ASEPTIC DISPENSING Anggota Kelompok Muh Rizal Nurhamidin (183400) Olivia Pebrianti Daty (18340031) Yolanda Pasang (18340032) Siti Nursyami (18340033)
Aseptis Dispensing • Aseptic dispensing adalah salah satu metode untuk untuk meminimalisir sediaan farmasi dari bahaya pirogen dan kontaminan. Metode ini meliputi tahap penyiapan, pencampuran penyimpanan, dan pembangunan. Setiap tahap erat kaitanya dengan ketersediaan sumber daya manusia, peralatan dan ruang. Sehingga diperlukan teknik yang benar dalam melakukan pencampuran sediaan parenteral.
Dispensing Sediaan Steril 1. Intravenous Admixture Pencampuran sediaan steril merupakan rangkaian perubahan bentuk obat dari kondisi semula menjadi produk baru dengan proses pelarutan atau penambahan bahan lain yang dilakukan secara aseptis oleh apoteker di sarana pelayanan kesehatan 2. Penyiapan Nutrisi Parenteral Merupakan kegiatan pencampuran nutrisi parenteral yang dilakukan oleh tenaga yang terlatih secara aseptis sesuai kebutuhan pasien dengan menjaga stabilitas sediaan, formula standar dan kepatuhan terhadap prosedur yang menyertai
lanjutan 3. Cytostatic
Merupakan penanganan Obat kanker secara aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai kebutuhan pasien oleh tenaga farmasi yang terlatih dengan pengendalian pada keamanan terhadap lingkungan, petugasmaupun sediaan obatnya dari efek toksik dan kontaminasi, dengan menggunakan alat pelindung diri, mengamankan pada saat pencampuran, distribusi, maupun proses pemberian kepada pasien sampai pembuangan limbahnya
Tujuan dari dispensing sediaan steril • • • •
1. Menjamin agar pasien menerima obat sesuai dengan dosis yang dibutuhkan 2. Menjamin sterilitas dan stabilitas produk
3. melindungi petugas dari paparan zat berbahaya 4. menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat
Peralatan • Peralatan yang harus dimiliki untuk melakukan pencampuran sediaan steril meliputi
• • • • •
Alat Pelindung Diri (APD) Baju Pelindung Sarung Tanagan Kaca Mata Pelindung
Masker disposible
Ruangan • Ruang persiapan (ruangan yang digunakan untuk administrasi dan penyiapan alatkesehatan dan bahan obat (etiket, pelabelan, penghitungan dosisdan volume cairan).
• Ruang cuci tangan dan ruang ganti pakaianSebelum masuk ke ruang antara, petugas harus mencuci tangan,ganti pakaian kerja dan memakai alat pelindung diri (APD
• Ruangan antara (ante room) petugas yang akan masuk ke ruang steril melalui suatu ruang antara
lanjutan • Ruang steril (clean room) ruangan steril harus memenuhi syarat sebagai berikut : 1) Jumlah partikel berukuran 0,5 mikron tidak lebih dari 350.000 partikel 2) Jumlah jasad renik tidak lebih dari 100 per meter kubik udara.
3) Suhu 18 – 22°C 4) Kelembaban 35 – 50% 5) Di lengkapi High Efficiency Particulate Air (HEPA) Filter 6) Tekanan udara di dalam ruang lebih positif dari pada tekananudara di luar ruangan. 7) Pass box adalah tempat masuk dan keluarnya alat kesehatandan bahan obat sebelum dan sesudah dilakukan pencampuran. Pass box ini terletak di antara ruang persiapan dan ruang steril.
Sumber Daya Manusia (SDM) • Apoteker . • Setiap apoteker yang melakukan persiapan/ peracikan sediaan sterilharus memenuhi
beberapa syarat sebagai berikut: • •Memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang penyiapan danpengelolaan komponen sediaan steril termasuk prinsip teknik aseptis. • • Memiliki kemampuan membuat prosedur tetap setiap tahapan pencampuran sediaan steril. Apoteker yang melakukan pencampuran sediaan steril sebaiknya selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya melalui pelatihan dan pendidikan berkelanjutan.
