Askep Bumil Hivaids.docx

  • Uploaded by: Meira Utami
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Bumil Hivaids.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,071
  • Pages: 43
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Adapun judul dari makalah yang akan dibahas adalah “Konsep dan Asuhan Keperawatan Gangguan Reproduksi: HIV/AIDS”. Penulis sangat berharap semoga dengan adanya makalah ini penulis dapat memberikan sedikit gambaran dan memperluas wawasan ilmu yang penulis miliki. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya makalah ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, terutama kepada yang terhormat : 1. Dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Maternitas yang telah membimbing kami dalam penulisan makalah ini. 2. Semua teman – teman yang telah membantu menyelesaikan makalah ini yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. 3. Serta kepada lain – lain seperti perpustakaan dan media internet yang membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Akhirnya kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan dari semua pihak demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Denpasar, 25 Maret 2019

Penulis

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii DAFTAR ISI .................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1 1.1 Latar Belakang...............................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................2 1.3 Tujuan ............................................................................................................2 1.4 Manfaat………………………………………..…………………………… 2 BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................3 2.1 Konsep Dasar Gangguan Reproduksi HIV/AIDS .........................................3 2.2 Asuhan Keperawatan Ganguuan Reproduksi HIV/AIDS ...........................11 BAB III KASUS FIKTIF ...............................................................................20 BAB IV PENUTUP...........................................................................................40 3.1. Simpulan .....................................................................................................40 3.2. Saran ...........................................................................................................40 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................41

iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian serius. AIDS dinyatakan sebagai penyakit mematikan karena memiliki Case Fatality Rate (CFR) 100% dalam 5 tahun artinya dalam kurun waktu 5 tahun setelah penderita dinyatakan menderita AIDS rata rata akan meninggal dunia. World Health Organization menyebutkan bahwa pada tahun 2015 terdapat 2,1 juta orang terinfeksi HIV baru dan 1,1 juta orang meninggal akibat AIDS diseluruh dunia. Kasus HIV/AIDS di Asia Pasifik pada tahun 2015 terdapat 300.000 orang terinfeksi HIV baru dan 180.000 orang meninggal akibat AIDS.(1, 2) Penderita HIV/AIDS di Indonesia juga meningkat setiap tahunnya. Penemuan kasus baru HIV dan AIDS pada tahun 2013 sebanyak 29.037 kasus HIV baru dan 11.493 kasus AIDS. Pada tahun 2014 meningkat menjadi 32.711 kasus HIV baru dan 7.875 kasus AIDS. Pada tahun 2015 mengalami penurunan penemuan kasus baru yaitu 30.935 kasus baru HIV dan 6.081 kasus AIDS. Prevalensi nasional HIV/AIDS pada tahun 2015 adalah 32,95% (3) Kasus HIV/AIDS di Sumatera Barat pada tahun 2014 adalah 1.515 kasus HIV dan 1.192 kasus AIDS dengan prevalensi kasus AIDS per 100.000 penduduk yaitu 24,59% (4). Penderita HIV/AIDS tersebar di seluruh Kabupaten/Kota yang ada di Sumatera Barat. Agam merupakan Kab/Kota ketiga dengan jumlah kumulatif kasus AIDS terbanyak di Provinsi Sumatera Barat sampai dengan 2016 yaitu 77 orang, setelah Padang dan Bukittinggi.(5) Kasus HIV/AIDS terjadi hampir pada semua golongan umur. Penderita kasus baru AIDS terbanyak di Indonesia ada pada golongan umur 20-29 tahun yaitu 31,8%. Masa inkubasi dari seseorang terinfeksi HIV sampai menjadi AIDS adalah 5-10 tahun. Diperkiran kebanyakan penderita HIV terinfeksi pada usia 15-19 tahun atau usia remaja. (6) Berdasarkan data Ditjen P2P diketahui bahwa dari tahun 1987 sampai maret 2016 jumlah siswa atau mahasiswa yang menderita AIDS sebanyak 1.778 orang(5). Remaja merupakan kelompok usia yang cukup besar di dunia. Berdasarkan data WHO remaja usia 10-19 tahun di dunia berjumlah 1,2 milyar atau 18% dari jumlah penduduk dunia. Di Indonesia, pada tahun 2010 populasi remaja sebanyak 43,5 juta 1

atau sekitar 18% dari jumlah penduduk Indonesia. Hampir seperlima penduduk dunia maupun Indonesia adalah remaja(7). 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1

Bagaimana konsep dasar gangguan reprosuksi HIV/AIDS?

1.2.2

Bagaimana asuhan keperawatan gangguan reproduksi HIV/AIDS ?

1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui konsep dasar gangguan reproduksi HIV/AIDS pada dan untuk mengetahui Asuhan Keperawatan gangguan reproduksi HIV/AIDS. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan HIV/AIDS 2. Untuk mengetahui bagaimana etiologi pada HIV/AIDS 3. Untuk mengetahui bagaimana tanda dan gejala HIV/AIDS 4. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis pada HIV/AIDS 5. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi HIV/AIDS 6. Untuk mengetahui penatalaksanaan HIV/AIDS 7. Untuk mengetahui pencegahan HIV/AIDS 8. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada gangguan reproduksi HIV/AIDS 1.4 Manfaat Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu: 1. Manfaat praktis Makalah ini secara praktis diharapkan dapat meyumbangkan pemikiran terhadap pemecahan masalah yang berkaitan dengan konsep dasar dan asuhan keperawatan HIV/AIDS . 2. Manfaat Teoretis Secara teoretis diharapkan mahasiswa dapat memperluas wawasan ilmu pengetahuannya mengenai konsep dasar HIV/AIDS dan asuhan keperawatan HIV/AIDS.

2

BAB II PEMBAHASAN 2.1 KONSEP DASAR PENYAKIT A. Definisi AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV. Dalam bahasa Indonesia sebagai Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan. Acquired : Didapat, bukan penyakit keturunan. Immune : Sistem kekebalan tubuh. Deficiency : Kekurangan. Syndrome : Kumpulan gejala-gejala penyakit. AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). (Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare). AIDS adalah suatu penyakit retrovirus epidemik menular, yang disebabkan oleh infeksi HIV, yang pada kasus berat bermanifestasi sebagai depresi berat imunitas seluler, dan mengenai kelompok risiko tertentu, termasuk pria homoseksual atau biseksual, penyalahgunaan obat intravena, penderita hemofilia, dan penerima transfusi darah lainnya, hubungan seksual dari individu yang terinfeksi virus tersebut. (Kamus kedokteran Dorlan, 2002) AIDS merupakan bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi. (Menurut Center for Disease Control and Prevention). B. Etiologi Penularan virus HIV/AIDS terjadi karena beberapa hal, di antaranya ; 1. Penularan melalui darah, penularan melalui hubungan seks (pelecehan seksual). 2. Hubungan seksual yang berganti-ganti pasangan. 3. Perempuan yang menggunakan obat bius injeksi dan bergantian memakai alat suntik. 4. Individu yang terpajan ke semen atau cairan vagina sewaktu berhubungan kelamin dengan orang yang terinfeksi HIV.

