lutut : Normal - Kaki : Normal - Bahu : Simetrsis, normal - Tangan : Normal Sistem Integumen - Rambut : tebal, warna hitam dan halus. - Kulit : warna pucat, temperatur ( 38,5 derajat), kelembaban (-), bulu kulit (halus), tahi lalat ( di bawah bibir sebelah kiri ), ruam (-). - Kuku : warna (putih bening), mudah patah (-), kebersihan (+). Sistem Endokrin - Kelenjar tiroid : pembesaran (-) - Percepatan pertumbuhan : Normal - Gejala keratinisme atau gigantisme : (-) - Ekskresi urin berlebihan (-), polidipsi (-), poliphagi (-) - Suhu tubuh yang tidak seimbang (+), keringat berlebihan (+), leher kaku (-). - Riwayat bekas air seni dikelilingi semut : (-). Sistem Perkemihan - Edema Palpebra (-) - Moon face (-) - Edema Anasarka (-) - Keadaan kandung kemih (+) - Nocturia (-), dysuria (-), kencing batu (-). - Penyakit hubungan seksual (-). Sistem Reproduksi - Keadaan glendpenis : tidak dikaji - Testis : tidak dikaji - Pertumbuhan rambut : tidak dikaji - Pertumbuhan jakun : tidak dikaji - Perubahan suara : tidak dikaji Sistem Imun - Alergi (-) - Imunisasi : BCG, DPT, MMR - Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca : Flu (+) - Riwayat transfusi dan reaksinya : (-) Aktivitas Sehari – hari Nutrisi
34
-
Selera makan : menurun Menu makan dalam 24 jam : BSTIK Frekuensi makanan dalam 24 jam : 2 kali sehari Makanan yang disukai : telur mata sapi Makanan pantangan : sayur wortel - Pembatasan pola makan : (-) - Cara makan : menggunakan sendok dan piring - Ritual sebelum makan : membaca doa sebelum makan Cairan - Jenis minuman yang dikonsumsi dalam 24 jam : air putih dan susu - Frekuensi minum : tidak menentu - Kebutuhan cairan dalam 24 jam : tidak diketahui Eliminasi ( BAB & BAK ) - Tempat pembuangan : toilet - Frekuensi : tidak diketahui Kapan : Teratur : - Konsistensi : padat - Kesulitan dan cara menanganinya : tidak - Obat – obat untuk memperlancar BAK/BAB : Istirahat Tidur - Apakah cepat tertidur : (+) - Jam tidur : siang 3 jam dan malam hari 9 jam (dirumah), siang 2 jam dan malam 5 jam ( di RS ) - Bila tidak dapat tidur apa yang di lakukan : orang tua klien mengendong dan mengajak jalan – jalan - Apakah tidur secara rutin : iya. Personal Hygiene - Mandi : frekuensi ( 2 kali sehari ), alat mandi : gayun, kesulitan (-), mandiri/dibantu : dibantu, cara : seperti biasanya. - Cuci rambut : 3 kali dalam seminggu - Gunting kuku : 1 kali dalam 2 minggu. - Gosok gigi : 2 kali sehari. Aktivitas / mobilitas fisik - Kegiatan sehari – hari : bermain dan belajar - Pengaturan jadwal harian : - Penggunaan alat bantu untuk aktivitas : (-)
35
- Kesulitan pergerakan tubuh : (-) Rekreasi - Bagaimana perasaan anda saat bekerja : tidak dikaji - Berapa banyak waktu luang : tidak dikaji - Apakah puas setelah rekreasi : tidak dikaji - Apakah anda dan keluarga menghabiskan waktu senggang : tidak dikaji - Bagaimana perbedaan hari libur dan hari kerja : tidak dikaji 8. Test Diagnostik Laboratorium - Hemoglobin : 14, 8 Normal L: 13,5 – 18,09 /dl P: 11,5 – 16,09 /dl - Leukosit : 2.800 Normal : 3.300 / 10.300 / cmm - LED : 15 – 22 Normal L: 6 – 15 mm P: 0 – 20 mm - Hitung jenis : 0/0/1/73/26/0 Normal : 1-2/0-1/3-5/54-62 25 – 33/3-7 - Hematokrit : 47,0 Normal L : 40 – 54 % P : 35 – 47 % - Trombosit : 262.000 Normal : 130.000 – 450.000 - Eritrosit : 4.980.000 Normal L : 4,5 – 6,5 juta / cmm P : 3,0 – 6,0 juta / cmm - Widal : O : Post 1/400 ( N. Negative ) H : Post 1/200 ( N. Negative ) PA : Negt / - ( N. Negative ) PB : Post 1/400 ( N. Negative) Ro foto : CT Scan : MRI, USG, EEG, ECG, dll : 9. Terapi Saat Ini.
