BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS INKUIRI MATERI HUKUM NEWTON UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA IMERSI
artikel disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika
oleh Priagung Susetiadi 4201407045
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012
PENGESAHAN Artikel yang berjudul Bahan Ajar Fisika Berbasis Inkuiri Materi Hukum Newton Untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Imersi disusun oleh Priagung Susetiadi 4201407045 telah disetujui dan disahkan pada hari
:
tanggal :
Mengetahui, Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
Dra. Dwi Yulianti, M.Si 19600722 198403 2 001
Ellianawati, S.Pd., M.Si. 19741126 200501 2 001
BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS INKUIRI MATERI HUKUM NEWTON UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA IMERSI
P. Susetiadi, D. Yulianti, Ellianawati Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang e-mail:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan bahan ajar fisika bilingual berbasis inkuiri untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas imersi. Desain penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan uji coba menggunakan penelitian eksperimen. Data hasil belajar kognitif dan kemampuan berpikir kritis diperoleh dari tes uraian, data hasil belajar afektif dan psikomotorik diperoleh dari lembar observasi. Bahan ajar fisika bilingual berbasis inkuiri yang dihasilkan, termasuk dalam kriteria sangat layak dan mudah dipahami. Hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik serta kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Bahan ajar yang dimodifikasi dengan aspek berpikir kritis dan kegiatan praktikum dapat membantu siswa mempelajari materi pelajaran. Siswa lebih antusias dan terlibat dalam menemukan konsep-konsep karena terdapat kegiatan bereksperimen pada bahan ajar. Hasil ini menunjukkan bahwa bahan ajar fisika bilingual berbasis inkuiri yang telah disusun layak digunakan, karena mudah dipahami dan mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas imersi. Kata Kunci: Bahan Ajar, Berpikir Kritis, Inkuiri.
ABSTRACT This study aims to provide bilingual teaching materials physics-based inquiry to develop students' critical thinking skills of immersion classes. Design of research was conducted using the approach to research and development with the trial test of experimental research. Cognitive learning outcomes and critical thinking skills gained obtained from the descriptions test, affective and psychomotor learning outcomes obtained from the observation sheet. Bilingual teaching materials physics-based inquiry produced is very reasonable and understandable. The results of cognitive learning, affective, and psychomotor and also critical thinking skills of the experimental class is better than the control class. Teaching materials that modified with aspects of critical thinking and practical activities could help students to learn subject matter. Students are more enthusiastic and engaged in discovering the concepts, not just listening to the teacher and memorized the existing concepts. Events experiment in teaching materials. These results showed that bilingual teaching materials physicsbased inquiry is reasonable, because it can be develop student’s critical thinking skills of immersion classes. Keyword: Critical Thinking, Inquiry, Teaching Materials.
PENDAHULUAN Kelas imersi merupakan kelas yang diadakan dalam rangka persiapan dan langkah awal menuju Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Kelas imersi sebagai persiapan bagi sekolah menuju Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) diharapkan mampu bersaing dalam persaingan global di bidang pendidikan. Agar siswa kelas imersi mampu bersaing di tingkat internasional, maka siswa perlu dibimbing untuk menjadi siswa yang aktif, mampu berpikir kritis dan logis. Sadia (2008) menjelaskan bahwa kemampuan berpikir kritis dapat dikembangkan
melalui metode inkuiri. Melalui metode inkuiri, siswa dapat memperoleh keterampilan dan mampu mengembangkan sikap dalam penyelesaian masalah sehingga kemampuan berpikir kritis siswa akan berkembang. Oleh karena itu diperlukan bahan ajar bilingual yang mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas imersi melalui metode inkuiri. Salah satu tujuan utama pembelajaran fisika adalah membantu siswa memperoleh pengetahuan dasar secukupnya yang dapat digunakan secara fleksibel (Reif, 1995). Pembelajaran fisika di kelas imersi tetap menggunakan kurikulum nasional yang berlaku, tetapi sekolah dapat menambah, memperluas, dan memperdalam kurikulum yang berlaku sesuai dengan perkembangan internasional dengan tetap memperhatikan kondisi sekolah dan nilai budaya Indonesia. Penyusunan bahan ajar fisika bilingual berbasis inkuiri untuk kelas