3

5. Orang yang melakukuan transfusi darah dengan orang yang terinfeksi HIV, berarti setiap orang yang terpajan darah yang tercemar melalui transfusi atau jarum suntik yang terkontaminasi. (WHO, 2003) C. Tanda atau gejala 1. Tahap Pertama Orang yang terinfeksi virus HIV akan menderita sakit mirip seperti flu. Setelah ini, HIV tidak menimbulkan gejala apa pun selama beberapa tahun. Gejala seperti flu ini akan muncul beberapa minggu setelah terinfeksi. Masa waktu inilah yang sering disebut sebagai serokonversi a. Tenggorokan sakit b. Demam c. Muncul ruam di tubuh, biasanya tidak gatal d. Pembengkakan noda limfa e. Penurunan berat badan f. Diare g. Kelelahan h. Nyeri persendian i. Nyeri otot Gejala-gejala di atas bisa bertahan selama satu hingga dua bulan, atau bahkan lebih lama. Ini adalah pertanda sistem kekebalan tubuh sedang melawan virus. 2. Tahap Kedua Setelah gejala awal menghilang, biasanya HIV tidak menimbulkan gejala lebih lanjut selama bertahun-tahun. Periode ini disebut sebagai masa inkubasi, atau masa laten. Virus yang ada terus menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh. Pada tahapan ini, Anda akan merasa sehat dan tidak ada masalah. Kita mungkin tidak menyadari sudah mengidap HIV, tapi kita sudah bisa menularkan infeksi ini pada orang lain. Lama tahapan ini bisa berjalan sekitar 10 tahun atau bahkan bisa lebih. 3. Tahap Ketiga atau Tahap Terakhir Infeksi HIV Jika tidak ditangani, HIV akan melemahkan kemampuan tubuh dalam melawan infeksi. Dengan kondisi ini, Anda akan lebih mudah terserang penyakit serius. Tahap akhir ini lebih dikenal sebagai AIDS (Acquired Immune

4

Deficiency Syndrome). Berikut ini adalah gejala yang muncul pada infeksi HIV tahap terakhir: a. Noda limfa atau kelenjar getah bening membengkak pada bagian leher dan pangkal paha b. Demam yang berlangsung lebih dari 10 hari c. Merasa kelelahan hampir setiap saat d. Berkeringat pada malam hari e. Berat badan turun tanpa diketahui penyebabnya f. Bintik-bintik ungu yang tidak hilang pada kulit g. Sesak napas h. Diare yang parah dan berkelanjutan i. Infeksi jamur pada mulut, tenggorokan, atau vagina j. Mudah memar atau berdarah tanpa sebab. D. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis yang tampak dibagi menjadi 2, yaitu: 1. Manifestasi Klinis Mayor a. Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan b. Diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus-menerus c. Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam 3 tiga bulan 2. Manifestasi Klinis Minor a. Batuk kronis b. Infeksi pada mulut dan jamur disebabkan karena jamur Candida Albicans c. Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh tubuh d. Munculnya Herpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal di seluruh tubuh

5

E. Pathway Replikasi dan perkembangan HIV dalam cairan tubuh HIV menginfeksi sel – sel T Helper + CD4 yang lain Kerusakan sel T Helper + CD4 dalam jumlah yang besar Kegagalan stimulasi sel B

Produksi antibody menurun

Penurunan Imunitas tubuh

Infeksi oral (Candida albicans)

Defisit nutrisi

Respiratori

Pneumonia (Pneumocystis carinii)

Penumpukan sekret

Obstruksi jalan napas

Bersihan jalan napas tidak efektif

6

TB

F. Patofisiologi HIV masuk ke dalam darah mendekati sel T-helper dengan melekatkan dirinya pada protein CD4. Sekali ada di dalam, materi viral (jumlah virus dalam tubuh penderita) turunan yang disebut RNA (ribonucleic acid) berubah menjadi viral DNA (deoxyribonucleic acid) dengan suatu enzim yang disebut reverse transcriptase. Viral DNA tersebut menjadi bagian dari DNA manusia, yang mana, daripada menghasilkan lebih banyak sel jenisnya, benda tersebut mulai menghasilkan virus – virus yang baru. Virus – virus baru tersebut keluar dari sel tubuh dan bergerak bebas dalam aliran darah, dan berhasil menulari lebih banyak sel. Ini adalah sebuah proses tubuh menjadi mudah diserang oleh infeksi dan penyakit – penyakit yang lain. Dibutuhkan waktu untuk menularkan virus sersebut dari orang ke orang lain. Respons tubuh secara ilmiah terhadap suatu infeksi adalah untuk melawan sel –sel yang terinfeksi dan menggantikan sel – sel yang telah hilang. Respons tersebut mendorong virus untuk menghasilkan kembali dirinya. Jumlah normal dari sel- sel CD4+T pada seseorang yang sehat adalah 800 – 1200 sel/ml kubik darah. Ketika seseorang mengidap HIV yang sel – sel CD4+T nya terhitung dibawah 200, dan orang tersebut semakin mudah diserang oleh infeksi – infeksi oportunistik. Infeksi – infeksi oportunistik adalh infeksi timbul ketika sistem kekebalan tubuh tertekan. Pada seseorang dengan sistem kekebalan tubuh yang sehat, infeksi tersebut tidak biasanya mengancam hidup tetapi bagi seseorang yang mengidap HIV tersebut dapat berakibat fatal. (Purwaningsih, wahyu. 2010) Penularan melalui : 1. Antepartum / in utero 2. Inpartum 3. Postpartum / melalui ASI 4. Cara Penularan HIV / AIDS dari ibu ke anak. Penularan HIV dari ibu ke anak terjadi karena wanita yang menderita HIV / AIDS sebagian besar masih berusia subur, sehingga terdapat resiko penularan infeksi yang terjadi pada saat kehamilan (Richard, et al., 1997). 5. Selain itu juga karena terinfeksi dari suami atau pasangan yang sudah terinfeksi HIV / AIDS karena sering berganti-ganti pasangan dan gaya hidup. Penularan ini dapat terjadi dalam 3 periode:

7

a. Periode kehamilan Selama kehamilan, kemungkinan bayi tertular HIV sangat kecil. Hal ini disebabkan karena terdapatnya plasenta yang tidak dapat ditembus oleh virus itu sendiri. Oksigen, makanan, antibodi dan obat-obatan memang dapat menembus plasenta, tetapi tidak oleh HIV. Plasenta justru melindungi janin dari infeksi HIV. Perlindungan menjadi tidak efektif apabila ibu: 1) Mengalami infeksi viral, bakterial, dan parasit (terutama malaria) pada plasenta selama kehamilan. 2) Terinfeksi HIV selama kehamilan, membuat meningkatnya muatan virus pada saat itu. 3) Mempunyai daya tahan tubuh yang menurun. 4) Mengalami malnutrisi selama kehamilan yang secara tidak langsung berkontribusi untuk terjadinya penularan dari ibu ke anak. b. Periode persalinan Pada periode ini, resiko terjadinya penularan HIV lebih besar jika dibandingkan periode kehamilan. Penularan terjadi melalui transfusi fetomaternal atau kontak antara kulit atau membran mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan. Semakin lama proses persalinan, maka semakin besar pula resiko penularan terjadi. Oleh karena itu, lamanya persalinan

dapat

dipersingkat

dengan

section

caesaria.Faktor

yang

mempengaruhi tingginya risiko penularan dari ibu ke anak selama proses persalinan adalah: Lama robeknya membran. 1) Chorioamnionitis akut (disebabkan tidak diterapinya IMS atau infeksi lainnya). 2) Teknik invasif saat melahirkan yang meningkatkan kontak bayi dengan darah ibu misalnya, episiotomy. 3) Anak pertama dalam kelahiran kembar. c. Periode Post Partum Cara penularan yang dimaksud disini yaitu penularan melalui ASI. Berdasarkan data penelitian De Cock, dkk (2000), diketahui bahwa ibu yang menyusui bayinya mempunyai resiko menularkan HIV sebesar 10- 15% dibandingkan ibu yang tidak menyusui bayinya. Risiko penularan melalui ASI tergantung dari:

