Artikel.docx

  • Uploaded by: Ngurah Harsana
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Artikel.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,939
  • Pages: 14
KEGIATAN LITERASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS TEKS DI KELAS VII SMP NEGERI 2 RENDANG I Komang Widnyana1, I Dewa Gede Budi Utama2, I Nengah Suandi3 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

Email: {[email protected], [email protected], [email protected]}

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) proses kegiatan literasi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks; (2) kemampuan literasi membaca dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks; dan (3) kemampuan literasi membaca dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks di Kelas VII SMPN 2 Rendang. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 2 Rendang yang berjumlah 249 dan guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas VII. Sampel penelitian ini berjumlah 49 siswa dengan sampling acak berimbang (proportional random sampling). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) metode tes, (2) metode observasi, dan (3) metode wawancara. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) proses kegiatan literasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks terjadi dalam tiga tahap, yakni (a) tahap awal pembelajaran dengan proses kegiatan literasi membaca buku nonpelajaran; (b) pada tahap kegiatan inti pembelajaran dengan proses kegiatan pembelajaran membaca dan menulis; (c) pada tahap akhir pembelajaran dengan proses mengomunikasikan hasil kegiatan literasi, baik secara lisan maupun tulis; (2) Kemampuan literasi membaca dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks di kelas VII SMPN 2 Rendang tergolong baik dengan skor rata-rata siswa sebesar 74,59; (3) Kemampuan literasi menulis dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks di kelas VII SMPN 2 Rendang tergolong baik dengan skor rata-rata siswa sebesar 77,53.

Kata kunci: kegiatan literasi, bahasa Indonesia, berbasis teks

(dalam Schomoker, 2012: 49) di abad ke-21, remaja membutuhkan tingkat kemapuan literasi yang tinggi saat bekerja, bertindak sebagai warga Negara, dan menjalai kehidupan pribadi. Hal tersebut menandakan bahwa kemampuan literasi amatlah penting sebagai ujung tombak dalam menghadapi kehidupan. Berbicara masalah literasi, dalam pembelajaran di sekolah, kegiatan ini juga memiliki peranan yang sangat besar. Keberhasilan

PENDAHULUAN Literasi merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting yang harus dimiliki setiap orang. Dalam kehidupan ini, kegiatan literasi penting dilakukan untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan kepentingan kita. Kemampun literasi menjadi pengetahuan awal yang harus dimiliki oleh setiap orang dalam menjalani kehidupan di masa depan. Menurut Richard Vacca

1

peserta didik dalam memperoleh prestasi juga berawal dari kegiata literasi. Terkait hal tersebut, Ferrandino dan Gerald Tirozzi (dalam Schmoker, 2012) menyatakan bahwa kemampuan literasi yang kurang berkembang menjadi alasan utama siswa tinggal kelas, dipindahkan ke pendidikan khusus, diberikan layanan perbaikan jangka panjang, dan tidak lulus SMA. Hal itu menandankan bahwa kemampuan literasi sangatlah penting dalam keberhasilan siswa menyelesaikan pendidikan, bahkan dalam menjalani kehidupan. Musfiroh dan Lestyarini (2013:7) menegaskan perubahan evolusi manusia merupakan dampak dari pemikiran literasi. Senada dengan hal tersebut, Schmoker (2012:55) menyatakan literasi menjadi hal penting untuk mendapatkan jenis pendidikan yang berujung pada kekuatan ekonomi dan politik. Ia menegaskan bahwa literasi adalah gerbang menuju pendidikan yang baik. Sejalan dengan kedua pendapat tersebut, Kemedikbud (2016:17) menyatakan literasi merupakan keterampilan penting dalam hidup. Sebagian besar proses pendidikan bergantung pada kemampuan dan kesadaran literasi. Budaya literasi yang tertanam dalam diri siswa memengaruhi tingkat keberhasilannya, baik di sekolah maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dari paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kegiatan literasi berdampak sangat luas terhadap kehidupan manusia. Melihat pentingnya dampak kegiatan literasi, sudah seharusnya kegiatan ini menjadi kebiasaan bagi setiap orang. Namun, kenyataannya tidak semua lapisan masyarakat gemar membaca. Hasil Kongres Perbukuan Nasional I yang diadakan tanggal 29-31 Mei 1995 (dalam Semiawan, 2002) menunjukkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia masih rendah. Rendahnya minat baca ini berdampak pada

rendahnya capaian literasi masyarakat Indonesia. Terkait hal itu, Musfiroh dan Lestyarini (2013:7) memaparkan hasil penelitian tingkat literasi anak Indonesia yang dilakukan oleh lembaga internasional masih memprihatikan. Lebih lanjut, Musfiroh dan Lestyarini memaparkan hasil penelitian beberapa lembaga internasional tentang capaian literasi anak Indonesia sebagai berikut. “Studi IEA (International Association for the Evaluation of Education Achievement) melalui TIMSS tahun 1999 menempatkan Indonesia pada urutan terbawah di Asia dengan skor 51,7 dengan kemampuan baca 30%. Pada tahun 2006 TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) menunjukkan Indonesia menduduki peringkat 41 dari 46. Pada tahun 2011, Indonesia menduduki urutan ke-38 dari 42 negara, jauh di bawah Malaysia, Singapura, dan Thailand, bahkan berada di bawah Palestina. Hasil studi TIMSS konsisten dengan hasil PISA (Programme for International Student Assessment). Survei PISA 2009 (yang membuat level literasi 1 hingga 6) menunjukkan sebagian besar peserta Indonesia tidak mencapai tingkat 2 dalam sains dan matematika standar TIMSS. Studi PISA sebelumnya, yakni tahun 2000, 2003, 2006 yang mencakup tiga aspek literasi, yakni membaca, matematika, dan Sains juga memperlihatkan peringkat konsisten terbawah bagi Indonesia (Musfiroh dan Lestyarini, 2013:7). Capaian peringkat tersebut memperlihatkan tingkat capaian literasi