imersi bertujuan untuk mengarahkan semua aktivitas dalam proses pembelajaran. Metode inkuiri yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode inkuiri terbimbing (Guided Inquiry), yaitu guru berfungsi sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran (Wenning, 2005). Penggunan metode inkuiri pada bahan ajar diharapkan dapat menekankan pada kemampuan berpikir kritis siswa dalam konteks dunia nyata (Gangrelly, 2009). Kemampuan berpikir kritis yang ditekankan meliputi kemampuan mengaplikasikan, mengobservasi, menganalisis, mengukur, menyimpulkan, dan mengevaluasi. Apabila siswa memiliki kemampuan berpikir kritis yang tinggi maka mereka akan mampu merancang dan mengarungi kehidupannya pada masa yang akan datang yang penuh dengan tantangan. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah apakah penggunaan metode inkuiri yang terdapat dalam bahan ajar bilingual dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas imersi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyediakan bahan ajar fisika bilingual berbasis inkuiri, mengetahui kelayakan bahan ajar fisika bilingual, dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis. METODE Populasi dalam penelitian ini adalah siswa imersi kelas X SMAN 1 Bojong tahun 2011/2012. Sampel penelitian ini adalah kelas X2 sebagai kelas eksperimen dan X1 sebagai kelas kontrol. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan “Penelitian Pengembangan” (Research and Development). Penelitian dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah direncanakan agar mencapai tujuan. Prosedur penelitian ini tahap pertama adalah menganalisis latar belakang pentingnya penyusunan bahan ajar bilingual, yaitu kurangnya bahan ajar fisika bilingual dalam proses pembelajaran fisika di SMA Negeri 1 Bojong untuk kelas imersi. Informasi ini diperoleh dari hasil wawancara terhadap guru fisika SMA Negeri 1 Bojong. Tahap yang kedua adalah menganalisis kurikulum. Peneliti mempelajari dan menganalisis pelaksanaan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) bidang studi Fisika kelas X sebagai bekal untuk mendesain bahan ajar yang berorientasi pada KTSP. Tahap ketiga adalah membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan produk bahan ajar. Penyusunan RPP mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat pada silabus. Standar kompetensi untuk materi hukum Newton yaitu menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik, sedangkan kompetensi dasarnya adalah menerapkan hukum Newton sebagai prinsip dasar dinamika untuk gerak lurus, gerak vertikal, dan gerak melingkar beraturan. Tahapan selanjutnya adalah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sekaligus penyusunan produk bahan ajar fisika berbasis inkuiri. Bahan ajar dirancang dengan pendekatan inkuiri pada materi hukum Newton, dan disajikan dalam bentuk dua bahasa (bilingual) yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Tahap keempat adalah melakukan validasi bahan ajar dan melakukan uji kelayakan. Validasi bahan ajar dilakukan oleh dosen pembimbing selaku ahli. Setelah bahan ajar divalidasi oleh dosen pembimbing, maka dilakukan uji kelayakan. Uji kelayakan dilakukan oleh 6 mahasiswa fisika PGSBI dan 2 guru fisika SMA Negeri 1 Bojong. Tahap keenam adalah melakukan uji coba bahan ajar. Uji coba bahan ajar dilakukan pada siswa SMA Negeri 1 Bojong kelas X2. Setelah bahan ajar diujikan,
penelitian mencapai tahap terakhir yaitu menghasilkan produk berupa bahan ajar fisika bilingual berbasis inkuiri yang telah diujicobakan pada kelas X2 SMA Negeri 1 Bojong. Metode pengumpulan datanya menggunakan metode tes, non tes, dan angket. Metode tes meliputi Cloze Test dan tes uraian, metode non tes meliputi lembar observasi afektif dan psikomotorik, sedangkan metode angket meliputi angket kelayakan bahan ajar. Data yang diperoleh dari Cloze Test yaitu tingkat keterbacaan bahan ajar. Data yang diperoleh dari tes uraian yaitu hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis, hasil belajar dianalisis menggunakan uji homogenitas, uji-t satu pihak, sedangkan kemampuan berpikir kritis dianalisis menggunakan uji gain dan analisis kemampuan berpikir kritis. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji kelayakan bahan ajar fisika berbasis inkuiri disajikan pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Grafik hasil penilaian kelayakan bahan ajar Skor tingkat keterbacaan bahan ajar berbasis inkuiri dari hasil perhitungan adalah 85,07%. Apabila hasil perhitungan tersebut dikonsultasikan dengan kriteria Bormuth, maka bahan ajar fisika berbasis inkuiri materi hukum Newton termasuk kedalam kriteria mudah dipahami. Data hasil belajar kognitif, afektif, psikomotorik, dan peningkatan kemampuan berpikir kritis disajikan pada Tabel 4.1, 4.2, 4.3, dan 4.4. Tabel 4.1 Nilai hasil belajar kognitif No.