8

1) Pola pemberian ASI, bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif akan kurang berisiko dibanding dengan pemberian campuran. 2) Patologi payudara: mastitis, robekan puting susu, perdarahan putting susu dan infeksi payudara lainnya. 3) Lamanya pemberian ASI, makin lama makin besar kemungkinan infeksi. 4) Status gizi ibu yang buruk G. Penatalaksanaan Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi yang dilakukan adalah pencegahan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Tapi, apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) maka terapinya yaitu : 1. Pengendalian infeksi oportunistik Bertujuan

menghilangkan,

mengendalikan

dan

pemulihan

infeksi

opurtuniti,nosokomial atau sepsis, tindakan ini harus di pertahankan bagi pasien di lingkungan perawatan yang kritis.Terapi AZT (Azidotimidin)Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan menghambat enzim pembalik transcriptase. 2. Terapi antiviral baru Untuk meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasi virus atau memutuskan rantai reproduksi virus pada proses nya.Obat- obat ini adalah : didanosina, ribavirin, diedoxycytidine, recombinant CD4 dapat larut. a. Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah interveron. b. Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat replikasi HIV. 3. Rehabilitasi Rehabilitasi bertujuan untuk memberi dukungan mental-psikologis, membantu mengubah perilaku risiko tinggi menjadi perilaku kurang berisiko atau tidak berisiko, mengingatkan cara hidup sehat dan mempertahankan kondisi tubuh sehat. 4. Pendidikan Untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan yang sehat, hindari stres, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi imun. Edukasi ini juga bertujuan untuk mendidik keluarga pasien bagaimana menghadapi kenyataan ketika anak mengidap AIDS dan kemungkinan isolasi dari masyarakat. 9

H. Pencegahan Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui tiga cara, dan bisa dilakukan mulai saat masa kehamilan, saat persalinan, dan setelah persalinan. Cara tersebut yaitu: 1. Penggunaan obat Antiretroviral selama kehamilan, saat persalinan dan untuk bayi yang baru dilahirkan. Pemberian antiretroviral bertujuan agar viral load menjadi lebih rendah sehingga jumlah virus yang ada dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk menularkan HIV. Resiko penularan akan sangat rendah (1-2%) apabila terapi ARV ini dipakai. Namun jika ibu tidak memakai ARV sebelum dia mulai sakit melahirkan, ada dua cara yang dapat mengurangi separuh penularan ini. AZT dan 3TC dipakai selama waktu persalinan, dan untuk ibu dan bayi selama satu minggu setelah lahir. Satu tablet nevirapine pada waktu mulai sakit melahirkan, kemudian satu tablet lagi diberi pada bayi 2–3 hari setelah lahir. Menggabungkan nevirapine dan AZT selama persalinan mengurangi penularan menjadi hanya 2 persen. Namun, resistensi terhadap nevirapine dapat muncul pada hingga 20 persen perempuan yang memakai satu tablet waktu hamil. Hal ini mengurangi keberhasilan ART yang dipakai kemudian oleh ibu. Resistensi ini juga dapat disebarkan pada bayi waktu menyusui. Walaupun begitu, terapi jangka pendek ini lebih terjangkau di negara berkembang. 2. Penanganan obstetrik selama persalinan Persalinan sebaiknya dipilih dengan menggunakan metode Sectio caesaria karena metode ini terbukti mengurangi resiko penularan HIV dari ibu ke bayi sampai 80%. Apabila pembedahan ini disertai dengan penggunaan terapi antiretroviral, maka resiko dapat diturunkan sampai 87%. Walaupun demikian, pembedahan ini juga mempunyai resiko karena kondisi imunitas ibu yang rendah yang bisa memperlambat penyembuhan luka. Oleh karena itu, persalinan per vagina atau sectio caesaria harus dipertimbangkan sesuai kondisi gizi, keuangan, dan faktor lain. 3. Penatalaksanaan selama menyusui Pemberian susu formula sebagai pengganti ASI sangat dianjurkan untuk bayi dengan ibu yang positif HIV. Karena sesuai dengan hasil penelitian, didapatkan bahwa ± 14 % bayi terinfeksi HIV melalui ASI yang terinfeksi. 10

2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL PASIEN HIV/AIDS A. Pengkajian 1. Biodata Pasien Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku dana kebangsaan, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor regester, tanggal Masuk Rumah Sakit , diagnosa medis. 2. Riwayat Kesehatan a. Riwayat Kesehatan Dahulu Pasien memiliki riwayat melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang positif mengidap HIV/AIDS, pasangan seksual multiple, aktivitas seksual yang tidak terlindung, seks anal, homoseksual,penggunaan kondom yang tidak konsisten, menggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatkankerentanan terhadap virus pada wanita yang terpajan karena peningkatan kekeringan/friabilitas vagina), pemakai obat-obatan IV dengan jarum suntik yang bergantian, riwayat menjalani transfusidarah berulang, dan mengidap penyakit defesiensi imun. b. Riwayat Kesehatan Sekarang Pasien mengatakan mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, sulit tidur,merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa bersalah, kehilangan kontrol diri, depresi, nyeripanggul, rasa terbakar saat

miksi, diare

intermitten,

terus-menerus

yang

disertai/tanpa

kramabdominal, tidak nafsu makan, mual/muntah, rasa sakit/tidak nyaman pada bagian oral, nyeriretrosternal saat menelan, pusing, sakit kepala, tidak mampu mengingat sesuatu, konsentrasimenurun, tidak merasakan perubahan posisi/getaran, kekuatan otot menurun, ketajaman penglihatanmenurun, kesemutan pada ekstremitas, nyeri, sakit, dan rasa terbakar pada kaki, nyeri dada pleuritis,nafas pendek, sering batuk berulang, sering demam berulang, berkeringat malam, takutmengungkapkan pada orang lain dan takut ditolak lingkungan,

merasa

kesepian/isolasi,

sakit untuk melakukan hubungan seksual.