2

literasi bahwa siswa

Indonesia masih rendah. Penelitian terbaru PISA tahun 2015 juga menunjukkan hasil yang memprihatinkan. Hasil penelitian tersebut (yang dirilis 6 Desember 2016) menunjukkan rata-rata skor pencapaian literasi siswa Indonesia untuk sains, membaca, dan matematika berada di peringkat 62, 61, dan 63 dari 69 negara. Hasil tersebut tidak berbeda jauh dengan peringkat hasil survei PISA pada tahun 2012 (Iswadi, 2016). Pada tahun 2012, hasil penelitian PISA menunjukkan bahwa capaian literasi anak Indonesia pada peringkat 64 dari 65 negara. Semua hasil tersebut menggambarkan bahwa tingkat literasi siswa Indonesia masih sangat rendah. Melihat rendahnya tingkat literasi tersebut, pemerintah sudah melakukan berbagai upaya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah membentuk “Gerakan Literasi Sekolah”. Bahkan, dalam kurikulum 2013, pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap kegiatan literasi. Hal itu tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang “kegiatan 15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum waktu belajar dimulai”. Tindakan tersebut membuktikan keseriusan pemerintah dalam meningkatkan capaian literasi anak Indonesia. Tidak hanya itu, untuk mendukung kegiatan tersebut, pemerintah juga menerbitkan buku “Manual Pendukung Pelaksanan Gerakan Literasi Sekolah untuk Sekolah Menengah Pertama” agar siswa mencintai budaya literasi. Akan tetapi, tidak semua kalangan pendidikan dapat melaksanakan kegiatan literasi sesuai harapan pemerintah. Berbiacara literasi, SMP Negeri 2 Rendang sudah melaksanakan gerakan literasi sekolah. Sebagai penyelengara kegiatan literasi, sekolah tersebut pernah menjadi subjek penelitian

PISA pada tahun 2015. Namun, setelah mengetahui hasil penelitian PISA yang diliris Desember 2016, pihak sekolah juga merasa prihatin terhadap hasil literasi yang dipublikasikan. Senada dengan hal tersebut, hasil wawancara dengan guru bahasa Indonesia di SMPN 2 Rendang, I Gede Putu Pariatna juga menyatakan bahwa kemampuan literasi siswa masih rendah. Hal itu terlihat dari rendahnya hasil tes kemampuan literasi (membaca dan menulis) siswa saat ulangan harian. Berdasarkan hal itu, SMP Negeri 2 Rendang melaksanakan gerakan literasi sekolah sebagai tonggak meningkatkan kualitas literasi siswa. Dalam melaksankan kegiatan literasi, siswa-siswi SMP Negeri 2 Rendang diwajibkan untuk membaca buku nonpelajaran sebelum pelajaran dimulai. Setelah pembelajaran di kelas, siswa-siswi dipersiakan menyampaikan hasil temuan pada buku yang dibacanya. Terkait hal tersebut, siswa juga diarahkan untuk menerapkan kegiatan literasi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia baberbasis teks. Hal itu dikarenakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada kurikulum 2013 siswa dituntut mampu untuk memahami, mengontruksi, dan mengomunikasikan bacan yang dibaca. Itu menandakan bahwa siswa dituntut mampu melakukan kegiatan literasi (yang melibatkan kegiatan membaca dan menulis) dalam pembelajaran Bahasa Indonesia bebasis teks. Namun, kenyataanya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia belum optimal dilakukan integrasi kegiatan membaca dan menulis bacaan. Berdasarkan hal itulah, kegiatan literasi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks amat penting untuk dilaksanakan. Terkait kegiatan literasi yang mengintegrasikan aktivitas membaca dan menulis di kelas VII SMPN 2 Rendang diperoleh informasi bahwa

3

kegiatan tersebut sudah dilakukan dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks pada kurikulum 2013. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya guru masih terpaku pada buku paket kurikulum 2013 sumber bacaan yang kurang bervariasi sehingga kegiatan literasi cenderung monoton. Hasil capaian literasinya pun cenderung tidak meningkat. Hal itu dikarenakan sumber bacaan yang dibaca oleh siswa hanya berpatokan pada buku paket. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah yang dialami siswa dalam kegiatan literasi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks di kelas VII SMPN 2 Rendang adalah kurang bervariasinya teks bacaan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hal itulah, kegiatan literasi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks tidak hanya berpedoman pada buku pelajaran. Kegiatan literasi yang memanfaatkan variasi suatu teks sangat penting dilaksankan karena pada hakikatnya kegiatan literasi adalah kegiatan terintegrasi antara membaca, menulis, dan berdiskusi tentang berbagai bacaan. Senada dengan hal itu, Schmoker, (2012:64) berpendapat bahwa formula– membaca, menulis, dan berdiskusi— adalah jantung kegiatan literasi yang dapat merangsang intelektualitas. Lebih lanjut Schmoker (2012:64) beranggapan jika kegiatan membaca dan menulis dikombinaskan dapat memberikan kontribusi luar biasa terhadap kecerdasan kritis. Dengan demikian kegiatan literasi dalam hal ini menyangkut kegiatan membaca dan menulis kembali isi bacaan dalam pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks. Berdasarkan hal itu, dapat disimpulkan bahwa kegiatan literasi merupakan kegitan tingkat tinggi yang tidak hanya sebatas kegiatan membaca dan menulis, tetapi juga melibatkan kegiatan berpikir kritis dalam sebuah