36
Antipiretik : Parasetamol Antibiotik NS
DATA FOKUS
-
NAMA PASIEN : AN. S NO REKAM MEDIK : 20 – 08 – 1989 RUANG RAWAT : Ruang Anak Di Kamar Anggrek DATA OBJEKTIF DATA SUBJEKTIF Bibir kering Orang tua klien mengatakan klien selama Suhu badan 38,5 derajat 3 hari mengalami panas tinggi. Banyak berkeringat Orang tua klien mengatakan klien sering Pernafasan meninggi rewel. Mengigil Kulit kering Sering menangis Sulit tidur
37
ANALISA DATA NAMA PASIEN : AN. S NO. REKAM MEDIK : 20 – 08 – 1989 RUANG RAWAT : Ruang Anak Di Kamar Anggrek NO DATA MASALAH 1 DS : Orang tua klien mengatakan Hypertermi klien selama 3 hari mengalami panas tinggi DO : - Bibir kering - Suhu badan 38,5 derajat - Mengigil - Kulit kering 2 DS : Orang tua klien mengatakan Resiko kekurangan klien selama 3 hari mengalami volume cairan panas tinggi DO : - Suhu badan : 38,5 derajat - Mengigil - Banyak berkeringat 3 DS : Orang tua klien mengatakan Cemas klien sering rewel. DO : - Klien sering menangis - Sulit tidur
ETIOLOGI Proses infeksi
Intake yang kurang dan deperosis
Hipertermi
DIAGNOSA KEPERAWATAN NAMA PASIEN : AN. S NO. REKAM MEDIK : 20 – 08 – 1989 RUANG RAWAT : Ruang Anak Di Kamar Anggrek NO MASALAH / DIAGNOSA TGL DITEMUKAN TGL TERATASI 1. Hipertermi berhubungan dengan 28 November 2016 1 Desember 2016 proses infeksi
38
2.
3.
Resiko kekurangan volume cairan 28 November 2016 berhungan dengan intake yang kurang dan deperosis Cemas berhubungan dengan 28 November 2016 hipertermi
1 Desember 2016
1 Desember 2016
RENCANA KEPERAWATAN NAMA PASIEN : AN. S NO. REKAM MEDIK : 20 – 08 – 1989 RUANG RAWAT : Ruang Anak Di Kamar Anggrek TGL NDX. DAN TUJUAN DAN DATA KRITERIA PENUNJANG HASIL Setelah 28/11/2016 1 dilakukan DS : Orang tua tindakan klien mengatakan keperawatan klien selama 3 hari selama 3 x 24 klien mengalami panas jam menujukan tinggi temperatur DO : dalan batas - Bibir kering normal dengan - Suhu badan 38,5 kriteria: - Bebas dari derajat kedinginan - Mengigil - Suhu tubuh - Kulit kering stabil 36-37 C -
28/11/2016 2
Setelah
-
RENCANA TINDAKAN - Pantau suhu klien (derajat dan pola) perhatikan menggigil/diaf or - Pantau suhu lingkungan Berikan kompres hangat hindri penggunaan akohol -Berikan miman sesuai kebutuhan - Kolaborasi untuk pemberian antipiretik dan antibiotik
Ukur/catat haluaran urine
RASIONAL
39
-
DS : Orang tua klien mengatakan klien selama 3 hari mengalami panas tinggi DO : Suhu badan : 38,5 derajat Mengigil Banyak berkeringat -
dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam volume cairn adekuat dengan kriteria: tanda vital dalam batas normal nadi perifer teraba kuat haluran urine adekuat tidak ada tandatanda dehidrasi -
-
28/11/2016 3 DS : Orang tua klien mengatakan klien sering rewel. DO : - Klien sering menangis - Sulit tidur
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2 x 24 jam cemas hilang dengan kriteria: klien dapat -
dan berat jenis. Catat ketidak seimbangan masukan dan haluran kumulatif Pantau tekanan darah dan denyut jantung ukur CVP Palpasi denyut perifer Kaji membran mukosa kering, tugor kulit yang kurang baik dan rasa haus Kolaborasi untuk pemberian cairan IV sesuai indikasi Pantau nilai laboratorium, Ht/jumlah sel darah merah, BUN,cre, Elek,LED, GDS
