ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY (ADHD)
1.
Pengkajian
Menurut Hidayat (2005) pengkajian perkembangan anak berdasarkan umur atau usia anak antara lain 1.
Neonatus (0-28 hari) 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Apakah ketika dilahirkan neonatus menangis ? Bagaimana kemampuan memutar-mutar kepala ? Bagaimana kemampuan menghisap ? Kapan mulai mengangkat kepala ? Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya kemampuan untuk mengikuti garis tengah bila kita memberikan respons terhadap jari atau tangan) ? 7. Bagaimana kemampuan berbahasa anak (menangis, bereaksi terhadap su`ra atau bel) ? 8. Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi (misalnya tersenyum dan mulai menatap muka untuk mengenali seseorang ? 2.
Masa bayi /Infant (28 – 1 tahun)
1.
Bayi usia 1-4 bulan. 1. Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya mengangkat kepala saat tengkurap, mencoba duduk sebentar dengan ditopang, dapat duduk dengan kepala tegak, jatuh terduduk dipangkuan ketika disokong pada posisi berdiri, komtrol kepala sempurna, mengangkat kepala sambil berbaring terlentang, berguling dari terlentang ke miring, posisi lengan dan tungkai kurang fleksi danm berusaha untuk merangkan) ? 2. Bagaimanan kemampuan motorik halus anak (misalnya memegang suatu objek, mengikuti objek dari satu sisi ke sisi lain, mencoba memegang benda dan memaksukkan dalam mulut, memegang benda tetapi terlepas, memperhatikan tangan dan kaki, memegang benda dengan kedua tangan, menagan benda di tangan walaupun hanya sebentar)? 3. Bagimana kemampuan berbahasan anak (kemampuan bersuara dan tersenyum, dapat berbunyi huruf hidup, berceloteh, mulai mampu mengucapkan kata
ooh/ahh, tertawa dan berteriak, mengoceh spontan atau berekasi dengan mengoceh) ? 4. Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya : mengamati tangannya, tersenyum spontan dan membalas senyum bila diajak tersenyum, mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak, tersenyum pada wajah manusia, walaupun tidur dalams ehari lebih sedikit dari waktu terhaga, membentuk siklus tidur bangun, menangis menjadi sesuatu yang berbeda, membedakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak dikenal, senang menatap wajah-wajah yang dikenalnya, diam saja apabila ada orang asing) ? 2.
Bayi Umur 4-8 bulan 1. Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya dapat telungkup pada alas dan sudah mulau mengangkat kepala dengan melakukan gerakan menekan kedua tangannya dan pada bulan keempat sudah mulai mampu memalingkan ke kanan dan ke kiri , sudah mulai mampu duduk dengan kepala tegak, sudah mampu membalik badan, bangkit dengan kepala tegak, menumpu beban pada kaki dan dada terangkat dan menumpu pada lengan, berayun ke depan dan kebelakang, berguling dari terlentang ke tengkurap dan dapat dudu dengan bantuan selama waktu singkat) ? 2. Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : sudah mulai mengamati benda, mulai menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang, mengeksplorasi benda yangs edang dipegang, mengambil objek dengan tangan tertangkup, mampu menahan kedua benda di kedua tangan secara simultan, menggunakan bahu dan tangan sebagai satu kesatuan, memindahkan obajek dari satu tangan ke tangan yang lain) ? 3. Bagaimana kemampuan berbahasan anak (misalnya : menirukan bunyi atau kata-kata, menolek ke arah suara dan menoleh ke arah sumber bunyi, tertawa, menjerit, menggunakan vokalisasi semakin banyak, menggunakan kata yang terdiri dari dua suku kata dan dapat membuat dua bunyi vokal yang bersamaan seperti ba-ba)? 4. Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (misalnya merasa terpaksa jika ada orang asing, mulai bermain dengan mainan, takut akan kehadiran orang asing, mudah frustasi dan memukul-mukul dengan lengan dan kaki jika sedang kesal)?
3.
Bayi Umur 8-12 bulan 1. Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya duduk tanpa pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit terus berdiri, berdiri 2 detik dan berdiri sendiri) ? 2. Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya mencari dan meraih benda kecil, bila diberi kubus mampu memindahkannya, mampu mengambilnya dan mampu memegang dengan jari dan ibu jari, membenturkannya dan mampy menaruh benda atau kubus ketempatnya)? 3. Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya : mulai mengatakan papa mama yang belum spesifik, mengoceh hingga mengatakan dengan spesifik, dapat mengucapkan 1-2 kata)? 4. Bagaimana perkembangan kemampuan adaptasi sosial anak (misalnya kemampuan bertepuk tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai minum dengan cangkir, menirukan kegiatan orang lain, main-main bola atau lainnya dengan orang) ?
3.