11

menurunnyalibido

dan

terlalu

c. Riwayat Kesehatan Keluarga Riwayat HIV/AIDS pada keluarga, kehamilan keluarga dengan HIV/AIDS, keluarga pengguna obat-obatan terlarang. 3. Pengkajian Fisik a. Aktivitas dan istirahat :Massa

otot

menurun,

terjadi

respon

fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan pada tekanandarah, frekuensi denyut jantung, dan pernafasan. b. Sirkulasi :Takikardi, perubahan tekanan darah postural, penurunan volume nadi perifer, pucat/sianosis, kapillaryrefill time meningkat. c. Integritas ego :Perilaku

menarik

diri,

mengingkari,

depresi,

ekspresi

takut, perilaku marah, postur tubuh mengelak,menangis, kontak mata kurang, gagal menepati janji atau banyak janji. d. Eliminasi : Diare intermitten, terus menerus dengan/tanpa nyeri tekan abdom en, lesi/abses rektal/perianal,feses encer dan/tanpa disertai mukus atau darah, diare pekat, perubahan jumlah, warna, dankarakteristik urine. e. Makanan/cairan : Adanya bising usus hiperaktif; penurunan berat badan: parawakan kurus, menurunnya lemaksubkutan/massa otot; turgor kulit buruk; lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih dan perubahanwarna; kurangnya kebersihan gigi. f. Higiene : Penampilan tidak rapi, kekurangan dalam aktivitas perawatan diri. g. Neurosensori : Perubahan status mental dengan rentang antara kacau mental sampai dimensia, lupa, konsentrasiburuk, kesadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor/respon melambat.Ide paranoid, ansietas berkembang bebas, harapan yang tidak realistis.Timbul refleks tidak normal, menurunnya kekuatan otot, gaya berjalan ataksia.Tremor pada motorik kasar/halus, menurunnya motorik fokalis, hemiparase, kejangHemoragi retina dan eksudat (renitis CMV). h. Nyeri/kenyamanan :Pembengkakan sendi, nyeri tekan, penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan/pincang, gerakotot melindungi yang sakit. i. Pernapasan :Takipnea, distress pernafasan, perubahan bunyi nafas/bunyi nafas adventisius, batuk (mulai sedangsampai parah) produktif/nonproduktif, sputum kuning (pada pneumonia yang menghasilkan sputum). j. Keamanan :Perubahan integritas kulit : terpotong, ruam, mis. Ekzema, eksantem, psoriasis, perubahan warna,ukuran/warna mola, mudah terjadi 12

memar yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.Rektum luka, luka-luka perianal atau abses.Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada dua/lebih area tubuh (leher, ketiak, paha)Penurunan kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan.k. k. Seksualitas : Herpes, kutil atau rabas pada kulit genitalial. l. Interaksi sosialPerubahan pada interaksi keluarga/orang terdekat, aktivitas yang tak terorganisasi, perobahanpenyusunan tujuan. B. Diagnosa 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan benda asing dalam jalan nafas : secret 2. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis : Keengganan untuk makan C. Intervensi Diagnosa

Tujuan dan Kriteria

Intervensi

(SDKI)

Hasil (NOC)

(SIKI)

Bersihan jalan Setelah

Rasional

dilakukan 1) Latihan batuk efektif

nafas

asuhan

tidak efektif

selama … x …. jam a. Identifikasi kemampuan

berhubungan

diharapkan

dengan benda jalan asing

keperawatan Observasi

bersihan

napas

dalam kembali

jalan nafas

batuk

a. Dengan mengidentifikasi

pasien

kemampuan batuk

efektif

pasien

dapat

dengan kriteria hasil :

mengetahui adanya

 Menunjukan

jalan

gejala

paten

atau kelainan jalan

napas

yang

(irama

napas.

napas, b. Monitor adanya retensi

frekuensi

gangguan

sputum.

pernapasan tidak ada

b. Untuk mengetahui apakah

pasien

deviasi dari kisaran

mengalami

normal

kesulitan

:

16-29

mengeluarkan

x/menit)  Status

ntuk

sputum.

pernapasan c. Monitor

(frekuensi pernapasan,

tanda

dan

gejala infeksi saluran

irama

13

c. Untuk

mengenali

tanda dan gejala

pernapasan,

nafas.

pada klien

kedalaman respirasi)

mengalami

kembali normal dan

gangguan

tidak

napas.

adanya

penggunaan

yang

jalan

otot Terapeutik

bantu.

a. Atur posisi semi-fowler a. Posisi yang tepat

 Pasien

atau fowler.

tidak

dan

nyaman

menunjukan adanya

mampu

kecemasan

(tidak

meningkatkan

istirahat,

kesejahteraan

dapat perasaan

fungsi

gelisah,

dan psikologis.

dan distres)  Tanda – tanda vital b. Buang pasien

kembali

dalam

rentang

normal

fisiologis

(suhu

sekret

pada b. Membuang sekret

tempat sputum.

pada

tempat

sputum

dapat

memudahkan

=

36,6-37,2 0C, Nadi =

dalam melakukan

70-80 x/menit, TD =

pemeriksaan

110-120/60-70

sputum.

mmHg, RR= 16-20 Edukasi x/menit).

a. Jelaskan

tujuan

dan a. Menjelaskan

prosedur batuk efektif.

tujuan

dan

prosedur

batuk

efektif diharapkan klien mampu batuk dengan efektif dan mengetahui tujuannya. b. Ajurkan

napas b. Mengurangi

dalam melalui hidung

tekanan, ketakutan,

selama 4 detik, ditahan

firasat

selama

ketidaknyamanan

kemudian

14

tarik

2

detik, keluarkan

terkait

maupun

dengan

dari mulut dengan bibir

sumber – sumber

mencucu

bahaya yang tidak

(dibulatkan)

selama 8 detik. c. Anjurkan tarik

teridentifikasi.

mengulangi c. Tarik napas dalam

napas

dalam

hingga tiga kali.

efektif

dilakukan

sebanyak tiga kali untuk memberikan efek yang nyaman dan tenang pada klien.

2)Manajemen jalan napas Observasi a. Monior (frekunsi,

pola

napas a. Untuk mengetahui

kedalaman,

usaha napas)

adanya

gangguan

pada pola napas klien.

b. Monitor bunyi napas b. Untuk mengetahui tambahan

(mis.

adanya

bunyi

Gurgling,

mengi,

tambahan

wheezing,

ronkhi

jalan napas klien.

pada

kering). Terapeutik a. Berikan minum hangat

a. Minum air hangat mampu memudahkan dalam pengeluaran sekret terdapat

yang dalam

jalan napas klien. b. Berikan oksigen, jika perlu.

b. Memberikan terapi oksigen

mampu

membantu meningkatkan

15

kerja paru – paru untuk

memenuhi

kebutuhan oksigen dalam butuh. Edukasi a. Ajarkan teknik batuk efektif.

a. Batuk

efektif

mampu membantu klien

dalam

megeluarkan sekret yang

terdapat

dalam

saluran

pernapasan dengan mudah dan efektif. Kolaborasi a. Kolaborasi pemberian a. Pemberian bronkodilator

Defisit nutrisi Setelah berhubungan

asuhan

diberikan

klien

membantu

ekspektoran, mukolitik,

klien

dalam

jika pelru.

pengeluaran sekret. nutrisi

Observasi

tidak

menunjukan

dapat

klien

dengan faktor selama … x…. jam psikologis.

,

1. Manajemen

keperawatan

obat

a. Observasi

nutrisi klien dengan

mengobservasi

nutrisi dengan kriteria

menanyakan

status nutrisi klien

hasil :

konsumsi

 Status

defisit

status a. Dengan

nutrisi

harian klien.