Kaji dan identifikasi serta luruskan informasi yang dimiliki klien mengenai hipertermi Berikan
40
-
-
mengidentifikas i hal-hal yang dapat meningkatkan dan menurunkan suhu tubuh klien mau berpartisipasi dalam setiap tidakan yang dilakukan klien mengungkapkan penurunan cemas yang berhubungan dengan hipertermi, proses penyakit
informasi yang akurat tentang penyebab hipertermi Validasi perasaan klien dan yakinkan klien bahwa kecemasam merupakan respon yang normal Diskusikan rencana tindakan yang dilakukan berhubungan dengan hipertermi dan keadaan penyakit
41
TINDAKAN KEPERAWATAN NAMA PASIEN : AN. S NO. REKAM MEDIK : 20 – 08 – 1989 RUANG RAWAT : Ruang Anak Di Kamar Anggrek TGL KODE JAM TINDAKAN KEPERAWATAN DAN HASIL NDX (WIB) 29/11 1 15.00 -Memantau suhu klien (derajat dan pola) perhatikan menggigil/diaforsis -Memantau suhu lingkungan -Mengajarkan keluarga dan pasien tentang mengatasi keletihan sebab panas -Memberikan kompres hangat hindri -Memberikan minum sesuai kebutuhan -Kolaborasi dengan tenaga medis dalam pemberian antipiretik dan antibiotic
30/11
2
15.00
-Mengukur/mencatat haluaran urine dan berat jenis. -Dorong dan ajrkan pasien untuk mendapatkan intake cairan peroral -Memantau tekanan darah dan denyut jantung ukur CVP -Meraba denyut perifer -Mengkaaji membran mukosa kering, tugor kulit yang kurang baik dan rasa haus -Kolaborasi untuk pemberian cairan IV sesuai indikasi -Memantau nilai laboratorium, Ht/jumlah sel darah merah, BUN,cre, Elek,LED, GDS
3
15.00
1
20.00
-Mengkaji dan mengidentifikasi serta meluruskan informasi yang dimiliki orang tua klien mengenai hipertermi -Dorong dan ajarkan keluarga pasien untuk menemani anak -Memberikan informasi yang akurat tentang penyebab hipertermi -Memvalidasi perasaan klien dan meyakinkan klien kolaborasikan pemberian obat untuk mengurangi kecemasan -Memantau suhu klien (derajat dan pola) perhatikan menggigil/diaforsis -Memantau suhu lingkungan
42
-Mengajarkan keluarga dan pasien tentang mengatasi keletihan sebab panas -Memberikan kompres hangat hindri -Memberikan minum sesuai kebutuhan -Kolaborasi dengan tenaga medis dalam pemberian antipiretik dan antibiotic
2
20.00
3
20.00
1
07.00
1/12
-Mengukur/mencatat haluaran urine dan berat jenis. -Dorong dan ajrkan pasien untuk mendapatkan intake cairan peroral -Memantau tekanan darah dan denyut jantung ukur CVP -Meraba denyut perifer -Mengkaaji membran mukosa kering, tugor kulit yang kurang baik dan rasa haus -Kolaborasi untuk pemberian cairan IV sesuai indikasi -Memantau nilai laboratorium, Ht/jumlah sel darah merah, BUN,cre, Elek,LED, GDS -Mengkaji dan mengidentifikasi serta meluruskan informasi yang dimiliki orang tua klien mengenai hipertermi -Dorong dan ajarkan keluarga pasien untuk menemani anak -Memberikan informasi yang akurat tentang penyebab hipertermi -Memvalidasi perasaan klien dan meyakinkan klien kolaborasikan pemberian obat untuk mengurangi kecemasan -Memantau suhu klien (derajat dan pola) perhatikan menggigil/diaforsis -Memantau suhu lingkungan -Mengajarkan keluarga dan pasien tentang mengatasi keletihan sebab panas -Memberikan kompres hangat hindri -Memberikan minum sesuai kebutuhan -Kolaborasi dengan tenaga medis dalam pemberian antipiretik dan antibiotic
-Mengukur/mencatat haluaran urine dan berat jenis.