Masa Toddler 1. Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: mampu melanhkah dan berjalan tegak, mampu menaiki tangga dengan cara satu tangan dipegang, mampu berlari-lari kecil, menendang bolan dan mulai melompat)? 2. Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : mencoba menyusun atau membuat menara pada kubus)? 3. Bagaimana kemampuan berbahasa anak (misalnya : memiliki sepuluh perbendaharaan kata, mampu menirukan dan mengenal serta responsif terhadap orang lain sangat tinggi, mampu menunjukkan dua gambar, mampu mengkombinasikan kata-kata, mulai mampu menunjukkan lambaian anggota badan) ? 4. Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi sosial (misalnya: membantu kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulai menggosok gigi serta mencoba memakai baju) ?
4.
Masa Prasekolah (Preschool) 1. Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki, berjalan dengan tumit ke jari kaki, menjelajah, membuat posisi merangkan dan berjalan dengan bantuan) ?
2. Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang dan menggambar orang, melepas objek dengan jari lurus, mampu menjepit benda, melambaikan tangan, menggunakan tangannya untuk bermain, menempatkan objek ke dalam wadah, makan sendiri, minum dari cangkir dengan bantuan menggunakan sendok dengan bantuan, makan dengan jari, membuat coretan diatas kertas)? 3. Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya : mampu menyebutkan empat gambar, menyebutkan satu hingga dua warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung atau mengartikan dua kata, mengerti empat kata depan, mengertio beberapa kata sifat dan sebagainya, menggunakan bunyi yntum mengidentifikasi objek, orang dan aktivitas, menirukan bebagai bunyi kata, memahami arti larangan, berespons terhadap panggilan dan orang-orang anggota keluarga dekat)? 4. Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya : bermain dengan permainan sederhana, menagis jika dimarahi, membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh, menunjukkan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan, mengenali anggota keluarga) ? 5.
Masa school age 1. Bagaimana kemampuan kemandirian anak dilingkungan luar rumah ? 2. Bagaimana kemampuan anak mengatasi masalah yang dialami disekolah ? 3. Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (menyesuaikan dengan lingkungan sekolah)? 4. Bagaimana kepercayaan diri anak saat berada di sekolah ? 5. Bagaimana rasa tanggung jawab anak dalam mengerjakan tugas di sekolah? 6. Bagaimana kemampuan anak dalam berinteraksi sosial dengan teman sekolah ? 7. Bagaimana ketrampilan membaca dan menulis anak ? 8. Bagaimana kemampua anak dalam belajar di sekolah ?
Masa adolensence 1. Bagaimana kemampuan remaja dalam mengatasi masalah yang dialami secara mandiri ? 2. Bagaimanan kemampuan remaja dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan bentuk dan fungsi tubuh yang dialami ? 3. Bagaimana kematangan identitas seksual ? 4. Bagaimana remaja dapat menjalankan tugas perkembangannya sebagai remaja ?
5. Bagaiman kemampuan remaja dalam membantu pekerjaan orang tua di rumah (misalnya membersihkan rumah,memasak) ? Menurut Videbeck (2008) pengkajian anak yang mengalami Attention Deficyt Hiperactivity Disorder (ADHD) antara lain : 7.
Pengkajian riwayat penyakit 1. Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami masalah saat bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai anak berusia todler atau masuk sekolah atau day care. 2. Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan yang utama, seperti sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku overaktif atau bahkan perilaku yang membahayakan di rumah. 3. Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu menghadapi perilaku anak. 4. Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk mendisplinkan anak atau mengubah perilaku anak dans emua itu sebagian besar tidak berhasil.
8.
Penampilan umum dan perilaku motorik 1. Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat serta bergoyang-goyang saat mencoba melakukannya. 2. Anak mungkin lari mengelilingi ruangan dari satu benda ke benda lain dengan sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas. 3. Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat melakukan suatu percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan berakhir dan gagal memberikan perhatian pada apa yang telah dikatakan. 4. Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke topik yang lain. Anak dapat tampak imatur atau terlambat tahap perkembangannya
9.
Mood dan Afek 1. Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau temper tantrum. 2. Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa. 3. Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak memiliki sedikit kontrol terhadap perilaku tersebut. 4. Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan perlawanan dan kemarahan 5. Proses dan isi pikir
6. Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk mengkaji anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tahap perkembangan 11.