:

makanan

untuk

status gizi secara

asupan

kalori,

tidak

protein,

lemak,

dengan

langsung melihat

dll

jumlah dan jenis

memenuhi

zat dan gizi yang

karbohidrat untu

penentuan

dikonsumsi klien.

kebutuhan metabolik

tubuh b. Identifikasi alergi dan b. Untuk mengetahui

sepenuhnya

16

adekuat.

intoleransi

makanan

klien.  Asupan nutrisi : makanan

riwayat alergi klien tehadap makanan.

c. Identifikasi makanan c. Dengan yang disukai klien.

dan

mengetahui

cairan sepenuhnya

makanan

yang

adekuat.

disukai

klien

sehingga

dapat

 Berat

badan

:

massa tubuh klien

memberikan

tidak ada deviasi

alternatif

untuk

dari

memberkan

klien

makanan

yang

kisaran

normal.

disukai

sehingga

klien

memiliki

nafsu makan. Terapeutik a. Sajikan

makanan a. Nafsu

makan

secara menarik dan

dipengaruhi

oleh

suhu yang sesuai.

panca indra yaitu mata

yang

mengirimkan sinyal

ke

otak

terlebih

dauhulu

sebelum

indra

pengecap merasakan makanan. b. Sajikan yang untuk

makanan b. Makanan tinggi

serat

pencegahan

konstipasi.

yang

banyak mengandun

serat

bersumber

dari

makanan

nabati

yang tidak dapat

17

diserap

maupun

dicerna

tubuh

sehingga di usus, serat

dapat

mengikat air dan melancarkan pencernaan. Edukasi a. Ajarkan yang

diet

yang

diprogramkan

pada klien.

a. Mengedukasi klien agar

mengetahui

diet

yang

dijalankan

untuk

menghindari klien makan

makanan

yang tidak tepat dengan klien.

Kolaborasi a. Kolaborasi ahli

dengan

gizi

untuk

menentukan

jumlah

kalori

kondisi

dan

nutrien

a. Gizi

seimbang

sesuai diet mampu meningkatkan

jenis

status

yang

klien.

kesehatan

dibutuhkan jika perlu. 2. Manajemen gangguan makan. Observasi a. Monitor asupan dan a. Memonitor asupan keluarnya dan

makanan

cairan

serta

kebutuhan kalori

makanan

klien

untuk mengetahui apakah

klien

mampu

maknan

dan minum secara tepat. Terapeutik a.

18

Diskusikan

perilaku

a. Untuk mengetahui

makan

dan

aktivitas (termasuk yang sesuai.

jumlah fisik olahraga)

perilaku

makan

pasien mulai dari frekuensi

makan,

pola

makan,

kesukaan makanan,

dan

pemilihan makan.

19

BAB III KASUS FIKTIF

ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL PADA PASIEN Ny. M DENGAN HIV/AIDS DI RUANG KEMUNING – BRSUD TABANAN PADA TANGGAL 25 APRIL 2018

I. PENGKAJIAN A. Identitas 1. Pasien Nama

: Ny. M

Usia

: 27 tahun

Suku/bangsa

: Bali/ Indonesia

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Alamat

: Jln. Karya Bakti

2. Penanggung Jawab Nama

: Imam Soedrajat (Suami)

Usia

: 30 tahun

Suku/Bangsa

: Bali/Indonesia

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Pengusaha

Alamat

: Jln. Karya Bakti

20

B. Genogram

Keterangan : = Laki-laki = Perempuan

= Kawin = Hubungan dengan keluarga = Tinggal satu rumah = Pasien yang diidentifikasi = Laki – laki meninggal

= Perempuan meningal

= Pasien

C. Alasan dirawat 1. Keluhan utama Pasien mengatakan tidak ada nafsu makan 2. Riwayat penyakit Pasien mengatakan sering menggigil, nafsu makan berkurang dan demam sebulan lebih disertai batuk. Serta klien sering diare sejak tiga bulan yang lalu. Klien dibawa ke rumah sakit oleh suami karena istrinya enggan untuk makan. Lalu suaminya mengantar pasien ke UGD dan diperikSa oleh dokter serta melakukan 21

cek lab karena klien sudah dicurigai oleh dokter. Setelah hasil lab keluar klien di diagnosa terkena HIV/AIDS dan selanjutnya diasarankan oleh dokter untuk dirawat di rumah sakit karena kondisi pasien lemas maka perlu menerima pengobatan dan pemeriksaan lebih lanjut. 3. Riwayat Kesehatan Keluarga Pasien mengatakan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti DM, hipertensi dan lain sebagainya. 4. Riwayat perkawinan Klien mengatakan kawin sejak usia 23 tahun dan sudah memiliki satu orang anak perempuan usia dua tahun dan anak kedua yaitu masih didalam kandungan pasien usia kehamilan 12 minggu. 5. Riwayat menstruasi Menarche

: Usia 11 tahun

Siklus

: 28 hari

Konsistensi

: Teratur

Lama

:7 hari.

Sifat darah

: Encer/ beku.

Bau

: Khas

Fluor albus

: Ya

Dismenorroe

: Ya

HPHT

: 05-11-2017

HPL

:12-08-2018

6. Riwayat kehamilan a. Riwayat ANC Trimester I

:1

kali

Keluhan mual, muntah Trimester II

:1

kali

Keluhan nafsu makan turun b. Pergerakan janin yang pertama pada umur kehamilan 20 minggu, pergerakan janin dalam 24 jam terakhir 10 kali c. Keluhan yang dirasakan : Ibu mengatakan nafsu makan berkurang, badan terasa lemas dan demam

22

d. Pola Nutrisi Indikator

Makan

Minum

Frekuensi

1 x 1 hari

5 gelas sehari

Macam

Sayur, lauk, nasi buah

Air putih

jumlah

1 porsi

2 gelas

e. Pola Elemiminasi Indikator

BAB

BAK

Frekuensi

2 kali sehari

6 kali sehari

Warna

Kuning kehitaman

Kuning jernih

Bau

Khas

Khas

Konsistensi

Lembek agak encer

Cair

f. Personal Hygiene

g.

1) Kebiasaan mandi

: 2 kali sehari

2) Kebiasaan membersihkan alat kelamin

: Setiap selesai BAB dan BAK

3) Kebiasaan mengganti pakaian dalam

: 2 kali sehari

4) Jenis pakaian dalam yang digunakan

: Kain katun

Imunisasi 1) TT 1 tanggal

:15 desember 2012

2) TT 2 tanggal

: 5 januari2013

7. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Persalinan

: Normal

Temapat

: Bidan

8. Riwayat Kontrasepsi Belum pernah menggunakan riwayat kontrasepsi 9. Riwayat Kesehatan a. Riwayat kesehatan sekarang Klien mengatakan suaminya menderita HIV/AIDS b. Riwayat Kesehatan Dahulu Klien mengatakan tidak pernah menderita peyakit menular seperti PMS, TBC, HIV/AIDS dan Hepatitis.

