Asam Salisilat (salep) - Titrasi Asam Basa Tidak Langsung.docx

  • Uploaded by: Tina Agustini
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Asam Salisilat (salep) - Titrasi Asam Basa Tidak Langsung.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,134
  • Pages: 14
NILAI

PARAF

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II ANALISIS KUANTITATIF PENENTUAN KADAR ASAM SALISILAT DALAM SEDIAAN SALEP DENGAN METODE TITRASI ASAM BASA TIDAK LANGSUNG

Nama/NIM

:

Novi Nurbaety

(31116130)

Siti Zahra Fauzia

(31116142)

Tina Agustini

(31116145)

Kelas / Kelompok

:

Farmasi 3C / I

Tanggal Praktikum

:

19 Februari 2019

Tanggal Masuk Laporan

:

26 Februari 2019

Dosen

:

Dra. Lilis Tuslinah, M.Si.,Apt Ade Yeni Aprillia, M.Si

PROGRAM STUDI S1 FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA 2018 0

I.

Tujuan Praktikum Mahasiswa mampu melakukan dan memahami Analisis kuantitatif penentuan kadar senyawa asam salisilat dalam sediaan salep menggunakan metode titrasi asam basa tidak langsung

II.

Prinsip Percobaan Asam salisilat yang telah terisolasi dari sediaan salep akan bereaksi dengan NaOH yang ditambahkan pada erlenmeyer sebelum titrasi, dimana kelebihan NaOH yang tidak bereaksi dengan asam salisilat tersebut dititrasi dengan HCL , dimana titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya perubahan warna yang konstan dari warna merah muda menjadi tidak berwarna dengan menggunakan indikator phenolphtalein, sehingga kadar asam salisilat dapat di tentukan melalui perhitungan.

III.

Reaksi 1. Reaksi Pembakuan NaOH 2NaOH +

Na2C2O4

H2C2O4

2H2O

+

2. Reaksi Pembakuan HCl HCl

+

NaOH

NaCl

H2O

+

3. Reaksi Penentuan Kadar Asam salisilat

O

OH

O

ONa

OH

OH

+ H2O +

+ NaOH

NaOH HCl (Berlebih) +

NaCl

+

NaOH (Berlebih)

H2O

1

IV.

Dasar Teori Analisis volumetri adalah suatu analisis kuantitatif dengan mengukur secara teliti volume larutan yang diketahui konsentrasinya yang dapat bereaksi sempurna dengan zat yang akan ditentukan kadarnya. Berdasarkan cara titrasi, metode volumetri dibagi menjadi 2 yaitu : (Cartika, 2016) 1. Titrasi langsung, dimana dilakukan dengan menitrasi langsung zat yang akan ditetapkan kadarnya. Perhitungan didasarkan pada kesetaraan langsung larutan titer dengan zat uji. 2. Titrasi tidak langsung atau kembali, dilakukan dengan cara penambahan titran dalam jumlah berlebih, kemudian kelebihan titran dititrasi dengan larutan titran lain. Dengan cara ini umumnya dilakukan titrasi blanko (tanpa zat uji), perhitungan didasarkan pada kesetaraan tidak langsung larutan titer dengan zat uji. Teori alkalimetri dimana zat asam biasanya ditentukan secara kuantitatif dengan metode yang sama digunakan untuk penentuan kuantitatif dari basa. Ada 2 metode yang digunakan untuk pengujian zat asam tersebut yaitu : (Ashutosh kar, 2005) 1. Metode titrasi langsung yaitu dilakukan secara langsung melakukan titrasi jumlah asam yang tepat, garam atau zat asam lain yang dengan larutan standar alkali. 2. Metode titrasi residual/ tidak langsung/ kembali yaitu dilakukan dengan penambahan larutan alkali atau standar berlebih dan menentukan larutan standar asam berlebih dengan titrasi residual.

Struktur Asam Salisilat 

Rumus Molekul : C7H6O3



Bobot Molekul : 138,12



Pemerian : Hablur, biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk halus; putih, rasa agak manis, tajam dan stabil di udara. Bentuk sintesis warna putih dan tidak

2

berbau. Jika terbuat dari metal salisilat alami dapat berwarna kekuningan atau merah muda dan berbau lemah mirip mentol. (FI V, hal. 163) 

Kelarutan : Serbuk larut dalam air dan dalam benzene, mudah larut dalam etanol dan dalam eter, larut dalam air mendidih, agak sukar larut dalam kloroform (FI V, hal. 163).