diskusi sehingga dapat memahami isi suatu bacaan. Dengan demikian kegiatan ini dapat meningkatkan pemahaman siswa yang bermuara pada peningkatan capaian literasi siswa. Pada akhirnya, siswa akan mampu mengatasi berbagai permasalahan yang sulit dalam pembelajaran. Terkait permasalahan tersebut, ada beberapa alasan pentingnya kegiatan literasi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks. Pertama, pada hakikatnya kegiatan belajar dalam Bahasa Indonesia harus bersifat terintegrasi antara kegiatan membaca dan menulis. Kedua, tingkat literasi (siswa Indonesia) sangat rendah, tetapi upaya yang dilakukan belum menyentuh seluruh siswa. Oleh karena itu, perlu pelaksanaan kegiatan literasi dalam setiap pembelajaran, termasuk pembelajaran Bahasa Indonesia. Ketiga, kurangnya kemampuan berpikir dan analisis siswa ketika melakukan kegiatan membaca. Penelitian ini melibatkan siswa kelas VII SMP Negeri 2 Rendang. SMP Negeri 2 Rendang yang merupakan sekolah mantan RSBI yang masih menjadi sekolah favorit di kecamatan Rendang. SMP Negeri 2 Rendang adalah salah satu sekolah pillot project Kurikulum 2013 di Kabupaten Karangasem. Selain itu, sekolah ini juga pernah dijadikan subjek penelitian PISA pada tahun 2015. Oleh karena itu, kegiatan literasi berbasis teks di kelas VII SMPN 2 Rendang perlu diteliti untuk mengetahui kemampuan siswa dalam kegiatan literasi. Kemampuan literasi ini dideskripsikan dari kegiatan pembelajaran siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks. Isi teks disesuaikan dengan materi yang dipelajari oleh siswa pada saat pembelajaran dilakukan dengan mekanisme membaca, berdiskusi, dan menulis kembali hasil bacaan yang telah di

4

baca siswa. Oleh karena itu, penelitian dengan judul “Kegiatan Literasi Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Teks Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Rendang” penting dilakukan. Berdasarkan latar belakang tersebut, ada tiga masalah yang diangkat dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut : (1) Bagaimanakah proses kegiatan literasi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks pada siswa kelas VII SMPN 2 Rendang? (2) Bagaimanakah kemampuan literasi membaca dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks di Kelas VII SMPN 2 Rendang? (3) Bagaimanakah kemampuan literasi menulis dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks di Kelas VII SMPN 2 Rendang? Sejalan dengan permasalahan tersebut, tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan proses kegiatan literasi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks pada siswa kelas VII SMPN 2 Rendang; (2) Mendeskripsikan kemampuan literasi membaca dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks di Kelas VII SMPN 2 Rendang; dan (3) Mendeskripsikan kemampuan literasi membaca dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks di Kelas VII SMPN 2 Rendang. Manfaat penelitian ini dapat berupa aspek teoretis dan praktis. Secara teoretis penelitian ini bermaanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan dan pembelajaran, khususnya dalam kemampuan literasi berbasis teks. Sementara itu, aspek praktis dari penelitian ini dapat memperluas wawasan peneliti; bagi siswa SMPN 2 Rendang, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber belajar dalam meningkatkan kemampuan literasi; bagi pendidik dapat dijadikan sebagai pedoman pembelajaran serta untuk mengukur kualitas

pemahaman siswa dalam kegiatan membaca dan menulis; serta bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam merancang kurikulum dan pendekatan pembelajaran dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Peneliti ini bertujuan mendeskripsikan dan menganalisis fakta-fakta berupa kemampuan literasi siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks di Kelas VII SMPN 2 Rendang. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VII kelas SMPN 2 Rendang. Secara umum objek penelitian ini adalah proses kegiatan literasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks, kemampuan literasi membaca siswa kelas VII SMPN 2 Rendang, dan kemampuan literasi siswa kelas VII SMPN 2 Rendang. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 2 Rendang yang berjumlah 249 orang yang terbagi menjadi 8 kelas serta guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas VII. Melihat populasi dalam penelitian ini cukup banyak, maka sampel diambil sebanyak 20% dari populasi, yaitu sebanyak 49 orang sesuai dengan pandangan Arikunto (2006:134) yang menyatakan bahwa dalam sebuah penelitian, jika jumlah subjeknya besar (lebih daripada 100), dapat diambil sampel antara 10-15%, atau 20-25%, atau lebih. Pemilihan sampel ini menggunakan teknik sampling acak berimbang (proportional random sampling), yaitu mengambil wakil-wakil dari tiap-tiap kelompok yang ada dalam populasi secara acak yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah anggota subjek yang ada di masing-masing kelompok tersebut.

5

Penelitian ini menggunakan tiga metode, yaitu (1) metode tes, (2) metode observasi, dan (3) metode wawancara. Metode tes digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan literasi menulis dan kemampuan literasi membaca dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks. Metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang proses pelaksanaan kegiatan literasi di SMPN 2 Rendang. Observasi yang dilakukan berupa observasi nonpartisipatif. Metode wawancara digunakan untuk menunjang data kemampuan literasi membaca dan kemampuan literasi menulis. Hal ini dilakukan dengan melihat penyebab tinggi-rendahnya kempampuan literasi membaca dan menulis dalam pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks. Sesuai dengan rancangan penelitian, analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini, terdapat beberapa langkah analisis data, yakni reduksi data, klasifikasi dan deskripsi data, interpretasi data, serta penyimpulan data.