Kategori
Kelompok Eksperimen Pre test Post test
Kelompok Kontrol Pre test Post test
1.
Nilai tertinggi
57,14
89,29
57,14
85,71
2. 3.
Nilai terendah Nilai rata-rata
28,57 39,90
60,71 75.31
28,57 39,18
57,14 71,94
4.
Ketuntasan klasikal (%)
0
71,42
0
65,71
Tabel 4.2 Nilai hasil belajar psikomotorik No. 1 2 3 4
Kategori Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata Ketuntasan klasikal (%)
Kelompok Eksperimen 100 50 80,27 88,57
Kelompok Kontrol 100 50 77,85 80
Tabel 4.3 Nilai hasil belajar afektif No. 1
Kategori Nilai tertinggi
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
100
100
2
Nilai terendah
58,33
50
3
Nilai rata-rata
4
Ketuntasan klasikal (%)
89,29 95,24
85,32 85,71
Tabel 4.4 Peningkatan kemampuan berpikir kritis No. 1 2 3 4 5 6 7
Kategori
Mengukur Menghipotesis Menyimpulkan Menganalisis Mengklasifikasi Mengamati Mengevaluasi Jumlah Persentase (%) Peningkatan (Uji gain)
Kelas Eksperimen Pre test 47 100 60 35 40 74 35 351 35,81
Post test 72 117 137 79 130 127 76 798 81,42
Kelas Kontrol Pre test 45 96 59 35 39 75 35 314 32,04
0,71
Post test 62 117 134 69 133 118 72 705 71,94 0,58
Hasil analisis skor peningkatan kemampuan berpikir kritis disajikan pada Gambar 4.2 berikut.
Gambar 4.2 Peningkatan kemampuan berpikir kritis KELAYAKAN BAHAN AJAR Penilaian komponen kelayakan bahan ajar menggunakan angket kelayakan bahan ajar. Persentase yang diperoleh dari angket hasil uji kelayakan bahan ajar bilingual berbasis inkuiri termasuk dalam kategori sangat layak digunakan sebagai media untuk menyampaikan informasi kepada siswa. Pencapaian kelayakan tersebut dikarenakan penyusunan bahan ajar bilingual menggunakan prinsip relevansi, konsistensi dan kecukupan (Depdiknas, 2006:6). Prinsip relevansi dan konsistensi diterapkan pada isi bahan ajar bilingual, yaitu disesuaikan dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator materi pelajaran. Bahan ajar dikembangkan menggunakan metode inkuiri dan tujuh kemampuan berpikir kritis siswa, yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan dan LKS untuk memandu siswa dalam mempelajari materi
pelajaran. Prinsip kecukupan diterapkan pada isi bahan ajar yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan RPP sehingga semua materi dapat diajarkan secara tuntas dan tepat waktu. Bahan ajar sudah memperhatikan adanya tingkat perkembangan siswa, yaitu berupa kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan menemukan konsep melalui metode inkuiri. Kelebihan pembelajaran inkuiri yaitu dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan sendiri mengaitkan konsep yang sudah dipelajari dengan konsep yang akan dipelajari (Rapi, 2008: 182). Bahan ajar yang telah disusun juga terdapat informasi atau kegiatan yang mampu menunjang pembelajaran aktif dan efektif. Kegiatan tersebut yaitu “Mari Bereksperimen”. Kegiatan ini merupakan kegiatan minilab atau praktikum yang bertujuan untuk membantu siswa lebih memahami materi pelajaran secara efektif. Penggunaan bahasa dalam bahan ajar menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris atau bilingual, sehingga bahan ajar tersebut dapat membantu meningkatkan kemampuan bahasa siswa kelas imersi. Bahan ajar dilengkapi dengan gambar sebagai penjelas sehingga membantu guru dalam menyampaikan materi dan dapat menarik perhatian siswa. Berkaitan dengan fungsi dan kegunaan bahan ajar dalam kegiatan pembelajaran, bahan ajar bilingual berbasis inkuiri sudah mampu mempermudah atau membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan karena dilengkapi dengan kegiatan praktikum yang mampu meningkatkan kerja sama dan dapat memberikan pengalaman belajar yang menarik karena kegiatan tersebut jarang dilakukan oleh siswa. Packham et al (2001) menjelaskan bahwa bahan ajar bertujuan untuk memberikan informasi dan teori kepada siswa menggunakan sistem berbasis kelompok dan menerapkannya pada kondisi nyata. KETERBACAAN BAHAN AJAR Uji keterbacaan bahan ajar digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap isi bahan ajar sesuai dengan standar aspek bahasa atau keterbacaan. Standar