Titik leleh : 157-159˚C



Titik didih : 211˚C



Metode analisis yang dapat dilakukan : -

Metode kualitatif

-

Titrimetri

-

Spektrofotometri

-

Colorimetri

-

Radiometri

-

Flourometri

-

Spectroscopy IR

-

Kromatografi

-

Thermal analysis (Florey Vol.23, 1994) Asam salisilat termasuk kedalam golongan asam hidroksi benzoat dimana dua

atom hidrogen yang terikat pada atom karbon masing- masing disubstitusi oleh gugus karboksilat (-COOH) dan gugus hidroksil (-OH). Asam salisilat memiliki nilai pKa 2,95 (Florey, 2007) yang artinya asam salisilat bersifat asam menurut BronstedLowry dimana senyawa dikatakan asam apabila dapat melepas atau mendorkan proton (H+). Dua gugus fungsi yang terdapat pada asam salisilat struktur yakni posisi orto Karena jaraknya lebih dekat maka induksinya lebih besar. Induksi adalah suatu gaya yang secara tidak langsung mempengaruhi satu struktur sehingga beda potensial pada gugus substituen –OH dapat menginduksi benzene sehingga dapat terjadi resonansi dan mempengaruhi semua atom C yang terdapat pada cincin benzene. Ketika atom C yang berikatan dengan –COOH berubah menjadi C elektropositif, maka gugus – COOH akan berubah sehingga atom H+ dari –COOH akan mudah lepas. Semakin banyak atom H+ yang lepas maka nilai pH semakin rendah sehingga senyawa asam salisilat bersifat asam (Sudjadi, 2018).

3

V.

Alat dan Bahan 

Alat yang digunakan: 1. Tabung reaksi 2. Spatula 3. Pipet tetes 4. Corong pisah 5. Beakerglass 6. Pipet volume 10 mL 7. Buret 8. Erlenmeyer 9. Kaca arloji 10. Timbangan analitik 11. Statif 12. Klem 13. Vortex 14. Labu ukur 50 mL 15. Cawan uap 16. Batang pengaduk



Bahan: 1. Salep asam salisilat (salep) 2. Asam oksalat 0,1 N 3. NaOH 0,1 N 4. HCl 0,1 N 5. Indikator fenolftalein (PP)

4

VI.

Prosedur 1. Isolasi Sampel salep : asam salisilat + basis (vaselin) Ditambah NaOH Natrium salisilat Ditambah eter

Fase air: Na salisilat

Fase eter: vaselin

Diambil Ditambah HCl Asam salisilat Ditambah eter Diuapkan Kristal asam salisilat murni

Fase air diuji dengan FeCl3 apabila menghasilkan warna ungu maka sampel belum terekstraksi sempurna. Tambahkan NaOH kembali sampai pengujian dengan FeCl3 tidak menghasilkan warna ungu.

2. Pembakuan Larutan NaOH Dimasukkan 10 mL asam oksalat 0,1 N kedalam erlenmeyer

Ditambahkan 3 tetes indikator PP kedalam erlenmeyer

Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali

Dititrasi dengan NaOH sampai larutan berwarna merah muda stabil

5

3. Pembakuan Larutan HCl Dimasukkan 10 mL NaOH yang telah dibakukan sebelumnya kedalam erlenmeyer

Ditambahkan 3 tetes indikator PP kedalam erlenmeyer

Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali

Dititrasi dengan HCl sampai larutan berwarna merah muda stabil

4. Titrasi Sampel Asam Salisilat

Asam salisilat hasil isolasi dilarutkan dengan eter dalam labu ukur ad 50 mL

Diambil 10 mL sampel lalu dimasukan kedalam erlenmeyer

Ditambahkan 10 mL NaOH kedalam erlenmeyer

Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali

Dititrasi dengan HCl sampai warna merah muda hilang atau bening

Ditambahkan 2 tetes indikator PP kedalam erlenmeyer maka terbentuk larutan berwarna merah muda

6

VII.

Perhitungan dan Data Hasil Pengamatan a. Perhitungan Pembuatan Larutan 1. Larutan NaOH 0,1 N 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑁 × 𝐵𝐸 × 𝑉 = 0,1 × 40 × 1 = 4 𝑔𝑟𝑎𝑚 2. Larutan Asam Oksalat 0,1 N 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑁 × 𝐵𝐸 × 𝑉 = 0,1 × 63 × 0,05 = 0,315 𝑔 / 315 𝑚𝑔 3. Larutan HCl 0,1 N 𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2 500 × 0,1 = 𝑉2 × 12 50