23

c. Kebiasaan - Kebiasan Merokok

: Tidak ada

Minum Jamu : Beras kencur (jarang) Minuman keras: Tidak ada 10. Keadaan Psiko-Sosial-Spiritual a. Kelahiran bayi

: Diinginkan

b. Pengetahuan ibu tentang kehamilan dan keadaan sekarang : bu belum mengetahui tanda “bahaya pada kehamilan dan keadaannya sekarang” c. Penerima ibu terhadap kehamilan saat ini : Ibu menerima kehamilan saat ini dengan bahagia d. Tanggapan keluarga terhadapan kehamilan : Suami dan keluarga menerima kehamilan saat ini dengan bahagia e. Ketaatan ibu dalam beribadah : Ibu mengatakan rajin sholat dirumah bahkan tidak jarang ibu sholat berjamaah ke masjid. D.Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan umum

: Baik

2. Kesadaran

: Composmeritis

3. Tanda Vital Tekanan darah

: 100/ 80 mmHg

Nadi

: 72 kali per menit

Pernafasan

: 25 kali per menit

Suhu

: 38c

4. Antropometri TB

: 150 cm

BB

: Sebelum hamil 47 kg, BB sekarang 55 kg

5. Kepala dan leher Edema wajah

: Tidak Ada

Mata

:Konjungtiva pucat, sklera putih

Mulut

: gigi tidak berlubang, tidak ada karies, tidak ada sariawan dan bersih

Leher

: Tidak ada pembengkakan kelenjar tyhroid

24

6. Ekstremitas Edema

: Tidak Ada

Varices

: Tidak Ada

Refleks Patella

: (+)

Kuku

: Bersih dan Pendek

7. Genetalia luar Tanda chadwich

: Ada

Varices

: Tidak Ada

Bekas luka

: Tidak Ada

Pengeluaran

: Tidak Ada

8. Anus Haemoroid

: Tidak ada

E. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan darah test darah ELISA 2. Pemeriksaan Hb 9 Gram%

25

F. Analisa Data Tgl/jam

Data

Etiologi

Masalah Keperawatan

25/04/

S:

Infeksi saluran napas

2018

- Klien mengeluh sesak

09.00

O:

WITA

- Klien tidak mampu batuk

Bersihan

jalan

napas tidak efektif Benda asing dalam jalan napas

- Batuk tidak efekif - Terdapat bunyi wheezing

Batuk tidak efektif

- Klien terlihat gelisah - Bunyi napas pasien menurun

Bersihan jalan napas tidak efektif -

25/04/

S:

Infeksi

2018

-

10.00

makn menurun dan nyeri pada

WITA

abdomen.

Klien

mengatakan

Defisit nutrisi

nafsu Faktor psikologis (Keengganan untuk

O:

makan)

- Berat badan klien menurun 10 % di bawah rentang ideal

Nafsu makan

- Otot pengunyah lemah

menurun

- Otot menelan lemah - Membran mukosa pucat.

Defisit nutrisi

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan benda asing dalam jalan nafas dibuktikan dengan batuk tidak efektif. 2. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis dibuktikan dengan nafsu makan menurun.

26

III. INTERVENSI KEPERAWATAN Diagnosa

Tujuan dan Kriteria

Intervensi

(SDKI)

Hasil (NOC)

(SIKI)

Bersihan jalan Setelah

dilakukan 1) Latihan batuk efektif

nafas

asuhan

tidak efektif

selama 3 x 24 jam a. Identifikasi

berhubungan

diharapkan

dengan benda jalan asing

keperawatan Observasi

bersihan

napas

dalam kembali

jalan nafas

Rasional

a. Dengan

kemampuan batuk

mengidentifikasi

pasien

kemampuan batuk

efektif

pasien

dapat

dengan kriteria hasil :

mengetahui adanya

 Menunjukan

jalan

gejala

paten

atau kelainan jalan

napas

yang

(irama

napas.

napas, b. Monitor adanya retensi

frekuensi

gangguan

sputum.

pernapasan tidak ada

b. Untuk mengetahui apakah

pasien

deviasi dari kisaran

mengalami

normal

kesulitan

:

16-29

mengeluarkan

x/menit)  Status

ntuk

sputum.

pernapasan c. Monitor

(frekuensi pernapasan,

irama

pernapasan,

tanda

dan

c. Untuk

mengenali

gejala infeksi saluran

tanda dan gejala

nafas.

pada klien

kedalaman respirasi)

mengalami

kembali normal dan

gangguan

tidak

napas.

penggunaan

adanya

jalan

otot Terapeutik a. Atur posisi semi-fowler a. Posisi yang tepat

bantu.  Pasien

atau fowler.

tidak

dan

nyaman

menunjukan adanya

mampu

kecemasan

(tidak

meningkatkan

istirahat,

kesejahteraan

dapat perasaan

yang

fungsi

gelisah,

fisiologis

dan psikologis.

dan distres)

27

 Tanda – tanda vital b. Buang pasien

kembali

dalam

rentang

normal

(suhu

sekret

pada b. Membuang sekret

tempat sputum.

pada

tempat

sputum

dapat

memudahkan

=

36,6-37,2 0C, Nadi =

dalam melakukan

70-80 x/menit, TD =

pemeriksaan

110-120/60-70

sputum.

mmHg, RR= 16-20 Edukasi x/menit).

a. Jelaskan

tujuan

dan a. Menjelaskan

prosedur batuk efektif.

tujuan

dan

prosedur

batuk

efektif diharapkan klien mampu batuk dengan efektif dan mengetahui tujuannya. b. Ajurkan

tarik

napas b. Mengurangi

dalam melalui hidung

tekanan, ketakutan,

selama 4 detik, ditahan

firasat

selama

ketidaknyamanan

2

kemudian

detik, keluarkan

terkait

maupun

dengan

dari mulut dengan bibir

sumber – sumber

mencucu

bahaya yang tidak

(dibulatkan)

selama 8 detik. c. Anjurkan tarik

teridentifikasi.

mengulangi c. Tarik napas dalam

napas

hingga tiga kali.

dalam

efektif

dilakukan

sebanyak tiga kali untuk memberikan efek yang nyaman dan tenang pada klien.

28

2)Manajemen jalan napas Observasi a. Monior (frekunsi,

pola

napas

kedalaman,

usaha napas)

a. Untuk mengetahui adanya

gangguan

pada pola napas klien.

b. Monitor bunyi napas

b. Untuk mengetahui

tambahan

(mis.

adanya

bunyi

Gurgling,

mengi,

tambahan

wheezing,

ronkhi

jalan napas klien.

pada

kering). Terapeutik a. Berikan minum hangat

a. Minum air hangat mampu memudahkan dalam pengeluaran sekret

yang

terdapat

dalam

jalan napas klien. b. Berikan oksigen, jika b. Memberikan terapi perlu.

oksigen

mampu

membantu meningkatkan kerja paru – paru untuk

memenuhi

kebutuhan oksigen dalam butuh. Edukasi a. Ajarkan teknik batuk a.Batuk efektif.

mampu

efektif membantu

klien

dalam

megeluarkan

sekret

yang terdapat dalam

29

saluran

pernapasan

dengan

mudah

dan

efektif. Kolaborasi a. Kolaborasi pemberian a. Pemberian bronkodilator

Defisit nutrisi Setelah berhubungan

asuhan

diberikan

tidak

menunjukan

dapat

membantu

ekspektoran, mukolitik,

klien

dalam

jika pelru.

pengeluaran sekret. nutrisi

klien

dengan faktor selama 1 x 1 jam klien psikologis.

,

1. Manajemen

keperawatan

Observasi a. Observasi status nutrisi a.Dengan

defisit nutrisi dengan

klien

kriteria hasil :

menanyakan konsumsi nutrisi

 Status

nutrisi

obat

dengan mengobservasi status

makanan harian klien.