kelas mulai dari tahap awal kegitan pembelajaran, tahap pembelajaran (kegiatan inti pembelajaran), dan tahap akhir (akhir pembelajaran). Dari hasil observasi yang peneliti lakukan, sebelum memasuki jam pelajaran pertama, siswa diajak oleh guru membaca buku nonpelajaran selama 15 menit di halaman sekolah. Setelah itu siswa menyampaikan hasil bacaan ke depan lapangan. Setelah selesai, siswa memasuki ruangan untuk belajar di kelas masing-masing. Sampai di kelas guru menggali kembali kegiatan literasi yang dilakukan oleh siswa. Hasil observasi pada Rabu, 9 Mei 2018, sebelum kegiatan pembelajaran inti, guru memulai pertemuan dengan mengajak siswa untuk melakukan kegiatan literasi 15 menit. Guru mengajak siswa untuk memahami dan menghayati sebuah pesan yang ada dalam buku nonpelajaran. Berdasarkan hal itu, proses kegiatan literasi yang dilakukan dalam pembelajaran bahasa Indonesia sejalan dengan kegiatan literasi yang dilaksanakan di lapangan. Kegiatan literasi pada kegiatan awal pembelajaran ini merupakan timbal balik kegiatan literasi yang sudah dilakukan di lapangan sebelum masuk kelas. Kegiatan literasi pada tahap pembelajan (kegiatan inti pembelajaran) bahasa Indonesia berbasis teks dilakukan setelah siswa diberikan kesempatan untuk menyampaikan isi buku nonpelajaran yang telah di baca. Hasil observasi kegiatan literasi pada tahap inti pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks dilakukan dengan pemberian pemodelan teks pada buku paket. Setelah selesai membahas model teks pada buku paket, siswa diajak untuk membahas teks lainnya yang diberikan oleh guru. Pada tahap ini guru mengajak siswa untuk mencermati, menanya, dan menganalisis teks yang dibaca. Setelah itu siswa disuruh menyajikan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Proses kegiatan literasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks pada siswa kelas VII SMPN 2 Rendang diperoleh melalui observasi saat pembelajaran di kelas. Observasi dilakukkan pada tanggal 9 Mei 2018 dan 15 Mei 2018 saat pembelajaran memahami teks dan mengabstraksi kemali teks ke dalam bentuk tulisan. Observasi yang dilakukan berupa observasi nonpastisipasif terhadap kegiatan literasi yang dilakukan oleh guru dan siswa pada proses pembelajaran di kelas VII SMP Negeri 2 Rendang. Guru yang menjadi subjek pengamatan adalah Ni Komang Juniari, S.Pd. Kegiatan observasi ini dilakukan selama pembelajaran di

6

hasil temuannya ke dalam sebuah uraian singkat dari soal yang harus diselesaikannya. Siswa disuruh menyampaikan hasil pemahamnnya ke depan kelas. Sebelum mengakhiri pembelajaran guru menyampaikan masukan terhadap pampilan siswa yang sudah menyamaikan isi bacaannya ke depan kelas. Setelah itu, siswa diingatkan membawa buku nonpelajaran untuk kegiatan literasi di hari berikutnya. Sejalan dengan hal tersebut, pada proses pembelajaran tersebut terjadi kegiatan literasi membaca yang menuntut siswa untuk memahami sebuah isi teks yang dibacanya. Hasil observasi pada Jumat, 18 Mei 2018 juga menunjukkan bahwa kegiatan literasi dalam pembelajaran mengontruksi teks (menulis kembali teks yang dibaca) diawali dengan menceritakan buku nonpelajaran yang telah dibaca oleh siswa. Dalam hasil observasi tersebut terlihat bahwa proses kegiatan literasi membaca dilaksanakan sebelum pembelajaran inti dimulai. Setelah pembelajaran inti, guru menyuruh siswa menganalisi hasil bacaan dan mengontruksi bacaan tersebut ke dalam tulisan. Dalam hal ini terjadi kegiatan literasi menulis dengan mengabstraksi kembali isi teks bacaan. Siswa kemudian menyampaikan hasil tulisannya (abstraksinya) ke depan kelas. Pada akhir pembelajaran guru memberikan penilaian dan masukan terhadap tulisan yang telah di buat siswa. Sejalan dengan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa proses kegiatan literasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks terjadi dalam tiga tahap, yakni (1) pada tahap awal pembelajaran dengan konsep kegiatan literasi membaca; (2) pada tahap kegiatan inti pembelajaran terjadi proses kegiatan literasi membaca dan menulis sesuai dengan indikator pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa; (3) pada tahap akhir

pembelajaran terjadi kegiatan mengomunikasikan hasil kegiatan literasi, baik berupa pemahaman lisan maupun tulis. Berdaskan hal tersebut dapat dikatakan bahwa proses kegiatan literasi terjadi pada kegiatan awal, kegiatan inti, dan akhir pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks. Selain proses kegiatan literasi tersebut, hasil penelitian ini berupa kemampuan literasi membaca siswa kelas VII SMP Negeri 2 Rendang yang diperoleh melalui tes literasi membaca terhadap 49 siswa kelas VII. Hasil tes kemampuan literasi membaca dalam pembelajaran bahasa Indonesia Berbasis Teks di Kelas VII SMPN 2 Rendang menunjukkan bahwa kemampuan literasi membaca siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks di kelas VII SMPN 2 Rendang tergolong baik. Hal itu terlihat dari skor rata-rata yang dicapai oleh siswa, yaitu sebesar 74,59 (berada dalam rentangan 70% – 84%). Dalam hal ini, terdapat 11 siswa (22,44%) memiliki kemampuan literasi membaca tergolong cukup, 31 siswa (63,27%) tergolong baik, dan 7 siswa (14,29%) tergolong amat baik. Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa kemampuan literasi membaca siswa kelas VII SMP Negeri 2 Rendang bervariasi. Skor minimal tes kemampuan literasi membaca siswa sebesar 55 dan skor maksimalnya adalah 85. Rata-rata skor kemampuan siswa adalah 74,59 dengan kategori baik. Selain itu, hasil kemampuan literasi menulis siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks di kelas VII SMPN 2 Rendang juga tergolong baik. Hal itu terlihat dari skor rata-rata yang dicapai oleh siswa, yaitu sebesar 77,53 (berada dalam rentangan 70 – 84). Dalam hal ini, terdapat 46 siswa (93,88%) memiliki kemampuan literasi menulis tergolong baik dan 3 siswa (6,12%) tergolong amat baik.