Intravenous Admixture • Obat Suntik Melakukan pencampuran Obat steril sesuai kebutuhan pasien yang menjamin kompatibilitas dan stabilitas Obat maupun wadah sesuai dengan dosis yang ditetapkan
Kegiatan:
• 1) mencampur sediaan intravena ke dalam cairan infus; • 2) melarutkan sediaan intravena dalam bentuk serbuk dengan pelarut yang sesuai; • 3) mengemas menjadi sediaan siap pakai. Faktor yang perlu diperhatikan:
• 1) ruangan khusus; • 2) lemari pencampuran Biological Safety Cabinet; dan • 3) HEPA Filter.
Penyiapan nutrisi parenteral • Kegiatan dalam dispensing sediaan khusus: • 1) Mencampur sediaan karbohidrat, protein, lipid, vitamin, mineral untuk kebutuhan perorangan; dan
• • • • • • •
2) mengemas ke dalam kantong khusus untuk nutrisi. Faktor yang perlu diperhatikan: 1) tim yang terdiri dari dokter, Apoteker, perawat, ahli gizi; 2) sarana dan peralatan; 3) ruangan khusus;
4) lemari pencampuran Biological Safety Cabinet; dan 5) kantong khusus untuk nutrisi parenteral.
Sitostatika Kegiatan Dalam Penanganan Sitostatika
• • • • •
1) melakukan perhitungan dosis secara akurat;
2) melarutkan sediaan Obat kanker dengan pelarut yang sesuai; 3) mencampur sediaan Obat kanker sesuai dengan protokol pengobatan; 4) mengemas dalam kemasan tertentu; dan
5) membuang limbah sesuai prosedur yang berlaku
Faktor Yang Harus Diperhatikan dalam sitotastika • • • • •
1) ruangan khusus yang dirancang dengan kondisi yang sesuai; 2) lemari pencampuran Biological Safety Cabinet;
3) HEPA filter; 4) Alat Pelindung Diri (APD); 5) sumber daya manusia yang terlatih; dan
6) cara pemberian Obat kanker
Adapun mekanisme cara terpaparnya obat kanker ke dalam tubuh adalah • • • • • •
-Inhalasi →Terhirup pada saat rekostitusi -Absorpsi →Masuk dalam kulit jika tertumpah -Ingesti →Kemungkinan masuk jika tertelan risiko yang tidak diinginkan dapat terjadi dalam transportasi, penyimpanan, pendistribusian, rekonstitusi dan pemberian sediaan sitostatika.
Penyiapan sediaan sitostatika • 1) Memeriksa kelengkapan dokumen (benar pasien, obat, dosis, rute dan waktu pemberian) • 2) Memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima (nama obat, jumlah, nomor batch, tanggal kadaluarsa), serta melengkapi form permintaan.
• • • • •
3) Melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika ada yang tidak jelas/tidaklengkap. 4) Menghitung kesesuaian dosis. 5) Memilih jenis pelarut yang sesuai.
6) Menghitung volume pelarut yang digunakan. 7) Membuat label obat berdasarkan: nama pasien, nomer rekam medis, ruang perawatan, dosis, cara pemberian, kondisi penyimpanan, tanggal pembuatan, dan tanggal kadaluarsa campuran.
• 8) Membuat label pengiriman terdiri dari: nama pasien, nomor rekam medis, ruang perawatan, jumlah paket. • 9) Melengkapi dokumen pencampuran • 10) Memasukkan alat kesehatan, label, dan obat-obatan yang akan dilakukan pencampuran kedalam ruang steril melalui pass box.