Sensorium dan proses intelektual
1. Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau persepsi seperti halusinasi. 2. Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasi tergangguan secara nyata. 3. Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2 atau 3 menit pada bentuk gangguan yang lebih ringan. 4. Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab, saya tidak tahu, karena ia tidak dapat memberi perhatian pada pertanyaan atau tidak dapat berhenti memikirkan sesuati. 5. Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang yang mampu menyelesaikan tugas 12. Penilaian dan daya tilik diri 1. Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian yang buruk dan sering kali tidak berpikir sebelum bertindak 2. Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan impulsif, seperti berlari ke jalan atau melompat dari tempat yang tinggi. 3. Meskipun sulit untuk mengkaji penilaian dan daya tilik pada anak kecil. 4. Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu menilai jika dibandingkan dengan anak seusianya. 5. Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari sama sekali bahwa perilaku mereka berbeda dari perilaku orang lain. 6. Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yang menyukaiku di sekolah", tetapi mereka tidak dapat menghubungkan kurang teman dengan perilaku mereka sendiri 13. Konsep diri 1. Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapis ecara umum harga diri anak yang mengalami ADHD adalah rendah. 2. Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat mempunyai banyak teman, dan mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di rumah, mereka biasanya merasa terkucil sana merasa diri mereka buruk. 3. Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri sebagai orang yang buruk dan bodoh
14. Peran dan hubungan 1. Anak biasanya tidak berhasil dis ekolah, baik secara akademik maupun sosial. 2. Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang menyebabkan perselisihan dengan saudara kandung dan orang tua. 3. Orang tua sering menyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala dan berperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai anak yang didiagnosis dan diterapi. 4. Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki keberhasilan yang terbatas pada beberapa kasus, anak menjadi tidak terkontrol secara fisik, bahkan memukul orang tua atau merusak barang-barang miliki keluarga. 5. Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara fisik. 6. Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan pengasuh atau babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak yang mengalami ADHD yang meningkatkan penolakan anak. 15. Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak meluangkan waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak dapat duduk selama makan. Masalah penenangan untuk tidur dan kesulitan tidur juga merupakan masalah yang terjadi. Jika anak melakukan perilaku ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada riwayat cedera fisik.
2.
Diagnosa Keperawatan
Menurut Videbeck (2008), Townsend (1998), dan Doenges et.al (2007) diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada anak yang mengalami ADHD antara lain : 1. Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsif 2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengankelainan fungsi dari system keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan dan pengabaian anak 3. Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah 4. Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman konsep diri, rasa takut terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan hubungan antara orang tua dan anak yang tidak memuaskan 5. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif 6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif
7. Koping defensif berhubungan dengan harga diri rendah, kurang umpan balik atau umpan balik negatif yang berulang yang mengakibatkan penurunan makna diri 8. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan perasaan bersalah yang berlebihan, marah atau saling menyalahkan diantara anggota keluarga mengenai perilaku anak, kepenatan orang tua karena menghadapi anak dengan gangguan dalam jengka waktu lama 9. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan diri dan kebutuhan terapi berhubungan dengan kurang sumber informasi, interpretasi yang salah tentang informasi
Intervensi Keperawatan Menurut Videbeck (2008), Townsend (1998), dan Doenges et.al (2007) intervensi keperawatan yang dapat dirumuskan untuk mengatasi diagnosa keperawatan diatas antara lain : 1. Isolasi sosial menarik diri berhubungan harga diri rendah sekunder terhadap prestasi yang buruk Tujuan : Anak dapat mengembangkan hubungan dengan orang lain ataua nak lain dengan kriteria hasil : 1. Berhasil menyelesaikan kewajiban atau tugas dengan bantuan 2. Menunjukkan keterampilan sosial yang dapat diterima ketika berinteraksi dengan staf atau anggota keluarga 3. Berhasil berpartisipasi dalam lingkungan pendidikan 4. Menunjukkan kemampuan menyelesaikan satu tugas secara mandiri 5. Menunjukkan kemampuan menyelesaikan tugas dengan diingatkan 6. Mengungkapkan pernyataan positif tentang dirinya 7. Menunjukkan keberhasilan interaksi dengan anggota keluarga Intervensi: 8.
Identifikasi faktor yang memperburuk dan mengurangi perilaku klien.
Rasional : Stimulus eksternal yang memperburuk masalah klien dapat diidentifikasi dan diminimalkan. Demikian juga stimulus yang mempengaruhi klien secara positif dapat digunakan dengan efektif
9. Berikan lingkungan yang sedapat mungkin bebas dari distraksi. Lakukan intervensi satu pasien-satu perawat dan secara bertahap tingkatkan jumlah stimulus lingkungan Rasional : Kemampuan klien untuk menghadapi stimulus eksternal terganggu 1. Tarik perhatian klien sebelum memberikan instruksi (yaitu panggil nama klien dan lakukan kontak mata) Rasional : Klien harus mendengarkan instruksi sebagai langkah awal untuk patuh] 2. Berikan instruksi secara secara berlahan dengan menggunakan bahasa yangs ederhana dan petunjukk yang kongkret Rasional : Kemampuan klien dalam memahami instruksi terganggu (terutama jika instruksi tersebut kompleks dan abstraks) 3.
Minta klien untuk mengulangi instruksi sebelum memulai tugas
Rasional : Pengulangan menunjukkan bahwa klien menerima informasi yang akurat 4.
Bagi tugas yang kompleks menjadi rugas-tugas kecil
Rasional : Kemungkinan untuk berhasil akan meningkat dengan kurangnya komponen tugas yang rumit 10.
Barikan umpan balik positif untuk pencapaian setiap tahap
Rasional : Kesempatan klien untuk mendapatkan keberhasilan dapat meningkat dengan memperlakukan setiap tahap sebagai kesempatan untuk berhasil 11.
Izinkan berisitirahat klien dapat berjalan-jalan
Rasional : Energi kegelisahan klien dapat disalurkan melalui cara yang tepat/dapat diterima sehingga ia dapat menyelesaikan tugas yang akan datang dengan lebih efektif 12.