7

Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan literasi menulis siswa SMP Negeri 2 Rendang juga variatif. Skor minimal pada tes kemampuan literasi menulis sebesar 70 dan skor maksimalnya adalah 86. Hal itu menunjukkan bahwa kemampuan literasi menulis siswa kelas VII SMP Negeri 2 Rendang bervariasi (tinggi, sedang, dan rendah). Terkait hal tersebut, analisis hasil kemampuan literasi membaca (sesuai dengan isi soal kemampuan literasi membaca) menunjukkan bahwa siswa kelas VII SMP Negeri 2 Rendang lebih mudah dalam menemukan informasi yang sesuai dengan isi teks (tersurat dan tersirat), menemukan ide pokok, dan menemukan gagasan utama. Siswa cenderung keliru dalam menemukan rangkuman, ringkasan, dan simpulan dalam sebuah teks yang dibaca. Analisis hasil kemampuan literasi menulis (sesuai dengan kriteria penilaian literasi menulis) menunjukkan bahwa siswa sudah mampu membuat tulisan sesuai dengan teks yang dibaca. Siswa sudah mampu membuat tulisan yang memenuhi struktur teks yang benar dan lengkap (mengandung pendahuluan, tubuh, dan penutup). Siswa juga sudah mampu membuat tulisan yang dilengkapi dengan faktafakta sesuai teks yang dibaca. Namun, beberapa siswa masih kurang mampu menulis teks koheren. Ada beberapa kalimat yang kurang efektif. Dalam hal teknik penulisan, siswa sudah mampu menggunakan pemakaian ejaan, seperti penulisan huruf kapital dengan tepat, meskipun ada beberapa siswa yang salah dalam pemakaian tanda baca. Berdasarkan hal tersebut, secara umum kemampuan literasi siswa sudah memenuhi kriteria penilan literasi menulis yang digunakan dalam penelitian ini. Tinggi-rendahnya kemampuan literasi membaca dan

kemampuan literasi menulis siswa SMP Negeri 2 Rendang dipengaruhi oleh beberapa hal. Hasil wawancara terhadap I Gede Putu Pariatna, guru SMPN 2 Rendang pada 11 Mei 2018 menunuukkan bahwa hal yang memengaruhi rendahnya kemampuan literasi membaca siswa kelas VII SMPN 2 Rendang adalah minat siswa dalam kegiatan membaca. Hal tersebut juga diakui Ni Komang Juniari, S.Pd., guru Bahasa Indonesia lainnya, yang menjelaskan bahwa tinggi rendahnya kemampuan literasi membaca siswa pada kelas VII SMPN 2 Rendang adalah minat baca siswa yang rendah. Berbeda dengan pandangan kedua guru tersebut, Ni Nyoman Sriasih, S.Pd., memberikan informasi bahwa yang menyebabkan tinggi rendahnya kemampuan literasi siswa adalah keampuan guru memotivasi siswa dalam kegiatan membaca. Menurutnya, keampuan guru dalam memilih bahan bacaan juga sangat berpengaruh terhadap tingkat literasi siswa SMPN 2 Rendang. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa yang memengaruhi variasi kemampuan literasi siswa kelas VII SMPN 2 Rendang adalah minat baca, bahan bacaan, dan kemampuan guru memotivasi siswa dalam melakukan kegiatan literasi. Berdasarkan hasil tersebut, ada tiga temuan penting yang perlu dibahas dalam penelitian ini. Pertama, proses kegiatan literasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks di kelas VII SMPN 2 Rendang terjadi pada awal pembelajaran, kegiatan inti, dan akhir pembelajaran. Kedua, kemampuan literasi membaca dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks di kelas VII SMPN 2 Rendang tergolong baik. Hal itu terlihat dari skor rata-rata yang dicapai oleh siswa, yaitu sebesar 74,59. Ketiga, kemampuan literasi menulis dalam pembelajaran Bahasa

8

Indonesia berbasis teks di kelas VII SMPN 2 Rendang tergolong baik. Hal tersebut terlihat dari skor ratarata yang dicapai oleh siswa, yaitu sebesar 77,53. Proses kegiatan literasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks terjadi dalam tiga tahap, yakni (1) pada tahap awal pembelajaran dengan konsep kegiatan literasi membaca buku nonpelajaran; (2) pada tahap kegiatan inti pembelajaran terjadi proses kegiatan literasi membaca dan menulis sesuai dengan indikator pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa; (3) pada tahap akhir pembelajaran terjadi kegiatan mengomunikasikan hasil kegiatan literasi, baik berupa pemahaman lisan maupun tulis. Tahapan proses kegiatan literasi tersebut sejalan dengan sejalan dengan Gerakan Literasi Sekolah (Kemendikbud, 2016: 8) yang menyatakan kegiatan berliterasi pada tahap pembelajaran bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memahami teks dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi sehingga terbentuk pribadi pembelajar sepanjang hayat, mengembangkan kemampuan berpikir kritis, dan mengolah dan mengelola kemampuan komunikasi secara kreatif (verbal, tulisan, visual, digital) melalui kegiatan menanggapi teks buku bacaan dan buku pelajaran. Kegiatan pada tahap ini dilakukan untuk mendukung pelaksanaan Kurikulum 2013 yang mensyaratkan peserta didik membaca buku nonteks pelajaran. Beberapa prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam tahap pembelajaran ini, antara lain: (a) buku yang dibaca berupa buku tentang pengetahuan umum, kegemaran, minat khusus, atau teks multimodal, dan juga dapat dikaitkan dengan mata pelajaran tertentu; dan (b) ada tagihan yang sifatnya