Pencampuran sediaan sitostatika • • • • • • • • • •
1) Memakai APD sesuai prosedur tetap 2) Mencuci tangan sesuai prosedur tetap 3) Menghidupkan biological safety cabinet (BSC) 5 menit sebelum digunakan. 4) Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi BSC sesuai prosedur tetap 5) Menyiapkan meja BSC dengan memberi alas sediaan sitostatika. 6) Menyiapkan tempat buangan sampah khusus bekas sediaan sitostatika. 7) Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan menyemprot alkohol 70%. 8) Mengambil alat kesehatan dan bahan obat dari pass box. 9) Meletakkan alat kesehatan dan bahan obat yang akan dilarutkan di atas meja BSC.
10) Melakukan pencampuran sediaan sitostatika secara aseptis.
lanjutan • 11) Memberi label yang sesuai pada setiap infus dan spuit yang sudah berisi sediaan • • • • •
sitostatika. 12) Membungkus dengan kantong hitam atau aluminium foil untuk obat-obat yang harus terlindung cahaya. 13) Membuang semua bekas pencampuran obat kedalam wadah pembuangan khusus. 14) Memasukan infus untuk spuit yang telah berisi sediaan sitostatika ke dalam wadah untuk pengiriman. 15) Mengeluarkan wadah untuk pengiriman yang telah berisi sediaan jadi melalui pass box. 16) Menanggalkan APD sesuai prosedur tetap.
Penanganan tumpahan sediaan sitostatika • • • • •
1) Membersihkan tumpahan di luar BSC dalam ruang steril
• • • • •
e) Serap tumpahan cair dengan kassa penyerap dan buang dalam kantong tersebut.
a) Meminta pertolongan, jangan tinggalkan area sebelum diizinkan. b) Beri tanda peringatan di sekitar area. c) Petugas penolong menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) d) Angkat partikel kaca dan pecahan-pecahan dengan menggunakan alat seperti sendok dan tempatkan dalam kantong buangan. f) Serap tumpahan serbuk dengan handuk basah dan buang dalam kantong tersebut. g) Cuci seluruh area dengan larutan detergent. h) Bilas dengan aquadest. i) Ulangi pencucian dan pembilasan sampai seluruh obat terangkat.
lanjutan j) Tanggalkan glove luar dan tutup kaki, tempatkan dalam kantong pertama. k) Tutup kantong dan tempatkan pada kantong kedua. l) Tanggalkan pakaian pelindung lainnya dan sarung tangan dalam, tempatkan dalam kantong kedua. m) Ikat kantong secara aman dan masukan dalam tempat penampung khusus untuk dimusnahkan dengan incenerator. n) Cuci tangan.
2) Membersihkan tumpahan di dalam BSC a) Serap tumpahan dengan kassa untuk tumpahan cair atau handuk basah untuk tumpahan serbuk. b) Tanggalkan sarung tangan dan buang, lalu pakai 2 pasang sarungtangan baru. c) Angkat hati-hati pecahan tajam dan serpihan kaca sekaligus dengan alas kerja/meja/penyerap dan tempatkan dalam wadah buangan. d) Cuci permukaan, dinding bagian dalam BSC dengan detergent, bilas dengan aqua destilata
menggunakan kassa. Buang kassa dalam wadah pada buangan. e) Ulangi pencucian 3 x. f) Keringkan dengan kassa baru, buang dalam wadah buangan. g) Tutup wadah dan buang dalam wadah buangan akhir.
h) Tanggalkan APD dan buang sarung tangan, masker, dalam wadah buangan akhir untuk dimusnahkan dengan incenerator. i) Cuci tangan.
Dekontaminasi akibat kontak dengan bagian tubuh: • 1) Kontak dengan kulit: • • • • • • • • •
a) Tanggalkan sarung tangan. b) Bilas kulit dengan air hangat. c) Cuci dengan sabun, bilas dengan air hangat.
d) Jika kulit tidak sobek, seka area dengan kassa yang dibasahi dengan larutan Chlorin 5 % dan bilas dengan air hangat. e) Jika kulit sobek pakai H2O2 3 %. f) Catat jenis obatnya dan siapkan antidot khusus. g) Tanggalkan seluruh pakaian alat pelindung diri (APD) h) Laporkan ke supervisor.