Jelaskan harapan untuk penyelesaian tugas dengan jelas
Rasional : Klien harus mengerti harapan yang diminta sebelum ia dapat mengusahakan penyelesaian tugas 13.
Bantu klienmenyelesaikan tugas pada awalnya
Rasional : Jika klien tidak mampu menyelesaikan menyelesaikan tugas secara mandiri, memberi bantuan akan memungkinkan klien untuk berhasil dan menunjukkan cara menyelesaikan tugas
2. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif Tujuan : 1. Anak memperlihatkan perasaan-perasaan nilai diri yang meningkat saat pulang, ditandai dengan 2. Espresi-ekspresi verbal dari aspek-aspek positif tentang diri, pencapaian masalalu dan prospek-prospek masa depan 3. Mampu mengungkapkan persepsi yang positif tentang diri 4. Anap berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas baru tanpa memperlihatkan rasa takut yang ektrim terhadap kegagalan. Intervensi : 1. Pastikan bahwa sasaran-sasaran yang akan dicapat adalah realistis Rasional : Hal ini penting bagi pasien untuk mencapai sesuatu, maka rencana untuk aktivitas-aktivitas di mana kemungkinan untuk sukse adalah mungkin dan kesuksesan ini dapat meningkatkan harga diri anak 2. Sampaikan perhartian tanpa syarat bagi pasien Rasional : Komunikasi dari pada penerimaan anda terhadap anak sebagai makhluk hidup yang berguna dapat meningkatkan harga diri 3. Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada satu ke satu basis dan pada aktivitas-aktivitas kelompok Rasional : Hal ini untuk menyampaikan pada anak bahwa anda merasa bahwa dia berharga bagi waktu anda 4. Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positif dari diri anak Rasional : Aspek positif yang dimiliki anak dapat mengembangkan rencanarencana untuk merubah karakteristik yang dilihatnya sebagai hal yang negatif. 5. Bantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan sebagai suatu mekanisme sikap defensif Rasional : Memberikan bantuan yang positif bagi identifikasi amsalah dan pengembangan dari perilaku-perilaku koping yang lebih adaptif. Penguatan positif membantu meningkatkan harga diri dan meningkatkan penggunaan perilaku-perilaku yang dapat diterima oleh pasien 6. Memberikan dorongan dan dukungan kepada pasien dalam menghadapi rasa takut terhadap kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas terapi dan melaksanakan tugas-tugas baru dan berikan pengakuan tentang kerja keras yang berhasil dengan penguatan positif bagi usaha-usaha yang dilakukan Rasional : Pengakuan dan pengyatan positif meningkatkan harga diri
7. Beri umpan balik positif kepada klien jika melakukan perilaku yang mendekati pencapaian tugas Rasional : Pendekatan ini yang disebut shaping adalah prosedur perilaku ketika pendekatan yang beturut-turut akan perilaku yang diinginkan, dikuatkan secara positid. Hal ini memungkinkan untuk memberikan penghargaan kepada klien saat ia menunjukkan harapan yang sebenarnya secara bertahap. 3.
Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsif
Tujuan : Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain dengen kriteria hasil: 1. Kecemasan dipertahankan pada tingkat di mana pasien merasa tidak perlu melakukan agresi 2. Anak mencari staf untuk mendiskusikan perasaan-perasaan yang sebenarnya 3. Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima kemungkinan konsekuensi dari perilaku maladaptif diri sendiri Intervensi : 1. Amati perilaku anak secara sering. Lakukan hal ini melalui aktivitas sehari-hari dan interaksi untuk menghindari timbulnya rasa waspada dan kecurigaan Rasional : Anak-anak pada risiko tinggi untuk melakukan pelanggaran memerlukan pengamatan yang seksama untuk mencegah tindakan yang membahayakan bagi diri sendiri atau orang lain 2. Amati terhadap perilaku-perilaku yang mengarah pada tindakan bunuh diri Rasional : Peryataan-pernyataan verbal seperti "Saya akan bunuh diri, " atau "Tak lama ibu saya tidak perlu lagi menyusahkan diri karena saxa" atau perilakuperilaku non verbal seperti memnbagi-bagikan barang-barang yang disenangi, alam perasaan berubah. Kebanyakan anak yang mencoba untuk bunuh diri telah menyampaikan maksudnya, baik secara verbal atau nonverbal. 3. Tentukan maksud dan alat-alat yang memungkinkan untuk bunuh diri. Tanyakan " Apakah anda mempunyai rencana untuk bunuh diri?" dan "Bagaimana rencana anda untuk melakukannya Rasional : Pertanyaan-pertanyaan yang langsung, menyeluruh dan mendekati adalah cocok untuk hal seperti ini. Anak yang mempunyai rencana yang dapat digunakan adalah berisiko lebih tinggi dari pada yang tidak 4. Dapatkan kontrak verbal ataupun tertulis dari anak yang menyatakan persetujuannya untuk tidak mencelakaka diri sendiri dan menyetujui untuk mencari staf pada keadaan dimana pemikiran kearah tersebut timbul