akademis (terkait dengan mata pelajaran). Dengan demikian, pada tahap ini guru mata pelajaran apa pun dituntut untuk melakukan kegiatan literasi mandiri di dalam pembelajarannya. Artinya, peserta didik diminta untuk melakukan literasi di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung. Peserta didik dapat menunjukkan tanggung jawabnya untuk menghasilkan tulisan dari membaca buku. Tulisan tersebut kemudian dinilai oleh guru mata pelajaran. Dalam hal kemampuan literasi membaca, siswa harus mampu menemukan informasi fokus teks yang dibaca. Terkait hal tersebut, kemampuan literasi membaca dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks pada kelas VII SMPN 2 Rendang sudah tergolong baik. Hal itu terlihat dari skor rata-rata yang dicapai oleh siswa, yaitu sebesar 74,59 (berada dalam rentangan 70% – 84%). Hasil tersebut diperoleh setelah siswa diberikan tes pilihan ganda berbasis teks. Dalam hasil tersebut terdapat 11 siswa (22,44%) yang memiliki kemampuan literasi membaca tergolong cukup, 31 siswa (63,27%) tergolong baik, dan 7 siswa (14,29%) tergolong amat baik. Dalam tes literasi membaca tersebut kemampuan siswa diukur dalam hal pemahaman terhadap teks yang dibaca, kemampuan menemukan ide pokok, membuat simpulan, membuat rangkuman, dan membuat ringkasan teks telah dibaca. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Abidin (2017:167) yang menyatakan bahwa kemampuan literasi membaca lebih berkenaan dengan konsep membaca cermat. Benjamin dan Hugelmeyer (dalam Abidin, 168)), juga menyatakan bahwa membaca cermat adalah kegiatan membaca teks pendek yang sifatnya kompleks dan dilakukan untuk menemukan sebuah bukti yang terdapat dalam sebuh teks. Bukti-

9

bukti yang terkandung dalam teks dapat saja disajikan secara langsung maupun secara implikatif sehingga jawaban yang dihasilkan dapat bersifat sangat beragam. Dalam hal ini, siswa dituntut untuk mampu menemukan jawaban yang tepat dengan di dukung oleh kata-kata khusus yang terkandung dalam teks yang menguatkan jawbannya. Berdasarkan hal itu, kegiatan literasi membaca berkaitan dengan membaca cermat yang bukan saja membaca untuk memperoleh pemahaman yang dangkal, melainkan untuk memperoleh pemahaman yang mendalam disertai dengan bukti-bukti nyata yang terkandung dalam teks. Sejalan dengan itulah, tujuan utama pembelajaran literasi membaca yakni agar siswa memperoleh pemahaman yang mendalam, pembelajaran literasi membaca ditekankan pada aktivitas siswa agar siswa mampu (1) menganalisi isi teks baik yang ekplisit maupun yang implisit; (2) menggambarkan inferensi (simpulan) analitis atas teks; (3) mengkritisi teks melalui penggunaan logika berpikir yang benar, serta ditunjang oleh fakta-fakta yang lengkap dan tepat baik dari dalam teks maupun dari luar teks; dan (4) memproduksi secara kreatif pemahamannya melalui berbagai media representatif yang bersifat multimodal, multigenre, multimedia dan multibudaya (Abidin, 2017:183). Bertemali dari pembahasan tersebut sangatlah jelas bahwa kemampuan literasi membaca menyangkut kegiatan menemukan informasi secara mendalam tentang teks yang dibaca. Sejalan dengan hasil kemampuan literasi membaca yang tergolong baik, ternyata kuantitas capaian kemampuan literasi membaca siswa SMPN 2 Rendang dapat dikatakan bervariasi, yakni 11 siswa (22,44%) yang memiliki kemampuan literasi membaca

tergolong cukup, 31 siswa (63,27%) tergolong baik, dan 7 siswa (14,29%). Variasi tersebut dipengaruhi oleh minat baca, motivasi, dan bahan bacaan yang dibaca siswa. Hasil wawancara terhadap guru bahasa Indonesia SMPN 2 Rendang diperoleh informasi bahwa yang memengaruhi tinggi rendahnya kemampuan literasi siswa kelas VII SMPN 2 Rendang adalah minat siswa. Selain itu, hasil wawancara juga menunjukkan bahwa keampuan guru memotivasi siswa dalam kegiatan membaca dan aktif dalam belajar sangat berpengaruh terhadap kemampuan literasi siswa. Selain itu, kemampuan guru dalam menyediakan bahan bacaan untuk meningkatkan minat baca peserta didik juga memengaruhi tingkat kemampuan literasi siswa. Menurut guru bahasa Indonesia SMPN 2 Rendang, bahan bacaan sangat berpengaruh terhadap kemampuan literasi siswa. Temuan tersebut, sesuai dengan pandangan Syarif, dkk (2016;21) yang menyatakan ada empat faktor yang memengaruhi keberhasilan kegiatan literasi membaca. Faktor tersebut antara lain: (a) faktor intelegensia; (b) faktor sikap; (c) faktor penguasaan bahasa; dan (d) faktor bahan bacaan. Selain faktor di atas, temuan penelitian ini sejalan dengan pendapat Lamb dan Arnold 1976 (dalam Ishak dkk: 38) yang memasukkan faktor motivasi, minat, bahan bacaan, dan guru sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kemampuan literasi siswa. Ia memasukkan faktor-faktor tersebut ke dalam bagian dari faktor fisiologis, intelektual lingkungan, dan psikologis. Menurutnya, (a) Motivasi adalah faktor kunci dalam belajar memahami bacaan. Eanes mengemukakan bahwa kunci motivasi itu sederhana, tetapi tidak mudah untuk mencapainya. Kuncinya adalah guru harus

10

mendemonstrasikan kepada siswa praktik pengajaran yang relevan dengan minat dan pengalaman anak sehingga anak memahami belajar itu sebagai suatu kebutuhan; (b) Minat baca ialah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca dalam kegiatan literasi. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkannya dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri; (c) Bahan bacaan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap proses pemahaman bacaaan telah banyak dibuktikan dengan penelitian eksperimental. Dari uraikan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan literasi siswa dipengaruhi oleh minat baca, bahan bacaan ang sering dibaca siswa, dan motivasi guru dalam melaksakan kegiatan membaca. Selain temuan tersebut, dalam penelitian ini ditemukan bahwa kemampuan literasi menulis siswa SMPN 2 Rendang dalam pembelajaran berbasis teks juga tergolong baik dengan rata-rata skor sebesar 77,53. Dari hasil tes menulis berbasis teks terdapat 46 siswa (93,88%) memiliki kemampuan literasi menulis tergolong baik dan 3 siswa (6,12%) tergolong amat baik. Kegiatan literasi menulis dalam hal ini diukur melalui tes mengabstraksi kembali teks yang dibaca ke dalam sebuah tulisan. Hasil tes dalam kegiatan ini menunjukkan bahwa siswa SMPN 2 Rendang sudah mampu mengbastraksi kembali teks yang dibaca ke dalam tulisan dengan kategori baik. Kegiatan literasi menulis dalam penelitian ini mengukur kemampuan siswa dalam hal menulis (a) kesesuaian isi dengan teks bacaan, (b) kelengkapan fakta, (c) kelengkapan struktur teks, (d) pemakaian bahasa, dan (e) teknis penulisan teks yang telah dibaca. Tujuannya adalah proses berulang