𝑉2 = 12 𝑉2 = 4,16 𝑚𝐿 b. Pembakuan NaOH oleh Asam Oksalat Titrasi ke-

V Asam Oksalat

N Asam Oksalat

V NaOH

1

10 mL

0,1 N

14,1 mL

2

10 mL

0,1 N

14 mL

3

10 mL

0,1 N

14 mL

Rata − Rata Volume NaOH =

14,1 + 14 + 14 = 14,03 mL 3

VAsam Oksalat × NAsam Oksalat = VNaOH × NNaOH 10 × 0,1 = 14,03 × NNaOH 1

NNaOH = 14,03 NNaOH = 0,071 N

7

c. Pembakuan HCl oleh NaOH Titrasi ke-

V NaOH

N NaOH

V HCl

1

10 mL

0,071 N

9,3 mL

2

10 mL

0,071 N

9,4 mL

3

10 mL

0,071 N

9,4 mL

9,3 + 9,4 + 9,4 = 9,36 𝑚𝐿 3

𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑁𝑎𝑂𝐻 =

𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑉𝐻𝐶𝑙 × 𝑁𝐻𝐶𝑙 10 × 0,071 = 9,36 × 𝑁𝐻𝐶𝑙 𝑁𝐻𝐶𝑙 =

0,71 9,36

𝑁𝐻𝐶𝑙 = 0,076 𝑁 d. Titrasi Sampel Asam Salisilat Titrasi ke-

N NaOH

V HCl

N HCl

1

V NaOH berlebih 10 mL

0,071 N

8,5 mL

0,076 N

2

10 mL

0,071 N

8,5 mL

0,076 N

3

10 mL

0,071 N

8,5 mL

0,076 N

𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐻𝐶𝑙 = 

8,5 + 8,5 + 8,5 = 8,5 𝑚𝐿 3

Volume NaOH yang tidak bereaksi : 𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑉𝐻𝐶𝑙 × 𝑁𝐻𝐶𝑙 𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 × 0,071 𝑁 = 8,5 𝑚𝐿 × 0,076 𝑁 𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 =

0,646 𝑚𝐿.𝑁 0,071 𝑁

𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 = 9,0986 𝑚𝐿 

Volume NaOH yang bereaksi = 10 mL – 9,0986 mL = 0,9014 mL 8



Berat analit asam salisilat yang diperoleh : 𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑉𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 × 𝑁𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 0,9014 𝑚𝐿 × 0,076 𝑁 = 10 𝑚𝐿 × 𝑁𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 𝑁𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 =

0,0685 𝑚𝐿.𝑁 10 𝑚𝐿

𝑁𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 = 0,00685 N 𝑁𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 =

𝑚𝑜𝑙 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 .𝑉

0,00685 𝑁 =

𝑚𝑜𝑙 1.50 𝑚𝐿

𝑚𝑜𝑙𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 = 50 𝑚𝐿 .0,00685 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 = 0,3425 𝑚𝑜𝑙 𝑚𝑜𝑙 = 0,3425 =

𝑚𝑔 𝐵𝑀 𝑚𝑔 138,12

𝑚𝑔𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 = 47,3061 𝑚𝑔  Persentase Kadar Asam Salisilat 𝑚𝑔𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 % 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 = 𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 100% 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙 % 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 =

47,3061 𝑚𝑔 8280,8 𝑚𝑔

𝑥 100%

% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 = 0,57%

9

VIII.