:

klien

untuk

penentuan status gizi

asupan

kalori,

secara tidak langsung

protein,

lemak,

dengan

karbohidrat untu

jumlah dan jenis zat

dll

dan

memenuhi

gizi

yang

dikonsumsi klien.

kebutuhan metabolik

melihat

tubuh b. Identifikasi alergi dan b.Untuk

sepenuhnya

intoleransi

adekuat.

makanan riwayat alergi klien

klien.  Asupan nutrisi : makanan

c. Identifikasi

tehadap makanan. makanan c.Dengan mengetahui

yang disukai klien.

dan

mengetahui

makanan yang disukai

cairan sepenuhnya

klien sehingga dapat

adekuat.

memberikan alternatif

 Berat

badan

untuk

:

memberkan

massa tubuh klien

klien makanan yang

tidak ada deviasi

disukai sehingga klien

dari

memiliki

kisaran

makan.

normal.

30

nafsu

Terapeutik a. Sajikan secara

makanan menarik

dan

a. Nafsu

makan

dipengaruhi

oleh

panca indra yaitu

suhu yang sesuai.

mata

yang

mengirimkan sinyal

ke

otak

terlebih

dauhulu

sebelum

indra

pengecap merasakan makanan. b. Sajikan makanan yang tinggi

serat

untuk

pencegahan konstipasi.

b. Makanan

yang

banyak mengandun serat

bersumber

dari

makanan

nabati yang tidak dapat

diserap

maupun

dicerna

tubuh sehingga di usus, serat dapat mengikat air dan melancarkan pencernaan. Edukasi a. Ajarkan diet yang yang diprogramkan klien.

pada

a.Mengedukasi

klien

agar mengetahui diet yang dijalankan untuk menghindari

klien

makan makanan yang tidak

tepat

kondisi klien.

31

dengan

Kolaborasi a. Kolaborasi dengan ahli a.Gizi

seimbang

gizi untuk menentukan sesuai

diet

mampu

jumlah kalori dan jenis meningkatkan nutrien

status

yang kesehatan klien.

dibutuhkan jika perlu.

2. Manajemen gangguan makan. Observasi a. Monitor

asupan

dan a.Memonitor

asupan

keluarnya makanan dan makanan klien untuk cairan serta kebutuhan mengetahui kalori

apakah

klien mampu maknan dan

minum

secara

tepat.

Terapeutik a. Diskusikan makan

dan

aktivitas (termasuk yang sesuai.

perilaku jumlah fisik olahraga)

a. Untuk mengetahui perilaku

makan

pasien mulai dari frekuensi

makan,

pola

makan,

kesukaan makanan,

dan

pemilihan makan.

32

IV. IMPELEMENTASI KEPERAWATAN No

Tgl

No

Jam

Implementasi

Evaluasi Formatif

Dx 1.

25/4/

1

2019

10.30

1. Melatih batuk efektif

WITA a. Mengidentfikasi

S : Pasien mengatakan

kemampuan batuk.

kesulitan dalam batuk. O :-

2.

25/4/

1

2019

10.35 WITA

b. Memonitor adanya retensi S : O : Pasien tampak ingin

sputum.

mengeluarkan sputum tetapi tidak mampu.

3.

25/4/

1

2019

10.40 WITA

c. Memonitor gejala

dan S

tanda

infeksi

:

Pasien

saluran demam

mengatakan

sudah

tiga

hari,

terkadang sakit saat menelan,

napas.

dan batuk’ O : Pada hidung pasien terdapat pengeluaran sekret atau lendir.

4.

25/4/

1

2019

10.40 WITA

2. Memanajemen jalan napas S : pasien

O : Frekuensi pernapasan

a. Memonitor

pola

(frekuensi,

napas pasien yaitu 28 x/menit

kedalaman, dan

usaha napas) 5.

25/4/

1

2019

10.45 WITA

kedalamannya

dangkal.

b. Memonitor bunyi napas S : tambahan (mis. Gurgling, O : Terdengar ada suara mengi, wheezing, ronkhi tambahan wheezing. kering).

6.

25/4/

1

2019

10.50

1. Melatih batuk efektif

WITA

a. Mengatur posisi

S

: Pasien mengatakan

pasien lebih

semi-fowler atau fowler.

nyaman

dengan

posisi semi-fowler. O : Pasien tampak lebih nyaman.

7.

25/4/

1

10.50

b. Membuang sekret pada S : 33

Paraf

2019

WITA

tempat sputum.

O

: Pasien kesulitan

dalam

mengeluarkan

sekret. 8.

25/4/

1

2019

10.55 WITA

2. Memanajemen

jalan S

napas.

: Pasien mengatakan

tenggorokannya

a. Memberikan

lebih

pasien terasa hangat.

minum air hangat.

O

: Pasien tampak mau

minum air hangat. 9.

25/4/

1

1. Melatih batuk efektif

2019

S

: Pasien mengatakan

a. Menjelaskan tujuan dan mengerti prosedur batuk efektif.

dengan

yang

dijelaskan perawat. O : Pasien tampak mau mendengarkan perawat.

10.

25/4/

1

2019

11.10 WITA

b. Menganjurkan tarik napas S dalam melalui selama

: Pasien mengatakan

hidung lebih

dua

detik, mencoba

rileks

setelah

tarik

napas

kemudian keluarkan dari dalam. mulut

dengan

mencucu

bbir O

(dibulatkan) mendengarkan dan

selama 8 detik. 11.

25/4/

1

2019

11.10

c. Menganjurkan

WITA

menulangi

tarik

mempraktekan. pasien S : napas O

dalam hingga tiga kali. 12.

25/4/

1

2019

12.15 WITA

: Pasien terlihat mau

memperhatikannya.

2. Memanajemn jalan napas S pasien.

: Pasien tampak mau

: Pasien mengatakan

lebih mudah batuk dan

a. Mengajarkan teknik batuk mengeluarkan sekret. efektif pada pasien.

O

: Pasien tampak mau

mencoba

dan

melakukannya. 13.

25/4/ 2019

1

11.30 WITA

b. Berkolaborasi pemberian S

: Pasien mengatakan

bronkodilator, espektoran, lebih baik setelah minum mukolitik jika perlu.

obat. O : Pasien diberikan obat

34

Ambroxol

sirup

3x1

sendok makan (Golongan obat mukolitik berfungsi untuk pengencer dahak). 1.

25/4/

2

2019

14.00

1.

Memanajemen

nutrisi S

WITA

pasien.

konsumsi makanan pasien

Observasi

yaitu dua sendok nasi, lauk

a. Mengobservasi nutrisi

status pauk,

pasien

menanyakan

25/4/

2

2019

14.30 WITA

sayur,

dan

juga

dengan buah. Serta pasien minum konsumsi 7-8 gelas air perhari.

makanan harian pasien. 2.

: Pasien mengatakan

b. Mengidentifikasi

O :-

alergi S

: Pasien mengatakan

dan intoleransi makanan memiliki alergi makanan pasien.

laut. O :-

3.

25/4/

2

2019

14.45 WITA

c. Mengidentifikasi makanan S : Pasien mengatakan yang disukai pasien.

suka

dengan

makanan

yang pedas dan makanan berkuah seperti soup. O :4.

25/4/

2

2019

16.30

S : Pasien mengatakan

Terapeutik

WITA a. Menyajikan secara

makanan suka

menarik

dengan

makanan

dan yang disajikan teapi pasien

dengan suhu yang sesuai.

mengatakan masih tidak ingin

makn

jika

tidak

dipaksa untuk makan. O:5.

25/4/ 2019

2

16.30 WITA

b. Menyajikan

makanan S

yang tinggi serat untuk suka pencegahan konstipasi.