untuk mengungkapkan kembali ide teks yang telah dibaca. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Abidin (2017) yang menyatakan kosep literasi menulis merupakan proses berulang yang dilakukan penulis untuk merevisi ide-idenya, mengulangi tahap-tahap menulis, hingga mampu mencurahkan ide dan gagasan tersebut dalam sebuah bentuk tulisan yang sesuai dengan gagasan atau ide yang dikembangkannya. Upaya ini dilakukan agar penulis mampu menemukan strategi yang paling tepat dalam menulis. Hal ini dilakukan dalam rangka mengasilkan tulisan yang sesuai dengan tujuan penulisan yang ditetapkan. Oleh sebab itu, dalam upaya mengasilkan tulisan yang baik, penulis juga harus senantiasa mempertimbangkan pembaca, tujuan penulis, dan konteks. Faktor penting lain yang harus diperhatikan adalah bahwa isi tulisan harus sesuai konsep keilmuan tertentu. Sejalan dengan konsep menulis dalam lingkup literasi di atas, proses menulis dalam konteks literasi senantiasa diawali dengan pemilihan bentuk tulisan yang sesuai dengan isi tulisan. Penulis harus benar-benar mengetahui jenis teks yang paling sesuai dengan bidang ilmu yang digelutinya. Hal ini sejalan dengan kenyataan bahwa setiap bidang ilmu memiliki fitur-fitur yang khas. Fitur tersebut biasanya berkenaan dengan Bahasa yang mencakup kosakata dan grafem (lambing tertentu yang digunakan), gaya penulis, dan struktur teks. Secara umum, proses literasi menulis memiliki tahapan yang sama dengan menulis pada umumnya. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa produk menulis yang dihasilkan seorang penulis diproduksi melalui berbagai tahapan. Tahapan tersebut terbentang dari tahap pemerolehan ide, pengolahan ide, hingga pemroduksian ide. Tahap pertama

11

adalah tahapan pemerolehan ide. Dalam kegiatan menulis secara umum, pada tahap ini penulis mendayagunakan kepekaannya untuk mereaksi berbagai fenomena hidup dan kehidupan manusia, yang diketahuinya melalui berbagai peranti pemerolehan ide. Tahap kedua adalah tahap pengolahan ide. Pada tahap ini penulis mendayagunakan beberapa kemampuan yang meliputi kemampuan berpikir, kemampuan berasa, dan kemampuan berimajinasi. Penggunaan jenis kemampuan ini akan sangat bergantung pada tujuan tulisan yang diproduksi. Dalam konteks literasi, pada tahap ini penulis lebih menggunakan kemampuan berpikirnya daripada berimajinasi. Tahap ketiga adalah tahap pemroduksian ide. Pada tahap ini penulis akan menggunakan peranti produksi ide, yakni pengetahuan bahasa, gaya penulis, dan pengetahuan tentang teks. Penegetahuan Bahasa merupakan pengetahun peranti pertama yang digunakan peulis dalam mengemas gagasan yang telah diolahnya. Setelah ketiga tahap tersebut diselesaikan penulis akan menghasilkan suatu produk menulis, yakni tulisan itu sendiri. Tahap keempat menulis dalam konteks literasi adalah tahap penyuntingan. Pada tahap ini, penulis akan menilai tulisan baik dari segi kebenaran isi, kebenaran Bahasa, maupun kebenaran teknik penilaian proses penyuntingan merupakan proses penting dalam literasi menulis, bahkan dikatakan proses menulis yang sesungguhnya. Tahap kelima adalah tahap publikasi. Pada tahap ini siswa menyampaikan tuisannya ke depan. Guru memberikan masukan terhadap tulisan yang sudah dibuat siswa. Berdasarkan hal tersebut, literasi menulis dapat diartikan sebagai kegiatan menulis yang dilakukan penulis, yang pada

dasarnya merupakan sarana belajar atas konsep-konsep yang ditulisnya. Melalui kegiatan menulis inilah penulis akan semakin memahami konsep tersebut. Sesuai dengan temuan di atas, penelitian ini menujang penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang pernah dilakukan oleh Musfiroh dan Lestyarini (2013) dengan judul “Konstruk Kompetensi Literasi Berbasis Konteks Indonesia untuk Siswa Sekoleh Dasar”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) kompetensi literasi membaca dikonstrukkan sebagai “Kemampuan membaca dan memahami teks berjenis sastra dan informatif” berdasarkan empat tingkatan kognitif; (2) konstruk kompetensi literasi untuk siswa Kelas IV SD disesuaikan dengan konteks yang diketahui anak; (3) konstruk kompetensi literasi versi Indonesia berisi 2‐5 kata sulit, panjang teks 200 kata, komposisi tingkatan kognisi rendah hingga lanjut, tema teks disesuaikan dengan kondisi dan kultur Indonesia, serta ilustrasi yang jelas. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama mengkaji msalah literasi. Hasil penelitin ini mendukung penelitian sebelumnya yakni terkait faktor-faktor penentu tinggi rendahnya atau keberhasilan literasi dalam pembelajaran bahasa berbasis teks. Hasil penelitian ini juga melengkapi penelitian lainnya yang pernah dilakukan oleh Komang Indra Kurniawan (2017) dengan judul “Implementasi Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SMA Nergeri 1 Singaraja”. Dalam penelitian ini diuraikan bahwa proses kegiatan literasi terjadi dalam kegiatan pembelajaran, seperti pada tahap awal pembelajaran, tahap inti, dan tahap akhir pembelajaran. Hasil penelitian tersebut tidak mengulas hal yang sama dengan penelitian