43
2
3
07.00
07.00
-Dorong dan ajrkan pasien untuk mendapatkan intake cairan peroral -Memantau tekanan darah dan denyut jantung ukur CVP -Meraba denyut perifer -Mengkaaji membran mukosa kering, tugor kulit yang kurang baik dan rasa haus -Kolaborasi untuk pemberian cairan IV sesuai indikasi -Memantau nilai laboratorium, Ht/jumlah sel darah merah, BUN,cre, Elek,LED, GDS -Mengkaji dan mengidentifikasi serta meluruskan informasi yang dimiliki orang tua klien mengenai hipertermi -Dorong dan ajarkan keluarga pasien untuk menemani anak -Memberikan informasi yang akurat tentang penyebab hipertermi -Memvalidasi perasaan klien dan meyakinkan klien kolaborasikan pemberian obat untuk mengurangi kecemasan
44
CATATAN PERKEMBANGAN NAMA PASIEN : AN. S NO. REKAM MEDIK : 20 – 08 – 1989 RUANG RAWAT : Ruang Anak Di Kamar Anggrek TGL KODE JAM EVALUASI SOAP NDX (WIB) 30/11 1 20.00S : orang tua klien mengatakan bahwa klien panasnya sudah berkurang O : - bibir agak kering
2
3
- T : 38 - Sedikit menggil - Kulit tidak kering A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan Intervensi S : orang tua klien mengatakan bahwa klien panasnya sudah berkurang O : - Suhu badan 38 - Masih berkeringat - Menggil berkurang A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan Intervensi
01/12
1
S : orang tua klien mengatakan bahwa rewel klien sudah berkurang O : - klien menangis tetapi sudah jarang - Klien masih sering terbangun pada waktu tidur A : Masalah Teratasi Sebagian P : Lanjutkan Intervensi 07.00S : orang tua klien mengatakan bahwa kien sudah tidak panas lagi
45
O : - bibir kering (–) 2
3
- Suhu 37 - Tidak mengigil - Kulit normal A : Masalah teratasi P : Hentikan Intervensi
S : orang tua klien mengatakan bahwa kien sudah tidak panas lagi O : - Suhu 37 - Tidak mengigil - Tidak berkeringat A : Masalah teratasi P : Hentikan Intervensi S : orang tua klien mengataka bahwa klien sudah tidak rewel O : - klien tidak pernah menangis - Tidurnya nyenyak A : Masalah teratasi P : Hentikan Intervensi
46
PENUTUP
3.1 Kesimpulan Definisi demam adalah keadaan suhu tubuh di atas suhu normal, yaitu suhu tubuh di atas 38º Celsius. Macam demam meliputi Kontinyu, Remitten, Intermiten, Hektik atau septic, Quotidian Double quotidian, Demam rekuren, Relapsing atau periodik Demam merupakan akibat kenaikan set point (oleh sebab infeksi) atau oleh adanya ketidakseimbangan antara produksi panas dan pengeluarannya. Demam pada infeksi terjadi akibat mikro organisme merangsang makrofag atau PMN membentuk PE. Demam yang tinggi memacu metabolisme yang sangat cepat, jantung dipompa lebih kuat dan cepat, frekuensi napas lebih cepat. Kerusakan jaringan akan terjadi bila suhu tubuh lebih tinggi dari 410C, terutama pada jaringan otak dan otot yang bersifat permanen. Klasifikasi demam diperlukan dalam melakukan pendekatan berbasis masalah Demam dengan localizing signs, Demam tanpa localizing signs, Fever of unknown origin, Demam dengan localization, Demam tanpa localization, Letargi, Toxic appearance, Infeksi bakteri serius, Bakteremia dan septicemia Tata laksana anak dengan demam terdiri dari tatalaksana fisis, dan pengobatan baik simtomatik maupun etiologic; a. Tindakan Umum Penurunan Demam secara Simtomatik, Tatalaksana Demam yang Disebabkan Penyakit Infeksi, Tatalaksana Demam menurut umur Gejala Febris Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung pada fase demam meliputi: Fase 1-3 awal Komplikasi yang di dapat meliputi kejang,dehidrasi dan kekurangan cairan Secara garis besar penyakit infeksi penyebab demam pada anak antara lain: virus dan bakteri
47
DAFTAR PUSTAKA
Huda,amin.Hardhi,kusuma. 2016.asuhan keperawatan praktis. jilid 1,Jogjakarta:Mediaction publishing Huda,amin.Hardhi,kusuma. 2016.asuhan keperawatan praktis. jilid 2,Jogjakarta:Mediaction publishing PPNI,.2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.Jakarta selatan.TimPekja SDKI DPP PPNI Rosalia Oktaviana.2016.DEMAM https://www.academia.edu/31974538/DEMAM (Di Akses pada 26 maret 2019) Honestdocs. 2019. Penyebab Demam Pada Anak dan Cara Mengatasinya. Diambil dari: https://www.honestdocs.id/penyebab-demam-pada-anak-dan-caramengatasinya. Diakses pada tanggal 24 maret 2019 pukul 13.00 WIB Ratih. Dwi. 2017. Penyebab Demam. Diambil dari: https://www.dream.co.id/fresh/apa-beda-demam-dari-virus-bakteri180118d.html. Diakses pada tanggal 21 maret 2019 pukul 14.05 WIB Samiadi. Lika Aprilia. 2016. Pengertian Demam. Diambil dari: https://hellosehat.com/penyakit/demam/. Diakses pada tanggal 21 maret 2019 pukul 14.02 WIB