Rasional : Diskusi tentang perasaan-perasaan untuk bunuh diri dengan seseorang yang dipercaya memberikan suatu derajat perasaan lega pada anak. Suatu perjanjian membuat permasalahan menjadi terbuka dan menempatkan beberapa tanggung jawab bagi keselamatan dengan anak. Suatu sikap menerima anak sebagai seseorang yang patut diperhatikan telah disampaikan. 5. Bantu anak mengenali kapan kemarahan terjadi dan untuk menerima perasaanperasaan tersebut sebagai miliknya sendiri. Apakah anak telah menyimpan suatu : buku catatan kemarahan" dimana catatan yang dialami dalam 24 jam disimpan. Rasional : Informasi mengenai sumber tambahan dari merahan, respon perilaku dan persepsia nak terhadap situasi juga harus dicatat. Diskusikan asupan data dengan anak, anjurkan juga respons-respons perilaku alternatif yang diidentifikasi sebagai maladaptif. 6. Bertindak sebagai model peran untuk ekspresi yang sesuai dari percobaan memastikan Rasional : Hal ini vital bahwa anak mengekspresikan perasaan-perasaan marah, karena bunuh diri dan perilaku merusak diri sendiri lainnya seringkali terlihat sebagai suatu akibat dari kemarahan diarahkan pada diri sendiri 7. Singkirkan semua benda-benda yang berbahaya dari lingkungan anak Rasional : Keselamatan fisik anak adalah prioritas dari keperawatan. 8. Cobat untuk mengarahkan perilaku kekerasan fisik untuk ansietas anak (misalnya : kantung pasien untuk latihan tinju, joging, bola voli) Rasional : Ansietas dan tegangan dapat diredakan dengan aman dan dengan adanya manfaat bagi anak dengan cara ini. 9. Usahakan untuk bisa tetap bersama panak jika tingkat kegelisahan dan tegangan mulai meningkat Rasional : Hadirnya seseorang yang dapat dipercaya memberikan rasa aman 10. Staf harus mempertahankan dan menyampaikan dengan sikap yang tenang terhadap anak Rasional : Ansietas adalah sesuatu yang mudah menjalar dan dapat ditransmisikan dari staf ke anak dan sebaliknya. Sikap yang tenang menyampaikan suatu rasa kontrol dan perasaan aman bagi anak. 11. Sediakan staf yang cukup yang dapat memperlihatkan kekuatan pada anak jika diperlukan Rasional : Hal ini menyampaikan pada anak bukti pengendalian terhadap situasi dan memberikan beberapa keamanan fisik bagi staf. 12. Berikan obat-obatan penenang sesuai dengan pesanaan dokter atau dapatkan pesanaan jika diperlukan. Pantau kefektifan obat-obatan dan efek –sfek samping yang merugikan
Rasional : Obat-obatan antiansietas (misalnya diazepam, klordiazepoksida, alprazolam) memberikan perasaan terbebas dari efek-efek imobilisasi dari ansietas dan memudahkan kerjasama anak dengan terapi. 13. Pembatasan-pembatasan mekanis atau ruangan isolasi akan diperlukan jika intervensi penurunan pembatasan tidak berhasil Rasional : Ini adalaj hak anak untuk mengharapkan penggunaan teknik-teknik yang menjamin keamanan anak dan orang lain dengan cara-cara yang paling kurang pembatasannya.
4. Koping individu tidak efektif berhubungan dengankelainan fungsi dari system keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan dan pengabaian anak Tujuan : Anak mengembangkan dan menggunakan keterampilan koping yang sesuai dengan umur dan dapat diterima sosial dengan kriteria hasil : 1. Anak mampu menundakan pemuasan terhadap keinginannya, tanpa terpaksa untuk menipulasi orang lain 2. Anak mampu mengekspresikan kemarahan dengan cara yang dapat diterima secara sosial 3. Anak mampu mengungkapkan kemampuan-kemampuan koping alternatif yang dapat diterima secara sosial sesuai dengan gaya hidup dari yang ia rencanakan untuk menggunakannya sebagai respons terhadap rasa frustasi Intervensi: 1. Pastikan bahwa sasaran-sasarannya adalah realistis Rasional : penting bagi anak untuk nmencapai sesuatu, maka rencana untuk aktivitas-aktivitas di mana kemungkinan untuk sukses adalah mungkin. Sukses meningkatkan harga diri 2. Sampaikan perhatian tanpa syarat pada anak Rasional : Komunikasi dari pada penerimaan anda terhadapnya sebagai makhluk hidup yang berguna dapat meningkatkan harga diri 3. Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada saty ke satu basis dan pada aktivitas-aktivitas kelompok Rasional : Hal ini untuk menyampaikan pada anak bahwa anda merasa bahwa dia berharga bagi waktu anda
4. Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positif dari dan dalam mengembangkan rencana-rencana untuk merubah karakteristik yang lihatnya sebagai negatif Rasional : identifikasi aspek-aspek positif anak dapat membantu mengembangkan aspek positif sehingga mempunyai koping individu yang efektif 5. Bantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan sebagai suatu mekanisme sikap defensif. Memberikan bantuan yang positif bagi identifikasi masalah dan pengembangan dari perilaku-perilaku koping yang lebih adaptif Rasional : Penguatan positif membantu meningkatkan harga diri dan meningkatkan penggunaan perilaku-perilaku yang dapat diterima oleh anak 6. Memberi dorongan dan dukungan kepada anak dalam menghadapi rasa takut terhadap kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas terapi dan melaksanakan tugas-tugas baru. Beri pangakuan tentang kerja keras yang berhasil dan penguatan positif bagi usaha-usaha yang dilakukan Rasional : Pengakuan dan penguatan positif meningkatkan harga diri
5. Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman konsep diri, rasa takut terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan hubungan antara orang tua dan anak yang tidak memuaskan Tujuan : Anak mampu mempertahankan ansietas di bawah tingkat sedang, sebagaimana yang ditandai oleh tidak adanya perilaku-perilaku yang tidak perilaku yang tidak mampu dalam memberi respons terhadap stres . Intervensi : 1. Bentuk hubungan kepercayaan dengan anak. Bersikap jujur, konsisten di dalam berespons dan bersedia. Tunjukkan rasa hormat yang positif dan tulus Rasional : Kejujuran, ketersediaan dan penerimaan meningkatkan kepercayaan pada hubungan anak dengan staf atau perawat 2. Sediakan aktivitas-aktivitas yang diarahkan pada penurunan tegangan dan pengurangan ansietas (misalnya berjalan atau joging, bola voli, latihan dengan musik, pekerjaan rumah tangga, permainan-permainan kelompok Rasional : tegangan dan ansietas dilepaskan dengan aman dan dengan manfaat bagi anak melalui aktivitas-aktivitas fisik 3. Anjurkan anak untuk mengidentifikasi perasaan-perasaan yang sebenarnya dan untuk mengenali sensiri perasaan-perasaan tersebut padanya
4. 5.
6.
7.
8.
6.
Rasional : Anak-anak vemas sering menolak hubungan antara masalah-masalah emosi dengan ansietas mereka. Gunakan mekanisme-mekanisme pertahanan projeksi dan pemibdahan yang dilebih-lebihkan Perawat harus mempertahankan suasana tentang Rasional : Ansietas dengan mudah dapat menular pada orang lain Tawarkan bantuan pada wajtu-waktu terjadi peningkatan ansietas. Pastikan kembali akan keselamatan fisik dan fisiologis Rasional : Keamanan anak adalah prioritas keperawatan Penggunaan sentuhan menyenangkan bagi beberaoa anak. Bagaimanapun juga anak harus berhati-hati terhadap penggunaannya Rasional : sebagaimana ansietas dapat membantu mengembangkan kecurigaan pada beberapa individu yang dapat salah menafsirkan sentuhan sebagai suatu agresi Dengan berkurangnta ansietas, temani anak untuk mengetahui peristiwaperistiwa tertentu yang mendahului serangannya. Berhasil pada respons-respons alternatif pada kejadian selanjutnyta Rasional : Rencana tindakan memberikan anak perasaan aman untuk penanganan yang lebih berhasil terhadap kondisi yang sulit jika terjadi lagi Berikan obat-obatan dengan obat penenang sesuai dengan yang diperintahkan. Kaji untuk keefektifitasannya, dan beri petunjukkepada anak mengenai kemungkinan efek-efek samping yang memberi penharuh berlawanan Rasional : Obat-obatan terhadap ansietas (misalnya diazepam, klordiasepoksida, alprazolam) memberikan perasaan lega terhadap efek-efek yang tidak berjalan dari ansietas dan mempermudah kerjasama anak dengan terapi
Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif
Tujuan : Anak mampu untuk mencapai tidur tidak terganggu selama 6 sampai 7 jamn setiap malam dengan kriteria hasil: 1. Anak mengungkapkan tidak adanya gangguan-gangguan pada waktu tidur 2. Tidak ada gangguan-gangguan yang dialamti oleh perawat 3. Anak mampu untuk mulai tidur dalam 30 menit dan tidur selama 6 sampai 7 jam tanpa terbangun Intervensi : 1. Amati pola tidur anak, catat keadaan-keadaan yang menganggu tidur Rasional : Masalah harus diidentifikasi sebelum bantuan dapat diberikan