: Pasien mengatakan dengan

makanan

yang disajikan. O

:

Pasien

memaksakan

diri

tampak untuk

makan walaupun hanya

35

sedikit. 6.

25/4/

2

2019

18.00

Edukasi

S

WITA

a. Mengajarkan Ibu pasien ingin diet yang diprogramkan.

: Pasien mengatakan menjalankan

diet

yang diprogramkan agar cepat sembuh. O

:

Pasien

tampak

apa

yang

mengerti

diajarkan mengenai diet harian pasien. 7.

25/4/

2

2019

19.00

S :

Kolaborasi

WITA a. Berkolaborasi dengan ahli O : Pasien diberikan diet gizi

untuk

menentukan Nasi tinggi kalori tinggi

jumlah kalori dan jenis protein (NSTKTP). nutrien. 8.

26/4/

2

2019

08.30

2.Memanajemen

gangguan S

WITA makan.

: -Pasien mengatakan

mual tetapi tidak muntah. -

Observasi a. Memonitor

asupan

Pasien

mengatakan

dan makan 3 kali sehari 4-5

keluarnya makanan dan sendok makan nasi TKTP, cairan

serta

kalori.

kebutuhan 6-7 gelas air dan tidak ingin

makan

karena

selingan

makanan

terasa

pahit. O :9.

26/4/ 2019

2

10.00

S : - Pasien mengatakan

Terapeutik

WITA a. Mendiskusikan

perilaku hanya bisa menghabiskan

makan dan jumlah aktivitas makanan fisik yang sesuai.

4-5

sendok

makan karena makanan terasa pahit di bibir. - Pasien mengatakan lebih suka

dengan

makanan

pedas

dan

diasajikan

hangat. 36

-

Pasien

hanya

melakukan

dapat

akivitasnya

diatas tempat tidur karena merasa lemas. O : Pasien tampak makan dengan memaksakan diri. 10.

26/4/

2

2019

11.00

1.Memanajemen

nutrisi S

WITA pasien.

: Pasien mengtakan

suka

dengan

yang

Terapeutik a. Menyajikan

makanan

disajikan

dan

makanan berusaha untuk makan.

yang menarik dan dengan O suhu yang sesuai.

:

Pasien

tampak

maumakan makana yang disajikan.

11.

26/4/

2

2019

11.00 WITA

b. Menyajikan

makanan S

: Pasien mengatakan

yang tinggi serat untuk suka pencegahan konstipasi.

dengan

makanan

yang disajikan. O

: Pasien tampak mau

makan meskipun hanya 57 sendok makan. 12.

27/4/

2

2019

07.30

1.Memanajemen

nutrisi S

WITA pasien

: Pasien mengatakan

suka

dengan

yang

Terapeutik a. Menyajikan

makanan

disajikan

makanan mengatakan

yang menarik dan dengan makannya suhu yang sesuai.

dan nafsu

sudah

mulai

bertambah . O : Pasien terlihat mau makan

makanan

yang

disajikan. 13.

27/4/ 2019

2

07.30 WITA

b. Menyajikan

makanan S

: Pasien mengatakan

yang tinggi serat untuk suka pencegahan konstipasi.

makanan

yang disajikan. O

37

dengan

: Pasien terlihat mau

makan sayur dan buah. 14.

27/4/

2

2019

10.00

2.Memanajemen

gangguan S : - Pasien mengatakan

WITA makan pasien.

tidak

ada

dan

sudah dapat BAB.

Observasi a. Memonitor

asupan

dan - Pasien mengatakan nafsu

keluarnya makanan dan makan cairan

muntah

serta

pasien

sudah

3x

sehari

kebutuhan meningkat

kalori.

makan

yang

disajikan

habis, 7-8 gelas air dan pasien

juga

makan

selingan seperti ubi dan buah – buahan. O : Pasien tampak tidak lemas lagi tetapi aktivitas harian

pasien

masih

dibantu oleh suaminya. 15.

27/4/ 2019

2

11.00

Terapeutik

WITA

a. Mendiskusikan makan

S : - Pasien mengatakan

dan

perilaku sudah dapat ke kamar jumlah mandi sendiri.

aktivitas fisik yang sesuai.

- Pasien mengatakan nafsu makan

pasien

sudah

meningkat. - Pasien mengatakan suka dengan disajikan

makanan

yang

hangat

dan

berkuah. O : Pasien terlihat sudah mampu

duduk

dan

kekamar mandi sendiri dan sudah selingan.

38

ingin

makan

V. EVALUASI KEPERAWATAN Tgl/Jam

No.

Evaluasi sumatif

Dx 25/04/2018 1

S = Klien mengatakan sudah terasa lebih rileks,

11.00

dapat mengeluarkan sekret serta tidak merasa sesak

WITA

lagi. O= - Klien sudah mampu batuk secara efektif - Sudah tidak ada bunyi wheezing - Klien sudah tidak gelisah lagi - Frekuensi napas klien kembali normal - Tanda – tanda vital klien normal TD = 110/70 mmHg S

= 370C

N = 82 x/menit RR = 21 x/menit A = Tujuan tercapai, masalah teratasi P = Pertahankan kondisi klien 28/04/2018

S = Klien mengatakan nafsu makannya sudah

08.00

mulai meningkat

WITA

O= - Membran mukosa klien kembali normal - Otot pengunyah dan menelan klien kembali normal - Klien tampak dapat menghabiskan makanan 7-8 sendok makan, 6 gelas air dan makanan selingan seperti roti dan buah. A = Tujuam tercapai, masalah teratasi P = Pertahankan kondisi klien

39

Paraf

BAB IV PENUTUP

4.1 SIMPULAN AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV. Dalam bahasa Indonesia sebagai Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan. Acquired : Didapat, bukan penyakit keturunan. Immune : Sistem kekebalan tubuh. Deficiency : Kekurangan. Syndrome : Kumpulan gejala-gejala penyakit. AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). (Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare). AIDS merupakan bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi. (Menurut Center for Disease Control and Prevention). 4.2 SARAN Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya kita sebagai perawat dapat memahami tentang Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan HIV/AIDS pada ibu hamil, dalam rangka meningkatkan kemampuan pengembangan dan peningkatan pelayanan kesehatan dan sumber daya manusianya yaitu kita sebagai seorang perawat yang propefesional. .

40

DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck, Gloria M. dkk. 2016. Nursing Intervention Clasifcation (NIC) Ed. Ke-6. Indonesia : CV. Mocomedia. Johnson, Joyce Y. 2014. Keperawatan Maternita Edisi 1. Yogyakarta : Rapha Publishing. Moorhead, Su. dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Ed. Ke- 5. Indonesia : CV. Mocomedia. Padila. S.kep. Ns.2012. Keperawatan Medikal Bedah Numed. Yogyakarta Potter dan Perry. 2012. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik Volume 2 Ed. 4. Jakarta : EGC. Smeltze, Bare,2001. Buku Ajar Keperawatan medikal bedah, Brunner dan suddart, edisi 8. Jakarta, EGC Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keprawatan Indonesia : definisi dan indikator diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dam Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

41

Related Documents

Askep Bumil Hivaids.docx
August 2019 30
Bumil
August 2019 47
Bumil Keeek.docx
June 2020 19
Bumil Risti.docx
April 2020 24
04_anemia Bumil Sap.docx
October 2019 34

More Documents from "Ika Hidayanti"