yang berkaitan dengan aspek keterbacaan yang harus ada pada setiap bahan ajar meliputi bahasa yang baik dan benar, peristilahan, kejelasan bahasa, kesesuaian bahasa, dan kemudahan untuk dibaca. Penilaian keterbacaan bahan ajar menggunakan Cloze Test. Berdasarkan hasil analisis diketahui keterbacaan bahan ajar fisika bilingual berbasis inkuiri masuk dalam kriteria mudah dipahami. Hal ini menunjukkan bahwa bahan ajar tidak mengandung kata-kata ambigu, kata atau istilah asing yang jarang dikenal siswa diberikan penjelasannya pada glosarium. Penggunaan ragam bahasa yang baik dan benar, penggunaan bahasa Inggris pada bahan ajar ini sudah disesuaikan dengan grammar yang benar. Penambahan ilustrasi dan contoh dalam bahan ajar serta penggunaan alat peraga juga dapat memudahkan pemahaman materi, sesuai yang dijelaskan oleh Untari dkk (2007) bahwa penyajian topik atau konsep yang abstrak, contoh dan ilustrasi memiliki peran yang sangat penting dalam memotivasi dan membantu pemahaman siswa terhadap materi bahan ajar. Ilustrasi yang digunakan dalam bahan ajar bilingual berbasis inkuiri meliputi gambar, skema, daftar, simbol, dan foto. Ada beberapa hambatan yang menyebabkan tingkat keterbacaan bahan ajar kurang maksimal, yaitu kemampuan bahasa Inggris siswa yang masih perlu ditingkatkan lagi agar dapat memahami isi bacaan dengan lebih cepat. Hal ini terlihat siswa lebih senang menjawab pertanyaan menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa Inggris. Program pelatihan bahasa Inggris di sekolah mungkin dapat mengurangi masalah kualitas bahasa Inggris siswa. Kualitas hasil cetakan juga menyebabkan kurang maksimalnya tingkat keterbacaan bahan ajar. Ada beberapa bahan ajar yang memiliki kualitas kurang memuaskan misalnya cetakan tidak terlalu jelas, karena proses pencetakan masih menggunakan peralatan yang sederhana. Agar diperoleh hasil yang cukup baik, proses pencetakan harus dilakukan oleh orang yang ahli dibidangnya dan menggunakan bahan dan peralatan yang lebih modern. HASIL BELAJAR KOGNITIF Ketercapaian tujuan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar. Berdasarkan rekapitulasi nilai Post Test,
menunjukkan bahwa kemampuan kognitif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol mengalami peningkatan. Kelas eksperimen mengalami peningkatan hasil belajar kognitif lebih baik daripada kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan klasikal siswa kelas eksperimen 71,42% sedangkan ketuntasan klasikal kelas kontrol 65,71% dan rata-rata hasil post test kelas eksperimen 75,31 sedangkan rata-rata hasil post test kelas kontrol 71,94. Penggunaan bahan ajar bilingual berbasis inkuiri ternyata membantu siswa mempelajari materi hukum Newton dengan lebih mudah dan dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa secara lebih baik daripada penggunaan bahan ajar biasa. Hal ini terjadi karena dalam bahan ajar bilingual berbasis inkuiri siswa diajarkan untuk aktif dalam proses pembelajaran dan siswa diberikan kesempatan lebih banyak untuk menemukan konsep-konsep melalui kegiatan praktikum, tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru atau menghafalkan konsep-konsep fisika yang ada. Pembelajaran berbasis inkuiri dapat meningkatkan potensi intelektual siswa yang datang dari dalam diri siswa (intrinsik) dan memperpanjang proses ingatan karena siswa diberikan waktu untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi sehingga akan terjadi proses belajar yang sejati (Rapi, 2008: 173). Bahan ajar bilingual berbasis inkuiri menyediakan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi hukum Newton. Hal ini dapat membuat pengetahuan tentang materi hukum Newton mudah dipahami dan diingat. Untuk permasalahan yang sederhana siswa dapat mengamati dan memperagakannya secara langsung di dalam kelas, tetapi apabila tidak memungkinkan pengamatan dilakukan di luar kelas. Misalnya mengamati gaya gesek dapat dilakukan di dalam kelas, yaitu dengan mendorong meja di atas lantai yang licin atau kasar. Sedangkan kegiatan yang dilakukan di luar kelas