i) Lengkapi format kecelakaan.
lanjutan • 2) Kontak dengan mata : • • • • • • • •
a) Minta pertolongan. b) Tanggalkan sarung tangan. c) Bilas mata dengan air mengalir dan rendam dengan air hangat selama 5 menit. d) Letakkan tangan di sekitar mata dan cuci mata terbuka dengan larutan NaCl 0,9%. e) Aliri mata dengan larutan pencuci mata. f) Tanggalkan seluruh pakaian pelindung. g) Catat jenis obat yang tumpah.
h) Laporkan ke supervisor.
lanjutan • 3) Tertusuk jarum • • • • • • • • • • •
a) Jangan segera mengangkat jarum. Tarik kembali plunger untuk menghisap obat yang mungkin terinjeksi. b) Angkat jarum dari kulit dan tutup jarum, kemudian buang. c) Jika perlu gunakan spuit baru dan jarum bersih untuk mengambil obat dalam jaringan yang tertusuk. d) Tanggalkan sarung tangan, bilas bagian yang tertusuk dengan air hangat.
e) Cuci bersih dengan sabun, bilas dengan air hangat. f) Tanggalkan semua APD. g) Catat jenis obat dan perkirakan berapa banyak yang terinjeksi. h) Laporkan ke supervisor. i) Lengkapi format kecelakaan kerja.
j) Segera konsultasikan ke dokter. f. Pengelolaan limbah sitostatika
Penanganan limbah sitostatika •
1) Limbah sitotoksis sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang dengan penimbunan (landfill) atau ke saluran limbah umum.
•
2) Pembuangan yang dianjurkan adalah dikembalikan ke perusahaan penghasil atau distributornya, insinerasi pada suhu tinggi dan degradasi kimia. Bahan yang belum dipakai dan kemasannya masih utuh karena kadaluarsa harus dikembalikan ke distributor apabila tidak ada incinerator dan diberi keterangan bahwa obat sudah kadaluarsa ata tidak lagi dipakai.
•
3) Insinerasi pada suhu tinggi sekitar 12000C dibutuhkan untuk menghancurkan semua bahan sitotoksik. Insinerasi pada suhu
rendah dapat menghasilkan uap sitotoksisk yang berbahaya ke udara.
•
4) Insinerator pirolitik dengan 2 (dua) tungku pembakaran pada suhu 12000C dengan minimum waktu tinggal 2 detik atau suhu 10000C dengan waktu tinggal 5 detik di tungku kedua sangat cocok untuk bahan ini dan dilengkapi dengan penyaring debu.
•
5) Insinerator juga harus dilengkapi dengan peralatan pembersih gas. Insinerasi juga memungkinkan dengan rotary kiln yang didesain
untuk dekomposisi panas limbah kimiawi yang beroperasi dengan baik pada suhu diatas 8500C.
lanjutan • 6) Insinerator dengan satu tungku atau pembakaran terbuka tidak tepat untuk pembuangan limbah sitotoksis. • 7) Metode degradasi kimia yang mengubah senyawa sitotoksik menjadi senyawa tidak beracun dapat digunakan tidak hanya untuk residu obat tapi juga untuk pencucian tempat urin, tumpahan dan pakaian pelindung.
• 8) Cara kimia relatif mudah dan aman meliputi oksidasi oleh kalium permanganat (KMnO4) atau asam sulfat (H2SO4), penghilangan nitrogen dengan asam bromida, atau reduksi dengan nikel dan alumunium.
• 9) Insinerasi maupun degradasi kimia tidak merupakan solusi yang sempurna untuk pengolahan limbah, tumpahan atau cairan biologis yang terkontaminasi agen antineoplastik. Oleh karena itu, rumah sakit harus berhati-hati dalam menangani obat sitotoksik.
• 10) Apabila insinerasi maupun degradasi tidak tersedia, kapsulisasi atau inersisasi dapat dipertimbangkan sebagai cara yang dapat dipilih