2. Kaji gangguan-gangguan pola tidur yang berlangsung berhubungan dengan rasa takut dan ansietas-ansietas tertentu Rasional : Ansietas yang dirasakan oleh anak dapat mengganggu pola tidur anak sehingfga perlu diidentifikasi penyebabnya 3. Duduk dengan anak sampai dia tertidur Rasional : kehadiran seseorang yang dipercaya memberikan rasa aman 4. Pastikan bahwa makanan dan minuman yang mengandung kafein dihilangkan dari diet anak Rasional : Kafein adalah stimulan SSP yang dapat mengganggu tidur 5. Berikan sarana perawatan yang membantu tidur (misalnya : gosok punggung, latihan gerak relaksasi dengan musik lembut, susu hangat dan mandi air hangat) Rasional : Sarana-sarana ini meningkatkan relaksasi dan membuat bisa tidur 6. Buat jam-jam tidur yang rutin, hindari terjadinya deviasi dari jadwal ini Rasional : Tubuh memberikan reaksi menyesuaikan kepada suatu siklus rutin dari istirahat dan aktivitas 7. Beri jaminan ketersediaan kepada anak jika dia terbangun pada malam hari dan dalam keadaan ketakutan Rasional : Kehadiran seseorang yang dipercaya memberikan rasa aman 7. Koping defensif berhubungan dengan harga diri rendah, kurang umpan balik atau umpan balik negatif yang berulang yang mengakibatkan penurunan makna diri Tujuan : Anak akan mendemonstrasikan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain tanpa menjadi defensif, perilaku merasionalisasi atau mengekspresikan pikiran waham kebesaran dengan kriteria hasil : 1. Anak mengungkapkan dan menerima tanggung jawab terhadap perilakunya sendiri 2. Anak mengungkapkan korelasi antara perasaan-perasaan ketidakseimbangan dan keperluan untuk mempertahankan ego melalui rasionalisasi dan kemuliaan 3. Anak tidak menertawakan atau mengkritik orang lain 4. Anak berinteraksi dengan orang lain dengan situasi-situasi kelompok tanpa bersikap defensif Intervensi : 1. Kenali dan dukung kekuatan-kekuatan ego dasar Rasional : memfokuskan pada spek-aspek positif dari kepribadian dapat membantu untuk memperbaiki konsep diri
2. Beri semangat kepada anak untuk menteahui dan mengungkapkan dan bagaimana perasaan ini menimbulkan perilaku defensif, seperti menyalahkan oprang lain karena prilakunya sendiri Rasional : Pengenalan masalah adalah langkah pertama pada proses perubahan ke arah resolusi 3. Berikan segera sebenarnya umpan balik yang tidaj mengancam untuk perilakuperilaku yang tidak dapat diterima Rasional : Anak mungkin kurang pengetahuan tentang bagaiamna dia diterima oleh orang lain. Berikan informasi ini dengan cara yang tidak mengancam dapat membantu untuk mengeliminasi perilaku yang tidak diinginkan 4. Bantu anak untuk mengidentifikasi situasi-situasi yang menimbulkan sifat defensif dan praktik bermain peran dengan respons-respons yang lebih sesuai Rasional : Bermain peran memberikan percaya diri untuk menghadapi situasisituasi yang sulit jika hal-hal tersebut benar-benar terjadi 5. Berikan dengans egera umpan balik positif bagi perilaku-perilaku yang dapat diterima Rasional : Umpan balik positif meningkatkan harga diri dan memberi semangat untuk mengulangi perilaku-perilaku yang diinginkan 6. Membantu anak untu menetapkan sasaran-sasaran yang realistis, konkret dan memerlukan tindakan-tindakan yang cocok untuk mencapai sasaran-sasaran ini Rasional : Keberhasilan akan meningkatkan harga diri 7. Evaluasi dengan anak keefektifan perilaku-perilaku yang baru dan diskusikan adanya perubahan untuk perbaikan Rasional : Karena keterbatasan kemampuan untuk memecahkan masalah, bantuan mungkin diperlukan untuk menetapkan kembali dan mengembangkan strategi baru, pada keadaan di mana metode-metode koping baru tertentu terbukti tidak efektif
8. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan perasaan bersalah yang berlebihan, marah atau saling menyalahkan diantara anggota keluarga mengenai perilaku anak, kepenatan orang tua karena menghadapi anak dengan gangguan dalam jengka waktu lama Tujuan : Orang tua mendemonstrasikan metode intervensi yang lebih konsisten dan efektif dalam berespons perilaku anak dengan kriteria hasil : 1. Mengungkatkan dan mengatasi perilaku negatif pada anak
2. Mengidentifikasi dan menggunakan sistem pendukung yang diperlukan
Intervensi : 1. Berikan informasi dan material yang berhubungan dengan gangguan anak dan teknik menjadi orang tua yang efektif Rasional : Pengetahuan dan ketrampilan yang tepat dapat meningkatkan keefektifan peran orang tua 2. Dorong individu untuk mengungkapkan perasaan secara verbal dan menggali alternatif cara berhubungan dengan anak Rasional : Konseling suportif dapat membantu keluarga dalam mengembangkan strategi koping 3. Beri umpan balik positif dan dorong metode menjadi orang tua yang efektif Rasional : Penguatan positif dapat meningkatkan harga diri dan mendorong kontinuitas upaya 4. Libatkan saudara kandung dalam diskusi keluarga dan perencanaan interaksi keluarga yang lebih efektif Rasional : Masalah keluarga mempengaruhi semua anggota keluarga dan tindakan lebih efektif bila setiap orang terlibat dalam terapi tersebut 5. Libatkan dalam konseling keluarga Rasional : terapi keluarga dapat membantu mengatasi masalah global yang mempengaruhi seluruh struktur keluarga. Gangguan pada salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga 6. Rujuk pada sumber komunitas esuai indikasi, termasuk kelompok pendukung orang tua, kelas menjadi orang tua Rasional : mengembangkan sistem pendukung dapat meningkatkan kepercayaan diri dan keefektifan orang tua. Pemberian model peran atau harapan untuk masa depan 9. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan diri dan kebutuhan terapi berhubungan dengan kurang sumber informasi, interpretasi yang salah tentang informasi Tujuan : Mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang penyebab masalah perilaku, perlunya terapi dalam kemampuan perkembangan dengan kriteria hasil :
1. Berpartisipasi dalam pembelajaran dan m,ulai bertanya dan mencari informasi secara mandiri 2. Mencapai tujuan kognitive yang konsisten sesuai tingkat temperamen Intervensi : 1. Berikan lingkungan yang tenang, ruang kelas berisi dirinya sendiri, aktivitas kelompok kecil. Hindari tempat yang terlalu banyak stimulasi, seperti bus sekolah, kafetaria yang ramai, aula yang ramai Rasional : Peredaan dalam stimulasi lingkungan dapat menurunkan distraktibilitas. Kelompok kecil dapat meningkatkan kemampuan untuk tepat pada tugas dan membantu klien mempelajari interaksi yang tepat dengan orang lain, menghindari rasa terisolasi 2. Beri materi petunjuk format tertulis dan lisan dengan penjelasan langkah demi langkah Rasional : Keterampilan belajar yang terurut akan meningkat. Mengajarkan anak keterampilan pemecahan masalah, mempraktikkan contoh situasional. Keterampilan efektif dapat meningkatkan tingkat prestasi 3. Ajarkan anak dan keluarga tentang penggunaan psikostimulan dan antisipasi respons perilaku Rasional : penggunaan psikostimulan mungkin tidak mengakibatkan perbaikan kenaikan kelas tanpa perubahan pada ketrampilan studi anak 4. Koordinasi seluruh rencana terapi dengan sekolah personel sederajat, anak, dan keluarga Rasional : keefektifan kognitif paling mungkin meningkat ketika terapi tidak terfragmentasi, juga tidak terlewatkannya intervensi signifikan karena kurangnya komunikasi interdisiplin. Evaluasi Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan ADHD antara lain : 1. Asietas dipertahankan pada tingkat di mana anak merasa tidak perlu melakukan agresi 2. Anak mencari staf untuk mendiskusikan perasaan- perasaan yang sebenarnya 3. Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima kemungkinan konsekuensi dari perilaku maladaptif diri sendiri 4. Anak mengungkapkan dan menerima tanggung jawab terhadap perilakunya sendiri
5. Anak mengungkapkan korelasi antara perasaan-perasaan ketidakseimbangan dan keperluan untuk mempertahankan ego melalui rasionalisasi dan kemuliaan 6. Anak tidak menertawakan atau mengkritik orang lain 7. Anak berinteraksi dengan orang lain dalam situasi-situasi kelompok tanpa bersikap defensif 8. Anak mencari anggota staf untuk sosial, serta untuk interaksi terapeutik 9. Anak telah membentuk dan secara memuaskan mempertahankan, satu hubungan antar probadi dengan pasien lainnya 10. Anak dengan suka rela dan sesuai berpartisipasi di dalam aktivitas kelompok 11. Anak mengungkapkan alasan-alasan bagi ketidakmampuan untuk membentuk hubungan antar pribadi yang dekat dengan orang lain pada masa lalu 12. Anak mampu menunda pemuasan terhadap keinginannya tanpa terpaksa untuk memanipulasi orang lain 13. Anak mampu mengeskpresikan kemarahan dengan cara yang dapat diterima secara sosial 14. Anak mampu mengungkapkan kemampuan –kemampuan koping alternatif , dapat diterima secara sosial, sesuai dengan gaya hidup dari yang ia rencanakan untuk menggunakannya sebagai respon terhadap rasa frustasi 15. Anak mengungkapkan persepsi yang positif tentang diri 16. Anak berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas baru tanpa memperlihatkan rasa takut yang ektrem terhadap kegiatan 17. Anak mampu untuk mengungkapkan perilaku-perilaku yang menjadi tanda ketika ansietas mulai timbul dan tindakan yang sesuai untuk menghentikan perkembangan dari kondisi tersebut 18. Anak mampu mempertahankan ansietas pada tingkat yang dapat dikendalikan 19. Anak mengungkapkan tidak adanya gangguan-gangguan pada waktu tidur 20. Tidak ada gangguan-gangguan yang diamati oleh perawat 21. Anak mampu untuk memulai tidur dalam 30 menit dan tidur selama 6 sampai 7 jam tanpa terbangun