misalnya mengamati pengaruh pemberian gaya terhadap arah benda, siswa dapat mengamati melalui permainan sepak bola. HASIL BELAJAR PSIKOMOTOR Pengamatan ranah psikomotorik digunakan untuk mengukur keterlibatan siswa selama proses pembelajaran. Pengamatannya meliputi 4 aspek, yaitu keaktifan bertanya, merancang alat dan bahan percobaan, mencatat hasil percobaan, dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Penilaian ranah psikomotorik diperoleh dari lembar observasi siswa selama proses pembelajaran. Siswa dianggap tuntas pada aspek psikomotorik apabila terlibat aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran dengan mencapai minimal 75%, sedangkan ketuntasan klasikal diperoleh dari jumlah siswa yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 75. Berdasarkan analisis hasil belajar psikomotorik ketuntasan klasikal kelas eksperimen dan kelas kontrol lebih dari 75%, tetapi kelas eksperimen memperoleh hasil belajar psikomotor lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hal ini menunjukkan penggunaan bahan ajar bilingual berbasis inkuiri lebih baik dalam hal peningkatan hasil belajar psikomotorik siswa. Kegiatan bereksperimen memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Ada beberapa prinsip dalam pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, salah satunya adalah prinsip keterlibatan. Sesuai dengan pendapat Fall (2009) yang mengatakan bahwa proses pembelajaran cukup efektif apabila dilakukan secara bersama-sama dan menekankan kepada siswa untuk berpartisipasi menemukan pengetahuannya. Dari penelitian ini dapat ditegaskan bahwa pelajaran IPA khususnya fisika tidak dapat dilakukan dengan ceramah satu arah saja melainkan harus melibatkan siswa secara aktif dalam mempelajarinya. Kegiatan “Mari Bereksperimen” pada bahan ajar bilingual berbasis inkuiri membantu siswa dalam menyiapkan, merancang, dan melaksanakan percobaan. Gangrelly (2009: 79) menjelaskan bahwa dalam pembelajaran berbasis inkuiri, siswa lebih ditekankan pada proses daripada hasil akhir. Oleh karena itu, siswa diharapkan dapat melakukan proses percobaan sesuai prosedur, menanyakan permasalah yang belum jelas, dan mendiskusikannya sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang tepat.
HASIL BELAJAR AFEKTIF Pengamatan ranah afektif digunakan untuk mengukur hasil belajar yang berkaitan dengan perasaan, sikap atau perilaku, dan minat siswa. Penilaiannya meliputi 4 aspek, yaitu kehadiran di kelas, tanggung jawab, perhatian mengikuti pelajaran, dan bekerja sama. Siswa dianggap tuntas pada ranah afektif apabila sudah mencapai tujuan hasil belajar afektif, seperti memiliki perhatian terhadap adanya sesuatu, merespon, konseptualisasi nilai atau tanggung jawab, dan pembentukan pola hidup. Berdasarkan analisis hasil belajar afektif ketuntasan klasikal kelas eksperimen lebih tinggi daripada ketuntasan klasikal kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar afektif kelas eksperimen lebih baik daripada hasil belajar afektif kelas kontrol. Penggunaan bahasa Inggris dalam bahan ajar membuat siswa lebih antusias dalam belajar, karena model bahan ajar bilingual merupakan pengalaman yang baru bagi siswa. Tiarani dkk (2007) menjelaskan bahwa bahan ajar yang baik diharapkan dapat memotivasi siswa untuk membaca dan mengerjakan tugas-tugasnya serta menimbulkan rasa ingin tahu siswa untuk melakukan eksplorasi lebih lanjut tentang topik yang dipelajarinya. Hal ini berakibat dengan meningkatnya minat belajar siswa terhadap pelajaran fisika yang akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar kognitif dan afektif siswa. Kegiatan bereksperimen pada bahan ajar bilingual berbasis inkuiri dapat membantu siswa meningkatkan kesadaran bekerja sama dengan orang lain, karena siswa dilatih menyelesaikan masalah secara berkelompok. Hasil belajar afektif berkaitan dengan mengenali tanggung jawab setiap individu untuk memperbaiki hubungan antar manusia. Perhatian siswa dalam proses pembelajaran tidak terpecah, karena bahan ajar bilingual berbasis inkuiri menuntut tanggung jawab siswa