Pembahasan Dalam praktikum kali ini dilakukan analisis kuantitatif yaitu penentuan kadar asam salisilat dalam sediaan salep dengan nomor sampel 48 menggunakan metode titrasi asam basa tidak langsung. Sebelum titrasi perlu dilakukan pemisahan analit terlebih dahulu yaitu asam salisilat dari matriksnya (vaselin) hal ini dilakukan karena vaselin dapat mengganggu proses penentuan kadar asam salisilat. Metode ekstraksiyang digunakan yaitu ekstraksi cair- cair (ECC) dimana dapat memisahkan senyawa berdasarkan perbedaan kelarutan pada dua jenis pelarut yang berbeda yang tidak saling tercampur sedangkan kelarutan dari asam salisilat dan vaselin sama- sama larut dalam etanol maka asam salisilat harus diubah dalam bentuk garamnya dengan ditambahkan NaOH 0,1 N sehingga menjadi natrium salisilat. Penggaraman di lakukan dengan tujuan terjadi pemisahan antara asam salisilat dengan vaselin yang mempunyai kelarutan yang sama, ketika asam salisilat telah berubah kedalam bentuk garam maka garam akan larut dalam fasa air sedangkan vaselin berada pada fasa eter sehingga keduanya dapat dipisahkan. Ketika analisis kuantitatif maka analit harus berada dalam bentuk asam salisilat , maka diperlukan penambahan HCl untuk mendesak asam salisilat dari bentuk garamnya melalui proses reaksi disosiasi. Selanjutnya dilakukan ekstraksi kembali dengan penambahan eter untuk menarik asam salisilat dimana eter akan berada di fase atas karena bobot dari eter yang lebih rendah dari pada air. Fase eter yang mengandung asam salisilat diuapkan untuk menghilangkan eternya sehingga menghasilkan kristal asam salisilat murni. Penentuan kadar dilakukan dengan menggunakan metode asam basa tidak langsung hal ini dikarenakan sifat garam dari asam salisilat yang tidak stabil dan mudah kembali kedalam bentuk salisilat sehingga apabila dilakukan titrasi secara langsung melalui reaksi penggaraman langsung oleh NaOH tidak akan akurat karena garam yg terbentuk tidak stabil. Maka dari itu diperlukan titrasi tidak langsung dimana NaOH ditambahkan terlebih dahulu dan kelebihannya dititrasi dengan HCL yg telah dibakukan dengan NaOH, yang NaOH itu sendiri telah dibakukan dengan menggunakan asam oksalat. Dalam hal ini NaOH dan HCl disebut dengan larutan baku sekunder yaitu larutan baku yang harus dipastikan konsentrasinya karena bersifat tidak stabil, dimana NaOH bersifat higroskopis atau mudah menyerap air sehingga ketika disimpan dalam waktu yang cukup lama konsentrasi dari NaOH dapat berkurang. Sedangkan larutan baku primer adalah larutan yang telah diketahui secara pasti konsentrasinya dan bersifat stabil. Asam oksalat tidak bersifat higroskopis dan memiliki berat ekivalen yang besar sehingga tidak mudah terpengaruh kemurniannya. Fungsi dari pembakuan NaOH yaitu untuk mengetahui normalitas dari NaOH yang digunakan. Dengan pembakuan tersebut dihasilkan normalitas NaOH yang digunakan sebesar 0,071 N. Karena menggunakan titrasi asam basa tidak langsung maka selain dilakukan pembakuan NaOH dengan asam oksalat juga dilakukan pembakuan HCl dengan

10

menggunakan NaOH yang sudah diketahui konsentrasinya (0,071 N), dengan pembakuan tersebut diperoleh normalitas HCl sebesar 0,076 N. Tahap terakhir yaitu penentuan kadar sampel asam salisilat, dimana sebelum dilakukan titrasi sampel dalam bentuk kristal dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan etanol 50 mL. Kemudian larutan sampel asam salisilat dipipet sebanyak 10 mL dan dimasukkan NaOH berlebih sebanyak 10 mL dengan ditambah indicator fenolftalen yang bertujuan sebagai penunjuk titik akhir titrasi yang kemudian dititrasi dengan menggunakan HCl. Dalam proses penambahan NaOH berlebih akan terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah muda, hal ini disebabkan indikator fenolftalen yang ditambahkan sebelumnya akan berubah warna ketika suasana basa yaitu pada rentang 8,2 – 10, kemudian titik akhir titrasi di tandai perubahan warna dari sampel yang semula merah muda menjadi bening karena indikator phenolphthalein akan kembali tidak berwarna apabila suasana telah mencapai titik asam. Setelah dilakukan pengolahan data dan perhitungan diperoleh presentase kadar asam salisilat sebesar 0,57%.

IX.

Kesimpulan Berdasarkan hasil praktikum dapat didimpulkan bahwa sampel nomor 48 memiliki kadar asam salisilat sebesar 0,57%.

11

DAFTAR PUSTAKA     

Anonim. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta : Depkes RI Ashutosh Kar.2005. Pharmaceutical Drug Analysis. New Age International; (P) Limited Dra. Harpolia Cartika. 2016. Kimia Farmasi. Jakarta: Kemenkes RI Klaus Florey. 2007. Profiles of Drug Substances, Excipients and Related Methodology Vol.33. Academic Press in an imprint of Elsevier. London Klaus Florey. 1994. Analytical Profiles of Drug Substances and Excipients Vol. 23. Academic Press in an imprint of Elsevier. London

12

LAMPIRAN

Sampel Salep Asam Salisilat yang digunakan

Proses Ekstraksi Asam Salisilat dengan Vaseline

pH analit Natrium Salisilat

Proses Titrasi Asam Basa Tidak Langsung

Setelah dititrasi terjadi peubahan dari warna muda menjadi tidak berwarna

Hasil titrasi sampel asam salilisat

pH analit Natrium Salisilat stelah penambahan HCl

Kristal Asam Salisilat murni yang diperoleh

13

Related Documents


More Documents from "dewi nisrina"