12

sebelumnya sehingga melengkapi penelitian yang sebelumnya. Hasil penelitian Kurniawan adalah (1) pelaksanaan program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SMA Negeri 1 Singaraja dikaitkan dengan indikator kinerja pencapaian fokus kegiatan dalam pengembangan literasi di sekolah, (2) kendala yang dihadapi kebanyakan siswa lupa membawa buku bacaan untuk kegiatan literasi di kelas saat pembelajaran Bahasa Indonesia dalam pelaksanaan program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SMA Negeri 1 Singaraja, dan (3) manfaat yang didapatkan SMA Negeri 1 Singaraja dari pelaksanaan program Gerakan Literasi Sekolah (GLS), siswa mampu menghasilkan tulisan yang baik, seperti menulis puisi, resensi, dan berbagai macam teks. Selain itu, siswa dapat menambah wawasan tentang berbagai hal, seperti sastra yang disukai. Manfaat lain yang dapatkan siswa dalam pelaksanaan literasi pada awal pembelajaran Bahasa Indonesia siswa menjadi terbiasa membaca sebuah teks. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini sangat berkontribusi dalam mendukung dan melengkapi penelitian yang sudah pernah dilakukan terdahulu.

Kemampuan literasi membaca dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks di kelas VII SMPN 2 Rendang tergolong baik. Hal itu terlihat dari skor rata-rata yang dicapai oleh siswa, yaitu sebesar 74,59. Dalam hal ini, terdapat 11 siswa (22,44%) memiliki kemampuan literasi membaca tergolong cukup, 31 siswa (63,27%) tergolong baik, dan 7 siswa (14,29%) tergolong amat baik; (3) Kemampuan literasi menulis dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks di kelas VII SMPN 2 Rendang tergolong baik. Hal itu terlihat dari skor rata-rata yang dicapai oleh siswa, yaitu sebesar 77,53. Dalam hal ini, terdapat 46 siswa (93,88%) memiliki kemampuan literasi menulis tergolong baik dan 3 siswa (6,12%) tergolong amat baik. Peneliti merekomendasikan beberapa saran berkaitan dengan kegiatan literasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks di SMPN 2 Rendang. (1) Peneliti menyarankan agar kegiatan literasi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks yang telah dilaksanakan di SMPN 2 Rendang dapat disempurnakan dengan menggunakan jenis teks yang dekat dengan lingkungan siswa sehingga kemampuan literasi siswa baik literasi membaca dan menulis dapat lebih baik lagi. Selain itu, disarankan juga kegiatan literasi berbasis teks tidak hanya dilaksankan dalam pembelelajaran bahasa, tetapi juga dalam mata pelajaran lainnya. (2) Peneliti menyarankan kepada sekolah lainnya yang belum maksimal atau bahkan belum menerapkan kegiatan literasi dalam pembelajaran di kelas agar turut serta dapat mengimplementasikan kegiatan ini agar dapat meningkatkan minat baca dan kemampuan menulis siswa setelah membaca. (3) Peneliti menyarankan kepada guru Bahasa Indonesia agar hasil penelitian ini dijadikan acuan bagi guru, khususnya mengenai kegiatan literasi dalam

SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diuraikan, ada tiga simpulan dalam penelitian ini, antara lain: (1) Proses kegiatan literasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks terjadi dalam tiga tahap, yakni (a) tahap awal pembelajaran dengan proses kegiatan literasi membaca buku nonpelajaran; (b) pada tahap kegiatan inti pembelajaran dengan proses kegiatan pembelajaran membaca dan menulis; (c) pada tahap akhir pembelajaran dengan proses mengomunikasikan hasil kegiatan literasi, baik berupa pemahaman lisan maupun tulis; (2)

13

pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks. (4) Peneliti menyarankan kepada siswa agar hasil penelitian ini dapat diijadikan umpan balik dalam melakukan kegiatan literasi, terutama dalam pembelajaran membaca dan menulis pada pembelajaran bahasa Indonesia. (5) Peneliti menyarankan kepada mahasiswa dan peneliti lain agar meneliti lebih jauh mengenai kegiatan literasi, terutama dalam pembelajaran di kelas mengingat penelitian mengenai literasi jarang dilaksanakan.

dan Sekolah Dasar). Jakarta: PT. Bumi Aksara. Schmocher, M. 2012. Menjadi Guru yang Efekif; Bagaimana Mencapai Pengembangan Baru Melalui Membaca dan Menulis. Jakarta: Erlangga.Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta: Rineka Cipta. Kemendikbud. 2016. Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta: Direktoral Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Abidin. dkk. 2017. Pembelajaran literasi; Strategi Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika, Sains, Membaca dan Menulis. Jakarta: Bumiaksara Syarif, dkk. 2016. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jakarta: Kemendikbud.

DAFTAR PUSTAKA

Schmocher, M. 2012. Menjadi Guru yang Efekif; Bagaimana Mencapai Pengembangan Baru Melalui Membaca dan Menulis. Jakarta: Erlangga. Musfiroh dan Lestyarini. 2013. Konstruks Kompetensi Literasi Berbasisi Konteks Indonesia untuk Siswa Sekolah Dasar. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta Kemendikbud. 2016. Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta: Direktoral Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Semiawan, Conny R. 2002. Belajar dan Pembelajaran dalam Tahap Usia Dini (Pendidikan Prasekolah

Kurniawan, 2017. Implementasi Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SMA Negeri 1 Singaraja. Undiksha: Singaraja.

14

More Documents from "Ngurah Harsana"

Alif.docx
June 2020 3
Artikel.docx
June 2020 4
Sk Kemah.docx
June 2020 3
37-1924-1-sm.pdf
June 2020 1