untuk menuliskan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bahan ajar sehingga menjadikan siswa fokus dalam pelajaran dan dapat merespon pelajaran dengan baik. Kebiasaan selalu masuk tepat pada waktunya, berdoa sebelum dan sesudah belajar, ijin bertanya sebelum bertanya dan berpendapat secara tidak langsung dapat membimbing dan mengajarkan siswa tentang kedisiplinan. Perilaku toleransi, menghargai pendapat orang lain, menerima kritikan orang lain, dan sikap positif lainnya akan dapat mengantarkan siswa dalam proses pembentukan pola hidup yang baik. KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS Kemampuan berpikir kritis dimaksudkan sebagai berpikir yang benar dalam pencarian pengetahuan yang relevan tentang dunia nyata. Berpikir kritis meliputi beberapa aspek, yaitu kemampuan membuat hipotesis, menganalisis, mengukur, mengamati, menyimpulkan, dan mengevaluasi. Bahan ajar bilingual berbasis inkuiri dirancang dan dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, karena berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan aspek berpikir kritis. Siswa terbiasa menyelesaikan suatu permasalahan secara ilmiah, diawali dengan membuat dugaan sementara sampai dengan menyimpulkan. Berdasarkan hasil analisis, kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada uji gain kelas eksperimen sebesar 0,71 dan termasuk dalam kriteria tinggi, sedangkan uji gain kelas kontrol sebesar 0,58 dan termasuk dalam kriteria sedang. Hasil di atas menunjukkan bahwa penggunaan bahan ajar bilingual berbasis inkuiri dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Bahan ajar dikembangkan dirancang sesuai tujuan pembelajaran fisika yang dimodifikasi dengan aspek-aspek berpikir kritis dan kegiatan laboratorium atau praktikum. Sesuai dengan pendapat Sadia (2008: 223) yang menjelaskan bahwa kemampuan berpikir kritis dapat dikembangkan melalui bahan ajar/paper yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Ujian atau post test juga dirancang dengan menyajikan soal-soal tentang hukum Newton yang dimodifikasi sehingga dapat mengetahui sejauh mana kemampuan berpikir kritis siswa.
PENUTUP Berdasarkan hasil analisis data penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bahan ajar fisika bilingual yang disusun menggunakan metode inkuiri layak digunakan, karena mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas imersi. Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini yaitu sebaiknya responden uji kelayakan bahan ajar fisika bilingual berbasis inkuiri ditambah dengan pakar bahasa agar kualitas bahan ajar semakin baik dan kemampuan bahasa Inggris seluruh komponen akademik perlu ditingkatkan agar proses pembelajaran menggunakan pengantar bahasa Inggris dapat dilaksanakan secara maksimal. DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. 2006. Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas. Fall. 2009. Improving Critical thinking skills in History. On line Journal for Teacher 2(11): 4-5. Gangrelly, L M. 2009. Closing the Gap: Inquiry in research and the Secondary Science Classroom. Journal Science Education Technology 18:74-48. Packham, Cramphorn, Miller. 2001. Module Development Through Peer-assisted Student Support: an initial evaluation 2(2). Rapi, N K. 2008. Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA 41(1). Reif, F. 1995. Understanding and Teaching Important Scientific Thought Processes. Journal of Science Education and Technology 2(4). Sadia, I W. 2008. Model Pembelajaran yang Efektif untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, 41(2): 219-237. Tiarani, V A. 2011. Teknik Pengembangan Bahan Ajar Dwi Bahasa untuk Kelas Internasional. Jogjakarta: UNY. Untari, Hakim, Astawa, Rochmadi. 2008. Pengembangan Bahan Ajar dan Lembar Kegiatan Siswa Matapelajaran PKn untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA di Jawa Timur. Jurnal Penelitian Kependidikan 18(2). Wenning, Carl J. 2005. Levels of Inkuiri: Hierarchies of pedagogical practices and inkuiri processes. Journal of physics teacher education online 3(2): 7-8.